Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tarekat adalah salah satu bentuk kelanjutan usaha para suf
terdahulu

dalam

menyebarluaskan

tasawuf

sesuai

pemahamannya. Dalam ilmu tasawuf disebut thuruqas sufyah.


Secara umum tujuan tasawuf adalah mendekatkan diri kepada
Allah

melalui

persucian

jiwa.

Ajaran

tasawuf

yang

harus

diamalkan dalam bimbingan seorang guru, itulah yang disebut


Tarekat. Dengan kata lain dapat dirumuskan bahwa tasawuf
adalah

seperangkat

ilmu

mendekatkan

diri

kepada

Allah.

Sedangkan tarekat adalah suatu sistem untuk mendekatkan diri


kepada Allah yang salah satu unsur pokoknya adalah ilmu
tasawuf.
1.2. Rumusan Masalah
Pada makalah dijelaskan mengenai Asal Usul Tarekat (awal
mula terbentuknya tarekat), Pengertian Tarekat (menurut bahasa
serta pengertian dalam ilmu tasawuf), Tujuan Tarekat, Tarekat
yang berkembang di Indonesia, Tokoh-Tokoh Tarekat, dan Konsepkonsep ajaran tarekat. Selanjutnya juga menyertakan hadits dan
beberapa Ayat Al-quran yang menjadi landasan tarekat.
1.3. Tujuan
Tujuan

dari

penulisan

makalah

ini

adalah

untuk

menyelesaikan tugas mata kuliah Akhlak mengenai Tarekat,


sekaligus untuk memperluas wawasan penyusun serta pembaca
khususnya mengenai Tarekat. Semoga dengan diselesaikannya
makalah ini dapat bermanfaat kepada para pembaca untuk
menambah pengetahuan agar bisa diamalkan dalam kehidupan
sehari-hari, serta menambah semangat umat muslim untuk
selalu mengeksplorasi serta meningkatkan ilmu pengetahuan
mengenai Akhlak.

BAB II
ISI
2.1 Definisi Tarekat
Tarekat

berasal

dari

bahasa

Arab tharikah jamaknya taraiq secara etimologis berarti (1)


jalan,

cara (al-kaifiyah), (2)

metode,

sistem (al-uslub),

(3)

mazhab, aliran, haluan (al-mazhab), (4) keadaan (al-halal), (5)


pohon kurma yang tinggi (an-nakhlah aththawillah), (6) tiang
tempat berteduh, tongkat payung (amud al-mizallah), (7) yang
mulia,

terkemuka

dari

kaum (syarif

al-qaum) dan

(8)

goresan/garis pada sesuatu (al-khathth fi asy-syay).1


Tarekat adalah jalan yang ditempuh para suf dan dapat
digambarkan sebagai jalan yang berpangkal dari syariat. Sebab
jalan utama disebut syar, sedangkan anak jalan disebut thariq,
kata turunan ini menunnjukan bahwa menurut anggapan para
suf, pendidikan mistik merupakan cabang dari jalan utama yang
terdiri dari hukum illahi, tempat berpijak bagi setiap muslim. Tak
mungkin ada anak jalan tanpa ada jalan utama tempat
berpangkal, pengalam mistik tak mungkin di peroleh bila
perintah syariat yang mengikat itu tidak ditaati terlebih dahuulu
dengan seksama.2 Dengan kata lain tarekat adalah perjalanan
seorang salik (pengikut tarekat) menuju Tuhan dengan cara
1Luis Makluf.1896.Al-Munjid fi Al-Lughat wa Al-Alam. Beirut: Dar AMasyrik..hlm.465
2

mensucikan diri atau perjalanan yang harus ditempuh oleh


seseorang untuk mendekatkan diri sedekat mungkin kepada
Tuhan.3
Mengenai pengertian diatas Asy-Syekh Muhammad Amin AlKurdiy mengemukakan tiga macam defnisi, Tarekat adalah
mengamalkan syariat, melaksanakan bebab ibadah (dengan
tekun) dan menjauhkan diri dari sikap mempermudah ibadah
yang sebenarnya memang tidak boleh dipermudah.
Sementara itu Harun Nasution, menyatakan bahwa tarekat
berasal dari kata tariqah yaitu jalan yang harus ditempuh oleh
seorang calon suf dalam tujuannya berada sedekat mungkin
dengan Allah. Thariqh kemudian mengandung arti organisasi
(tarekat). Tiap tarekat mempunyai syekh, upacara ritual, dan
bentuk dzikir masing-masing.4
Sejalan dengan ini maka Martin Van Bruinessen menyatakan
istilah tarekat , paling tidak dipakai untuk dua hal yang secara
konseptual berbeda. Makananya yang asli merupakan paduan
yang khas dari doktrin, metode, dan ritual. Akan tetapi, istilah ini
pun sering dipakai untuk mengacu pada organisasi yang
menyatukan pengikut-pengikut jalan tertentu. Di timur tengah
istilah taifah terkadang lebih disukai untuk organisasi sehingga
lebih mudah membedakan antara yang satu dengan yang lain.
Akan tetapi di indonesia kata tarekat mengacu pada keduanya.5

2 Annemarie Schimel, 1975. Dimensi Mistik dalam Islam. Ter Supadri Djoko
Darmono, dkk, dari Mystical Dimension Of Islam. Jakarta : Pustaka Firdaus
3 Ensiklopedia Islam Jilid 5. hlm.66

4Harun Nasution. Islam ditinjau dari berbagia speknya. Jilid II,UI Press:
Jakarta
3

L.Massignon, salah seorang peneliti tasawuf di berapa


negara muslim, berkesimpulan bahwa istilah tarekat mempunyai
dua pengertian:
pertama, tarekat merupakan pendidikan kerohanian yang
sering dilakukan oleh orang-orang yang menempuh kehidupan
tasawuf untuk mencapai suatu tingkatan kerohanian, yang
disebut al-maqamat dan al- akhwal. Pengertian ini menonjol
sekitar abad ke-9 dan ke-10 Masehi.
Kedua, tarekat

merupakan

perkumpulan

yang

didirikan

menurut aturan yang telah dibuat oleh seorang syekh yang


menganut suatu aliran tertentu. Dalam perkumpulan itulah
seorang syekh yang menganut suatu tarekat yang dianutnya,
lalu mengamalkan aliran aliran tersebut bersama dengan muridmuridnya, pengertian dan defnisi ini menonjol ketika abad ke-9
Masehi.
Dengan demikian tarekat memiliki dua pengertian, pertama
tarekat berarti metode pemberian bimbingan spiritual kepada
individu dalam mengarahkan kehidupannya menuju kedekatan
diri dengan Tuhan. Kedua, tarekat sebagai persaudaraan kaum
suf (sufi brotherhood) yang ditandai dengan adanya lembaga
formal, seperti zawiyah, ribatah, ataukhanaqah.

2.2 Asal Usul Tarekat


Pada mulanya Tarekat yang berkembang di masyarakat itu
belum ada dalam agama Islam, akan tetapi untuk memasuki
Martin
Van
Bruinessen,
Indonesia, Mizan : Bandung.
5

1994. Tarekat

Naqsabandiyah

di

dunia suf dan tasawuf yaitu memerlukan suatu cara atau jalan
untuk dapat mencapai tujuan utama yang ingin dicapai oleh
seseorang dalam lapangan tasawuf.
Hasil pengaaman dari seorang suf yang diikuti oleh para
murid ari gurunya merupakan dasar dari rumusan Tarekat yang
menjurus juga pada tujuan untuk lebih mendekatkan diri kepad
Allah.

Dalam

perkembangannya

digunakan

sebagai

nama

kelompok mereka yang menjadi pengikut bagi seorang Syekh


yang

mempunyai

pengalaman

tertentu

bagaimana

cara

mendekatkan diri kepada Allah dan cara memberikan tuntunan


kepada para muridnya.
Pada pemberian nama pada suatu kelompok Tarekat dan
suatu ajaran tertentu dan dalam cara member latihan selalu
dinisbahkan kepada nama dari seorang Syekh yang di anggap
mempunyai

otoritas

tertentu

dan

berpengalaman

khusus.

Selanjutnya dalam hubungan murid dengan gurunya pada


umumnya kelompaok terekat menamai gurunya sebagai muisyid
atau syekh. Wakil nya dipanggil dengan khalifah, dan sejumlah
murid nya disebut Khalid.
Sedangakan tempat latihan disebut ribath atau zawiyah
atau taqiyah dan dalam bahasa Persia disebut khahaqah,
selanjutnya

pada

setiap

tarikat

syekh

itu

sangat

kuat

hubungannya dengan muridnya, dimana mereka harus memiliki


syarat-syarat sebagai berikut :
1. Mempelajari ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan syariat
2. Mengamati

dan

berusaha

semaksimal

mungkin

untuk

mengikuti jejak dan melaksanakan perintah guru.


3. Tidak mencari-cari keinginan dalam beramal agar tercapai
kesempurnaan yang hakiki
4. Berbuat dan mengisi waktu seefsien mungkin dan dengan
segalawirid

dan

doa

guna

permantapan

serta

mengkhususkan dalam mencapai maqmat yang lebiih tinggi

5. Mengekang hawa nafsu agar terhindar dari kesalahan yang


dapat menodai amal.
Dari syarat-syarat diatas dapat dilihat bahwa tujuan yang
sebenarnya

dari

tarikat

adalah

agar

para

pengikut

yang

tergabung didalamnya dapat berada sedekat mungkin dengan


kepada Tuhan sesuai dengan bimbingan dari guru, oleh karena
itu harus diikuti pula pokok ajarannya, antara lalin :
1. Zikir, yaitu selalu mengingat kepada Allah. Berfungsi sebagai
kontrol diri.
2. Ratib, yaitu mengucapkan tahlil dengan bilangan, gaya,
gerak, dan irama tertentu.
3. Muzik, yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair-syair
tertentu diiringi oleh bunyi-bunyian seperti memukul rebana.
4. Menari yaitu gerak yang dilakukan untuk mengiringi wiriswirid dan bacaan tertentu untuk menimbulkan kekhidmatan.
5. Bernafas yaitu mengatur cara bernafas saat melakukan zikir.
Setiap tokoh suf yang mengembangkan ajarannya sesuai
dengan tuntunan dan metode pengajaran yang disampaikannya,
maka semakin hari terikat tersebut berkembang terus sesuai
dengan jumlah mereka yang sampai derajat khalifah.
Tarikat yang terkenal dan keunggulan masing-masing tokohnya
antara lain :
1. Baha ad-Din Al-Magsyabandi, pendiri tarekat Magsyabandiyah
ini terkenal dengan keahliannya melukis, hakikat kehidupan
dan terlempar dalam lautan kesatuan fana dan baqa.
2. Abd. Al-Qadir Al-Jailani, pendiri tarekat qadriyah terkenal
dengan kekuatan marifah dan kekuatan membantu kepada
merifah imbad.
3. Abu Al-Hasan Al-Sazili pendiri tarekat saziliyah terkenal
dengan kekuatan ilmu dan wirid-wiridnya.
4. Ahmad Al-Rivai pendiri tarekat Rafaiyah terkenal dengan
keramat-keramat dan ketinggian fatwanya.

5. Ahmad Al-Badawi pendiri tarekat Bandawiyah terkenal dengan


sifat penyayang dan lemah lembutya.
6. Ibrahim Al-Dasuqi pendiri trekat dasuqiyah terkenal dengan
sifat pemurah dan penyayang.
7. Syekh Al-Akbar pendiri tarekat Akbariyah terkenal dengan
kearifan dan kebijaksanaannya.
8. Jala Al-Rumi seorang suf terkenal dengan sifat-sifat cinta dan
kerinduannya.
Selanjutnya dalam setiap tarekat ad alia dasar ajaran yang harus
dimiliki penganutnya, yaitu :
1. Menuntut ilmu untuk menegakkan perintah
2. Cinta kepada syekh dan persaudaraan untuk mendapatkan
penglihatan yang tajam.
3. Meninggalkan

rukhsan

dan

takwil

untuk

memelihara

keutamaan.
4. Mengisi waktu dengan wirid-wirid untuk selalu menghadirkan
Tuhan dlam hati.
5. Mencurigai diri dari segala sesuatu agar dapat keluar dari
hawa nafsu.
Disamping itu setiap tarekat mengharuskan memilih muridmurinya memiliki 5 syarat pula yaitu :
1. Perasaan yang tajam.
2. Ilmu yang betul.
3. Cita-cita yang tinggi.
4. Kepribadian yang disenangi.
5. Mempunyai pendangan yang menyelamatkan.
Adab yang harus dimiliki oleh murid-murid ada 5, yaitu :
1. Mengikuti setiap perintah syekh meskipun bertentangan
dengan pendapatnya.
2. Menjauhi larangan syekh meskipun disenanginya.
3. Manjaga

kehormatan

syekh

baik

dihadapan

maupun

dibelakang syekh diwaktu hidup atau sesudah matinya.

4. Menegakkan hak-hak sedapat mungkin dengan tidak bersiasia.


5. Mengenyampingkan akalnya, ilmunya dan kepemimpinannya
kecuali dalm halhal yang sesuai dengan perintah syekhnya.
Al-Junaid membatasi tingkah laku ahlu marifat kedalam 4
perkara, yaitu :
1. Ahli marifat mengenal Tuhan sebagaiantara manusia dan
tuhan tidak ada perantara dengan demikian seolah-olah dia
mampu berkomunikasi langsung.
2. Semua dasar dari tuntutan hidup adalah berdasarkan ajaran
Rasulullah dan berusaha meningkatkan akhlak yang hina dan
rendah.
3. Menyerahkan hawa nafsu emosional menurut kehendak tuhan
yang dijiskan dalam Alquran.
4. Manusia dan semua yang ada di muka bumi adalah milik Allah
semata dan kepadaNya lah semua akan kembali.
Demikian pokok-pokok ajaran yang dimiliki oleh setiap
tarekat, disamping itu terdapat pua pokok-pokok ajaran secara
khusus pada masing-masing tarekat untuk membedakan antara
tarikat

yang

satu

dengan

yang

lain.

Tarikat

mempunyai

hubungan yang substansial dan fungsional dengan tasawuf,


tarikat pada mulanya berarti tata cara untuk mendekatkan diri
kepada Allah dan digunakan unutuk kelompok yang mengikuti
seorang syekh.
Kelompok ini kemudian menjadi lembaga-lembaga yang
mengumpul dan mengikat sejumlah pengikut dengan aturanaturan sebagaimana disebutkan di atas. Dengan kata lain, tarikat
adalah tasawuf yang melembaga. Dengan demikian tasawuf
adalah usaha mendekatkan diri kepada Allah. Dilihat dari sisi
historis nya, kapan dan tarikat mana yang mula-mula timbul
sebagi lembaga, sulit diketahui karena tiadanya artifak sejaraha
yang jelas.

Pada umumnya tarikat yang berkembang di Persia menganut


paham tasawuf Abu Yazid yang lahir di Taifun, Persia. Namun
perkembangan nyata keberadaan tarikat adalah sekitar abad keXII di dua daerah basis yaitu di Khurasan atau Persia dan
Mesopotamia atau Irak. Tarikat yang bermunculan di daerah
Khurasan menganut paham Abu Yazid, sedangkan tarikat yang
berkembang di Mesopotamia berakar kepada tasawuf Junaid AlBaqdadi.
Dalam perkembangan selanjutnya, tarikat ini menyebar ke
Turki, India dan Indonesia dengan nama baru sesuai dengan
pendirinya di kawasan setempat. Di Indonesia, tarikat yang
mempunyai cabang dari Naqsyabandyah antara lain tarikat
Khalidiyah, Muradiyah, Mujaddiyah, Ahsaniyah, dll.
2.3 Tujuan Tarekat
Tarekat adalah jalan atau petunjuk dalam melakukan sesutu
ibadah sesuai dengan agarna yang dicontohkan oleh Nabi
Muhammad SAW, dan dikerjakan oleh sahabat-sahabatnya,
tabiin secara berantai sampai pada masa kita ini.
Lebih khusus lagi tarekat dikalangan sufyah berarti sistem
dalam rangka mengadakan latihan jiwa, membersihkan diri dari
sifat-sifat tercela dan mengisinya dengan sifat-sifat yang terpuji
dan memperbanyak dikir dengan penuh ikhlas semata-mata
untuk mengharapkan bertemu dengan dan bersatu secara
ruhiyah dengan tuhan.6 Jalan dalam tarekat itu antara lain terusmenerus berada dalam zikir atau ingat terus kepada Tuhan, Dan
terus-menerus menghindarkan diri dari sesuatu yang melupakan
Tuhan.
Harun nasution mengatakan tarekat ialah jalan yang harus
di tempuh oleh seorang suf dalam tujuan berada sedekat
6 Mustafa Zahri, 1995. Kunci memahai Ilmu Tasawuf, Bina Ilmu : Jakarta.
Hlm 57
9

mungkin dengan tuhan.7 Hamka mengatakan bahwa diantara


makhluk dan khalik itu ada perjalan hidup yang harus ditempuh,
inilah yang kita katakan tarekat.8
Dengan memperhatikan berbagai pendapat tersebut diatas,
kiranya dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan tarekat
adalah jalan yang bersifat spiritual bagi seorang suf yang
didalamnya berisi amalan ibadah dan lainnya bertemakan
menyebut nama Allah dan sifat-sifatnya disertai penghayatan
yang mendalam. Amalan dalam tarekat ini ditujukan untuk
memperoleh hubungan sedekat mungkin (secara rohaniah)
dengan Tuhan.
2.4

Tarekat Di Indonesia
Sebagai bentuk tasawuf yang melembaga, tarekat ini
merupakan

kelanjutan

dari

pengikut-pengikut

Suf

yang

terdahulu, perubahan tasawuf ke dalam tarekat sebagai lembaga


dapat dilihat dari keseorangannya yang kemudian berkembang
menjadi tarekat yang lengkap dengan symbol-simbol dan
unsurnya sebagaimana disebutkan diatas.
Dari beberapa aliran Tarekat terdapat sekurang-kurangnya
tujuh aliran Tarekat yang berkembang di Indonesia, Yaitu Tarekat
Qadriyah, Rifaiyah, Naqsyabandiyah, Sammaniyah, Khalwatiyh,
Al-Hadad, dan Tarekat Khalidiyah. Tarekat Qadriyah didirikan oleh
syaikh Abdul Qadir Jaelani (1077-1166) dan ia sering disebut AlJilli, Tarekat ini banyak tersebar di daerah timur, tiongkok,
sampai ke pulau Jawa. Pengaruh Tarekat ini cukup banyak
meresap di hati masyarakat yang dituturkan lewat bacaan
manaqib pada acara-acara tertentu.
7 Harun Nasution, 1963. Falsafah dan Mitisisme dalam Islam, Bulan Bintang
: Jakarta
8

Hamka,

1984. Tasawuf

perkembangan

dan

Pemurniannya, Pustaka

Panjimas : Jakarta. hlm. 104.


10

Naskah asli manaqib ditulis dalam bahasa arab, berisi


riwayat hidup dan pengalaman Suf Abdul Qadir Jaelani sebanyak
40

episode.

Manaqib

ini

dibaca

dengan

tujuan

agar

mendapatkan berkah dengan sebab keramatnya. Selanjutnya


Tarekat Rifaiyah didirikan oleh Syekh Rifai. Nama lengkapnya
adalah Ahmad bin Abbas. Meninggal di Umn Abidah pada
tanggal 22 jumaidil awal tahun 578 H, bertepatan pada tanggal
23 September tahun 1106 M. Dan ada pula yang mengatakan
bahwa Ia meninggal pada bulan rajab tahun 512 H, bertepatan
dengan bulan November tahun 1118 M, di Qaryah Hasan, Tarekat
ini banyak tersebar di daerah Aceh, Jawa, Sumatera Barat,
Sulawesi dan daerah lainnya. Ciri tarekat ini adalah penggunaan
tabuhan rebana dalam wiridnya, yang diikuti dengan tarian dan
permainan debus, yaitu menikam diri dengan sepotong senjata
tajam yang diiringi zikir-zikir tertentu, permainan debus ini
berkembang pula di daerah Sunda khususnya Banten, Jawa
Barat.
Adapun Tarekat Naqsyabandi didirikan oleh Muhammad bin
Bahauddin Al-Uwaisi Al-Bukhari (727-791). Ia bisa disebut
Naqsyabandi di ambil dari kata Naqsyabandi yang berarti
lukisan, karena is ahli dalam memberikan lukisan kehidupan
yang gaib-gaib. Tarekat ini banyak tersebar di Sumatera Barat,
tepatnya di daerah Minangkabau, Tarekat ini banyak dibawa oleh
Syekh Ismai Al-Khalidi Al-Kurdi, sehingga dikenal dengan sebutan
tarekat Naqsyabandiyah Al-Khalidiyah. Amalan Tarekat ini tidak
banyak dijelaskan cirri-cirinya. Selanjutnya Tarekat Samaniyah
didirikan oleh Syekh Saman yang meninggal dalam tahun 1720
di Madina. Tarekat ini banyak tersebar luas di Aceh dan
Mempunyai pengaruh yang dalam di daerah ini, juga di
Palembang dan daerah lainnya di Sumatera.
Di Jakarta Tarekat ini juga sangat besar pengaruhnya,
terutama di daerah pinggiran kota. Di daerah Palembang orang
banyak yang membaca riwayat Syekh Saman sebagai tawasul
11

untuk mendapatkan berkah. Ciri tarekat ini zikirnya dengan


suara keras dan melengking, khususnya ketika mengucapkan
lafadz Lailaha Illallah, juga terkenal dengan nama ratib saman
yang hanya mempergunakan kata hu yang artinya dia Allah,
Syekh Saman ini juga mengajarkan agar mencintai dunia,
menukar akal basyariyah dengan akal robaniyah, beriman hanya
kepada Allah dengan tujuan tulus Ikhlas.
Selanjutnya tarekat Khalwatiyah didirikan oleh Zahiruddin
(w. 1397 M) di khurasan dan merupakan cabang dari tarekat
Suhrawardi yang didirikan oleh Abdul Qadir Suhrawardi yang
meninggal tahun 1167 M, Tarekat khalwatiyah ini mula-mula
tersiar di Banten oleh Syekh Yusuf Al-Khalwalti Al-Makasari pada
masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa.
Tarekat ini banyak pengikutnya di Indonesia, dimungkinkan
karena

suluk

dari

tarekat

ini

sangat

sederhana

dalam

pelaksanaannya. Untuk membawa jiwa dari tingkat yang rendah


ke tingkat yang lebih tinggi melalui tujuh tingkat, yaitu
peningkatan

dari

nafsu

amarah,

lawwamah,

mulhammah,

muthmainnah, radhiyah, mardiyah, dan nafsu kailah. Adapun


tarekat Al-Haddad didirikan oleh Sayyid Abdullah bin Alwi bin
Muhammad Al-Haddad. Ia lahir di Tarim, sebuah kota yang
terletak di Hadramaut pada malam senin, 5 safar tahun 1044 H.
Ia pencipta Ratib Haddad dan ia dianggap sebagai salah seorang
Wali Qutub dan Arifn dalam ilmu Tasawuf. Ia banyak mengarang
kitab-kitab dalam ilmu tasawuf, di antaranya kitab yang berjudul
Nashaihud

Diniyah

(Nasehat-Nasehat

Agama).

Dan

Al-

Muawanah f suluk Thariq Akhirah (pendukung mencapai hidup


di Akhirat) Tarekat Al-Haddad Banyak dikenal di hadramaut,
Indonesia, India, Hijaz, Afrika timur, dan lain-lain.
Selanjutnya

Tarekat

Khalidiyah

merupakan

salah

satu

cabang dari tarekat Naqsyabandiyah di Turki yang berdiri pada


abad ke 19. Pokok-pokok ini dibangun oleh syekh Sulaiman Zahdi
Al-Khalidi. Tarekat ini berisi tentang adab zikir, tasawuf dalam
12

tarekat, adab suluk, tentang saik dan maqamnya, tentang ribath


dan beberapa fatwa pendek dari Syekh Sulaiman Al-Zahdi AlKhalidi

mengenai

beberapa

persoalan

yang

diterima

dari

bermacam-macam daerah. Tarekat ini banyak berkembang di


Indonesia.
2.5Pengaruh Tarekat di Dunia Islam
Dalam perkembangannya tarekat-tarekat itu bukan hanya
memusatkan perhatian pada tasawuf ajaran-ajaran gurunya,
tetapi juga mengikuti kegiatan politik.
Tarekat

memengaruhi

dunia

islam

mula

abad

ke-13

kedudukan tarekat saat itu sama dengan partai politik. Bahkan


tentara itu juga menjadi anggota tarekat.
Tarekat keagamaan meluaskan pengaruh dan organisasinya
keseluruh pelosok negeri menguasai masyarakat melalui suatu
jenjang yang terancang dengan baik, dan memberikan otomomi
kedaerahan seluas-luasnya. Setiap desa atau kelompok desa ada
wali

lokalnya

hidupnya,

yang

bahkan

kematiannya. Akan

didukung
dipuja

tetapi

dan
pada

dan

dimuliakan

sepanjang

diagung-agungkan
saat-saat

itu

telah

setelah
terjadi

penyelewengan dalam tarekat-tarekat.


Disamping itu tarekat pada umumnya hanya berorientasi
akhirat, tidak mementingkan dunia, tarekat mengandungkan
banyak beribadah saja dan jangan mengikuti dunia ini karena
anggapan, dunia ini adalah bangkai maka yang mengejar dunia
ini adalah anjing. Ajaran ini tampaknya menyelewengkan umat
islam dari jalan yang harus ditempuhnya. Demikian juga sifat
tawakal, menunggu apa saja yang akan datang, qadha dan
qadar yang sejalan denga faham Asyariyah. Para pembaharu
dalam

dunia

islam

melihat

bahwa

tarekat

bukan

hanya

13

mencemarkan paham tauhid, tetapi juga membawa kemunduran


bagi umat islam.
Oleh karena itu pada abad ke-19 timbul pemikiran yang
sinis terhadap tarekat. Banyak orang yang menentang dan
meninggalkan tarekat ini.
2.6

Tokoh-Tokoh Tarekat

Dilihat dari sisi historisnya, kapan dan tarekat mana yang


mula-mula timbul sebagai lembaga, sulit diketahui karena
tiadanya artifack sejarah yang jelas dari beberapa literatur yang
dirujuk, nampaknya tarekat Taifuriyah adalah tarekat tertua.
Tarekat

ini

berdiri

pada

abad

ke

IX

di

Persia

yang

mengembangkan tasawuf Abu Yazid Al-Bustami Al-taifuriyah.


Pendapat ini dipandang cukup beralasan, karena tarekat ini
menganut paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami Al-Taifuriyah.
Pada umumnya tarekat yang berkembang di Persia menganut
paham tasawuf Abu Yazid Al-Bustami Al-Taifuriyah di Taifur, suatu
desa yang terletak di khurasan Persia atau Iran. Namun
perkembangan nyata keberadaan tarekat adalah sekitar abad ke
XII di dua daerah basis, yaitu di khurosan (Persia) dan
Mesopatamia (Irak). Tarekat yang bermunculan di Khurosan
beraliran tasawuf Abu Yazid Al-Bustami Al-taifuriyah, sedangkan
tarekat yang berkembang di Mesopatamia berakar pada tasawuf
Junaid Al-Baghdudi.
Pada Abad ke 12 itu di Khurosan berdiri tarekat Yasaviyah
yang dipelopori oleh Ahmad Al-Yasavi (w. 1169) dan tarekat
Khawajaganiyah yang didirikan oleh Abdul Khaliq Al-Ghafdawani
(1220).
Tarekat Yasaviyah melebarkan sayap nya ke Turki dengan
nama baru tarekat Bektashiyah di identikkan dengan nama
pendirinya Muhammad Atha Bin Ibrahim Haji Bektash (w. 1335).
Tarekat ini cukup populer di masa kekuasaan Sultan Murad I,
14

karena tarekat ini memiliki pasukan komando sebagai kekuatan


inti kerajaan Turki Osmani, yang disebut Jenissari tarekat
Naqsyabandiyah adalah salah satu tarekat Khawajaganiyah
yang didirikan oleh Muhammad Bahauddin Al-Naqsyaband AlAwisi Al-Bukhari (w. 1335) dalam perkembangan selanjutnya
tarekat ini menyeber ke Turki, India dan Indonesia dengan nama
baru sesuai dengan pendirinya di kawasan setempat. Di
Indonesia

tarekat

Naqsyabandiyah,

ini

yang

Al-khalidiyah,

merupakan
Al-Muradiyah,

cabang

dari

Al-Mujaddiyah,

Saniyah, dll.
Di kawasan mesir tarekat didirikan oleh Muhammad Ibnu
Abdul Karim As-Sammani (w. 1775) tarekat ini disebut tarekat
Hafniyah, tarekat yang berasal dari rumpun Mesopatamia Irak
Anutannya berakar pada tasawuf Abdul Kasim Al-Junaidi yang
meninggal sekitar tahun 910 atau menganut paham tasawuf
Abdul Qadir Al-Jailani (w. 1078) tarekat suhrawardiyah yang
dirintis

oleh

abu

Hafs

As

Suhrawardi

(w

1234)

Tarekat

Kubrawiyah yang dipelopori Najamud bin Kobra (w 1221) dan


tarekat Maulawiyah yang didirikan oleh Jalaluddin Al-Romi (w.
1273) adalah tarekat-tarekat besar yang mengacu pada Tasawuf
Al-Junaidi. Tarekat Qadriyah yang dibangun oleh Muhyidin Abdul
Qadir Al-Jailani di Irak melebarkan ajaran tasawufnya melalui
tarekat Syadziliyah yang didirikan oleh Nuruddin As-Shadzili (w.
1258). Tarekat Rifaiyah yang dirintis oleh Ahmud Ibnu Ali Ar-Rifai
(w. 1182), tarekat Faridiyah yang mengilhami lahirnya tarekat
Sanusiah dan Idrisiyah di kawasan Afrika Utara adalah tarekat
yang masuk rumpun Qadriyah yang berakar pada Tasawuf Dzu
an Nun Al-Mishiri (w. 860) tarekat Qadariyah masuk kawasan
India atas jasa Muhammad Al-Ghawt dengan mendirikan tarekat
Ghawthiyah sekitar tahun 1917. Karena setiap tokoh Suf
mengembangkan ajarannya sesuai dengan tuntunan dan metode
pengajaran

yang

disampaikannya,

maka

semakin

Tarekat

tersebut berkembang terus sesuai dengan jumlah mereka yang


15

mencapai derajat Khalifah (Mursyid). Namun diantara tarekat itu


yang paling terkenal dan keunggulan masing-masing tokohnya
antara lain :
1. Bahauddin Al-Naqsyabandi, pendiri Tarekat Naqsyabandiyah,
terkenal dengan keahliannya melukiskan hakikat kehidupan
dan terlempar pada lautan kesatuan, fana dan baqa.
2. Abd. Al-Qadir Al-Jailani, pendiri tarekat Qadiriyah, terkenal
dengan kekuatan marifah dan kekuatan membantu Marifah
Imbad.
3. Abu Al-Hasan Al-Sazili, pendiri Tarekat Saliyah terkenal
dengan kekuatan ilmu dan wirid-wiridnya.
4. Ahmad Al-RifaI pendiri tarekat Rifaiyah terkenal dengan
keramat-keramat dan ketinggian fatwa-fatwanya.
5. Ahmad Al-Badawi pendiri Tarekat Badawiyah terkenal dengan
sikap penyayang dan lemah lembutnya.
6. Ibrahim Al-Dasuqi pendiri Tarekat Dasuqiyah terkenal dengan
sifat-sifat pemurah dan penyayangnya.
7. Syekh Al-Akbar, pendiri Tarekat Akbariyah terkenal dengan
kearifan dan kebijaksanaannya.
8. Jala A-Din Al-Rumi, seorang suf terkenal dengan sifat-sifat nya
cinta dan kerinduannya.
9. Syekh saman, pendiri Tarekat Samaniyah terkenal dengan
sifat memperbanyak sholat dan zikir, kasih pada fakir miskin,
jangan mencintai dunia, menukar akal basyariyah dengan
akal robaniyah, beriman hanya kepada Allah dengan tulus
Ikhlas.
10.

Tahiruddin,

pendiri

Tarekat

Khalwatiyah,

Tarekat

ini

merupakan cabang Suhrawardi.


2.7 Konsep Ajaran Tarekat
1. Dzikir
Di dalam tarekat ini dikenal dzikir Lat haif, mengerjakan
dzikir pada tujuh lhatifahd dengan membaca nama Allah,
Allah. Untuk tiap lat haif mempunyai ketentuan bilangan yang
16

berbeda. Untuk lhatifa Qolbi, dzikri sebanyak 500 kali. Untuk


lhatifahul ruh dzikir sebanyak seribu kali, untuk lhatifatus sirri
dzikir sebanyak seribu kali, untuk lhatifatuh akhfa dzikir
sebanyak seribu kali, untuk lhatifatun nafsun nathiqah dzikir
sebanyak

seribu kali, untuk

lhatifutu kulli jasud dzikir

sebanyak seribu kali. Jadi jumlah dzikir Allah, Allah dari semua
tingkat lhatifah sebanyak sebelas ribu.
2. Rabithah
Rabithah secara harfyah berarti ikatan, yakni ikatan yang
mengikat sesuatu dengan sesuatu yang lain. Rabithah di
kalangan para ahli tarekat diartikan sebagai suatu wasilah
yang berhubungan kecintaan hati orang yang melakukan
rabithah dengan yang di rabithaniyah. Rabithah menurut ahli
tarekat dibagi dua yaitu : Rabithah yang dilarang oleh syara
dan Rabithah yang dibenarkan oleh syara. Rabithah yang
dilarang adalah dimana orang yang melakukan rabithah
keyakinan bahwa yang menjadi rabithah tersebut dapat
memberi manfaat dan madhurut secara hakiki kepadanya,
seperti halnya orang yang musyrik yang menjadikan berhala
sebagai rabithah mereka untuk dekat dengan Allah, di mana
pada hakekatnya, mereka meyakini bahwa berhala-berhala
tersebut dapat member manfaat dan mudharat pada mereka.
Adapun Rabithah yang di bolehkan syara adalah rabithah
yang tidak demikian seperti halnya rabithah antara seseorang
makmum dengan Iman di dalam Sholat, dimana sah tidaknya
shalat makmum tergantung kepada terpenuhi atau tidaknya
syarat-syarat untuk menjadi makmum, tergantung kepada
kepatuhannya untuk mengikuti seluruh gerak-gerik sholat
sang Imam, selama imam itu tidak melakukan sesuatu yang
membatalkan shalat. Contoh lain
3. Suluk 40 Hari

17

Pada hakekatnya suluk berarti mengosongkan diri dari


sifat-sifat buruk (maksiat lahir dan maksiat batin) dan
mengisinya dengan sifat-sifat terpuji (taat lahir dan bathin).
4. Tidak Makan Daging
Tentang

praktek

me9njalankan

tidak

khalawat

makan

para

ahli

daging

selama

tentang

tarekat

mendasarkan praktek tersebut diantaranya kepada hadits


yang artinya : maksudnya, Dari Aisyah bahwasanya Ia berkata
kepada Urwah: hai anak laki-laki saudara perempuanku,
kita selama waktu dua bulan lamanya sama riyadhah tidak
menjalankan api dapur. Kemudian Urwah menyahut: lantas
yang engkau sekalian makan dan demikian juga Rasulullah.
Aisyah menjawab : yang kita makan hanya dua perkara yang
hitam yaitu kurma dan air sumur.
Hadits ini dijadikan landasan untuk tidak memakan
daging selama melakukan khalawat. Pelarangan ini menurut
ahli tarekat bersifat sementara, menurut mereka bahwa
pelarangan ini bukan pengharaman, tetapi mengikuti jejak
langkah

keluarga

Rasulullah

saw.

Dimana

didalamnya

tersimpan rahasia dalam upaya efektif untuk mendekatkan


diri kepada Allah swt. Jadilah mereka menolak tuduhan yang
mengatakan bahwa ahli tarekat telah mengharamkan sesuatu
yang telah dihalalkan oleh Allah, sebab pengharaman apa
yang

telah

dihalalkan

oleh

Allah

merupakan

suatu

pelanggaran atau dalam ungkapan Al-Quran termasuk dalam


golongan orang-orang yang melampaui batas (Al-Maidah : 87)
5. Muzik, dalam membacakan wirid-wirid dan syair tertentu
diiringi

dengan

bunyi-bunyian

(instrumentalia)

seperti

memukul rebana.
6. Bernafas,

yaitu

mengatur

cara

bernafas

pada

waktu

melakukan zikir yang tertentu.


9
18

7. Uzlah, menyendiri secara spiritual di tengah keramaian.


8. Zuhd Dunia, menjauhi sikap dan usaha mencari kenikmatan
duniawi atau bersifat bendawi.
9. Duduk tawadhu menghadap kiblat.
10.

Membaca surat Al-Fatihah dan Al-Ikhlas tiga kali.

Tata cara pelaksanaan tarekat antara lain :


a. Zikir, yaitu ingat yang terus menerus kepada Allah dalam
hati serta menyebutkan namanya dengan lisan, zikir ini
berguna sebagai alat kontrol dalam hati, ucapan dan
perbuatan agar tidak menyimpang dari garis yang sudah
ditetapkan Allah.
b. Ratib, yaitu mengucap lafal la ilaha illallah dengan gaya
gerak dan irama tertentu.
c. Muzik, yaitu dalam membacakan wirid-wirid dan syair
tertentu diiringi dengan bunyi-bunyian (instrumentalia)
seperti memukul rebana.
d. Menari, yaitu gerak yang dilakukan mengiringi wirid-wirid
dan

bacaan-bacaan

tertentu

untuk

menimbulkan

kekhidmatan.
e. Bernafas, yaitu mengatur cara bernafas pada waktu
melakukan zikir tertentu.
Kaum suf berpendapat bahwa kehidupan dan alam ini
penuh dengan rahasia-rahasia tersembunyi, akan tetapi rahasia
itu telah tertutup dengan dinding-dinding yang membatasi,
adapun dinding itu adalah hawa nafsu manusia itu sendiri,
keinginan dan kemewahan hidup di dunia. Tetapi rahasia itu
mungkin terbuka dan dinding itu mingkin tersingkap dan
manusia dapat melihat dan merasai atau berhubungan langsung
dengan

Allah,

yang

rahasia,

asalkan

manusia

menempuh

jalannya atau tharekatnya. Tarekat itulah jalan yang digunakan


untuk mencapai pada tujuan mengenal Allah dan mendekatkan
diri kepada Allah.

19

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tarekat yang ada pada saat sekarang ini di dalam Islam
belum ada pada mulanya berkembang di masyarakat, akan
tetapi untuk memasuki dunia suf dan tashawwuf memerlukan
suatu cara atau jalan untuk dapat mencapai tujuan yang utama.
Di dalam pemberian nama suatu kelompok Tarekat dengan suatu
ajaran tertentu dan dalam cara memberikan latihan-latihan
selalu dimisbahkan kepada guru/syekh mursyid awal yang
menumbuhkembangkannya. Tarekat mempunyai tujuan agar
para pengikut yang tergabung di dalamnya dapat berada
sedekat mungkin bersama Allah SWT. Sesuai dengan bimbingan
seorang guru atau mursyid. Jika diperhatikan tujuan tarekat
persis sama dengan tujuan tasawuf, bedanya hanya pada
tasawuf tanpa bimbingan sedangkan tarekat selalu ada syekh
mursyid sebagai pembimbingnya. Karena itu dapat disimpulkan
bahwa setiap tarekat itu adalah tasawuf, tapi setiap tasawuf
belum tentu tarekat.
3.2 Saran
Atas berkat rahmat Allah SWT, makalah ini dapat penulis
selesaikan dengan sebaik mungkin. Meskipun makalah ini telah
tersusun dengan sistematisnya, namun penulis menyadari masih
banyaknya kekurangan atau bahkan terdapat kesalahan di dalam
makalah ini. Oleh sebab itu, penulis sangat mengharapkan adanya
saran-sarang yang membangun untuk penyempurnaan makalah ini.

20

21

Anda mungkin juga menyukai