Anda di halaman 1dari 2

Cara pengendalian/penghambatan pertumbuhan jamur Penicillium expansum pada buah:

1. Penanganan pascapanen yang tepat dan dapat membuat kondisi ruang penyimpanan
yang tidak memungkinkan spora jamur untuk tumbuh. Penanganan ini mencakup:
a. strerilisasi ruang penyimpanan dan alat-alat pengemasan
b. menghindari kontaminasi buah dan ruang penyimpanan dari tanah yang terbawa
saat buah dipanen, dan
c. mengganti air yang digunakan untuk pencucian dan penanganan buah secara
berkala.
d. buah harus dipanen pada waktu yang tepat (tidak terlalu mentah ketika dipanen,
tetapi juga tidak terlalu matang) dan ditempatkan pada ruang bersuhu rendah
sesegera mungkin setelah dibersihkan. Selain itu hindari ruang penyimpanan yang
lembab.
2. Mengindari kerusakan fisik pada buah. Buah yang rusak akan mempercepat
pertumbuhan jamur dan pembusukan, sehingga penanganan yang baik selama panen
dan pendistribusian sangat penting untuk menghindari kerusakan. Selain itu perlu juga
memperhatikan

bagian-bagian

mesin

pengemasan

atau

pengolahan

yang

memungkinkan menimbulkan kerusakan pada buah selama proses berlangsung,


misalnya bagian-bagian yang tajam, keras, atau bagian lain yang memungkinkan
menimbulkan cacat fisik pada buah.
3. Penanganan secara kimiawi. Membasmi spora jamur dapat dilakukan dengan berbagai
perlakuan dengan bahan kimiawi seperti berikut:
a. Menggunakan chlorine (100 ppm) atau Sodium O-phenylphenate (SOPP)
(0.3-0.5%) pada saat pencucian buah atau sterilisasi ruang penyimpanan.
b. Menggunakan kombinasi chlorine dan diphenylamine (DPA) untuk mencuci
buah setelah dipanen. Tetapi yang perlu diperhatikan adalah kedua
senyawa ini perlu perlakuan khusus. Buah setelah dipanen disemprot
dengan chlorin, kemudian chlorine harus dihilangkan dahulu sebelum
disemprot dengan DPA.
c. Dengan perlakuan ozone. Meskipun hal ini jarang dilakukan, tetapi ozone tidak
mempunyai efek residual seperti klorin, sehingga cukup aman untuk digunakan.
d. Dengan senyawa fungisida seperti thiabendazoles (Mertect 16 fl
oz/100gal)

dan Captan 50W (2.5 lbs/100gal) untuk menghindari

kerusakan selama penyimpanan. Tetapi fungisida jenis Captan harus


dikombinasikan dengan fungisida lain karena fungisida ini masih
mempunyai efektivitas yang rendah untuk melindungi buah
4. Dengan kontrol biologi, yakni dengan menggunakan mikroorganisme lain untuk
menghambat atau menghentikan aktivitas mikroorganisme patogen. Pada umumnya

mikroorganisme yang digunakan sebagai agen biokontrol ini adalah bakteri dan
khamir. Penghambatan yang dibentuk diduga karena adanya mekanisme enzimatik
yang dihasilkan oleh khamir, terjadi kompetisi makanan, tempat hidup antara khamir
dengan cendawan patogen. Enzim yang dihasilkan oleh khamir mampu mendegradasi
dinding sel patogen dengan merangsang hidrolisis kandungan kitin (poli 1,4(acetamido-2-deoxy)-D-glucosida yang merupakan komponen terbesar penyusun
dinding sel cendawan. Aktivitas enzim -1,2-glukanase dan ekto-kitinase khamir
Phichia membranefaciens dan Cryptococcus albidus mampu merusak dinding sel
Penicillium expansum. Buah yang diinokulasikan dengan khamir menjadikan buah
lebih tahan lama karena permukaannya dilapisi oleh khamir sehingga mampu
menghambat infeksi patogen. Pelapisan buah dengan menggunakan agen antagonis ini
dikenal dengan bioedible coating. Pelapisan buah dapat dilakukan dengan beberapa
cara yaitu pencelupan (dip application), penyemprotan (spray application),
pembuihan (foam application) dan penetesan (drip application). Potensi lain khamir
sebagai agens pengendali hayati yaitu khamir tidak menghasilkan spora alergenik atau
mikotoksin seperti cendawan patogen, sehingga memiliki sedikit resiko terhadap
konsumen, selain itu dapat tumbuh dengan cepat pada media yang murah, dan khamir
dapat dihasilkan dalam jumlah yang besar. Sel khamir juga mengandung vitamin,
mineral, dan asam amino penting digunakan dalam makanan. Dengan demikian secara
sosial masyarakat lebih bisa menerima penggunaan khamir untuk pengolahan
makanan.
Sumber:
Wilia, Weni, Widodo, dan Suryo Wiyono. 2012. Potensi Khamir untuk Mengendalikan
Penyakit Antraknosa (Colletotrichum acutatum l.) pada Tanaman Cabai. Jurnal
Agroiteknologi Vol 1 No.4, Oktober-December 2012 ISSN: 2302-6472.
Janisiewich, Wojciech. 1999. Blue Mold: Fruit Disease Focus. Diakses di
http://www.caf.wvu.edu/kearneysville/disease_month/bluemold0199.html
pada
Tanggal 24 Februari 2014 Pukul 11.30 WIB.

Anda mungkin juga menyukai