Anda di halaman 1dari 18

CHAPTER 2

PEMANGKU KEPENTINGANDAN ISU-ISU PENDEKATAN MANAJEMEN


A. Mengapa Menggunakan Pendekatan Manajemen Pemangku Kepentingan untuk
Etika Bisnis?
Pendekatan manajemen pemangku kepentingan merupakan respon dari pertumbuhan
dan kompleksitas dari perusahaan kontemporer dan kebutuhan untuk memahami
bagaimana mereka beroperasi dengan para pemangku kepentingan dan pemegang
saham mereka. Teori pemangku kepentingan berpendapat bahwa perusahaan harus
memperlakukan semua konstituen mereka dengan adil dan hal itu bisa memungkinkan
perusahaan untuk berkinerja lebih baik di pasar. Jika organisasi ingin menjadi efektif,
mereka akan memperhatikan semua dan hanya hubungan mereka yang bisa
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi..
Cara yang lebih familiar untuk memahami perusahaan adalah pendekatan pemegang
saham, yang fokus pada hubungan ekonomi dan keuangan. Sebaliknya, pendekatan
manajemen pemangku kepentingan adalah metode deskriptif yang mempelajari para
pelaku.
Pendekatan Manajemen Pemangku Kepentingan: Kritik dan Respons
Kritik dominan atas teori pemangku kepentingan dari beberapa ilmuwan adalah
perusahaan hanya harus melayani pemegang saham karena mereka adalah pemilik
perusahaan. Hal itu penting untuk mengamati kritik atas teori pemangku kepentingan
dan merespons hal tersebut dalam rangka memahami tujuan dari teori pemangku
kepentingan. Berikut ini adalah kritik terhadap teori pemangku kepentingan yang
ditawarkan oleh para ilmuwan:
1. Meniadakan dan melemahkan kewajiban tugas fidusia manajer kepada pemegang
saham
2. Melemahkan pengaruh dan kekuatan kelompok pemangku kepentingan
3. Melemahkan perusahaan
4. Merubah karakter jangka panjang dari sistem kapitalis.
Secara etis, pendapat tersebut berdasarkan pada properti dan hak kontrak yang tersirat,
dan dalam tugas fidusia dan tanggung jawab manajer kepada pemegang saham.
Para kritikus mengklaim bahwa kekuatan kelompok pemangku kepentingan bisa
dilemahkan oleh teori pemangku kepentingan dengan memberikan perlakuan yang
sama kepada semua pemangku kepentingan seperti yang disarankan oleh teori
pemangku kepentingan. Perusahaan bisa juga menjadi lemah dalam mengejar

keuntungan apabila mereka berupaya untuk melayani semua kepentingan pemangku


kepentingan. Perusahaan tidak bisa menjadi semuanya untuk semua pemangku
kepentingan dan melindungi kepentingan fidusia pemegang saham.
Mendapat kritik seperti itu, teori pemangku kepentingan tetap populer dan digunakan
secara luas. Masyarakat dan ekonomi melibatkan kepentingan pasar dan non pasar
atas keberagaman pemangku kepentingan seperti pemegang saham. Untuk memahami
dan mempengaruhi strategi perusahaan yang bertanggungjawab, diperlukan metode
yang meliputi pemain lain dan faktor lingkungan bukan hanya pemegang saham atau
kepentingan keuangan-. Beberapa poin berikut merupakan respon terhadap kritik di
atas. Pertama, teori pemangku kepentingan memang menawarkan keuntungan, dan
memberikan bukti yang menunjukkan bahwa manajemen pemangku kepentingan dapat
menghasilkan pembelajaran organisasi dan legitimasi masyarakat. Kedua, Keys (1999)
teori pemangku kepentingan perusahaan, yang merangkum Mitchell, Agle, dan Wood
(1997), menyatakan bahwa, kami berpendapat bahwa teori pemangku kepentingan
harus memperhitungkan kekuatan dan urgensi seperti legitimasi, tidak perduli seberapa
jelek atau meresahkan hasilnya. Manajer harus mengetahui tentang kelompok dalam
lingkungan yang memegang kekuasaan dan berniat untuk memaksakan keinginannya
terhadap perusahaan. Kekuatan dan urgensi harus diperhatikan jika manajer melayani
kepentingan moral dan hukum atas legitimasi pemangku kepentingan.
B. Definisi Pendekatan Manajemen Pemangku Kepentingan
Pendekatan manajemen pemangku kepentingan berdasarkan pada teori instrumental
yang berpendapat bahwa bagian dari prinsip etika (percaya, kepercayaan dan
kegotong royongan) dapat menghasilkan keunggulan kompetitif yang signifikan.. Pada
saat yang sama, pendekatan ini termasuk konsep analitis dan metode untuk
mengidentifikasi,

memetakan,

dan

mengevaluasi

strategi

perusahaan

dengan

pemangku kepentingan. Kita menyebut metode tersebut dengan nama analisis


pemangku kepentingan. Pendekatan manajemen pemangku kepentingan, meliputi
kerangka kerja untuk menganalisis dan mengevaluasi hubungan perusahaan (masa kini
dan potensinya) dengan kelompok eksternal, idealnya ditujukan untuk mencapai hasil
kolaborasi yang win-win.
Para ilmuwan dan konsultan, bagaimanapun, menggunakan pendekatan manajemen
pemangku kepentingan sebagai sarana untuk merencanakan dan menerapkan
hubungan

kolaborasi

untuk

kepentingan.
1. Pemangku Kepentingan

meraih

hasil

win-win

untuk

seluruh

pemangku

Pemangku kepentingan adalah semua individu atau kelompok yang dapat


mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aksi, keputusan, kebijakan, praktik, dan
tujuan dari organisasi. Pemangku kepentingan utama dari sebuah perusahaan
meliputi, pemilik perusahaan, konsumen, pekerja/pegawai, dan pemasok. Penting
juga bagi kelangsungan hidup perusahaan yaitu pemegang saham dan dewan
direksi. Direktur utama dan eksekutif di tingkat atas bisa juga menjadi pemangku
kepentingan, tetapi analisis pemangku kepentingan, mereka biasanya bertindak
sebagai pelaku dan merepresentasikan perusahaan.
Pemangku kepentingan kedua meliputi semua kelompok yang berkepentingan,
seperti media, konsumen, pelobi, pengadilan, pemerintah, kompetitor, publik dan
masyarakat.
2. Stake
Stake adalah kepentingan, saham atau klaim bahwa sebuah kelompok atau
individu ikut merasakan hasil dari kebijakan perusahaan, prosedur, atau tindakan
kepada pihak lain. Stake mungkin didasari oleh berbagai macam kepentingan.
Kepentingan dari pemangku kepentingan tidak selalu jelas. Stakes bisa berorientasi
masa kini, masa lalu, atau masa depan.
C. Bagaimana Mengeksekusi Analisis Pemangku Kepentingan
Analisis pemangku kepentingan adalah cara yang pragmatis untuk mengidentifikasi dan
memahami beberapa klaim dari banyak konstituen. Analisis pemangku kepentingan
adalah metode untuk membantu memahami hubungan antara sebuah organisasi dan
kelompok yang harus berinteraksi dengannya.
1. Mengambil Perspektif Pengamat Pihak Ketiga yang Objektif
Seorang CEO akan membutuhkan penangguhan keyakinannya dan penilaiannya
dalam rangka memahami strategi, motif, dan tindakan dari pemangku kepentingan
yang berbeda. Intinya dengan menggunakan perspektif pengamat pihak ketiga
yang objektif, CEOdapat melihat sebuah isu dari semua sisi dan kemudian secara
objektif mengevaluasi klaim, tindakan dan hasil dari semua pihak. Menjadi lebih
objektif membantu untuk menentukan siapa yang bertindak secara bertanggung
jawab, siapa yang menang dan yang kalah, dan berapa biayanya.
2. Peran CEO dalam Analisis Pemangku Kepentingan
Analisis pemangku kepentingan adalah serangkaian langkah-langkah yang
ditujukan untuk tugas-tugas berikut:

a. Peta hubungan pemangku kepentingan


Perhatikan bahwa analisis pemangku kepentingan Anda hanya valid dan dapat
diandalkan

sebagai

sumber

dan

proses

yang Anda

gunakan

untuk

mendapatkan informasi. Sebagai isu yang lebih kontroversial, tidak lengkap,


atau di-pertanyakan, Anda mungkin berharap untuk tidak mengikuti rencana
kelompok jangka menengah untuk mendapatkan tambahan informasi dan
perspektif. Anda harus mengidentifikasi dan menyelesaikan peta pemangku
kepentingan, memasukkan masing-masing pemangku kepentingan yang
terlibat dalam isu tertentu yang Anda pelajari.
b. Peta koalisi pemangku kepentingan
Setelah mengidentifikasi dan membuat peta pemangku kepentingan yang
terlibat dengan perusahaan Anda yang Anda tangani, langkah selanjutnya
adalah menentukan dan memetakan koalisi yang sudah terbentuk. Koalisi di
dalam pemangku kepentingan terbentuk sesuai dengan stakes yang mereka
miliki. Kepentingan kelompok dan pelobi kadang kala bergabung melawan
musuh bersama. Kompetitor juga mungkin bergabung jika mereka melihat
adanya keuntungan. Memetakan koalisi aktual dan potensial akan membantu
CEO, mengantisipasi dan mendisaian respons strategi menuju kelompok
sebelum atau sesudah mereka terbentuk.
c. Menilai sifat kepentingan dari masing-masing pemangku kepentingan
Kepentingan dari pemangku kepentingan bervariasi, diantaranya: korban yang
menuntut kompensasi atas segala kerusakan yang telah terjadi, pemegang
saham berusaha untuk melindungi investasi mereka, Anggota kongres AS ingin
melindungi masyarakat dari bahaya dan menjada reputasi mereka untuk
bertindak atas nama konstituen mereka, konsumen ingin jaminan bahwa anakanak mereka tidak dalam risiko, representasi media ingin cerita dan informasi
yang menginformasikan dan menjual.
d. Menilai sifat kekuasaan dari masing-masing pemangku kepentingan
Delapan jenis kekuasaan yang dapat dipaksakan oleh pemangku kepentingan
dan dapat digunakan sebagai analisis meliputi:
1) Kekuatan suara, kemampuan pemangku kepentingan untuk melakukan
kontrol melalui jumlah
2) Kekuatan politik, kemampuan untuk mempengaruhi proses pembuatan
keputusan dan agenda organisasi dan institusi publik dan swasta
3) Kekuatan ekonomi, kemampuan untuk mempengaruhi dengan mengontrol
sumber daya keuangan dan fisik

4) Kekuatan teknologi, kemampuan untuk mempengaruhi inovasi dan


keputusan melalui penggunaan teknologi
5) Kekuatan hukum, kemampuan untuk mempengaruhi hukum, kebijakan dan
prosedur
6) Kekuatan lingkungan, kekuatan untuk mempengaruhi alam
7) Kekuatan budaya, kemampuan untuk mempengaruhi nilai, norma dan
kebiasaan seseorang atau organisasi
8) Kekuasaan atas individu dan kelompok, kemampuan untuk mempengaruhi
hal tertentu, orang-orang yang menjadi target melalui bentuk yang berbeda
dari persuasi.
e. Membuat matrik tanggung jawab moral pemangku kepentingan
Setelah memetakan hubungan pemangku kepentingan dan menilai sifat kepentingan dan kekuatan masing-masing pemangku kepentingan, langkah
selanjutnya adalah menentukan tanggung jawab dan kewajiban moral
perusahaan terhadap masing-masing pemangku kepentingan.
Pengambilan keputusan etis dari perwakilan perusahaan dapat mengacu pada
prinsip-prinsip etika berikut ini:
1) Utilitarianism, berat biaya dan manfaat
2) Universalism, menunjukkan rasa hormat dan kepedulian terhadap manusia
3) Rights, mengakui kebebasan individu dan hak-hak istimewa di bawah
hukum dan konstitusi
4) Justice, mengamati distribusi beban dan manfaat dari semua pihak
5) Voluntarily, bertindak secara bebas dan dari kemauan seseorang itu
sendiri
Bagian analisis ini dapat membantu Anda mengidentifikasi tanggung jawab
ekonomi, hukum, etika, dan sukarela untuk setiap kelomok pemangku
kepentingan, sehingga Anda dapat mengembangkan strategi terhadap masingmasing pemangku kepentingan yang sudah diidentifikasi.
f.

Mengembangkan strategi dan taktik yang spesifik


Dengan menggunakan hasil dari proses sebelumnya, sekarang Anda bisa
melanjutkan garis besar strategi dan taktik spesifik yang Anda inginkan untuk
masing-masing pemangku kepentingan.
Pertama, Anda harus mempertimbangkan apakah akan mendekati setiap
pemangku kepentingan secara langsung atau tidak langsung. Kedua, Anda
perlu memutuskan apakah tidak melakukan sesuatu, memantau, atau
mengambil posisi menyerang atau bertahan. Ketiga, Anda bisa menentukan

apakah

akan

mengakomodasi,

menegosiasi,

memanipulasi,

bertahan,

menghindar atau wait and see. Akhirnya, Anda dapat memutuskan kombinasi
strategi apa yang ingin Anda lakukan untuk mencapai tujuan Anda.
g. Memantau pergeseran koalisi
Karena waktu dan kejadian dapat merubah kepentingan dari pemangku
kepentingan, dan strateginya, Anda perlu untuk memantau evolusi dari isu dan
tindakan pemangku kepentingan, menggunakan gambar berikut:
C

l l a

I n

l v

i t

l l a

I n

l v

i t

D. Metode Negosiasi: Menyelesaiakan Perselisihan Pemangku Kepentingan


Perselisihan adalah bagian dari hubungan para pemangku kepentingan. Kebanyakan
perselisihan ditangani dalam konteks hubungan saling percaya saling menguntungkan
antara para pemangku kepentingan; selain itu berpindah ke ranah hukum dan
peraturan. Perselisihan terjadi antara level pemangku kepentingan yang berbeda:
sebagai contoh, antara profesional dalam organisasi, konsumen dengan perusahaan,
bisnis dengan bisnis, pemerintah dengan bisnis, dan antara koalisi dan bisnis. Biaya
yang tersembunyi dalam mengelola konflik antara dan antar profesional dalam
organisasi bisa menimbulkan ketidakhadiran, pengkhianatan, biaya hukum, dan
penurunan produktivitas.
Metode Penyelesaian Perselisihan Pemangku Kepentingan
Penyelesaian perselisihan juga diketahui sebagai Alternative Dispute Resolution
(ADR).Teknik penyelesaian perselisihan meliputi berbagai metode dimaksudkan untuk
membantu penggugat potensial untuk menyelesaikan konflik. Dalam ADR continuum,
sisi kiri dari continuum berdasarkan consensual, metode penyelesaian perselisihan

secara informal. Negosiasi, fasilitasi, dan beberapa metode mediasi di mana pihak yang
berselisih mengendalikan sepenuhnya proses penyelesaian masalah. Sisi kanan dari
ADR continuum, pihak yang berselisih menyerahkan kendali kepada arbitrator pihak
ketiga dan kemudian litigator.
E. Pendekatan Pemangku Kepentingan dan Penalaran Etik
Penalaran etis dalam analisis pemangku kepentingan melibatkan pertanyaan: Apa
yang sama, adil, jujut dan baik bagi mereka yang memperngaruhi dan dipengaruhi oleh
keputusan

bisnis?.

Analisis

pemangku

kepentingan

membutuhkan

pemangku

kepentingan utama untuk menentukan dan memenuhi kewajiban etis mereka untuk
konstituen yang terpengaruh.
F. Tanggung Jawab Moral atas Area Lintas Fungsi Profesional
Analisis pemangku kepentingan fokus pada perhatian perusahaan dan proses
pembuatan keputusan moral pada peristiwa ekternal. Pendekatan pemangku
kepentingan juga berlaku secara internal, khususnya untuk manajer di area fungsional
tradisional. Memahami peran manajemen dari perspektif pemangku kepentingan
membantu untuk memperjelas tekanan dan tanggung jawab moral atas posisi pekerjaan
tersebut. Tanggung jawab moral lintas area profesional dapat terjadi pada:
1. Profesional

Pemasaran

dan

Penjualan

dan

Manajer

sebagai

Pemangku

Kepentingan
2. Penelitian dan Pengembangan, Profesional Teknik, dan Manajer sebagai
Pemangku Kepentingan
3. Profesional Akuntansi dan Keuangan dan Manajer sebagai Pemangku Kepentingan
4. Manajer Hubungan Masyarakat sebagai Pemangku Kepentingan
5. Manajer Sumberdaya Manusia sebagai Pemangku Kepentingan
6. Ringkasan atas Tangung Jawab Moral Manajemen
G. PermasalahanManajemen:

Pendekatan

Pemangku

Kepentingan,

dan

Etika:

Mengintegrasikan Kerangka Kerja


1. Apa yang Dimaksud dengan Masalah Publik?
Isu adalah masalah, pertentangan, atau argumen yang menyangkut dua organisasi
dan satu atau lebih pemangku kepentingan dan atau pemegang saham.
Permasalahan manajemen juga merupakan proses formal yang digunakan untuk
mengantisipasi dan mengambil tindakan yang seharusnya untuk merespons tren,

kepedulian atau isu yang timbul yang dapat mempengaruhi organisasi dan para
pemangku kepentingannya.
2. Isu Publik Lainnya
Ada jenis lain dari permasalahan publik dari lingkungan eksternal yang melibatkan
perusahaan dan industri lain. Pemangku kepentingan dan kerangka permasalahan
manajemen dapat digunakan untuk memahami evolusi dari permasalahan tersebut
dalam rangka bertanggungjawab untuk mengelola atau merubah efeknya.
3. Pengenalan Masalah Manajemen: Dua Kerangka Kerja
Dua kerangka kerja permasalahan umum untuk memetakan dan mengelola
permasalahan sebelum dan sesudah berkembang dan meletus menjadi krisis.
Kerangka kerja itu bisa digunakan dengan pendekatan manajemen pemangku
kepentingan.
H. Mengelola Krisis
Isu dan kerangka kerja manajemen krisis melengkapi analisis pemangku kepentingan
sebagai metode tanggung jawab sosial. Memahami apa isu sentral untuk sebuah
perusahaan dan bagaimana masalah berkembang dari waktu ke waktu dapat
membantu secara efektif dan bertanggung jawab dalam mengelola perubahan arah dan
operasi perusahaan. Kerangka kerja manajemen krisis membantu untuk memprediksi,
mencegah, dan menanggapi keadaan darurat. Isu dan metode manajemen stakeholder
yang digunakan bersama-sama memberikan pendekatan yang menyeluruh untuk
memimpin dan mengelola perubahan organisasi secara bertanggung jawab dan etis.

, DAN STAKEHOLDER
Etika Bisnis dan Mengubah Lingkungan Bisnis dan Pemerintah beroperasi
dalam mengubah lingkungan sosial dan politik ekonomi hukum teknologi
dengan pemangku kepentingan bersaing dan klaim kekuasaan. Ketika
stakeholder dan perusahaan tidak bisa setuju atau menegosiasi klaim yang
bersaing di antara mereka sendiri, masalah biasanya pergi ke pengadilan.
Stakeholder adalah individu, perusahaan, kelompok dan bahkan Negaranegara yang menyebabkan dan menanggapi isu-isu eksternal, peluang dan
ancaman. Skandal perusahaan, globalisasi, deregulasi, merger, teknologi dan
terorisme global telah mempercepat laju perubahan dan ketidakpastian di
mana para pemangku kepentingan harus membuat keputusan bisnis dan
moral. Pasukan Lingkungan dan Stakeholder Organisasi yang tertanam dalam
berinterekasi dengan beberapa perubahan lingkungan lokal, nasional dan
internasional, sebagai ahli sebelumnya menggambarkan. Lingkungan ini
semakin menggabungkan penggabungan ke dalam sistem global dinamis
interaksi yang saling terkait antara bisnis dan ekonomi. Lingkungan ekonomi
terus berkembang menjadi konteks yang lebih global dagang, merek, dan
arus sumber daya. Lingkungan teknologi telah membagi dalam munculnya
komunikasi elektronik, jejaring sosial online dan internet, yang semuanya
berubah ekonomi, industri perusahaan dan pekerjaan. Pendekatan
Manajamen Stakeholder Pendekatan manajemen pemangku kepentingan
adalah dengan cara memahami efek etis lingkungan dan kelompok pada isuisu spesifik yang mempengaruhi stakeholder realtime dan kesejahteraan
mereka. Apakah Etika Bisnis ? Mengapa Itu Penting ? Etika solusi untuk
bisnis dan masalah organisasi mungkin lebih dari satu alternatif dan kadangkadang tidak ada solusi yang tepat mungkin tampak available. Belajar untuk
berfikir, akal dan bertindak etis dapat memungkinkan kita untuk pertama
menyadari dan mengenali masalah etika potensial. Kemudian kita
mengevaluasi nilai-nilai, asumsi dan penilaian mengenai masalah sebelum
kita bertindak. Praktek Bisnis Tidak Etis dan Karyawan Kelima (2007) Nasional
Etika Bisnis Survey (NBES) yang diperoleh 1.929 tanggapan mewakili seluruh
AS workface 10 menemukan bahwa lanskap resiko etika adalah berbahaya
dalam bisnis seperti sebelum pelaksanaan Serbanas-Oxeley Act 0f 2002.
Temuan survey dirangkum dalam : 1) Berita Baik: Pertama, pelanggaran etika
secara umum sangat tinggi dan cack pada tingkat pra-Enron. Banyak
karyawan tidak melaporkan apa yang mereka amati-mereka takut tentang
pembalasan dan spektis bahwa laporan mereka akan membuat perbedaan.
Satu dari delapan karyawan mengalami beberapa bentuk pembalasan atas
laporan kesalahan. Kedua, jumlah perusahaan yang berhasil dalam
menggabungkan budaya etika yang kuat perusahaan-lebar ke dalam bisnis
mereka telah menurun sejak tahun 2005. Hanay 9 % dari perusahaan
memiliki budaya etika yang kuat 2) Berita Buruk: Pertama, jumlah etika
formal dan program kepatuhan meningkat. Dalam perusahaan dengan
program-program yang dilaksanakan, terjadi peningkatan pelaporan,
redusing resiko etika. Kedua, survey telah mampu menunjukkan secara
definitive bahwa perusahaan yang bergerak melampaui komitmen tunggal
untuk mematuhi undang-undang dan peraturan dan mengadopsi budaya etis
perusahaan-lebar secara dramatis mengurangi kesalahan. Etika dan

Kepatuhan Program Hanya satu dari empat perusahaan memiliki etika yang
diterapkan dengan baik dan program kepatuhan hanya 25 % karyawan : 1)
Apakah bersedia untuk mencari nasihat tentang pertanyaan etika yang
timbul; 2) Merasa mereka siap untuk menangani situasi yang dapat
menyebabkan kesalahan; 3) Menunjukkan bahwa mereka dihargai untuk
perilaku etis; 4) Laporakan bahwa perusahaan mereka tidak menghargai
keberhasilan yang diperoleh melalui cara-cara dipertanyakan; 5) Katakanlah
mereka merasa positif tentang perusahaan mereka. Mengapa Etika Cetakan
Dalam Bisnis ? 1) Keuangan dan Ekonomi: Melakukan hal yang benar
penting bagi perusahaan, pembayaran pajak, pengusaha, bertindak secara
legal dan etis berarti menyelamatkan miliaran dolar setiap tahun dalam
tuntutan hukum, pemukiman dan pencurian. 2) Hubungan, Reputasi, Moral
dan Produktivitas: Biaya untuk usaha juga mencakup kerusakan dari
hubungan, merusak reputasi, penurunan produktivitas karyawan, kreativitas
dan loyalitas, arus informasi tidak efektif di seluruh organisasi dan absensi. 3)
Integritas, Budaya, Komunikasi dan Common Good: Bagi para pemimpin
bisnis dan manajer, mengelola etis juga berarti mengelola dengan integritas.
4) Integritas/Etika: Delapan pulu delapan persen karyawan di atas 10
pengusaha terbaik setuju atau sangat setuju bahwa rekan kerja ditampilkan
integritas dan perilaku etis setiap saat, sedangkan hanya 60 % merasa
seperti itu di bagian bawah 10 organisasi. Bekerja untuk Perusahaan Terbaik
Karyawan peduli etika karena mereka tertarik untuk etis dan sosial
perusahaan yang bertanggung jawab. Meskipun daftar terus berubah, itu
adalah instruktif untuk mengamati beberapa karakteristik pengusaha yang
baik bahwa karyawan berulang kali mengutip. Karakteristik yang paling
sering disebutkan termasuk bagi hasil, bonus dan penghargaan moneter
Tingkatan Level Etika Bisnis Karena masalah etika tidak hanya masalah
pribadi atau personal, akan sangat membantu untuk melihat tingkat yang
berbeda di mana masalah berasal, dan bagaimana mereka saling bergerak
tingkat lainnya. Masalah etika dan moral dalam bisnis dapat diperiksa dari
setidaknya lima tingkatan, yaitu individu, organisasi, asosiasi, masyarakat
dan internasional. Mengajukan Pertanyaan Kunci Hal ini membantu untuk
menyadari tingkat etika situasi dan kemungkinan interaksi antara tingkat
ketika menghadapi pertanyaan yang memiliki implikasi moral. Pertanyaanpertanyaan berikut dapat ditanyakan ketika keputusan bermasalah atau
tindakan dianggap (sebelum menjadi dilema etika): 1) Apakah nilai-nilai inti
dan keyakinan saya? 2) Apa nilai-nilai inti dan keyakinan organisasi saya? 3)
Nilai siapa, keyakinan dan kepentingan mungkin beresiko dalam keputusan
ini? Kenapa? 4) Siapa yang akan dirugikan atau dibantu oleh keputusan ini?
5) Bagaimana saya sendiri dan nilai-nilai inti untuk organisasi dan keyakinan
terpengaruh atau diubah oleh keputusan ini? 6) Bagaimana saya dan
organisasi saya akan terpengaruh oleh keputusan? Mengapa Menggunakan
Penalaran Etis Dalam Bisnis? Pertimbangan etis yang diperlukan dalam bisnis
setidaknya ada tiga alasan. Pertama, banyak kali hokum tidak mencakup
semua aspek atau daerah abu-abu masalah. Kedua, mekanisme pasar bebas
dan diatur pasar tidak efektif menginformasikan pemilik konsekuensi etis
yang jauh jangkauannya. Ketiga, menyatakan penalaran diperlukan karena
masalah moral yang kompleks membutuhkan pemahaman intuitif atau
terpelajar dan kepedulian terhadap kejujuran, keadilan, kelompok dan
masyarakat. Bisakah Etika Bisnis Diajarkan Secara Terlatih? Karena hukum
dan penegakan hukum tidak selalu cukup untuk membantu panduan atau
memecahkan masalah manusia yang kompleks yang berhubungan dengan

situasi bisnis. Untuk itu ada kursus etika dan pelatihan dapat melakukan hal
berikut: 1) Memberikan orang dengan dasar pemikiran, ide dan kosa kata
untuk membantu mereka berpartisipasi secara efektif dalam proses etika
pengambilan keputusan. 2) Bantuan orang masuk akal dari lingkungan
mereka dengan abstrak dan memilih prioritas etis. 3) Memberikan senjata
intelektual untuk melakukan pertempuran dengan pendukung fundamentalis
ekonomi dan mereka yang melanggar standar etika. 4) Memungkinkan
karyawan untuk bertindadak sebagai system alrm untuk praktik perusahaan
yang tidak memenuhi stnadar etika masyarkat. 5) Meningkatkan kesadaran
dan kepekaan terhadap isu-isu moral, komitman untuk mencari solusi moral.
6) Meningkatkan refleksi moral dan memperkuat keberanian moral. 7)
Meningkatkan kemampuan orang untuk menjadi bermoral, otonom dan hati
nurani kelompok. 8) Memperbaiki iklim moral perusahaan dengan
memberikan konsep-konsep etika dan alat untuk membuat kode etik dan
audit sosial. Ulama lain berpendapat bahwa pelatihan etika dapat menabah
nilai lingkungan moral perusahaan dan hubungan di tempat kerja dengan
cara berikut: 1) Menemukan pertandingan antara karyawan dan majikan dan
nilai-nilai. 2) Mengelola titik push-back, di mana nilai-nilai karyawan diuji oleh
rekan-rekan, karyawan dan pengawas. 3) Penanganan directive dari bos. 4)
Mengatasi dengan sistem kinerja yang mendorong sudut etika pemotongan.
Tahapan pembangunan Moral Tingkat perkembangan moral (yang meliputi
enam tahap) menawarkan panduan untuk mengamati tingkat kematangan
moral seseorang, terutama karena ia terlibat dalam transaksi organisasi yang
berbeda. Apakah dan sejauh mana pendidikan etika dan pelatihan
memberikan kontribusi terhadap pembangunan moral. BAB 2 STAKEHOLDER
DAN ISU PENDEKATAN MANAJENEN Mengapa Menggunakan Pendekatan
Manajemen Stakeholder Untuk Bisnis Etika? Pendekatan pengelolaan
stakeholder merupakan respon terhadap pertumbuhan dan kompleksitas
perusahaan kontemporer dan kebutuhan untuk memahami bagaimana
mereka beroperasi dengan para pemangku kepentingan dan pemegang
saham mereka. Teori stakeholder berpendapat bahwa perusahaan harus
memperlakukan semua konstituen mereka secara adil dan bahwa hal itu
dapat memungkinkan perusahaan untuk tampil lebih baik di pasar. "Jika
organisasi ingin menjadi efektif, mereka akan memperhatikan semua dan
hanya mereka yang dapat mempengaruhi hubungan atau menjadi
dipengaruhi oleh pencapaian tujuan organisasi." Cara yang lebih akrab
memahami korporasi adalah "pendekatan pemegang saham," yang berfokus
pada hubungan ekonomi dan keuangan. Sebaliknya, pendekatan manajemen
pemangku kepentingan adalah metode deskriptif yang mempelajari aktor.11
Pendekatan manajemen stakeholder memperhitungkan kekuatan non-pasar
yang mempengaruhi organisasi dan individu, seperti moral, politik, hukum,
dan teknologi kepentingan, serta faktor ekonomi. Mendasari pendekatan
manajemen stakeholder adalah imperatif etis yang mengamanatkan bahwa
bisnis dalam hubungan fidusia kepada pemegang saham mereka: (1)
tindakan demi kepentingan terbaik dari dan untuk kepentingan pelanggan,
karyawan, pemasok, dan pemegang saham mereka, dan (2) sehubungan dan
memenuhi hak-hak stakeholder. Satu studi menyimpulkan bahwa "analisis
kami jelas mengungkapkan bahwa beberapa tujuan-termasuk baik
pertimbangan ekonomi dan sosial-dapat dan, pada kenyataannya, secara
simultan dan berhasil dikejar dalam organisasi besar dan organisasi yang
kompleks secara kolektif memperhitungkan bagian utama dari semua
kegiatan ekonomi dalam kami masyarakat."12 Pendekatan Manajemen

Stakeholder: Kritik dan Tanggapan Kritik dominan dari teori stakeholder oleh
beberapa orang terpelajar adalah bahwa perusahaan harus melayani hanya
para pemegang saham karena mereka memiliki korporasi tersebut. Hal ini
penting untuk mengamati kritik teori stakeholder dan tanggapan terhadap
hal ini untuk memahami tujuan teori stakeholder. Berikut kritik dari teori
stakeholder yang ditawarkan oleh para orang terpejar: (1) meniadakan dan
melemahkan tugas fidusia manajer yang berutang kepada pemegang saham;
(2) melemahkan pengaruh dan kekuatan kelompok stakeholder; (3)
melemahkan perusahaan; dan (4) perubahan karakter jangka panjang dari
sistem kapitalis. Berdasarkan etika, argumen ini didasarkan pada properti
dan hak kontrak tersirat, dan pada tugas dan tanggung jawab dari manajer
kepada pemegang saham yang bertanggungjawab secara hukum. Para
kritikus menganggap bahwa kekuatan beberapa kelompok pemangku
kepentingan dapat dilemahkan oleh teori stakeholder dengan
memperlakukan semua stakeholder sama-seperti yang disarankan oleh teori
stakeholder. Misalnya, serikat buruh dapat dihindari, dirugikan, atau bahkan
dihilangkan. Korporasi juga dapat melemah dalam mengejar keuntungan jika
mereka mencoba untuk melayani kepentingan stakeholder. Korporasi tidak
bisa menjadi segalanya bagi semua stakeholder dan melindungi kepentingan
fidusia pemegang saham. Akhirnya, kritik yang menyatakan bahwa teori
stakeholder mengubah karakter jangka panjang kapitalisme berpendapat
bahwa: (1) perusahaan tidak bertanggung jawab oleh hukum selain kepada
pemegang saham mereka, karena disiplin pasar korporasi tetap; dan (2) teori
stakeholder memungkinkan beberapa manajer untuk "bermain" di
perusahaan dengan menyatakan bahwa mereka melindungi beberapa
kepentingan stakeholder, bahkan jika kepentingan orang lain yang dirugikan.
Beberapa pemikir lainnya juga mengkritik pendukung teori stakeholder
sebagai naif dan utopis. Kritikus ini mengklaim bahwa tujuannya baik "orang
yang selalui ingin membantu" diabaikan atau menutupi realitas hubungan
kerja modal melalui gagasan sederhana dalam teori stakeholder seperti
"partisipasi," "pemberdayaan," dan "mewujudkan potensi manusia."15
Definisi Pendekatan Manajemen Stakeholder Pendekatan manajemen
stakeholder didasarkan pada teori instrumental yang berpendapat bahwa
"bagian kecil dari prinsip-prinsip etika (keyakinan, kepercayaan, dan
kegotongroyongan) dapat menghasilkan keuntungan kompetitif yang
signifikan."19 Pada saat yang sama, pendekatan ini mencakup konsep
analitis dan metode untuk mengidentifikasi, pemetaan, dan mengevaluasi
strategi perusahaan dengan para pemangku kepentingan. Kita lihat metode
ini sebagai "analisis stakeholder." Pendekatan manajemen stakeholder,
termasuk kerangka kerja untuk menganalisis dan mengevaluasi hubungan
korporasi (sekarang dan potensial) dengan kelompok-kelompok eksternal,
bertujuan strategis untuk menjangkau "menang-menang" dari hasil
kolaborasi. Di sini, "menang-menang" berarti membuat keputusan moral
yang bermanfaat bagi kebaikan bersama semua konstituen dalam batasan
peradilan, keadilan, dan kepentingan ekonomi. Sayangnya, hal ini tidak selalu
terjadi. Biasanya ada pemenang dan pecundang dalam situasi yang kompleks
dimana ada yang mempersepsikan jumlah nol (yaitu, situasi di mana ada
sumber daya yang terbatas, dan apa yang diperoleh oleh satu orang tentu
hilang oleh yang lain). Stakeholder Stakeholder adalah "setiap individu atau
kelompok yang dapat mempengaruhi atau dipengaruhi oleh tindakan,
keputusan, kebijakan, praktik, atau tujuan organisasi." Kita mulai dengan
mengidentifikasi kepentingan stakeholder utama. Hal ini adalah perusahaan

atau kelompok yang merupakan fokus dari analisis kami. Stakes (Patokan)
Sebuah stake (patokan) adalah kepentingan, berbagi, atau mengklaim bahwa
kelompok atau individu ikut andil dalam hasil korporasi kebijakan, prosedur,
atau tindakan terhadap orang lain. Stakes mungkin didasarkan pada jenis
bunga. Taruhannya stakeholder tidak selalu jelas. Kelayakan ekonomi dari
perusahaan yang bersaing bisa dipertaruhkan ketika salah satu perusahaan
akan masuk dan bersaing ke pasar. Kesehatan fisik masyarakat bisa
dipertaruhkan ketika perusahaan seperti Mattell yang menggunakan jasa
pemanufakturan dari luar perusahaan tanpa kontrol kualitas. Cara
Menjalankan Analisis Stakeholder Analisis stakeholder adalah cara pragmatis
dalam mengidentifikasi dan memahami beberapa (atau seringkali)
pernyataan dari banyak konstituen. Sebagai bagian dari pendekatan
stakeholder umum, analisis stakeholder adalah metode untuk membantu
memahami hubungan antara interaksi antara organisasi dengan kelompok.
Setiap situasi berbeda dan karenanya memerlukan peta untuk membimbing
strategi organisasi ketika berurusan dengan kelompok-kelompok tertentu,
beberapa di antaranya mungkin tidak mendukung isu-isu seperti pekerjaan
outsourcing. Pemakaian Perspektif Tujuan Pengamat Pihak Ketiga Anda akan
diminta untuk berperan sebagai seorang chief executive officer (CEO) dari
perusahaan untuk melaksanakan analisis stakeholder. Namun, disarankan
agar Anda mengambil peran " tujuan pengamat pihak ketiga " ketika
melakukan analisis stakeholder. Mengapa? Dalam perannya ini, Anda akan
diharuskan untuk menangguhkan keyakinan dan penilaian Anda untuk
memahami strategi, motif, dan tindakan dari para stakeholder yang berbeda.
Anda mungkin tidak setuju dengan organisasi yang tidak sesuai atau CEO
yang Anda pelajari. Oleh karena itu, intinya adalah untuk dapat melihat
semua sisi dari sebuah isu dan kemudian objektif mengevaluasi klaim,
tindakan, dan hasil dari semua pihak. Menjadi lebih obyektif membantu
menentukan siapa yang bertanggungjawab atas tindakan, siapa yang
menang dan yang kalah, dan apa konsekuensinya. Bagian dari proses
pembelajaran dalam latihan ini adalah untuk melihat sendiri titik buta, nilainilai, keyakinan, dan hasrat terhadap isu-isu dan stakeholder tertentu.
Melakukan analisis stakeholder yang mendalam dengan kelompok
memungkinkan orang lain untuk melihat dan mengomentari alasan Anda.
Untuk bagian berikutnya, bagaimanapun, mengambil peran CEO sehingga
Anda bisa mendapatkan ide dari analisis rasa tanggungjawab terhadap
seluruh organisasi. Peran CEO dalam Analisis Stakeholder Analisis stakeholder
adalah serangkaian langkah-langkah yang ditujukan untuk tugas-tugas
berikut: 1) Petakan atau gambarkan hubungan antar stakeholder 2) Petakan
atau gambarkan kerjasama antar stakeholder 3) Nilai sifat masing-masing
tujuan yang akan dicapai stakeholder 4) Nilai sifat masing-masing kekuatan
yang dimiliki oleh stakeholder 5) Buatlah sebuah kerangka matrik
tanggungjawab moral kepada stakeholder 6) Kembangkan strategi dan taktik
tertentu 7) Pantau pergeseran kesatuan stakeholder Ringkasan Analisis
Pemangku Kepentingan Analisis pemangku kepentingan memberikan, dasar
sistematis rasional untuk understanding masalah dan "etika dalam aksi" yang
terlibat dalam relasi kompleks tionships antara organisasi, para
pemimpinnya, dan konstituen. Ini membantu pengambil keputusan struktur
sesi perencanaan strategis dan memutuskan bagaimana untuk memenuhi
kewajiban moral seluruh pemangku kepentingan. Sejauh mana strategi yang
dihasilkan dan hasil bermoral dan efektif bagi perusahaan dan para
pemangku kepentingan tergantung pada banyak faktor, termasuk nilai-nilai

pemimpin perusahaan, kekuatan stakeholder, legitimasi-kegiatan yang tions,


penggunaan sumber daya yang tersedia, dan urgensi dari perubahan yang
lingkungan. Negosiasi Metode: Menyelesaikan Perselisihan Stakeholder
Perselisihan adalah bagian dari hubungan stakeholder. Kebanyakan
perselisihan ditangani dalam konteks hubungan saling percaya saling
menguntungkan antara para pemangku kepentingan; lain pindah ke sistem
hukum dan peraturan. Perselisihan terjadi antara berbeda tingkat pemangku
kepentingan: misalnya, antara profesional dalam sebuah organisasi tion,
konsumen dan perusahaan, bisnis ke bisnis (B2B), pemerintah dan bisnis, dan
di antara koalisi dan bisnis. Stakeholder Metode Penyelesaian Sengketa
Penyelesaian sengketa adalah keahlian juga dikenal sebagai "sengketa
alternatif Resolusi "(ADR). Teknik penyelesaian sengketa mencakup berbagai
meth- ods dimaksudkan untuk membantu berperkara potensial
menyelesaikan konflik. metode dapat dilihat pada sebuah kontinum mulai
dari tatap muka negosiasi untuk litigasi Pendekatan manajemen pemangku
kepentingan melibatkan berbagai dis- teknik resolusi pute, meskipun idealnya
lebih integratif dan relasional daripada metode distributif atau berbasis
kekuasaan akan berusaha dulu. Pendekatan berbasis kekuatan didasarkan
pada otoriter dan metode berbasis persaingan, dimana kelompok atau
individu yang lebih kuat menang dan pihak lawan kalah. Pendekatan ini
dapat menyebabkan perselisihan lain muncul. Pendekatan gabungan
mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1) Masalah dilihat mempunyai
banyak solusi daripada jelas dengan segera. 2) Sumber daya dipandang
sebagai sesuatu yang dapat dapat dikembangkan, tujuannya adalah untuk
memperluas kue sebelum membaginya. 3) Pihak2 berusaha menciptakan
solusi yang lebih potensial dan proses2 yang demikian dikatakan sebagai
pencipta nilai. 4) Pihak2 mencoba untuk menampung sebanyak mungkin
kepentingan dari tiap2 pihak. 5) Disebut juga pendekatan win-win atau
semua untung. Pendekatan distributif mempunyai karakteristik sebagai
berikut: 1) Masalah dilihat sebagai zero sum 2) Sumber daya diimajinasikan
tetap: membagi kue 3) Nilai diakui 4) Tawar menawar atau memisahkan
perbedaan32 Pendekatan relational (yang mempertimbangkan kekuatan,
kepentingan, hak, dan etika) termasuk dan berdasarkan atas: 1)
Pembangunan hubungan 2) Naratif, perundingan, dan dialogical
(yaitu berdasarkan dialog) 3) Keadilan dan rekonsiliasi restroratif (yaitu
pendekatan yang menghormati martabat setiap orang, membangun
pengertian, dan menyediakan kesempatan bagi korban untuk mendapatkan
pemulihan dan bagi pelanggar untuk bertanggung jawab atas tindakan
mereka) 4) Pendekatan transformatif lain untuk membangun kedamaian.33
Proses negosiasi berprinsip dari Roger Fry dan William Ury, Getting to Yes,
terus digunakan untuk hampir semua jenis sengketa. Empat prinsip itu
adalah: 1) Pisahkan orangnya dari masalahnya. 2) Fokus pada kepentingan,
bukan pada posisi. 3) Menciptakan pilihan untuk keuntungan bersama. 4)
Bersikeras pada kriteria obyektif, tidak pernah menyerah pada tekanan.
Ajudikatif, legislatif, keadilan yang menguatkan, reparasi, dan pendekatan
berbasis hak dibutuhkan ketika hak, properti, atau hal2 yang sah lainnya
telah dilanggar dan dirugikan. Para pemimpin dan profesional yang
mempraktekkan sebuah pendekatan manjemen pemangku kepentingan,
menggabungkan dan mendapatkan kemahiran dalam berbagai konflik dan
penyelesaian sengketa alternatif.35 Pendekatan Stakeholder dan
Pertimbangan Etika Pertimbangan etika pada analisis stakeholder melibatkan
pertanyaan Apakah yg adil, jujur, dan baik bagi mereka yang mempengaruhi

dan dipengaruhi oleh bisnis perusahaan? Siapakah stakeholder yg paling


lemah kekuatan dan pengaruhnya? Siapakah yg dapat, akan, dan seharusnya
membantu stakeholder yg paling lemah agar suaranya terdengar dan
mendorong partisipasi mereka dalam proses pengambilan keputusan?
Akhirnya, analisis stakeholder membutuhkan stakeholder utama untuk
menentukan dan memenuhi kewajiban etis mereka kepada konstituen yg
terpengaruh. Tanggung Jawab Moral Dari Area Lintas Fungsional Profesional
Salah satu tujuan dari analisis stakeholder adalah untuk mendorong dan
mempersiapkan manajer organisasi untuk mengucapkan dengan jelas
tanggung jawab moral mereka sendiri, sebaik tanggung jawab kepada
perusahaan dan profesi mereka, menuju konstituen mereka yg berbeda.
Analisis stakeholder fokus kpd perhatian dan keputusan moral perusahaan yg
berproses pada peristiwa2 eksternal. Pendekatan stakeholder juga diterapkan
secara internal, khususnya pada manajer individual di area2 fungsional
tradisional. Para manajer ini dapat dilihat sebagai saluran melalui dimana
stakeholder eksternal yg lain terpengaruh. Marketing dan Sales Profesional
dan Manajer sebagai Stakeholder Sales profesional dan manajer terus terlibat
secara elektronik dan/atau tatap muka dengan pelanggan, pemasok, dan
vendor. Sales profesional juga dievaluasi berdasarkan kuota dan ekspektasi
hitungan basis mingguan, bulanan, dan triwulanan. Stress dan tekanan utk
memenuhi harapan selalu ada. Sales profesional harus secara kontinyu
menyeimbangkan etika diri dan tekanan profesi mereka. Dilema sering
muncul: Siapa yg saya wakili? Bobot apa yg dimiliki kepercayaan dan etika
saya saat diukur dibandingkan dengan penilaian kinerja departemen dan
perusahaan pada saya? Pertanyaan penting yang lain untuk sales
profesional adalah Dimana batas antara praktik yg tidak etis dan etis bagi
saya? R&D, Engineering Professionals, dan Manajer sebagai Stakeholder
Manajer R&D dan insinyur bertanggungjawab atas keamanan dan keandalan
desain produk. Produk yang salah dapat menyebabkan kemarahan publik,
yang dapat mengakibatkan liputan media yang tidak diinginkan dan mungkin
(mungkin dibenarkan) tuntutan hukum. Manajer R&D harus bekerja dan
berkomunikasi secara efektif dan sungguh2 dengan profesional dalam bidang
manufaktur, pemasaran, dan sistem informasi; manajer senior; kontraktor;
dan perwakilan pemerintah, sampai beberapa stakeholder mereka. Akuntansi
dan Keuangan Profesional dan Manajer sebagai Stakeholder Akuntansi dan
keuangan profesional bertanggung jawab untuk kesejahteraan klien dengan
menjaga kepentingan keuangan mereka. Perencana keuangan, broker,
akuntan, pengelola reksa dana, bankir, ahli penilaian, dan agen asuransi
memiliki tanggung jawab untuk memastikan handal dan akurat transaksi dan
pelaporan uang dan aset orang lain. Banyak profesi ini adalah bagian dari
industri diatur; Public Relations Manajer sebagai Stakeholder Public relations
(PR) manajer harus terus-menerus berinteraksi dengan kelompok-kelompok
di luar dan eksekutif perusahaan, terutama di zaman ketika media yang
komunikasi, hubungan eksternal, dan bermain pengawasan publik peran
penting tersebut. Manajer PR bertanggung jawab untuk transmisi,
penerimaan, dan menafsirkan informasi tentang karyawan, produk, jasa, dan
perusahaan. Sumber Manajer manusia sebagai Stakeholder Manajer sumber
daya manusia (HRMS) berada di garis depan membantu lainnya manajer
merekrut, mempekerjakan, api, mempromosikan, mengevaluasi,
penghargaan, disiplin, transfer, dan karyawan nasihat. Mereka bernegosiasi
permukiman serikat dan membantu pemerintah dengan menegakkan Equal
Employment Opportunity Commission (EEOC) standar. Ringkasan Tanggung

jawab Moral Manajerial Ahli dan manajer area fungsional dihadapkan dengan
menyeimbangkan tujuan keuntungan operasional dan kewajiban moral
perusahaan terhadap stakeholders. Tekanan tersebut dianggap "bagian dari
pekerjaan." Sayangnya, jelas arah perusahaan untuk menyelesaikan dilema
yang melibatkan konflik antara hak-hak individu dan kepentingan ekonomi
perusahaan umumnya tidak tersedia. Menggunakan analisis stakeholder
adalah "seperti berjalan di sepatu lain profesional. "Anda mendapatkan rasa
tekanan nya. Menggunakan pemangku kepentingan yang Analisis adalah
langkah untuk mengklarifikasi isu yang terlibat dalam menyelesaikan etis
dilema. Permasalahan Manajemen, Stakeholder Pendekatan, Dan Etika:
Integrasi Kerangka Metode Isu manajemen melengkapi pendekatan
manajemen stakeholder. Mungkin akan membantu untuk memulai dengan
mengidentifikasi dan menganalisis isu-isu utama sebelum melakukan analisis
pemangku kepentingan. Banyak perusahaan besar terkemuka menggunakan
masalah manajer dan metode untuk mengidentifikasi, melacak, dan
menanggapi tren yang menawarkan peluang potensial, serta ancaman
terhadap perusahaan. Sebelum membahas cara mengintegrasikan
manajemen pemangku kepentingan (dan analisis) untuk isu-isu manajemen,
manajemen isu didefinisikan. Apa Itu Publik "Issue"? Isu adalah masalah,
pertentangan, atau argumen yang menyangkut kedua organisasi dan satu
atau lebih dari para pemangku kepentingan dan / atau pemegang saham.
Juga, "Pikirkan dari masalah seperti kesenjangan antara tindakan dan
harapan stakeholder. Kedua, memikirkan isu manajemen sebagai proses
yang digunakan untuk menutup kesenjangan tersebut. Kesenjangan bisa
ditutup dalam beberapa cara, dengan menggunakan beberapa strategi.
Metode utama adalah menggunakan kebijakan akomodatif. Memberikan
pendidikan publik, dialog masyarakat, dan mengubah harapan melalui
komunikasi beberapa strategi akomodatif yang digunakan dalam manajemen
isu. Memecahkan masalah rumit kadang-kadang membutuhkan tindakan
radikal, seperti mengganti anggota dari dewan direksi dan tim manajemen
senior. Masalah Umum Lainnya Ada jenis lain dari isu-isu publik dari
lingkungan eksternal yang melibatkan perusahaan yang berbeda dan
industri. Misalnya, masalah obesitas telah menjadi menonjol di Amerika
Serikat. Setelah dianggap sebagai masalah gaya hidup pribadi, obesitas kini
dipandang sebagai penyakit kesehatan masyarakat, dengan pengobatannya
harus dibayar oleh asuransi kesehatan seseorang. Masalah ini melibatkan
perusahaan asuransi, perusahaan-perusahaan yang mempekerjakan individu
menghadapi ini masalah, pengacara ketenagakerjaan, keluarga dari orangorang yang terkena dampak, dan pembayar pajak, untuk beberapa nama. Isu
publik lain yang mempengaruhi banyak pemangku kepentingan adalah driver
yang minum. Ibu AS yang telah kehilangan anak anak mereka fenomena
yang berkembang ini telah menemukan bahwa masalah ini tidak satu set
peristiwa yang terisolasi, tapi luas. Stakeholder dan Isu Manajemen:
"Menghubungkan Dots" Isu dan manajemen pemangku kepentingan
digunakan secara bergantian oleh para sarjana dan praktisi perusahaan,
sebagai dua kutipan berikut menggambarkan: Bagi banyak keadaan sulit
sosial, pemangku kepentingan dan isu-isu mewakili dua sisi yang saling
melengkapi dari coin sama. Stakeholder cenderung untuk mengatur sekitar
isu-isu "panas", dan isu-isu biasanya terkait dengan kelompok pemangku
kepentingan vokal tertentu. Sarjana isu-isu manajemen Oleh karena itu dapat
menjelajahi bagaimana isu-isu manajemen memerlukan prioritas pemangku
kepentingan, dan bagaimana manajemen pemangku kepentingan akan

difasilitasi ketika manajer memiliki pengetahuan yang mendalam tentang isu


agenda pemangku kepentingan. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan
bahwa apakah atau tidak stakeholder memutuskan untuk terlibat dengan isuisu tertentu memiliki pengaruh besar pada masalah evolusi, dan seperti
halnya waktu dan tingkat mereka keterlibatan. Tingkatan keempat Model
siklus hidup Thomas Marx menawarkan sebuah model yang berkaitan
sebagai fase ketujuh dari kerangka yang disampaikan diatas. Marx
mengamati bahwa permasalahan berkembang dari tingkatan yang keempat
siklus hidup dari harapan sosial ke kontrol sosial seperti pada tahapa-tahap
berikut (Figur 2.10). 1) Harapan social 2) Permasalahan politik 3) Undangundang 4) Kontrol sosial Mengelola Krisis Metode manajemen krisis
dikembangkan dari mempelajari bagaimana perusahaan dan para pemimpin
merespon krisis. Menggunakan manajemen krisis dengan metode pemegang
kepentingan adalah penting untuk memahami dan kemungkinan untuk
mencegah kegagalan di masa depan karena krisis terus berlanjut dalam
beberapa area: produk/krisis jasa (contohnya kecelakaan JetBlue tahun 2007
akibat cuaca), sistem keuangan (kasus Enron), dan proyek
pemerintah/kontraktor privat. Sir Michael Bishop merespon krisis yang dia
hadapi dalam cerita sebelumnya adalah sebuah cerita kesuksesan.
Sayangnya, kebanyakan pemimpin perusahaan tidak meresponnya secara
berani. Bagaimana Para Eksekutif Telah Merespon Krisis Bagaimanapun juga,
sebuah model krisis manajemen klasik telah dikembangkan oleh Matthews,
Goodpaster, dan Nash memberikan anjuran sebuah tipe yang berbeda dari
mode respon CEO dalam lima fase dari respon sosial perusahaan kepada
krisis berhubungan dengan produk krisis manajemen. Model ini berdasar
pada studi penulis tentang bagaimana perusahaan harus merespon krisis
yang serius. Fase tersebut adalah (1) reaksi, (2) pertahananan, (3) wawasan,
(4) akomodasi, dan (5) agensi (Figur 2.12). Baca ulang kasus Mattel pada
akhir bab ini dan terpakan metode manajemen krisiss ini selama anda
melanjutkan membaca. Rekomendasi Manajemen Krisis Rekomendasi taktis
berikut ini juga membantu pencegahan dan penanganan krisis teknik: 1)
Memahami seluruh bisnis Anda dan dependensi 2) Pahami bisnis Anda
memberikan dasar bagi semua kebijakan dan proses selanjutnya didasarkan
dan, oleh karena itu, tidak boleh terburu-buru 3) Melaksanakan penilaian
dampak bisnis 4) Setelah mengidentifikasi proses misi kritis, penting untuk
menentukan apa dampaknya jika krisis terjadi. Proses ini harus menilai
kualitatif (seperti tingkat keuangan dan layanan) dan kualitatif (seperti
operasional, reputasi, hukum dan peraturan) dampak yang mungkin timbul
dari krisis dan tingkat minimum sumber daya untuk pemulihan. 5) Lengkapi
penilaian risiko 360 derajat 6) Ini digunakan untuk menentukan ancaman
internal dan eksternal yang dapat menyebabkan gangguan dan kemungkinan
kejadian serupa. Memanfaatkan pengakuan teknik risiko, skor dapat dicapai,
seperti tinggi menengah rendah, satu untuk 10, pr tidak dapat diterima /
risiko yang dapat diterima 7) Mengembangkan respon yang layak, relevan,
dan menarik 8) Ada dua bagian untuk tahap ini: mengembangkan respon
rinci untuk insiden dan perumusan rencana krisis bisnis yang mendukung
respon tersebut 9) Rencana penggunaan, pemeliharaan, dan audit 10)
Sebuah rencana krisis bisnis tidak dapat dianggap handal sampai telah diuji.
Menggunakan rencana tersebut cukup penting, sebagai rencana belum teruji
menjadi rencana dipercaya. Akhirnya, masalah, metode manajemen krisis
dan teknik pencegahan hanya afektif dalam perusahaan jika: 1) Manajemen
puncak adalah pendukung dan berpartisipasi 2) Keterlibatan adalah lintas

departemen 3) Isu unit manajemen cocok dengan budaya perusahaan 4)


Output, bukan proses, adalah fokus

Anda mungkin juga menyukai