Referat ASI
Referat ASI
Pembimbing:
Dr. Mustari, Sp. A
Penyusun:
Mariana Felichiani
030.06.155
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan
karuniaNya, saya dapat menyelesaikan Referat dengan judul Perlukah Penghentian Pemberian
ASI pada Bayi? Referat ini disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan
klinik Ilmu Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan periode 12 September 20
November 2011.
Saya menyadari bahwa Referat ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak,
untuk itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
yang terhormat Dr. Mustari SpA, atas keluangan waktu dan bimbingannya dalam cara menyusun
Referat yang baik dan benar dan pengetahuan yang telah diberikan kepada saya selama saya
menjalani Kepaniteraan klinik di bagian Anak.
Saya menyadari bahwa dalam kurangnya pengetahuan dan pengalaman, waktu yang
terbatas untuk pengumpulan data dan membuat penulisan referat ini masih memiliki banyak
kekurangan. Oleh karena itu, saya sangat terbuka untuk menerima segala kritik dan saran yang
membangun. Akhirnya semoga Referat ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak dan setiap
pembaca pada umumnya.
Penulis
LEMBAR PENGESAHAN
Nama Penulis
: Mariana Felichiani
NIM
: 030.06.155
Judul Referat
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Lembar Pengesahan
ii
Daftar Isi
iii
BAB I Pendahuluan
10
10
11
13
13
18
BAB V Kesimpulan
20
Daftar Pustaka
22
BAB I
4
PENDAHULUAN
Proses menyusu yang sering disebut dengan Laktasi merupakan proses alami yang
sangat kompleks yang sesungguhnya sudah disiapkan secara bertahap pada diri seorang wanita
sesuai dengan proses pertumbuhan dan perkembangan sejak awal. Untuk mempertahankan
kelangsungan hidup keturunannya maka organ ini menjadi sumber utama dari kehidupan, karena
ASI adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan.
Pemberian ASI merupakan cara pemberian makanan alami dan terbaik bagi bayi dan anak
baduta, baik dalam situasi normal terlebih dalam situasi darurat. Pemberian hanya ASI saja,
segera setelah bayi lahir sampai umur 6 bulan tanpa makanan atau cairan lain termasuk air putih,
kecuali obat dan vitamin disebut ASI eksklusif. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai bayi
berumur 24 bulan.1
Pedoman internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
pertama didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan hidup bayi,
pertumbuhan, dan perkembangannya. ASI memberi semua energi dan gizi (nutrisi) yang
dibutuhkan bayi selama 6 bulan pertama hidupnya. Pemberian ASI eksklusif mengurangi tingkat
kematian bayi yang disebabkan berbagai penyakit yang umum menimpa anak-anak seperti diare
dan radang paru, serta mempercepat pemulihan bila sakit dan membantu menjarangkan
kelahiran.2
Selama bertahun-tahun, terlalu banyak ibu telah secara keliru diminta untuk berhenti
menyusui hanya karena mereka mengonsumsi obat-obatan tertentu. Keputusan untuk terus
menyusui ketika ibu berada dalam masa pengobatan, misalnya, seringkali lebih dipengaruhi oleh
kekhawatiran akan masuknya zat kimia/obat di dalam ASI. Padahal, seharusnya ada
pertimbangan resiko tidak menyusui, bagi ibu, bayi dan keluarga, serta tentu saja masyarakat.
Ada begitu banyak resiko tidak menyusui, jadi pertanyaan yang mendasar sesungguhnya
adalah: Apakah masuknya sejumlah kecil obat ke dalam ASI membuat menyusui menjadi lebih
berbahaya dibandingkan susu formula? Jawabannya hampir selalu tidak. ASI dengan hanya
sedikit obat hampir selalu lebih aman. Dengan kata lain, berhati-hati melanjutkan menyusui,
bukan berhenti. Pertimbangan yang sama perlu dilakukan ketika ibu maupun bayinya sakit.3
Ingat bahwa menghentikan proses menyusui selama satu minggu dapat mengakibatkan
penyapihan permanen karena bayi mungkin tidak mau menyusu langsung lagi pada payudara
ibu. Di sisi lain, perlu dipertimbangkan juga bahwa beberapa bayi mungkin menolak minum dari
botol, sehingga saran untuk berhenti menyusui bukan saja tidak tepat, tapi seringkali juga tidak
praktis. Di atas itu semua, adalah mudah menyarankan ibu untuk memerah ASI-nya sementara
bayi tidak menyusu, tapi hal ini tidak selalu mudah dalam prakteknya dan ibu dapat mengalami
pembengkakan yang menyakitkan.3
BAB II
ANATOMI, FISIOLOGI, DAN MEKANISME LAKTASI
parenkim
dan
Jaringan
parenkim
terdiri
duktus,
lobulus
dan
stroma.
dari:
alveolus.
jaringan
lemak,
pembuluh
Normal
Pendek/ datar
Panjang
Terbenam/inverted
Namun bentuk-bentuk puting ini tidak selalu
berpengaruh pada proses laktasi, yang penting adalah bahwa puting susu dan areola dapat ditarik
sehingga membentuk tonjolan atau dot ke dalam mulut bayi.
1. Pembentukan kelenjar payudara dimulai dari sebelum pubertas, saat pubertas, masa siklus
menstruasi, dan masa kehamilan
Pada masa kehamilan terjadi peningkatan yang jelas dari duktulus yang baru,
percabangan dan lobulus, yang dipengaruhi oleh hormon plasenta dan korpus luteum. Hormon
yang ikut membantu mempercepat pertumbuhannya adalah prolaktin, laktogen plasenta, korionik
gonadotropin, insulin, kortisol, hormon tiroid, hormon paratiroid dan hormon pertumbuhan. Pada
8
usia 3 bulan kehamilan prolaktin dari adenohipofise (hipofise anterior) mulai merangsang
kelenjar air susu untuk menghasilkan air susu yang disebut kolostrum. Pada masa ini
pengeluaran kolostrom masih dihambat oleh estrogen dan progesteron, tetapi jumlah prolaktin
meningkat hanya aktivitasnya dalam pembuatan kolostrum yang ditekan.
Setelah bayi lahir estrogen dan progesteron akan menurun drastis dan prolaktin akan
meningkat, oxytosin (hipofise posterior) meningkat, bila ada rangsang isap maka sel
mioepitelium buah dada berkontraksi.
2. Pembentukan air susu
Pada seorang ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masing-masing berperan sebagai
pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu reflek Prolaktin dan refleks Oxytosin atau Let
Down Reflex .
BAB III
ASI
III.1. Definisi5
ASI eksklusif adalah pemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain pada
bayi berumur nol sampai enam bulan. Bahkan air putih tidak diberikan dalam tahap ASI
eksklusif ini.
Pada tahun 2001 World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa ASI eksklusif
selama enam bulan pertama hidup bayi adalah yang terbaik. Dengan demikian, ketentuan
sebelumnya (bahwa ASI eksklusif itu cukup empat bulan) sudah tidak berlaku lagi.
III.2. Komposisi ASI1
Tahapan produksi ASI adalah Kolostrum, ASI Transisi dan ASI Matur. Kolostrum adalah
ASI yang berwarna kekuning-kuningan atau jernih dan lebih kental, dan hanya diproduksi pada
hari-hari pertama bayi lahir.
Setiap kali menyusui, ASI yang dihasilkan mempunyai macam atau jenis yang berbeda
yaitu sebagai berikut:
Foremilk: adalah ASI yang encer yang diproduksi pada awal proses menyusui dengan kadar
air tinggi dan mengandung banyak protein, laktosa serta nutrisi lainnya tetapi rendah lemak;
Hindmilk: adalah ASI mengandung tinggi lemak yang memberikan banyak zat tenaga/energi
dan diproduksi menjelang akhir proses menyusui.
Oleh karena itu sebaiknya menyusui dilakukan sampai bayi terpuaskan (kenyang),
sehingga terpenuhi semua kebutuhan gizinya. Lebih sering bayi menghisap, lebih banyak ASI
yang diproduksi. Sebaliknya berkurangnya isapan bayi menyebabkan produksi ASI berkurang.
Mekanisme ini disebut mekanisme supply and demand. Sedangkan komposisi nilai gizi ASI
dan kolostrum secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
11
Zat-zat Gizi
Energi
Protein
Kasein
Laktosa
Lemak
Vitamin A
Vitamin B1
Vitamin B2
Vitamin B12
Kalsium
Zat besi (Fe)
Fosfor
Satuan
Kkal
G
Mg
G
G
Ug
Ug
Ug
Mg
Mg
Mg
Mg
Kolostrum
58.0
2.3
140.0
5.3
2.9
151.0
1.9
30.0
0.05
39.0
70.0
14.0
ASI
70
0.9
187.0
7.3
4.2
75.0
14.0
40.0
0.1
35.0
100.0
15.0
Sumber: Food and Nutrition Board, National Research Council Washington DC, 1980
d. ASI bersih, sehat, aman, mudah dicerna dan selalu tersedia dengan suhu yang sesuai.
III.5. Manfaat ASI1
Pemberian ASI sangat bermanfaat bagi bayi, ibu dan keluarga, yaitu pada:
Bayi
a. Merupakan makanan alami yang sempurna
b. Tersedia setiap saat dengan suhu yang sesuai
c. Mengandung zat gizi sesuai dengan kebutuhan bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan
yang sempurna
d. Mengandung Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak
jenuh rantai panjang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal yang
bermanfaat untuk kecerdasan bayi
e. Mengandung zat kekebalan untuk bayi terhadap berbagai penyakit infeksi (diare, batuk pilek,
radang tenggorokan dan gangguan pernapasan)
f. Melindungi bayi dari alergi
g. Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung disusukan dalam keadaan segar
h. Tidak pernah basi, dapat diberikan kapan saja dan dimana saja
i. Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan pernafasan bayi.
Ibu
a. Menjalin kasih sayang antara ibu dengan bayi
b. Mengurangi perdarahan setelah persalinan
c. Mempercepat pemulihan kesehatan ibu
d. Menunda kehamilan berikutnya
e. Mengurangi risiko terkena kanker payudara
f. Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan setiap saat bayi membutuhkan
g. Menumbuhkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui
Keluarga
a. Tidak perlu mengeluarkan biaya untuk pembelian susu formula dan perlengkapannya
13
b. Tidak perlu waktu dan tenaga untuk menyediakan susu botol, misalnya merebus air dan
mencuci peralatan
c. Tidak perlu biaya dan waktu untuk merawat dan mengobati anak yang sering sakit karena
pemberian susu botol
III.6. Pemberian ASI pada Bayi (0-6 bulan)1
Menurut Direktorat Bidan Gizi masyarakat, pemberian ASI pada bayi berusia 0-6 tahun
adalah:
1. Hanya ASI saja (ASI Eksklusif)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI terutama pada 30 menit pertama
setelah lahir. Pada periode ini ASI saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi. Perlu diingat
bahwa ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu, karena
dengan menyusui akan terbina hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
2. Beri kolostrum Kolostrum adalah ASI yang keluar pada hari-hari pertama, kental dan
berwarna kekuning-kuningan. Kolostrum mengandung zat-zat gizi dan zat kekebalan yang
dibutuhkan oleh bayi.
3. Berikan ASI dari kedua payudara
Berikan ASI dari satu payudara sampai kosong, kemudian pindah ke payudara lainnya.
Pemberian ASI dilakukan 8-10 kali setiap hari.
14
BAB IV
PERLUKAH PENGHENTIAN PEMBERIAN ASI PADA BAYI?
yang
15
masih banyak lagi. Ciri-ciri dari penyakit-penyakit ini adalah antibodi yang diproduksi oleh
tubuh ibu bekerja melawan sel-sel yang ada di dalam tubuhnya sendiri. Banyak ibu yang
disarankan untuk berhenti menyusui karena antibodi ini bisa masuk ke ASI dan dapat
menyebabkan bayinya sakit. Hal ini sama sekali tidak masuk akal, dan ibu sebaiknya tetap
menyusui. Antibodi yang menghasilkan sebagian besar antibodi pada ASI adalah secretory IgA.
Penyakit autoimun tidak disebabkan oleh secretory IgA. Walaupun ada yang disebabkan oleh
secretory IgA, tubuh bayi tidak akan menyerap secretory IgA.
Masalah pada payudara3,6,7
Mastitis (infeksi pada payudara) bukanlah alasan untuk berhenti menyusui. Faktanya,
payudara akan sembuh lebih cepat jika ibu tetap menyusui pada bagian yang terinfeksi. 3
Abses pada payudara bukanlah alasan untuk berhenti menyusui, bahkan pada bagian
yang terinfeksi. Walaupun melakukan tindakan pembedahan lebih sulit pada payudara ibu
menyusui, namun tindakan pembedahan dan proses paska melahirkan juga tidak menjadi
lebih mudah jika ibu berhenti menyusui karena ASI tetap diproduksi selama bermingguminggu setelah berhenti menyusui. Bahkan, pembengkakan setelah tindakan pembedahan
hanya akan membuat keadaan semakin buruk. Pastikan bahwa dokter bedah tidak
melakukan insisi pada garis areola (garis antara bagian berawarna gelap dan terang pada
payudara). Insisi seperti itu dapat mengakibatkan turunnya pasokan ASI. 3,6 Tindakan
insisi yang menyerupai jari-jari roda sepeda (puting menjadi pusat dari roda) akan
mengurangi kerusakan jaringan penghasil ASI.3,6 Saat ini, abses pada payudara tidak
selalu memerlukan tindakan pembedahan. Aspirasi menggunakan jarum secara berulang,
atau penempatan kateter untuk mengeringkan abses ditambah dengan antibiotik
seringkali cukup untuk menghindari tindakan pembedahan.3
Tindakan pembedahan apapun tidak mengharuskan ibu berhenti menyusui. Jika ibu
memerlukan tindakan pembedahan sekarang, pastikan irisan tidak dibuat di sekeliling
areola.3,6 Ibu bisa menyusui setelah tindakan pembedahan selesai, segera, setelah ibu
bangun dan ingin melakukannya. Jika untuk alasan tertentu ibu harus berhenti menyusui
pada payudara yang sakit, jangan berhenti menyusui pada payudara yang satunya.
Beberapa dokter bedah tidak mengetahui bahwa ibu bisa mengeringkan hanya salah satu
16
payudara. Ibu tidak perlu berhenti menyusui karena mendapat bius total. Ibu dapat
menyusui segera setelah bangun dan ingin melakukannya.3
Mammogram lebih sulit dibaca jika ibu sedang meyusui, tapi tetap bisa berguna. Sekali
lagi, berapa lama seorang ibu harus menunggu hingga payudaranya tidak lagi
menghasilkan ASI? Evaluasi terhadap sebuah benjolan membutuhkan lebih dari sekedar
riwayat dan, pemeriksaan fisik dapat dilakukan dengan cara lain selain mammogram
(contohnya : USG, biopsi dengan menggunakan jarum).3,7
Contohnya, dalam sebuah studi dengan antidepresan paroxetin (Paxil), ibu mengkonsumsi lebih
dari 300 mikrogram per kg per hari, bayi akan mendapat sekitar 1 mikrogram per kg per hari.
Kebanyakan Obat Aman Jika:
-Obat tersebut lazim diresepkan bagi bayi. Jumlah yang akan diterima bayi melalui ASI jauh
lebih sedikit dibandingkan yang akan dia dapatkan jika diberikan secara langsung.
-Obat tersebut dianggap aman dikonsumsi selama kehamilan. Hal ini tidak selalu benar,
mengingat selama kehamilan tubuh ibu akan membantu bayi mengeluarkan obat. Oleh karena
itu secara teori, akumulasi obat yang mengkhawatirkan dapat terjadi saat menyusui dan tidak
terjadi selama kehamilan (meskipun hal ini jarang terjadi). Namun, jika kekhawatirannya adalah
bayi akan terpapar obat, misalnya antidepresan, maka bayi lebih banyak terpapar obat pada saat
yang lebih sensitif saat kehamilan dibandingkan saat menyusui. Penelitian terbaru
tentang withdrawal symptoms pada bayi baru lahir yang terpapar obat-obatan anti depresan SSRI
(misalnya Paxil) selama periode kehamilan, entah bagaimana berhasil mengkaitkan menyusui
seakan-akan ini adalah jenis masalah yang mengharuskan ibu untuk tidak menyusui. (Contoh
yang bagus tentang bagaimana menyusui selalu disalahkan untuk segalanya).
Kenyataannya, Anda tidak dapat mencegah withdrawal symptoms ini pada bayi dengan
menyusu, karena bayi mendapat sedikit sekali melalui ASI.
-Obat tersebut tidak diserap dalam perut atau pencernaan. Ini terutama pada obat yang
diberikan melalu suntikan. Contohnya adalah gentamicin (dan obat lain dalam golongan
antibiotik ini), heparin, interferon, anastesi lokal, omeprazole. Omeprazole (Losec, prilosec)
cukup menarik karena obat ini hancur dengan sangat cepat di dalam perut. Selama proses
pembuatannya, sebuah lapisan pelindung ditambahkan untuk mencegah rusaknya obat, sehingga
diserap dalam tubuh ibu. Jadi, obat ini dibungkus oleh lapisan pelindung yang mencegah
kerusakan obat dalam perut. Namun, jika bayi menerima obat ini (dalam jumlah yang sangat
sedikit secara tidak sengaja), tidak ada lapisan pelindung dari obat, sehingga obat ini akan segera
hancur di perut bayi.
18
-Obat tersebut tidak dikeluarkan melalui ASI. Sebagian obat molekulnya terlalu besar untuk
bisa masuk ke dalam ASI. Contohnya, heparin, interferon, insulin, infliximab (Remicade),
etanercept (Enbrel).
Beberapa Obat-Obatan yang Dinyatakan Aman untuk Dikonsumsi Selama Menyusui
Acetaminophen (Tylenol, Tempra), alkohol (dalam jumlah yang wajar), aspirin (dalam
dosis wajar, untuk jangka waktu pendek). Sebagian besar obat-obatan antiepilepsi, obat-obatan
antihipertensi,
tetracycline,
kodein,
obat-obatan
antiinflamasi
nonsteroid
(misalnya
pada mata atau hidung, hampir selalu aman untuk ibu menyusui. Obat untuk anestesi lokal atau
19
regional tidak akan terserap pencernaan bayi dan aman. Obat untuk anestesi umum akan terserap
di dalam ASI dalam jumlah yang sangat sedikit (seperti semua obat) dan sangat tidak mungkin
menimbulkan efek samping pada bayi. Obat ini umumnya memiliki masa tinggal yang sangat
pendek dalam tubuh dan hilang dengan sangat cepat dari tubuh. Ibu dapat kembali menyusui
segera setelah sadar dan nyaman untuk menyusui.
Imunisasi yang diberikan kepada ibu tidak membuatnya harus berhenti menyusui.
Sebaliknya, imunisasi akan membantu bayi mengembangkan imunitas dari imunisasi tersebut,
jika ada yang masuk ke dalam ASI. Kenyataannya, umumnya tidak ada yang masuk ke dalam
ASI, kecuali, mungkin sebagian pada imunisasi virus hidup, seperti campak Jerman. Dan hal ini
adalah baik, tidak buruk.
Rontgen dan Pemindaian (scan). Rontgen yang biasa tidak harus mengganggu proses
menyusui bahkan jika digunakan dengan bahan yang kontras (misalnya, intravenous pyelogram).
Alasannya adalah material tersebut tidak akan terserap di dalam ASI, dan meskipun terserap
tidak akan mungkin terserap oleh tubuh bayi. Hal ini berlaku juga untuk CT scan dan MRI
scan. Ibu tidak perlu berhenti menyusi sedetikpun.
Pemindaian (Scan) yang Menggunakan Radioaktif
Ketika seorang ibu melakukan pemindaian/rontgen paru-paru, atau limfangiogram
dengan bahan radioaktif, atau pemindaian/rontgen tulang, umumnya dilakukan dengan
technetium (walaupun bahan lain dapat digunakan). Technetium memiliki masa half life (waktu
yang diperlukan tubuh untuk menghilangkan dari efek obat) selama 6 jam, yang artinya
setelah 5 masa half life ia akan hilang dari tubuh ibu. Dengan demikian, 30 jam setelah injeksi
seluruh obat akan hilang (98% akan hilang) dan ibu dapat menyusui kembali bayinya tanpa rasa
khawatir bayinya akan terkena radiasi. Tapi apakah semua radioaktif harus hilang? Setelah 12
jam, 75% technetium sudah hilang, dan konsentrasi dalam ASI sangat rendah. Jadi menunggu 2
masa half life sudah cukup, untuk bahan seperti technetium. Tapi: Tidak semua technetium
mengharuskan ibu untuk berhenti menyusui sama sekali (misalnya HIDA scan). Hal ini
tergantung molekul mana technetium terikat. Pada beberapa hari pertama, volume ASI sangat
sedikit (walaupun cukup). Dalam kondisi ini, ibu tidak perlu berhenti menyusui setelah rontgen
20
paru-paru, misalnya. Bagaimanapun, satu alasan paling umum untuk melakukan rontgen paruparu adalah untuk mendiagnosis adanya pembekuan atau gumpalan di paru-paru. Hal ini bisa
dilakukan dengan lebih baik dan lebih cepat dengan CT scan, yang tidak mengharuskan ibu
untuk berhenti menyusui sedetik pun.
Jika ibu memutuskan bahwa menghentikan menyusui sementara waktu adalah saran yang
baik untuk diikuti, maka perahlah ASI beberapa hari sebelumnya dan ASI ini dapat diberikan
pada bayi melalui gelas selama beberapa hari kemudian. Pelacak radioaktif yang ada dalam ASI
akan meluruh dan radiasi akan hilang dalam 5 masa half life. Jadi, bahkan untuk I yang
digunakan dalam rontgen tiroid (lihat bawah), radiaktifitas dari iodin akan hilang dalam 5
masa half life, sehingga ASI dapat digunakan dalam 6 atau 8 minggu (half life I berkisar 8
hari). Hanya kadang-kadang saja rontgen radioaktif begitu mendesak sehingga tidak bisa ditunda
selama beberapa hari.
Rontgen tiroid berbeda. Radioaktif Iodine (I131) akan terkonsentrasi dalam ASI dan
dapat tercerna oleh bayi dan akan menuju tiroidnya dimana ia akan tinggal disana untuk jangka
waktu lama. Hal ini jelas perlu menjadi perhatian. Jadi, apakah ibu harus berhenti menyusui?
Jawabnya tentu saja tidak, karena seringkali tes tersebut tidak perlu dilakukan sama sekali.
Membedakan tiroiditis paska melahirkan dengan penyakit Graves (alasan paling umum untuk
melakukan rontgen pada ibu menyusui) tidak memerlukan rontgen tiroid. Cari informasi lebih
banyak dari fasilitas kesehatan. Jika rontgen harus dilakukan, dimungkinkan melakukan rontgen
tiroid I yang hanya memerlukan waktu 12 sampai 24 jam bagi ibu untuk berhenti menyusui,
tergantung dari dosis yang diberikan atau technetium. Jangan lupa untuk memerah ASI
sebelumnya agar bayi tetap dapat mengonsumsi ASI daripada susu formula.
21
Diare dan muntah. Infeksi usus jarang dialami oleh bayi yang disusui secara eksklusif.
(Meskipun BAB yang sering adalah sangat umum dan normal pada bayi yang disusui
secara eksklusif). Perawatan yang paling baik dalam kondisi ini adalah dengan cara
menyusuinya terus. Bayi akan lebih cepat membaik jika tetap disusui. Pada sebagian
besar kasus, bayi akan membaik dengan hanya menyusu dan tidak membutuhkan cairan
tambahan seperti oralit kecuali pada kasus-kasus khusus.3
Penyakit pada saluran pernapasan. Ada mitos medis bahwa susu sebaiknya tidak
diberikan pada anak-anak yang menderita infeksi saluran pernapasan. Entah benar atau
tidak hal tersebut pada susu, yang jelas hal ini tidak berlaku untuk ASI.3
Kuning. Sangat umum terjadi pada bayi yang menyusu secara eksklusif mengalami
kuning, bahkan sampai usia 3 bulan, walaupun biasanya warna kuning pada kulit nyaris
tidak terlihat. Oleh karena itu, daripada mempermasalahkannya, hal ini adalah normal.
Jika menyusui berlangsung baik, penyakit kuning tidak mengharuskan ibu untuk berhenti
menyusui. Memperbaiki proses menyusui akan menyelesaikan masalah, sedangkan
berhenti menyusui walaupun hanya untuk jangka waktu yang pendek justru bisa
menghentikan proses menyusui. Berhenti menyusui bukan jawaban, bukan solusi, dan
juga bukan ide yang baik.3
Bayi dengan bibir sumbing dan / atau celah langit-langit tidak dapat menyusu. Tidak
benar! Beberapa melakukannya dengan sangat baik. Bayi dengan bibir sumbing saja bisa
menyusu dengan baik. Tapi banyak bayi dengan celah langit-langit memang mengalami
kesulitan untuk melekat. Tidak diragukan, bagaimanapun, bahwa jika menyusu bahkan
tidak dicoba, bayi tidak akan pernah menyusu. Kemampuan bayi untuk menyusu tidak
22
selalu tergantung pada seberapa parah/besar celah tersebut. Menyusu harus dimulai,
sebanyak mungkin, menggunakan prinsip-prinsip menyusui yang tepat. 6 Jika botol yang
diberikan, hal itu akan melemahkan kemampuan bayi untuk menyusu. Jika bayi perlu
diberi minum, tetapi tidak dapat melekat, cangkir bisa dan harus digunakan daripada
botol. Memberi minum dengan jari kadang-kadang berhasil pada bayi dengan bibir
sumbing / celah langit-langit, tapi tidak selalu.7
23
BAB V
KESIMPULAN
Untuk menghasilkan bayi sehat dan cerdas maka ASI diberikan sampai bayi berumur 6
bulan secara eksklusif. Hal lain yang mendukung keberhasilan pemberian ASI adalah cara
menyusui dengan posisi dan situasi yang menyenangkan, kondisi ibu yang sehat, dan dukungan
dari keluarga serta lingkungan. Pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai umur 2 tahun dengan
tujuan mempererat hubungan batin antara ibu dan anak
Sebaiknya bayi tidak berhenti menyusui dalam setiap keadaan, kecuali pada ibu dengan
HIV. Dari sisi ibu yang sakit menyusui justru melindungi bayi melawan infeksi yang diderita
oleh ibu karena ASI ibu mengandung antibodi untuk melawan penyakit itu sendiri selama ibu
sakit.6 Ibu yang memiliki penyakit autoimun juga demikian, karena sebagian besar antibodi pada
ASI adalah secretory IgA,sedangkan tubuh bayi tidak akan menyerap secretory IgA.
Begitu pula dengan ibu yang sedang menjalani pengobatan Obat-obatan umumnya
terserap di dalam ASI, namun dalam jumlah yang sangat sedikit. Walaupun ada sebagian obat
yang dapat menimbulkan efek samping bagi bayi meskipun dalam dosis yang sangat rendah,
Namun kasus seperti ini sangat jarang.
Rontgen yang biasa tidak harus mengganggu proses menyusui bahkan jika digunakan
dengan bahan yang kontras (misalnya, intravenous pyelogram). Alasannya adalah material
tersebut tidak akan terserap di dalam ASI, dan meskipun terserap tidak akan mungkin terserap
oleh tubuh bayi. Hal yang sama berlaku utntuk penggunaan CT Scan dan MRI. Untuk
pemindaian yang menggunakan bahan radioaktif, diperlukan waktu beberapa saat sampai masa
half life nya hilang baru ibu bisa menyusui kembali, atau keadaan itu disiasati dengan memeras
ASI terlebih dahulu sebelum ibu melakukan pemindaian.
Imunisasi yang diberikan kepada ibu tidak membuatnya harus berhenti menyusui, hal
yang sama juga bila ibu sedang mengalami kehamilan yang baru karena menyusui tidak akan
memberikan pengaruh buruk kepada ibu, janin, dan bayinya.
24
Pada bayi yang sakit, meyusui tetap tidak boleh dihentikan karena dengan menyusui
umumnya keadaan bayi akan membaik, tentunya dengan proses dan prinsip menyusui yang
benar, termasuk dalam keadaan ini adalah diare dan muntah, penyakit saluran pernapasan,
kuning serta bibir sumbing dan bayi dengan celah langit-langit.
Maka dapat disimpulkan bahwa menyusui sangat bermanfaat bagi bayi, oleh karena itu
dalam keadaan apapun hendaknya bayi tetap mendapat ASI secara memadai dengan proses dan
prinsip menyusui yang benar.
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Pedoman Pemberian Makanan Bayi dan Anak Dalam
Situasi Darurat.2007. [cited 21 October 2011]. Available at:
http://gizi.depkes.go.id/skpg/download/pmba-situasi-darurat.pdf
2. Linkages. Pemberian ASI Eksklusif atau ASI saja :Satu-Satunya Sumber Cairan Yang
Dibutuhkan Bayi Usia Dini. Oktober 2002. [cited 21 October 2011]. Available at:
http://www.linkagesproject.org/media/publications/ENAReferences/Indonesia/Ref4.7%20.pdf
3. Newman J. Breastfeeding and Illness. International Breastfeeding Centre; 2009. [cited 21
October 2011]. Available at:
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=354:breastfeedingand-illness-indo&catid=29:information-indonesian&Itemid=67
4. Rahayu T. Managemen Laktasi. [cited 21 October 2011]. Available at:
fik.unissula.ac.id/download/managemenlaktasi.ppt
5. Definisi ASI.2011. [cited 21 October 2011]. Available at:.http://plastikasi.com/definisidan-rekomendasi
6. U.S. Department of Health and Human Services Office on Womens Health (OWH).
January 2011. [cited 21 October 2011]. Available at:.
http://www.womenshealth.gov/publications/our-publications/breastfeedingguide/BreastfeedingGuide-AfricanAmerican-English.pdf
7. Newman J. Myths of Breastfeeding. International Breastfeeding Centre; 2009. [cited 21
October 2011]. Available at:
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=376:myths-ofbreastfeeding-indo&catid=29:information-indonesian&Itemid=6
8. Newman J, Kernerman E. Breastfeeding and Medication. International Breastfeeding
Centre; 2009. [cited 21 October 2011]. Available at:
http://www.nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=356:breastfeedingand-medications-indo&catid=29:information-indonesian&Itemid=67
26