NIM :1127030014
Tugas Metode Eksperimen Material
Pengertian Kayu
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras
Cincin Pertumbuhan
Cincin pertumbuhan atau juga disebut lingkaran tumbuh adalah gambar pola-pola
konsentrik pada penampang melintang kayu. Terbentuknya cincin pertumbuhan
kayu ini karena terjadinya perbedaan musim yang dialami oleh pohon tersebut.
b.
Mata Kayu
Mata kayu atau knot adalah bagian dari kayu yang merupakan dasar dari
percabangan atau kuncup yang dorman. Mata kayu memiliki pengaruh terhadap
kayu, dan seringkali berpengaruh negatif. Mata kayu mengurangi kekuatan kayu
sehingga akan bernilai rendah ketika digunakan sebagai struktur bangunan atau
keperluan lain di mana kekuatan menjadi pertimbangan. (record, 1914)Namun
keberadaan mata kayu dapat meningkatkan nilai seni.
c.
Kayu Gubal
Kayu gubal disebut juga sapwood, laburnum (Chisholm, 1911) adalah bagian dari
kayu yang dekat dengan tepi luar dan masih hidup. Semua kayu pada awalnya adalah
kayu gubal hingga ia mati dan membentuk kayu teras. Kayu gubal mengandung
pembuluh yang menghantarkan air dari akar ke daun dan juga untuk menyimpan
air. Semakin banyak jumlah daun, semakin besar volume kayu gubal. Kayu gubal
lebih tebal di batang bagian atas, namun secara volume sama dengan batang bagian
bawah.
d.
Kayu Teras
Kayu teras disebut juga heartwood (Chisholm, 1911), duramen adalah kayu yang
terbentuk lebih awal pada suatu pohon dan telah mati dan terletak di bagian dalam
dari sebuah kayu. Kayu teras tidak memiliki pembuluh yang berfungsi lagi. Kayu
teras sebelumnya adalah kayu gubal (bagian dari kayu yang masih hidup) yang
mengalami penumpukan mineral. Keberadaan mineral ini menjadikan kayu teras
cenderung lebih keras dibandingkan kayu gubal.
1.2
Sifat-Sifat Kayu
Dimana :
= massa jenis kayu (kg/m3)
= massa kayu (kg)
= volume (m3)
b. Arah Serat
Arah serat adalah arah umum sel-sel kayu terhadap sumbu batang pohon.
Arah serat dapat dibedakan menjadi serat lurus, serat berpadu, serat berombak,
serta terpilin dan serat diagonal (serat miring).
d. Higroskopis
Kayu mempunyai sifat dapat menyerap atau melepaskan air. Makin lembab
udara disekitarnya makin tinggi pula kelembaban kayu sampai tercapai
keseimbangan dengan lingkungannya. Dalam kondisi kelembaban kayu sama
dengan kelembaban udara disekelilingnya disebut kandungan air keseimbangan
(EMC = Equilibrium Moisture Content).
e. Sifat Kayu terhadap Suara, yang terdiri dari :
Sifat akustik, yaitu kemampuan untuk meneruskan suara berkaitan erat
dengan elastisitas kayu.
Sifat resonansi, yaitu turut bergetarnya kayu akibat adanya gelombang suara.
Kualitas nada yang dikeluarkan kayu sangat baik, sehingga kayu banyak
dipakai untuk bahan pembuatan alat musik (kulintang, gitar, biola dll).
1.2.2 Sifat Mekanik Kayu
Sifat mekanik kayu atau kekuatan kayu adalah kemampuan kayu untuk
menahan muatan dari luar. Yang dimaksud dengan muatan dari luar adalah gaya-gaya
di luar benda yang mempunyai kecenderungan untuk mengubah bentuk dan besarnya
benda. Sifat mekanik kayu dibedakan sebagai berikut :
a. Modulus elastisitas
Kayu juga tahan terhadap gaya yang berusaha melengkungkan kayu dengan
satu kali tekanan secara terus menerus atau berkali-kali (secara mendadak, seperti
pukulan).
b. Kekuatan Tarik
Kekuatan tarik adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya-gaya yang berusaha
menarik kayu. Terdapat 2 (dua) macam kekuatan tarik, yaitu kekuatan tarik sejajar
arah serat dan kekuatan tarik tegak lurus arah serat. Kekuatan tarik terbesar pada
kayu adalah kekuatan tarik yang sejajar arah serat. Kekuatan tarik tegak lurus arah
serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat.
c. Kekuatan tekan
Ada 2 macam kekuatan tekan kayu, yaitu kekuatan tekan sejajar arah serat dan
kekuatan tekan tegak lurus arah serat. Pada semua kayu, kekuatan tekan tegak lurus
serat lebih kecil daripada kekuatan kompresi sejajar arah serat.
1.3
Pengolahan Kayu
Ada beberapa proses dasar pengolahan kayu dari logs menjadi furniture,
diantaranya :
1.
menjadi bentuk dan ukuran yang diinginkan mengikuti desain furniture. Proses ini
termasuk proses yang masih kasar.
2.
retak atau pecah), bahan ini harus dikeringkan dahulu. Pengeringan kayu menggunakan
mesin dan ruangan khusus sehingga bisa dicapai kandungan air di dalam kayu antara
8-12 %. Hal ini dikenal dengan istilah MC (Moisture Content).
3.
Pengerjaan konstruksi
Melingkupi
pembentukan
komponen,
pengeboran
untuk
konstruksi
penyambungan kayu secara masinal atau manual. Untuk mendapatkan hasil yang baik,
minimum kayu harus melalui proses mesin 60 %.
4.
Perakitan
Proses perakitan merupakan salah satu proses yang penting karena
Finishing
Sebagai proses paling akhir dan paling menentukan nilai estetika sebuah
furniture. Finishing berfungsi memberikan tampilan yang baru dan lain daripada
tampilan serat kayu atau warna kayu yang sebenarnya.
Finishing menjadi salah satu proses yang paling sering diulang. Beberapa alasan
adalah karena pembeli ingin memiliki warna yang lain daripada warna standard atau
karena kondisi finishing sudah mulai pudar akan tetapi kayu masih kuat dan masih
berfungsi dengan baik.
1.4
Pengawetan Kayu
Penetrasi dan retensi bahan pengawet diusahakan masuk sedalam dan sebanyak
mungkin di dalam kayu.
Faktor kayu sebelum diawetkan, meliputi jenis kayu, kadar air kayu, zat
ekstraktif yang dikandung oleh kayu serta sifat-sifat lainnya.
Faktor Biologis
Dibandingkan dengan faktor non biologis, faktor biologis dianggappaling
menghindari serangan perusak kayu pada kayu basah (baru ditebang) antara lain
blue stain, bubuk kayu basah dan serangga lainnya. Bahan pengawet yang dipakai
antara lain NaPCP (Natrium Penthaclor Phenol), Gammexane, Borax, baik untuk
dolok maupun kayu gergajian basah. (Hartiyono, 2013)
2.
Pengawetan Permanen
Pengawetan permanent bertujuan menahan semua faktor perusak kayu
dalam waktu selama mungkin. Yang perlu diperhatikan dalam pengawetan, kayu
tidak boleh diproses lagi (diketam ataupun digergaji, dibor, dan lain-lain), sehingga
terbukanya permukaan kayu yang sudah diawetkan. Bila terpaksa harus diolah,
maka bekas pemotongan harus diberi bahan pengawet lagi. Adapun bahan
pengawet yang dapat dipakai untuk pengawetan remanen (sementara).
Pengawetan remanen umumnya hanya menggunakan metode pelaburan dan
penyemprotan, sedangkan pengawetan tetap dapat menggunakan semua metode,
tergantung bahan pengawet yang dipakai serta penetrasi dan retensi yang
diinginkan. Sehingga pengawetan dapat lebih efektif dan waktu pemakaiannya
dapat selama mungkin. (Hartiyono, 2013)
1.4.4. Metode Pengawetan Kayu
Menurut (Hartiyono, 2013), ada 5 macam metode pengawetan kayu,
diantaranya :
1.
Metode Rendaman
Kayu direndam di dalam bak larutan bahan pengawet yang telah ditentukan
konsentrasi (kepekatan) bahan pengawet dan larutannya, selama beberapa jam atau
beberapa hari. Waktu pengawetan (rendaman) kayu harus seluruhnya terendam,
jangan sampai ada yang terapung. Karena itu diberi beban pemberat dan sticker. Ada
beberapa macam pelaksanaan rendaman, antara lain rendaman dingin, rendaman
panas, dan rendaman panas dan rendaman dingin. Cara rendaman dingin dapat
dilakukan dengan bak dari beton, kayu atau logam anti karat. Sedangkan cara
rendaman panas atau rendaman panas dan dingin lazim dilakukan dalam bak dari
logam.
Bila jumlah kayu yang akan diawetkan cukup banyak, perlu disediakan dua
bak rendaman (satu bak untuk merendam dan bak kedua untuk membuat larutan
bahan pengawet, kemudian diberi saluran penghubung). Setelah kayu siap dengan
beban pemberat dan lain-lain, maka bahan pengawet dialirkan ke bak berisi kayu
tersebut. Cara rendaman panas dan dingin lebih baik dari cara rendaman panas atau
rendaman dingin saja. Penetrasi dan retensi bahan pengawet lebih dalam dan banyak
masuk ke dalam kayu. Larutan bahan pengawet berupa garam akan memberikan hasil
lebih baik daripada bahan pengawet larut minyak atau berupa minyak, karena proses
difusi.
Ada beberapa kelebihan dari metode perendaman, diantaranya :
Pada proses panas, bila tidak hati - hati kayu bisa terbakar
2.
Metode Pencelupan
Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan kayu ke dalam bak berisi
larutan bahan pengawet dengan konsentrasi yang telah ditentukan, dengan waktu
hanya beberapa menit bahkan detik. Kelemahan cara ini adalah penetrasi dan retensi
bahan pengawet tidak memuaskan, hanya melapisi permukaan kayu sangat tipis, tidak
berbeda dengan cara penyemprotan dan pelaburan (pemolesan). Cara ini umumnya
dilakukan di industri-industri penggergajian untuk mencegah serangan jamur blue
Metode Pemulasan
Cara pengawetan ini dapat dilakukan dengan alat yg sederhana. Bahan
pengawet yang masuk dan diam di dalam kayu sangat tipis. Bila dalam kayu terdapat
retak-retak, penembusan bahan pengawet tentu lebih dalam. Cara pengawetan ini
hanya dipakai untuk maksud tertentu, yaitu:
Untuk membunuh serangga atau perusak kayu yang belum banyak dan belum
merusak kayu (represif).
Untuk pengawetan kayu yang sudah terpasang. Cara pengawetan ini hanya
dianjurkan bila serangan perusak kayu tidak ganas.
4.
Metode Pembalutan
Cara pengawetan ini khusus digunakan untuk mengawetkan tiang-tiang
10
Kayu dimasukkan ke dalam tangki pengawet, tangki ditutup rapat agar jangan
terjadi kebocoran.
b.
11
Perbedaan proses sel penuh dan sel kosong ialah sebagai berikut :
1.5
Pada proses sel penuh bahan pengawet dapat mengisi seluruh lumen sel.
Plain sawn
Log dibelah mengikuti arah yang selalu sama. metode paling efisien untuk kayu
log yang berbentuk penampang bundar. Hasil permukaan arah serat bervariasi dari
serat lurus ke serat berbunga.
2.
Riftsawn
Sangat sulit dan lama dalam pelaksanaannya. Log dibelah dulu pada bagian
tengah menjadi papan (ini bagian paling tinggi kualitasnya) lalu empat potongan lainnya
dibelah ke arah radial log (ke pusat radius). Besar sekali limbah yang dihasilkan tapi
hasil kayu gergajian akan memiliki serat yang selalu lurus dan sangat kecil kemungkinan
perubahan bentuk karena penyusutan.
3.
Quartersawn
12
Diawali pembelahan menjadi empat bagian ke arah pusat radius, lalu masingmasing bagian dibelah searah dengan radius kayu log. memiliki nilai ekonomis tinggi
dan efisiensi lebih baik.
1.6
Aplikasi Kayu
Penggunaan kayu untuk suatu tujuan pemakaian tertentu tergantung dari sifatsifat kayu yang bersangkutan dan persyaratan teknis yang diperlukan. Adapun
aplikasi kayu adalah sebagai berikut :
Bangunan (Konstruksi)
Persyaratan : kuat, keras, berukuran besar dan mempunyai keawetan alam yang
tinggi.
Jenis kayu : balau, bangkirai, belangeran, cengal, giam, jati, dan lain-lain.
Perkakas (mebel)
Persyaratan: berat sedang, dimensi stabil, dekoratif, mudah dikerjakan, mudah
dipaku, dibubut, disekrup, dilem dan dikerat.
Jenis kayu: jati, eboni, kuku, mahoni, meranti, dan lain-lain
Lantai (parket)
Persyaratan: keras, daya abrasi tinggi, tahan asam, mudah dipaku dan cukup kuat.
Jenis kayu: balau, bangkirai, belangeran, bintangur, jati, dan lain-lain.
Bantalan Kereta Api
Persyaratan: kuat, keras, kaku, awet.
Jenis kayu: balau, bangkirai, kempas, ulin, dan lain-lain
Alat Olah Raga
13
Persyaratan: kuat, tidak mudah patah, ringan, tekstur halus, serat halus, serat
lurus dan panjang, kaku, cukup awet.
Jenis kayu: agathis, bedaru, melur, merawan, nyatoh, dan lain-lain.
Alat Musik
Persyaratan: tekstur halus, berserat lurus, tidak mudah belah, daya resonansi baik.
Jenis kayu: cempaka, merawan, nyatoh, jati, dan lain-lain.
Patung dan Ukiran Kayu
Persyaratan: serat lurus, keras, tekstur halus, liat, tidak mudah patah dan
berwarna gelap.
Jenis kayu: jati, sonokeling, salimuli, melur, cempaka, dan lain-lain.
Pensil
Persyaratan: massa jenis sedang, mudah dikerat, tidak mudah bengkok, warna
agak merah, berserat lurus.
Jenis kayu: agathis, jelutung, melur, pinus.
14
BAB VI
KESIMPULAN
Kayu adalah bagian batang atau cabang serta ranting tumbuhan yang mengeras
karena mengalami lignifikasi (pengayuan). Penyebab terbentuknya kayu adalah akibat
akumulasi selulosa dan lignin pada dinding sel berbagai jaringan di batang. Kayu
memiliki 2 sifat, yaitu sifat fisik dan sifat mekanik. Ada beberapa proses dasar
pengolahan kayu dari logs menjadi furniture, diantaranya penggergajian atau
pemotongan, pengeringan, Pengerjaan konstruksi, Perakitan, dan Finishing. Ada 5
metode pengawetan kayu, diantaranya metode rendaman, metode pencelupan, metode
pemulasan, metode pembalutan, dan metode tekan vakum. Ada beberapa metode
pemotongan kayu, yaitu Plain Swawn, riftsawn, dan Quartersawn. Ada banyak aplikasi
dari pengolahan kayu, diantaranya sebagai alat music, bangunan, lantai, rel kereta api,
dan lain-lain.
15
DAFTAR PUSTAKA
Chisholm, H. (1911). Alburnum. Cambridge University Press.
Hartiyono. (2013). Metode Pengawetan Kayu. Malang: Widyaiswara Madya Departemen
Bangunan PPPPTK BOE / VEDC Malang.
record, S. J. (1914). The Mechanical Properties of Wood.
Ridwanti Batubara, S. M. (2006). Teknologi pengawetan kayu perumahan dan gedung
dalam upaya pelestarian hutan. Sumatera Utara: Departemen Kehutanan
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Tambunan, & Nandika. (1989). Deteriorasi Kayu oleh. Bogor: Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi Institut Pertanian Bogor.
Widyatmoko, A. (2014). Identifikasi Jenis dan Asal-usul Kayu dengan Penanda DNA. Balai
Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan.
16