Anda di halaman 1dari 26

REFERAT

PERLUKAH PENGHENTIAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI?

Pembimbing:
Dr. Mustari, Sp. A

Penyusun:
Mariana Felichiani
030.06.155

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak RSUD Tarakan


Periode 12 September 20 November 2011
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan
karuniaNya, saya dapat menyelesaikan Referat dengan judul Perlukah Penghentian Pemberian
ASI pada Bayi? Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan

klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan periode 12 September 20
November 2011.
Saya menyadari bahwa Referat ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat Dr. Mustari SpA, atas keluangan waktu dan bimbingannya dalam cara menyusun
Referat yang baik dan benar dan pengetahuan yang telah diberikan kepada saya selama saya
menjalani Kepaniteraan klinik di bagian Anak.
Saya menyadari bahwa dalam kurangnya pengetahuan dan pengalaman, waktu yang
terbatas untuk pengumpulan data dan membuat penulisan referat ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat terbuka untuk menerima segala kritik dan saran yang
membangun. Akhirnya semoga Referat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan setiap
pembaca pada umumnya.

Jakarta, November 2011

Penulis

LEMBAR PENGESAHAN

Nama Penulis

: Mariana Felichiani

NIM

: 030.06.155

Judul Referat

: Perlukah Penghentian Pemberian ASI pada Bayi?

Telah diterima dan disetujui oleh pembimbing Dr. Mustari SpA


Pada November 2011.

Jakarta, November 2011

Dr. Mustari SpA

DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Lembar Pengesahan

ii

Daftar Isi

iii

BAB I Pendahuluan

BAB II Anatomi, Fisiologi, dan Mekanisme Laktasi


II.1. Anatomi Payudara Manusia

II.2. Fisiologi Laktasi

II.3. Mekanisme Menyusui

BAB III ASI


III.1. Definisi

III.2. Komposisi ASI

III.3. Volume ASI

III.4. Keunggulan ASI

III.5. Manfaat ASI

III.6. Pemberian ASI pada bayi (0-6 bulan)


III.7. Anjuran Cara Pemberian Makanan Bayi

10
10

BAB IV Perlukah Penghentian Pemberian ASI pada BAyi


IV.1. Penyakit pada Ibu

11

IV.2. Kehamilan baru

13

IV.3. Pengobatan pada Ibu

13

IV.4. Penyakit pada Bayi

18

BAB V Kesimpulan

20

Daftar Pustaka

22
BAB I
4

PENDAHULUAN

Proses menyusu yang sering disebut dengan Laktasi merupakan proses alami yang
sangat kompleks yang sesungguhnya sudah disiapkan secara bertahap pada diri seorang wanita
sesuai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan sejak awal. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan alami dan terbaik bagi bayi dan anak
baduta, baik dalam situasi normal terlebih dalam situasi darurat. Pemberian hanya ASI saja,
segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk air putih,
kecuali obat dan vitamin disebut ASI eksklusif. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai bayi
berumur 24 bulan.1
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi,
pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang
dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat
kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare
dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan
kelahiran.2
Selama bertahun-tahun, terlalu banyak ibu telah secara keliru diminta untuk berhenti
menyusui hanya karena mereka mengonsumsi obat-obatan tertentu. Keputusan untuk terus
menyusui ketika ibu berada dalam masa pengobatan, misalnya, seringkali lebih dipengaruhi oleh
kekhawatiran akan masuknya zat kimia/obat di dalam ASI. Padahal, seharusnya ada
pertimbangan resiko tidak menyusui, bagi ibu, bayi dan keluarga, serta tentu saja masyarakat.
Ada begitu banyak resiko tidak menyusui, jadi pertanyaan yang mendasar sesungguhnya
adalah: Apakah masuknya sejumlah kecil obat ke dalam ASI membuat menyusui menjadi lebih
berbahaya dibandingkan susu formula? Jawabannya hampir selalu tidak. ASI dengan hanya
sedikit obat hampir selalu lebih aman. Dengan kata lain, berhati-hati melanjutkan menyusui,
bukan berhenti. Pertimbangan yang sama perlu dilakukan ketika ibu maupun bayinya sakit.3

Ingat bahwa menghentikan proses menyusui selama satu minggu dapat mengakibatkan
penyapihan permanen karena bayi mungkin tidak mau menyusu langsung lagi pada payudara
ibu. Di sisi lain, perlu dipertimbangkan juga bahwa beberapa bayi mungkin menolak minum dari
botol, sehingga saran untuk berhenti menyusui bukan saja tidak tepat, tapi seringkali juga tidak
praktis. Di atas itu semua, adalah mudah menyarankan ibu untuk memerah ASI-nya sementara
bayi tidak menyusu, tapi hal ini tidak selalu mudah dalam prakteknya dan ibu dapat mengalami
pembengkakan yang menyakitkan.3

BAB II
ANATOMI, FISIOLOGI, DAN MEKANISME LAKTASI

II.1. Anatomi Payudara Manusia4


Secara vertikal payudara terletak diantara kosta II dan VI. Secara horisontal terletak
mulai dari pinggir sternum sampai linea aksilaris medialis. Secara anatomis dari luar payudara
manusia terdiri dari: korpus mammae, areola mammae dan papilla mammae.
Korpus mammae terdiri dari
jaringan

parenkim

dan

Jaringan

parenkim

terdiri

duktus,

lobulus

dan

stroma.
dari:

alveolus.

Jaringan stroma terdiri dari jaringan


ikat,

jaringan

lemak,

pembuluh

darah, saraf dan getah bening.


Payudara manusia tebagi kurang lebih 10-15 lobus yang melingkar keluar dimulai dari
papilla mammae dan terdiri dari sekelompok kelenjar yang memproduksi air susu. Masingmasing kelompok mempunyai saluran sendiri (duktus laktiferus), yang kemudian mengumpul di
dekat papila mammae. Pada ujung papilla mammae berkumpul sekitar 15-20 duktus kecil yang
terbuka.
Daerah yang hiperpigmentasi di sekitar papilla mammae disebut areola mammae. Papilla
mammae terdiri dari jaringan erektil yang akan terangsang dengan aktivitas menyusu, seksual
dan rangsangan dingin. Didalam payudara terdapat bangunan yang disebut alveolus, yang
merupakan tempat air susu diproduksi. Dari alveolus ini ASI disalurkan ke dalam saluran kecil
(duktulus), beberapa saluran kecil bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus). Di
dalam areola, saluran yang besar ini memusat ke dalam puting susu dan bermuara keluar.
Didalam dinding alveolus maupun saluran, terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat
memompa ASI keluar.
7

Ada 4 macam bentuk puting susu yaitu:


-

Normal

Pendek/ datar

Panjang

Terbenam/inverted
Namun bentuk-bentuk puting ini tidak selalu

berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik
sehingga membentuk tonjolan atau dot ke dalam mulut bayi.

II.2. Fisiologi Laktasi4


Laktasi atau menyusui merupakan proses integral dari daur reproduksi dan mempunyai
dua pengertan yaitu: produksi dan pengeluaran ASI. Keduanya harus sama baiknya. Secara
alamiah akibat pengaruh hormon maka akan terjadi perubahan secara bertahap sesuai umur dan
kondisi yaitu terdiri dari proses:
1.Mammogenesis: yaitu pembentukan kelenjar payudara
2.Galaktogenesis: yaitu proses pembentukan atau produksi ASI
3.Galaktopoesis : yaitu proses mempertahankan produksi ASI

1. Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas, saat pubertas, masa siklus
menstruasi, dan masa kehamilan
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru,
percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon
yang ikut membantu mempercepat pertumbuhannya adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik
gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid dan hormon pertumbuhan. Pada
8

usia 3 bulan kehamilan prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang
kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini
pengeluaran kolostrom masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin
meningkat hanya aktivitasnya dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
Setelah bayi lahir estrogen dan progesteron akan menurun drastis dan prolaktin akan
meningkat, oxytosin (hipofise posterior) meningkat, bila ada rangsang isap maka sel
mioepitelium buah dada berkontraksi.
2. Pembentukan air susu
Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek Prolaktin dan refleks Oxytosin atau Let
Down Reflex .

3. Pemeliharaan pengeluaran air susu


Hubungan yang utuh antara hipotalamus dan hipofise akan mengatur kadar prolaktin dan
oksitosin dalam darah. Hormon-hormon ini sangat perlu untuk pengeluaran permulaan dan
pemeliharaan penyediaan air susu selama menyusui. Proses menyusui memerlukan pembuatan
dan pengeluaran air susu dari alveoli ke sistem duktus. Bila susu tidak dikeluarkan akan
9

mengakibatkan berkurangnya sirkulasi darah kapiler yang menyebabkan terlambatnya proses


menyusui.
Berkurangnya rangsangan menyusui oleh bayi misalnya bila kekuatan isapan kurang,
frekuensi isapan yang kurang dan singkatnya waktu menyusui ini berarti pelepasan prolaktin dari
hipofise berkurang, sehingga pembuatan air susu berkurang, karena diperlukan kadar prolaktin
yang cukup untuk mempertahankan pengeluaran air susu mulai sejak minggu pertama kelahiran
Pengeluaran prolaktin dihambat oleh beberapa faktor yang penghambat, yang belum jelas
bahannya, namun beberapa bahan seperti dopamin, serotonin, katekolamin, dihubungkan ada
sangkut pautnya dengan pengeluaran prolaktin.
Oksitosin bekerja pada sel-sel moepitelium pada alveoli kelenjar mammae. Hormon ini
berfungsi memacu kontraksi otot polos yang ada di dinding alveolus dan dinding saluran,
sehingga ASI dipompa keluar. Makin sering menyusui, pengosongan alveolus dan saluran
semakin baik sehingga kemungkinan terjadinya bendungan susu semakin kecil dan menyusui
akan semakin lacar.
Jadi peranan prolaktin dan oksitosin mutlak diperlukan dalam laktasi.

II.3. Mekanisme Menyusui4


Pada bayi yang sehat mempunyai 3 reflek intrinsik yang diperlukan untuk berhasilnya
menyusui yaitu:
1. Refleks mencari (Rooting reflex)
Sentuhan pada bibir, bayi membuka mulut dan menangkap puting susu.
2. Reflek menghisap (Sucking reflex)
Puting dalam mulut bayi: langit-langit/ palatum molle tersentuh, bayi mengisap. Areola
masuk, lidah menekan sinus laktiferus, ASI terperas keluar.
3. Refleks menelan (Swallowing reflex)
10

BAB III
ASI

III.1. Definisi5
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini.
Pada tahun 2001 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa ASI eksklusif
selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan
sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
III.2. Komposisi ASI1
Tahapan produksi ASI adalah Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur. Kolostrum adalah
ASI yang berwarna kekuning-kuningan atau jernih dan lebih kental, dan hanya diproduksi pada
hari-hari pertama bayi lahir.
Setiap kali menyusui, ASI yang dihasilkan mempunyai macam atau jenis yang berbeda
yaitu sebagai berikut:
Foremilk: adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar
air tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa serta nutrisi lainnya tetapi rendah lemak;
Hindmilk: adalah ASI mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat tenaga/energi
dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui.
Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang),
sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI
yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkurang.
Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand. Sedangkan komposisi nilai gizi ASI
dan kolostrum secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.

11

Tabel 1. Komposisi Kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)


No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10
11.
12.

Zat-zat Gizi
Energi
Protein
Kasein
Laktosa
Lemak
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B12
Kalsium
Zat besi (Fe)
Fosfor

Satuan
Kkal
G
Mg
G
G
Ug
Ug
Ug
Mg
Mg
Mg
Mg

Kolostrum
58.0
2.3
140.0
5.3
2.9
151.0
1.9
30.0
0.05
39.0
70.0
14.0

ASI
70
0.9
187.0
7.3
4.2
75.0
14.0
40.0
0.1
35.0
100.0
15.0

Sumber: Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC, 1980

III.3. Volume ASI1


Pada bulan-bulan terahir kehamilan sering ada sekresi kolostrum pada payudara ibu
hamil. Setelah persalinan apabila bayi mulai mengisap payudara, maka produksi ASI bertambah
secara cepat. Dalam kondisi normal ASI diproduksi sebanyak 10-100 cc pada hari-hari pertama.
Produksi ASI menjadi konstan setelah hari ke 10 sampai ke 14. Bayi yang sehat selanjutnya
mengkonsumsi sebanyak 700-800 cc ASI perhari, namun kadang-kadang ada yang
mengkonsumsi kurang dari 600 cc atau bahkan hampir 1 liter perhari dan tetap menunjukkan
tingkat pertumbuhan yang sama. Keadaan kurang gizi tingkat berat pada ibu, baik pada waktu
hamil maupun menyusui dapat mempengaruhi volume ASI. Produksi ASI pada ibu kurang gizi
menjadi lebih sedikit jumlahnya, yaitu hanya berkisar antara 500-700 cc pada 6 bulan pertama
usia bayi, 400-600 cc pada 6 bulan kedua dan 300-500 cc pada tahun kedua usia anak.
III.4. Keunggulan ASI1
a. ASI (Kolostrum) mengandung zat kekebalan untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi, terutama diare dan infeksi saluran pernafasan akut
b. ASI meningkatkan kecerdasan anak dibandingkan yang tidak mendapatkan ASI
c. ASI mengandung energi dan zat-zat gizi lainnya yang paling sempurna serta cairan
hidup yang sesuai dengan kebutuhan bayi hingga berumur 6 bulan. Setelah 6 bulan, ASI
masih dibutuhkan hingga anak berusia 2 tahun
12

d. ASI bersih, sehat, aman, mudah dicerna dan selalu tersedia dengan suhu yang sesuai.
III.5. Manfaat ASI1
Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi, ibu dan keluarga, yaitu pada:
Bayi
a. Merupakan makanan alami yang sempurna
b. Tersedia setiap saat dengan suhu yang sesuai
c. Mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang sempurna
d. Mengandung Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak
jenuh rantai panjang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal yang
bermanfaat untuk kecerdasan bayi
e. Mengandung zat kekebalan untuk bayi terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, batuk pilek,
radang tenggorokan dan gangguan pernapasan)
f. Melindungi bayi dari alergi
g. Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan dalam keadaan segar
h. Tidak pernah basi, dapat diberikan kapan saja dan dimana saja
i. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernafasan bayi.
Ibu
a. Menjalin kasih sayang antara ibu dengan bayi
b. Mengurangi perdarahan setelah persalinan
c. Mempercepat pemulihan kesehatan ibu
d. Menunda kehamilan berikutnya
e. Mengurangi risiko terkena kanker payudara
f. Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan setiap saat bayi membutuhkan
g. Menumbuhkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui
Keluarga
a. Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya
13

b. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol, misalnya merebus air dan
mencuci peralatan
c. Tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati anak yang sering sakit karena
pemberian susu botol
III.6. Pemberian ASI pada Bayi (0-6 bulan)1
Menurut Direktorat Bidan Gizi masyarakat, pemberian ASI pada bayi berusia 0-6 tahun
adalah:
1. Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama
setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat
bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, karena
dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
2. Beri kolostrum Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang
dibutuhkan oleh bayi.
3. Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya.
Pemberian ASI dilakukan 8-10 kali setiap hari.

III.7. Anjuran Cara Pemberian Makanan Bayi1


Berikan ASI segera setelah lahir (dalam waktu 30 menit pertama)
Berikan hanya ASI saja sejak lahir sampai umur 6 bulan (ASI Eksklusif)
Tetap memberikan ASI sampai anak berumur 2 tahun.

14

BAB IV
PERLUKAH PENGHENTIAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI?

IV.1. Penyakit pada Ibu3,6


Hanya sedikit jenis penyakit pada ibu yang mengharuskan ibu berhenti menyusui. 3,6 Hal
tersebut sesuai untuk berbagai infeksi yang diderita ibu, dan infeksi adalah jenis penyakit yang
paling umum, yang biasanya digunakan sebagai alasan dalam menyarankan seorang ibu untuk
berhenti menyusui.3 Sebagian besar infeksi disebabkan oleh virus, dan sebagian besar infeksi
virus justru tingkat penularannya paling tinggi, bahkan sebelum ibu mengetahui bahwa ia sedang
sakit.3 Ketika ibu demam (atau hidung meler, diare, batuk, ruam, muntah, dll), ibu kemungkinan
sudah menularkan infeksi tersebut kepada bayinya. 3,6 Bagaimanapun juga, menyusui justru
melindungi bayi melawan infeksi tersebut, dan ibu harus melanjutkan menyusui, dengan tujuan
untuk melindungi bayinya, karena ASI ibu mengandung antibodi untuk melawan penyakit itu
sendiri selama ibu sakit.6 Jika si bayi sampai tertular sakit, bayi akan lebih ringan sakitnya
daripada jika ibu berhenti menyusui. 3 Namun, banyak juga para ibu dikejutkan karena mendapati
bayi mereka tidak tertular sama sekali.3 Hal tersebut dikarenakan bayi yang disusui terus akan
tetap terlindungi.3,6
Satu-satunya pengecualian adalah infeksi virus HIV pada ibu. 3,6 Sampai ada informasi
lebih lanjut, nampaknya ibu yang positif terjangkit virus HIV sebaiknya tidak menyusui,
setidaknya dalam situasi dimana resiko konsumsi susu formula dapat diterima dengan baik 3.
Bahkan, informasi terkini menunjukkan bahwa menyusui bayi secara ekslusif dapat melindungi
bayi dari virus HIV daripada bayi yang meminum susu formula. 3 Resiko penularan yang tertinggi
adalah pada bayi yang mengkonsumsi ASI dan susu formula pada saat yang bersamaan. Hal ini
masih perlu konfirmasi lebih lanjut.3
Antibodi di dalam ASI3
Beberapa ibu menderita penyakit

yang

disebut autoimun seperti idiopathic

thrombocytopenic purpura, autoimmune thyroid disease, autoimmune hemolytic anemia, dan

15

masih banyak lagi. Ciri-ciri dari penyakit-penyakit ini adalah antibodi yang diproduksi oleh
tubuh ibu bekerja melawan sel-sel yang ada di dalam tubuhnya sendiri. Banyak ibu yang
disarankan untuk berhenti menyusui karena antibodi ini bisa masuk ke ASI dan dapat
menyebabkan bayinya sakit. Hal ini sama sekali tidak masuk akal, dan ibu sebaiknya tetap
menyusui. Antibodi yang menghasilkan sebagian besar antibodi pada ASI adalah secretory IgA.
Penyakit autoimun tidak disebabkan oleh secretory IgA. Walaupun ada yang disebabkan oleh
secretory IgA, tubuh bayi tidak akan menyerap secretory IgA.
Masalah pada payudara3,6,7

Mastitis (infeksi pada payudara) bukanlah alasan untuk berhenti menyusui. Faktanya,
payudara akan sembuh lebih cepat jika ibu tetap menyusui pada bagian yang terinfeksi. 3

Abses pada payudara bukanlah alasan untuk berhenti menyusui, bahkan pada bagian
yang terinfeksi. Walaupun melakukan tindakan pembedahan lebih sulit pada payudara ibu
menyusui, namun tindakan pembedahan dan proses paska melahirkan juga tidak menjadi
lebih mudah jika ibu berhenti menyusui karena ASI tetap diproduksi selama bermingguminggu setelah berhenti menyusui. Bahkan, pembengkakan setelah tindakan pembedahan
hanya akan membuat keadaan semakin buruk. Pastikan bahwa dokter bedah tidak
melakukan insisi pada garis areola (garis antara bagian berawarna gelap dan terang pada
payudara). Insisi seperti itu dapat mengakibatkan turunnya pasokan ASI. 3,6 Tindakan
insisi yang menyerupai jari-jari roda sepeda (puting menjadi pusat dari roda) akan
mengurangi kerusakan jaringan penghasil ASI.3,6 Saat ini, abses pada payudara tidak
selalu memerlukan tindakan pembedahan. Aspirasi menggunakan jarum secara berulang,
atau penempatan kateter untuk mengeringkan abses ditambah dengan antibiotik
seringkali cukup untuk menghindari tindakan pembedahan.3

Tindakan pembedahan apapun tidak mengharuskan ibu berhenti menyusui. Jika ibu
memerlukan tindakan pembedahan sekarang, pastikan irisan tidak dibuat di sekeliling
areola.3,6 Ibu bisa menyusui setelah tindakan pembedahan selesai, segera, setelah ibu
bangun dan ingin melakukannya. Jika untuk alasan tertentu ibu harus berhenti menyusui
pada payudara yang sakit, jangan berhenti menyusui pada payudara yang satunya.
Beberapa dokter bedah tidak mengetahui bahwa ibu bisa mengeringkan hanya salah satu
16

payudara. Ibu tidak perlu berhenti menyusui karena mendapat bius total. Ibu dapat
menyusui segera setelah bangun dan ingin melakukannya.3

Mammogram lebih sulit dibaca jika ibu sedang meyusui, tapi tetap bisa berguna. Sekali
lagi, berapa lama seorang ibu harus menunggu hingga payudaranya tidak lagi
menghasilkan ASI? Evaluasi terhadap sebuah benjolan membutuhkan lebih dari sekedar
riwayat dan, pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara lain selain mammogram
(contohnya : USG, biopsi dengan menggunakan jarum).3,7

IV.2. Kehamilan baru3,6,7


Tidak ada alasan untuk tidak menyusui jika Anda hamil lagi. Tidak ada bukti bahwa
menyusui di kala hamil dapat membahayakan Anda, atau janin yang ada di dalam kandungan,
atau anak yang sedang disusui. Jika Anda ingin berhenti, lakukan secara perlahan; karena
kehamilan memang berhubungan dengan berkurangnya pasokan ASI dan bayi mungkin akan
berhenti sendiri.
IV.3. Pengobatan pada Ibu8
Obat-obatan umumnya terserap di dalam ASI, namun dalam jumlah yang sangat sedikit.
Walaupun ada sebagian obat yang dapat menimbulkan efek samping bagi bayi meskipun dalam
dosis yang sangat rendah, Namun kasus seperti ini sangat jarang. Ibu menyusui yang diberitahu
untuk berhenti menyusui karena obat-obatan tertentu sebaiknya bertanya pada dokter untuk
memastikan hal ini.
Mengapa sebagian besar obat hanya terserap/terbawa dalam kadar yang sangat rendah
dalam ASI? Karena apa yang masuk/terserap di dalam ASI sangat tergantung pada kadar yang
terbawa di dalam darah ibu, dan hal ini biasanya terukur dalam mikro- atau bahkan nano-gram
per mililiter (sepersejuta atau sepersemilyar dari satu gram). Lebih jauh lagi, tidak seluruh obat
yang ada di dalam darah ibu akan masuk/terserap di dalam ASI. Hanya obat-obatan yang tidak
terikat dengan protein dalam darah ibu yang dapat terserap oleh ASI. Banyak obat yang hampir
seluruhnya terikat dengan protein dalam darah ibu. Dengan demikian, bayi tidak mendapat
jumlah obat yang sama dengan yang dikonsumsi ibu, tapi hampir selalu, jauh lebih sedikit.
17

Contohnya, dalam sebuah studi dengan antidepresan paroxetin (Paxil), ibu mengkonsumsi lebih
dari 300 mikrogram per kg per hari, bayi akan mendapat sekitar 1 mikrogram per kg per hari.
Kebanyakan Obat Aman Jika:
-Obat tersebut lazim diresepkan bagi bayi. Jumlah yang akan diterima bayi melalui ASI jauh
lebih sedikit dibandingkan yang akan dia dapatkan jika diberikan secara langsung.
-Obat tersebut dianggap aman dikonsumsi selama kehamilan. Hal ini tidak selalu benar,
mengingat selama kehamilan tubuh ibu akan membantu bayi mengeluarkan obat. Oleh karena
itu secara teori, akumulasi obat yang mengkhawatirkan dapat terjadi saat menyusui dan tidak
terjadi selama kehamilan (meskipun hal ini jarang terjadi). Namun, jika kekhawatirannya adalah
bayi akan terpapar obat, misalnya antidepresan, maka bayi lebih banyak terpapar obat pada saat
yang lebih sensitif saat kehamilan dibandingkan saat menyusui. Penelitian terbaru
tentang withdrawal symptoms pada bayi baru lahir yang terpapar obat-obatan anti depresan SSRI
(misalnya Paxil) selama periode kehamilan, entah bagaimana berhasil mengkaitkan menyusui
seakan-akan ini adalah jenis masalah yang mengharuskan ibu untuk tidak menyusui. (Contoh
yang bagus tentang bagaimana menyusui selalu disalahkan untuk segalanya).
Kenyataannya, Anda tidak dapat mencegah withdrawal symptoms ini pada bayi dengan
menyusu, karena bayi mendapat sedikit sekali melalui ASI.
-Obat tersebut tidak diserap dalam perut atau pencernaan. Ini terutama pada obat yang
diberikan melalu suntikan. Contohnya adalah gentamicin (dan obat lain dalam golongan
antibiotik ini), heparin, interferon, anastesi lokal, omeprazole. Omeprazole (Losec, prilosec)
cukup menarik karena obat ini hancur dengan sangat cepat di dalam perut. Selama proses
pembuatannya, sebuah lapisan pelindung ditambahkan untuk mencegah rusaknya obat, sehingga
diserap dalam tubuh ibu. Jadi, obat ini dibungkus oleh lapisan pelindung yang mencegah
kerusakan obat dalam perut. Namun, jika bayi menerima obat ini (dalam jumlah yang sangat
sedikit secara tidak sengaja), tidak ada lapisan pelindung dari obat, sehingga obat ini akan segera
hancur di perut bayi.

18

-Obat tersebut tidak dikeluarkan melalui ASI. Sebagian obat molekulnya terlalu besar untuk
bisa masuk ke dalam ASI. Contohnya, heparin, interferon, insulin, infliximab (Remicade),
etanercept (Enbrel).
Beberapa Obat-Obatan yang Dinyatakan Aman untuk Dikonsumsi Selama Menyusui
Acetaminophen (Tylenol, Tempra), alkohol (dalam jumlah yang wajar), aspirin (dalam
dosis wajar, untuk jangka waktu pendek). Sebagian besar obat-obatan antiepilepsi, obat-obatan
antihipertensi,

tetracycline,

kodein,

obat-obatan

antiinflamasi

nonsteroid

(misalnya

ibuprofen), prednisone,thyroxin,propylthiourocil (PTU), warfarin,antidepresantrcyclic, sentraline


(Zoloft), paroxetine (Paxil), antidepresan lainnya, metronidazole (Flagyl), omperazole (Losec),
Nix, Kwellada.
Walaupun secara umum aman, fluoxetine (Prozac) memiliki daya tahan yang sangat
panjang (tinggal di dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama). Oleh karena itu, bayi yang
dilahirkan dari ibu yang mengonsumsi obat ini selama kehamilan, akan memiliki sejumlah besar
obat ini dalam tubuhnya, dan jumlah yang sedikit sekalipun yang ditambahkan saat menyusu
akan mengakibatkan akumulasi yang signifikan dan efek samping. Hal ini jarang, namun pernah
terjadi. Ada dua pilihan yang dapat dipertimbangkan:

Menghentikan konsumsi fluoxetine (Prozac) pada 4-8 minggu terakhir kehamilan.


Dengan cara ini ibu akan menghilangkan obat dari tubuhnya, juga dari tubuh bayi. Ketika
bayi lahir, ia akan bebas dari obat tersebut dan sejumlah kecil yang terbawa di dalam ASI
biasanya tidak akan menimbulkan masalah dan ibu dapat memulai konsumsi fluoxetine
(Prozac).

Jika tidak memungkinkan untuk menghentikan fluoxetine (Prozac) selama kehamilan,


pertimbangkan untuk mengganti dengan obat lain yang tidak secara signifikan terserap di
dalam ASI setelah bayi lahir. Dua pilihan yang baik adalah setraline (Zoloft) dan
paroxetine (Paxil).
Obat-obatan yang digunakan pada kulit, dihirup (misalnya obat asma) atau dioleskan

pada mata atau hidung, hampir selalu aman untuk ibu menyusui. Obat untuk anestesi lokal atau
19

regional tidak akan terserap pencernaan bayi dan aman. Obat untuk anestesi umum akan terserap
di dalam ASI dalam jumlah yang sangat sedikit (seperti semua obat) dan sangat tidak mungkin
menimbulkan efek samping pada bayi. Obat ini umumnya memiliki masa tinggal yang sangat
pendek dalam tubuh dan hilang dengan sangat cepat dari tubuh. Ibu dapat kembali menyusui
segera setelah sadar dan nyaman untuk menyusui.
Imunisasi yang diberikan kepada ibu tidak membuatnya harus berhenti menyusui.
Sebaliknya, imunisasi akan membantu bayi mengembangkan imunitas dari imunisasi tersebut,
jika ada yang masuk ke dalam ASI. Kenyataannya, umumnya tidak ada yang masuk ke dalam
ASI, kecuali, mungkin sebagian pada imunisasi virus hidup, seperti campak Jerman. Dan hal ini
adalah baik, tidak buruk.
Rontgen dan Pemindaian (scan). Rontgen yang biasa tidak harus mengganggu proses
menyusui bahkan jika digunakan dengan bahan yang kontras (misalnya, intravenous pyelogram).
Alasannya adalah material tersebut tidak akan terserap di dalam ASI, dan meskipun terserap
tidak akan mungkin terserap oleh tubuh bayi. Hal ini berlaku juga untuk CT scan dan MRI
scan. Ibu tidak perlu berhenti menyusi sedetikpun.
Pemindaian (Scan) yang Menggunakan Radioaktif
Ketika seorang ibu melakukan pemindaian/rontgen paru-paru, atau limfangiogram
dengan bahan radioaktif, atau pemindaian/rontgen tulang, umumnya dilakukan dengan
technetium (walaupun bahan lain dapat digunakan). Technetium memiliki masa half life (waktu
yang diperlukan tubuh untuk menghilangkan dari efek obat) selama 6 jam, yang artinya
setelah 5 masa half life ia akan hilang dari tubuh ibu. Dengan demikian, 30 jam setelah injeksi
seluruh obat akan hilang (98% akan hilang) dan ibu dapat menyusui kembali bayinya tanpa rasa
khawatir bayinya akan terkena radiasi. Tapi apakah semua radioaktif harus hilang? Setelah 12
jam, 75% technetium sudah hilang, dan konsentrasi dalam ASI sangat rendah. Jadi menunggu 2
masa half life sudah cukup, untuk bahan seperti technetium. Tapi: Tidak semua technetium
mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui sama sekali (misalnya HIDA scan). Hal ini
tergantung molekul mana technetium terikat. Pada beberapa hari pertama, volume ASI sangat
sedikit (walaupun cukup). Dalam kondisi ini, ibu tidak perlu berhenti menyusui setelah rontgen
20

paru-paru, misalnya. Bagaimanapun, satu alasan paling umum untuk melakukan rontgen paruparu adalah untuk mendiagnosis adanya pembekuan atau gumpalan di paru-paru. Hal ini bisa
dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat dengan CT scan, yang tidak mengharuskan ibu
untuk berhenti menyusui sedetik pun.
Jika ibu memutuskan bahwa menghentikan menyusui sementara waktu adalah saran yang
baik untuk diikuti, maka perahlah ASI beberapa hari sebelumnya dan ASI ini dapat diberikan
pada bayi melalui gelas selama beberapa hari kemudian. Pelacak radioaktif yang ada dalam ASI
akan meluruh dan radiasi akan hilang dalam 5 masa half life. Jadi, bahkan untuk I yang
digunakan dalam rontgen tiroid (lihat bawah), radiaktifitas dari iodin akan hilang dalam 5
masa half life, sehingga ASI dapat digunakan dalam 6 atau 8 minggu (half life I berkisar 8
hari). Hanya kadang-kadang saja rontgen radioaktif begitu mendesak sehingga tidak bisa ditunda
selama beberapa hari.
Rontgen tiroid berbeda. Radioaktif Iodine (I131) akan terkonsentrasi dalam ASI dan
dapat tercerna oleh bayi dan akan menuju tiroidnya dimana ia akan tinggal disana untuk jangka
waktu lama. Hal ini jelas perlu menjadi perhatian. Jadi, apakah ibu harus berhenti menyusui?
Jawabnya tentu saja tidak, karena seringkali tes tersebut tidak perlu dilakukan sama sekali.
Membedakan tiroiditis paska melahirkan dengan penyakit Graves (alasan paling umum untuk
melakukan rontgen pada ibu menyusui) tidak memerlukan rontgen tiroid. Cari informasi lebih
banyak dari fasilitas kesehatan. Jika rontgen harus dilakukan, dimungkinkan melakukan rontgen
tiroid I yang hanya memerlukan waktu 12 sampai 24 jam bagi ibu untuk berhenti menyusui,
tergantung dari dosis yang diberikan atau technetium. Jangan lupa untuk memerah ASI
sebelumnya agar bayi tetap dapat mengonsumsi ASI daripada susu formula.

21

IV.4. Penyakit pada Bayi 3,6,7


Sangat jarang kegiatan menyusui harus dihentikan pada bayi yang sedang sakit. Dengan
menyusui, ibu mampu menyamankan anak yang sedang sakit, dan dengan menyusu, anak
mampu menyamankan ibunya.3

Diare dan muntah. Infeksi usus jarang dialami oleh bayi yang disusui secara eksklusif.
(Meskipun BAB yang sering adalah sangat umum dan normal pada bayi yang disusui
secara eksklusif). Perawatan yang paling baik dalam kondisi ini adalah dengan cara
menyusuinya terus. Bayi akan lebih cepat membaik jika tetap disusui. Pada sebagian
besar kasus, bayi akan membaik dengan hanya menyusu dan tidak membutuhkan cairan
tambahan seperti oralit kecuali pada kasus-kasus khusus.3

Penyakit pada saluran pernapasan. Ada mitos medis bahwa susu sebaiknya tidak
diberikan pada anak-anak yang menderita infeksi saluran pernapasan. Entah benar atau
tidak hal tersebut pada susu, yang jelas hal ini tidak berlaku untuk ASI.3

Kuning. Sangat umum terjadi pada bayi yang menyusu secara eksklusif mengalami
kuning, bahkan sampai usia 3 bulan, walaupun biasanya warna kuning pada kulit nyaris
tidak terlihat. Oleh karena itu, daripada mempermasalahkannya, hal ini adalah normal.
Jika menyusui berlangsung baik, penyakit kuning tidak mengharuskan ibu untuk berhenti
menyusui. Memperbaiki proses menyusui akan menyelesaikan masalah, sedangkan
berhenti menyusui walaupun hanya untuk jangka waktu yang pendek justru bisa
menghentikan proses menyusui. Berhenti menyusui bukan jawaban, bukan solusi, dan
juga bukan ide yang baik.3

Bayi dengan bibir sumbing dan / atau celah langit-langit tidak dapat menyusu. Tidak
benar! Beberapa melakukannya dengan sangat baik. Bayi dengan bibir sumbing saja bisa
menyusu dengan baik. Tapi banyak bayi dengan celah langit-langit memang mengalami
kesulitan untuk melekat. Tidak diragukan, bagaimanapun, bahwa jika menyusu bahkan
tidak dicoba, bayi tidak akan pernah menyusu. Kemampuan bayi untuk menyusu tidak

22

selalu tergantung pada seberapa parah/besar celah tersebut. Menyusu harus dimulai,
sebanyak mungkin, menggunakan prinsip-prinsip menyusui yang tepat. 6 Jika botol yang
diberikan, hal itu akan melemahkan kemampuan bayi untuk menyusu. Jika bayi perlu
diberi minum, tetapi tidak dapat melekat, cangkir bisa dan harus digunakan daripada
botol. Memberi minum dengan jari kadang-kadang berhasil pada bayi dengan bibir
sumbing / celah langit-langit, tapi tidak selalu.7

23

BAB V
KESIMPULAN

Untuk menghasilkan bayi sehat dan cerdas maka ASI diberikan sampai bayi berumur 6
bulan secara eksklusif. Hal lain yang mendukung keberhasilan pemberian ASI adalah cara
menyusui dengan posisi dan situasi yang menyenangkan, kondisi ibu yang sehat, dan dukungan
dari keluarga serta lingkungan. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai umur 2 tahun dengan
tujuan mempererat hubungan batin antara ibu dan anak
Sebaiknya bayi tidak berhenti menyusui dalam setiap keadaan, kecuali pada ibu dengan
HIV. Dari sisi ibu yang sakit menyusui justru melindungi bayi melawan infeksi yang diderita
oleh ibu karena ASI ibu mengandung antibodi untuk melawan penyakit itu sendiri selama ibu
sakit.6 Ibu yang memiliki penyakit autoimun juga demikian, karena sebagian besar antibodi pada
ASI adalah secretory IgA,sedangkan tubuh bayi tidak akan menyerap secretory IgA.
Begitu pula dengan ibu yang sedang menjalani pengobatan Obat-obatan umumnya
terserap di dalam ASI, namun dalam jumlah yang sangat sedikit. Walaupun ada sebagian obat
yang dapat menimbulkan efek samping bagi bayi meskipun dalam dosis yang sangat rendah,
Namun kasus seperti ini sangat jarang.
Rontgen yang biasa tidak harus mengganggu proses menyusui bahkan jika digunakan
dengan bahan yang kontras (misalnya, intravenous pyelogram). Alasannya adalah material
tersebut tidak akan terserap di dalam ASI, dan meskipun terserap tidak akan mungkin terserap
oleh tubuh bayi. Hal yang sama berlaku utntuk penggunaan CT Scan dan MRI. Untuk
pemindaian yang menggunakan bahan radioaktif, diperlukan waktu beberapa saat sampai masa
half life nya hilang baru ibu bisa menyusui kembali, atau keadaan itu disiasati dengan memeras
ASI terlebih dahulu sebelum ibu melakukan pemindaian.
Imunisasi yang diberikan kepada ibu tidak membuatnya harus berhenti menyusui, hal
yang sama juga bila ibu sedang mengalami kehamilan yang baru karena menyusui tidak akan
memberikan pengaruh buruk kepada ibu, janin, dan bayinya.
24

Pada bayi yang sakit, meyusui tetap tidak boleh dihentikan karena dengan menyusui
umumnya keadaan bayi akan membaik, tentunya dengan proses dan prinsip menyusui yang
benar, termasuk dalam keadaan ini adalah diare dan muntah, penyakit saluran pernapasan,
kuning serta bibir sumbing dan bayi dengan celah langit-langit.
Maka dapat disimpulkan bahwa menyusui sangat bermanfaat bagi bayi, oleh karena itu
dalam keadaan apapun hendaknya bayi tetap mendapat ASI secara memadai dengan proses dan
prinsip menyusui yang benar.

25

DAFTAR PUSTAKA

1. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak Dalam
Situasi Darurat.2007. [cited 21 October 2011]. Available at:
http://gizi.depkes.go.id/skpg/download/pmba-situasi-darurat.pdf
2. Linkages. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja :Satu-Satunya Sumber Cairan Yang
Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Oktober 2002. [cited 21 October 2011]. Available at:
http://www.linkagesproject.org/media/publications/ENAReferences/Indonesia/Ref4.7%20.pdf
3. Newman J. Breastfeeding and Illness. International Breastfeeding Centre; 2009. [cited 21
October 2011]. Available at:
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=354:breastfeedingand-illness-indo&catid=29:information-indonesian&Itemid=67
4. Rahayu T. Managemen Laktasi. [cited 21 October 2011]. Available at:
fik.unissula.ac.id/download/managemenlaktasi.ppt
5. Definisi ASI.2011. [cited 21 October 2011]. Available at:.http://plastikasi.com/definisidan-rekomendasi
6. U.S. Department of Health and Human Services Office on Womens Health (OWH).
January 2011. [cited 21 October 2011]. Available at:.
http://www.womenshealth.gov/publications/our-publications/breastfeedingguide/BreastfeedingGuide-AfricanAmerican-English.pdf
7. Newman J. Myths of Breastfeeding. International Breastfeeding Centre; 2009. [cited 21
October 2011]. Available at:
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=376:myths-ofbreastfeeding-indo&catid=29:information-indonesian&Itemid=6
8. Newman J, Kernerman E. Breastfeeding and Medication. International Breastfeeding
Centre; 2009. [cited 21 October 2011]. Available at:
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=356:breastfeedingand-medications-indo&catid=29:information-indonesian&Itemid=67

26

Anda mungkin juga menyukai