Anda di halaman 1dari 43

LEMBAGA ZAKAT DAN

LEMBAGA WAKAF
Disusun Oleh :
Bagus Chandra
20130420279
Arif Al Majid P
20130420306
Bernanda Widya Santoso
20130420404
Muhammad Yusuf Hidayat
20130420410

Lembaga Zakat

Pengertian zakat
Menurut istilah, zakat berarti kewajiban
seorang muslim untuk mengeluarkan nilai
bersih dari kekayaannya yang tidak melebihi
satu nisab yang diberikan kepada mustahik
dengan beberapa syarat yang telah
ditentukan

Lembaga Zakat

Zakat di Indonesia
Dalam konteks kenegaraan, zakat seharusnya
menjadi bagian utama dalam penerimaan
negara. Zakat harus masuk dalam kerangka
kebijakan fiskal negara dan bukan hanya
dijadikan pengeluaran pengurang penghasilan
kena pajak. Zakat harus dikelola oleh negara
dan ditegakkan hukummnya dalam peraturan
perundangan-undangan yang mengatur
berbagai aspek tentang zakat

Lembaga Zakat

Tujuan dan Hikmah Pengelolaan Zakat


Manajemen pengelolaan Zakat
Manajemen Pengelolaan hasil pengumpulan
zakat

Tujuan dan Hikmah Pengelolaan Zakat


Tujuan pengelolaan zakat menurut amanah UndangUndanga No 38 Tahun 1999 adalah :
1. Meningkatkan pelayanan bagi masyarakat
2. Meningkatnya fungsi dan peranan pranata
keagamaan
3. Meningkatan hasil guna dan daya guna zakat

Tujuan dan Hikmah Pengelolaan Zakat


Sedangkan hikmah zakat adalah :
1. Menghindari kesenjangan sosial
2. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
3. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan
orang jahat
4. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT
berikan
5. Untuk pengembangan potensi umat
6. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
7. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek
yang berguna bagi umat

Manajemen Pengelolaan Zakat


Pengelolaan Zakat
Pengelolaan zakat adalah kegiatan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan
terhadap pengumpulan dan pendistribusian serta
pendayagunaan zakat.
Bagian yang tak terpisahkan dari pengelolaan zakat
adalah :
Muzakki dan harta yang dizakati
Mustahik
Amil

Muzakki dan harta yang dizakati


Muzakki
Muzakki adalah seorang muslim yang dibebani
kewajiban mengeluarkan zakat yang disebabkan
terdapat kemampuan harta setelah sampai pada
nisab dan haulnya.
Zakat secara umum terdiri dari dua macam :
1. Zakat yang berhubungan dengan jiwa manusia
( Zakat Fitrah )
2. Zakat yang berhubungan dengan harta ( Zakat
mal )

Zakat Fitrah
Zakat fitrah adalah sejumlah bahan makan pokok
yang dikeluarkan pada bulan Ramadhan oleh setiap
muslim bagi dirinya dan bagi orang yang
ditanggungnya yang memiliki kelebihan makanan
pokok untuk sehari pada hari raya Idul Fitri.
Besarnya Zakat Fitrah menurut ukuran sekarang
adalah 2.176 kg.

Zakat Mal
Zakat Mal adalah bagian harta yang disisihkan oleh
seorang muslim atau badan yang dimiliki oleh seorang
muslim sesuai dengan ketentuan agama untuk diberikan
kepada yang berhak menerimanya. Syaratnya adalah :
Milik penuh
berkembang
Cukup Nisab
Lebih dari kebutuhan pokok
Bebas dari Utang
Sudah berlalu satu tahun ( haul )

Zakat Mal
Macam Macam Zakat Mal antara lain :
1. Emas, Perak dan Uang
2. Perdagangan dan Perusahaan
3. Hasil Pertanian dan Perkebunan
4. Hasil Pertambangan
5. Hasil Peternakan
Zakat Unta
b. Zakat Sapi
c. Zakat Kambing atau domba
d. Ternak Unggas
a.

6. Hasil Pendapatan dan jasa


7. Rikaz

Zakat Emas Perak dan Uang


Seorang muslim, yang mempunyai emas
dan perak wajib mengeluarkan zakat bila sesuai
dengan nisab dan haulnya.
Nisab Emas adalah 20 dinar atau setara
dengan 85 gram dan nisab perak adalah 200
dirham atau setara dengan 672 gram.

Zakat perdagangan dan Perusahaan


Nisab Zakat perdagangan sama dengan
nisab emas yaitu senilai 85 gram emas, dengan
kadar zakatnya sebesar 2.5%.
Perhitungan zakat dilakukan dengan rumus :
(Modal diputar + Keuntungan + Piutang yang
dapat dicairkan) ( Utang + Kerugian ) x 2.5
%

Zakat Hasil Pertanian dan Perkebunan


Nisab hasil pertanian adalah 5 wasq atau setara
dengan 750 kg.
Jika hasil pertanian merupakan makanan pokok,
maka nisabnya 750kg dari hasil pertanian tersebut.
Tapi, Jika hasil pertaniannya selain makanan pokok,
maka nisabnya disetarakan dengan nisab dari makanan
pokok yang paling umum di daerah tersebut.
Dilihat dari besar zakat yang dibayarkan, 10% bila
diari dengan air hujan sungai atau sejenisnya, dan 5%
jika diairi dengan disiram/irigasi.

Zakat hasil Pertambangan


Menurut mazhab Hanafi dan qaul mazhab
syafiI berpendapat bahwa yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah 1/5. sedangkan
mazahab Maliki, SyafiI dan Hambali
berpendapat bahwa yang wajib dikeluarkan
zakatnya adalah 1/40.

Zakat Hasil Peternakan

Zakat Unta
Nisab unta adalah 5 ekor. Selanjutnya zakat itu bertambah,
jika jumlah unta yang dimilikinya juga bertambah
Zakat Sapi
Nisab Sapi adalah 30 ekor.
Zakat kambing atau domba
Nisab kambing atau domba adlaah 40 ekor. Selanjutnya, Jika
jumlah tersebut bertambah 100 ekor, maka zakatnya
bertambah 1 ekor.
Zakat ternak unggas
Nisab ternak unggas dan perikanan adalah setara dengan 20
dinar atau sama dengan 85 gram emas dengan kewajiban
zakat sebesar 2.5%.

Zakat hasil pendapatan dan jasa


Nisabnya zakat hasil pendapatan dan jasa
adalah sebesar 1.35 kg gabah atau 750 kg
beras. Sedangkan besar zakatnya dianalogikan
kepada zakat emas dan perak yakni sebesar
2.5%.

Zakat Rikaz
Zakat rikaz adalah sebesar 20% dan tidak
dipersyaratkan samapi satu tahun, karena zakat
wajib dibayarkan pada saat harta rikaz tersebut
didapat.

2. Amil
2.1 Badan Amil Zakat (BAZ)
Organisasi pengelola zakat yang dibentuk oleh
pemerintah, yang terdiri dan unsur masyarakat dan
pemerintah dengan tugas mengumpulkan,
mendistribusikan dan mendayagunakan zakat
sesuai dengan ketentuan agama.
1. Pembentukan BAZ
2. Pengurus dan Unsur Organisasi BAZ
3. Kewajiban BAZ
4. Pembubaran BAZ

A.

Pembentukan BAZ
Badan Amil Zakat dibentuk sesuai dengan
tingkatan wilayahnya masing-masing, yaitu:
1. Nasional dibentuk oleh presiden atau usul
menteri
2. Daerah provinsi dibentuk oleh gubernur
3. Daerah kota dibentuk oleh bupati
4. kecamatan dibentuk oleh camat

B.

Pengurus dan Unsur Organisasi BAZ


Pengurus BAZ terdiri atas unsur masyarakat dan
pemerintah yang memenuhi persyaratan tertentu.
Sedangkan organisasi BAZ atas, unsur
pelaksanaan, pertimbangan, dan pengawas,
yaitu:
1. Badan pelaksana
2. Dewan pertimbangan
3. Komisi pengawas
4. Kepengurusan badan amil zakat

C.

Kewajiban BAZ
Badan amil zakat mempunyai kewajiban yang harus
dilaksanakan, yaitu:
1. Melakukan kegiatan sesuai dengan program kerja yang telah
dibuat
2. Menyusun laporan tahunan, yang didalamnya termasuk
laporan keuangan
3. Mempublikasikan laporan keuangan tahunan yang telah
diaudit oleh akuntan publik
4. Menyerahkan laporan tersebut kepada pemerintah dan Dewan
Perwakilan Rakyat sesuai dengan tingkatannya
5. Merencanakan Kegiatan tahunan
6. Mengutamakan pendistribusian dan pendayagunaan dari dana
zakat yang diperoleh di daerah masing-masing sesuai dengan
tingkatannya

D.

Pembubaran BAZ
Mekanisme peninjauan ulang terhadap baz BAZ
melalui tahapan sebagai berikut:
1. Diberikan peringatan secara trtulis oleh
pemerintah sesuai dengan tingkatannya yang
telah membentuk BAZ
2. Bila peringatan tlah dilakukan sebanyak 3 kali
dan tidak ada perbaikan, maka pembentukan
dapat ditinjau ulang dengan susunan penguruh
yang baru.

2.2 Lembaga Amil Zakat (LAZ)


Institusi pengelola zakat yang sepenuhnya
dibentuk atas prakarsa masyarakat dan oleh
masyarakat yang bergerak dibidang dakwah,
sosial, pendidikan, dan kemaslahatan Umat Islam
1. Pengesahan atau pengukuhan LAZ
2. Kewajiban LAZ
3. Pencabutan Pengukuhan BAZ

A.

Pengesahan atau Pengukuhan LAZ


syarat pengesahan:
1. Akta pendirian (berbadan hukum)
2. Data muzakki dan mustahik
3. Daftar penyusunan pengurus
4. Rencana Program kerja jangka pendek,
jangka menengah, dan jangka panjang
5. Neraca atau posisi laporan keuangan
6. Surat pernyataan bersedia untuk diaudit

B.

Kewajiban LAZ
LAZ memiliki kewajiban, yaitu:
1. Segera melakukan kegiatan sesuai dengan
program kerja yang telah dibuat
2. Menyusun laporan, termasuk laporan
keuangan
3. Memublikasikan laporan keuangan yang telah
diaudit media massa
4. Menyerahkan laporan kepada pemerintah

C.

Pencabutan Pengukuhan LAZ


Pengukuhan LAZ dapat ditinjau kembali, apabila
tidak memenuhi persyaratan dan tidak
melaksanakan kewajibannya. Peninjauan ulang
terhadap LAZ dilakukan melalui tahapan
pemberian peringatan secara tertulis sampai 3
kali dan baru dilakukan pencabutan pengukuhan.

3. Mustahik

Ada 8 kategori yang termasuk golongan mustahik


1. Fakir (orang yang tidak memiliki harta)
2. Miskin (orang yang penghasilannya tidak mencukupi)
3. Riqab (hamba sahaya atau budak)
4. Gharim (orang yang memiliki banyak hutang)
5. Mualaf (orang yang baru masuk Islam)
6. Fisabilillah (pejuang di jalan Allah)
7. Ibnu Sabil (musyafir dan para pelajar perantauan)
8. Amil zakat (panitia penerima dan pengelola dana
zakat)

D. MEKANISME PENGELOLAAN
HASIL PENGUMPULAN ZAKAT
Menurut Didin Hafidudhin, pengelolaan zakat melalui lembaga amil
didasarkan beberapa pertimbangan. Pertama, untuk menjamin
kepastian dan disiplin pembayaran zakat. Kedua, menjaga perasaan
rendah diri para mustahik apabila berhadapan langsung untuk
menerima haknya dari muzaki. Ketiga untuk mencapai efisiensi,
efektifitas dan sasaran yang tepat dalam menggunakan harta zakat
menurut skala proritas yang ada disuatu tempat misalnya apakah
disalurkan dalam bentuk konsumtif ataukah dalam bentuk produktif
untuk mengingkatkan kegiatan para usaha para mustahik. Keempat
untuk memperlihatkan syiar Islam dan semangat penyelenggaraan
negara dan pemerintahan yang Islami. Sebaliknya jika
penyelenggaraan zakat itu begitu saja diserahkan kepada para muzakki,
maka nasib dan hak-hak orang miskin dan para mustahik lainnya
terhadap orang-orang kaya tidak memperoleh jaminan yang pasti.

Lembaga Pengelola Wakaf

LEMBAGA PENGELOLA
WAKAF

A. Pengertian
a.

b.

c.

d.

Secara etiomologi, wakaf berasal dari perkataan Arab Waqf yang berarti alHabs.
Definisi wakaf menurut ahli fikih adalah sebagai berikut :
Pertama, Hanafiyah mengartikan wakaf sebagai menahan materi benda
(al-ain) milik wakif dan menyedekakhkan atau mewakafkan manfaatnya
kepada siapa pun yang diinginkan untuk tujuan kebajikan.
Kedua, Malikiyah berpendapat, wakaf adalah menjadikan manfaat suatu harta
yang dimiliki (walaupun pemilikannya dengan cara sewa) untuk diberikan
kepada orang yang berhak dengan suatui akad (shighat) dalam jangka waktu
tertentu sesuai dengan keinginan wakif.
Ketiga, Syafiiyah mengartikan wakaf dengan menahan harta yang bisa
memeberi manfaat serta kekal materi bendanya (al-ain) dengan cara
memutuskan hak pengelolaan yang dimilikioleh wakif untuk diserahkan
kepada Nazhir yang dibolehkan oleh syariah.
Keempat, Hanabilah mendefinisikan wakaf dengan bahasa yang sederhana,
yaitu menahan asal harta (tanah) dan menyedkahkan manfaat yang dihasilkan.

B Dasar Hukum
Secara umum tidak terdapat ayat ayat Al-Quran menerangkan konsep
wakaf secara jelas. Oleh karena wakaf termasuk infaq fi sabilillah, maka
dasar yang digunakan para ulama dalam menerangkan konsep wakaf ini
didasarkan pada keumuman ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang
infaq fi sabilillah.
a. QS Al-Baqarah (2): 261
b. QS Al Baqarah (2) : 267
c. QS Ali Imran (3): 92
.

C. Sejarah dan Perkembangan Wakaf di Indonesia


Lembaga wakaf yang berasal dari agama Islam ini
telah diterima (diresepsi) menjadi hukum adat bangsa
Indonesia sendiri. Dalam perjalanan sejarah wakaf terus
berkembang dan akan selalu berkembang bersamaan
dengan laju perubahan zaman dengan berbagai inovasiinovasi yang relevan, seperti bentuk wakaf uang, wakaf
Hak atas Kekaayaan Intelektual (Haki), dan lain-lain.
Belakangan, wakaf mengalami perubahan
paradigmayang cukup tajam. Perubahan paradigma itu
terutama dalam pengelolaan wakaf yang ditujukan sebagai
instrumen menyejahterkan masyarakat muslim. Oleh
karena itu, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
bisnis dan manajemen.

D. Rukun dan Syarat

Rukun wakaf ada empat rukun yang mesti dipenuh dalam


berwakaf.
Adapun syarat-syarat wakaf, antara lain :
1. Syarat - syarat orang berwakaf (al-waqif).
2. Syarat - syarat harta yang diwakafkan (al-mauquf).
3. Syarat - syarat orang yang menerima manfaat wakaf (almauquf alaih).
4. Syarat - syarat Shigah berkaitan dengan isi ucapan (sighah)
perlu ada beberapa syarat.

E. Harta Benda Wakaf dan Pemanfaatannya

1.

Wakaf Benda Tidak Bergerak


Pasal 16 ayat 2, UU No. 41 Tahun 2004 dijelaskan bahwa benda
tidak bergerak yang dapat diwakafkan, yaitu :
a. Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan pertaturan perundangundangan yang berlaku, baik yang sudah maupun yang belum
terdaftar.
b. Bangunan atau bagian yang tediri di atas tanah.
c. Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah.
d. Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
e. Benda tidak bergerk lain sesuai dengan ketentuan syariah dan
pertaruran perundang-undangan yang berlaku.

Tata cara perwakafan tanah milik secara berurutan dapat diuraikan


sebagai berikut :
1. Perorangan atau badan hukum yang mewakafkan tanah hak
miliknya (sebagai calon wakif) diharuskan datang sendiri
dihadapan PPAIW untuk melaksanakan Ikrar Wakaf.
2. Calon wakif sebelum mkengikrarkan wakaf, terlebih dahulu
menyerahkan kepada PPAIW, surat-surat sebagai berikut :
a. Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan tanah
b. Surat keterangan kepala desa diperkuat oleh camat setempat
mengenai kebenaran pemilikan tanah dan tidak dalam sengketa
c. Surat keterangan pendaftaran tanah
d. Izin bupati/Wali kota madya
3. PPAIW meneliti surat-surat dan syarat-syarat, apakah sudah
memenuhi untuk pelepasan hak atas tanah (untuk diwakafkan),
meneliti saksi-saksi dan mengesahkan susuna nadzir.

3.

4.

Dihadapan PPAIW dan dua orang saksi, wakif mengikrarkan atau mengucapkan
kehendak wakaf itu kepada nadzir yang telah disahkan. Ikrar wakaf tersebut
diucapkan dengan jelas, tegas, dan dituangkan dalam bentuk tertulis (ikrar wakaf
bentuk W.1).
PPAIW segera membuat akta ikrar wakaf (bentuk W.2) rangkap empat dengan
dibubuhi materi menurut ketentuan yang berlaku dan selanjutnya, selambatnyalambatnya satu bulan dibuat ikrar wakaf, tiap-tiap lembar harus telah dikirim dengan
pengaturan pendistribusiannya sebagai berikut :
a. Akta Ikrar Wakaf :
1. Lembar pertama disimpan PPAIW
2. Lemabar kedua sebagai lampiran surat permohonan pendaftaran tanah wakaf ke
kantor Sundit Agraria setempat (W.7)
3. Lembar ketiga untuk Pengadilan Agama setempat
b. Salinan Akta Ikrar Wakaf :
1. Lembar pertama untuk wakaf
2. Lembar kedua untuk nadzir
3. Lembar ketiga untuk Kandep
4. Lembar keempat untuk kepala desa setempat

Wakaf Benda Bergerak

Benda Bergerak dapat Dihabiskan


Benda Bergerak tidak dapat Dihabiskan

Pasal 16 Ayat 3,UU No.41 tahun 2004 :


1. Uang
2. Logam Mulia
3. Surat Beharga
4. Kendaraan
5. Hak atas Kekayaan Intelektual
6. Hak Sewa
7. Benda Bergerak lain Sesuai Ketentuan Syariah

Pemanfaatan Harta Benda Wakaf


Pasal 22 UU No.41 tahun 2004 :
1. Sarana dan Kegiatan Ibadah
2. Sarana dan Kegiatan Pendidikan serta
Kesehatan
3. Bantuan Kepada Fakir Miskin, Anak
Terlantar, Yatim Piatu, Bea Siswa
4. Kemajuan dan Peningkatan Ekonomi Umat
5. Kemajuan Kesejahteraan Umum lainya

Badan Wakaf Indonesia


Diangkat Oleh Presiden di Jakarta 13 Juli 2007
Kepengurusan :
1. Dewan Pelaksana dan Dewan Pertimbangan
2. Devisi Devisi
3. Terdiri dari 20 30 Orang
4. Keanggotaan BWI diangkat Dan
Diberhentikan Oleh Presiden
5. Masa Jabatan selama 3 Tahun

Tugas dan Wewenang


UU No.41/2004 Pasal 49 Ayat 1 :
1. Melakukan Pembinaan Terhadap Nazhir
2. Melakukan Pengelolaan dan Pengembangan
Harta Benda wakaf berskala Nasional Dan
Internasional
3. Memberi Persetujuan Dan Izin Peruntukan dan
Status Harta Benda Wakaf
4. Memberhentikan Dan Menganti Nazhir
5. Memberikan Saran dan Pertimbangan kepada
pemerintah atas penyusunan kebijakan Wakaf

Strategi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Meningkatkan Kompetensi dan Jaringan


Membuat Peraturan Dan Kebijakan Perwakafan
Meningkatkan Kesadaran Dan Kemauan Masyarakat
untuk Berwakaf
Meningkatkan Profesionalitas Dan Keamanahan Nazhir
Mengoordinasi Dan Membina Seluruh Nazhir
Menertibkan Pengadminitrasian
Mengawasi Dan Melindungi Harta Benda Wakaf
Menghimpun, Mengelola Dan Mengembangkan Harta
Benda Wakaf

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai