DAFTAR ISI......................................................................................................................................................1
LATAR BELAKANG.........................................................................................................................................2
PERUMUSAN MASALAH...............................................................................................................................2
ANALISIS KEBUTUHAN DESAIN.................................................................................................................3
Skema/Gambar Desain...........................................................................................................................8
Analisis Kegagalan..............................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................14
LATAR BELAKANG
Kebutuhan energi berbanding lurus dengan besarnya laju pertumbuhan penduduk.
Total penduduk Indonesia saat ini sekitar 231 juta jiwa, masih akan terus bertambah begitu
pula dengan kebutuhan energy yang diperkirakan akan terus meningkat. Sebagian besar,
energi yang digunakan masyarakat Indonesia umumnya berasal dari energi fosil, jika terus
dimanfaatkan tanpa adanya upaya pelestarian dapat mengakibatkan kelangkaan energi di
masa depan. Sehingga perlu adanya energi alternatif untuk tetap menunjang kehidupan
manusia. Energi alternatif yang berpotensi untuk dikembangkan adalahenergi biomasa, yang
salah satunya adalah pembuatan arang (Sukesti, 2010).
Pirolisis adalah dekomposisi termal material yang mengandung karbon melalui proses
pembakaran tanpa menggunakan oksigen pada keadaan tekanan sistem tidak terpengaruh de
ngan tekanan uap air (Jones, 2011). Pirolisis memanfaatkan biomassa sebagai penghasil ar
ang, melalui proses pembakarannya.
Arang adalah residu padat yang tersisa dari biomassa saat proses pirolisis dengan
kondisi tertutup pada tungku atau tempat pembakaran. Pengontrolan keluar masuk udara
sangat diperlukan dalam pirolisis arang, sehingga biomassa tidak serta-merta terbakar selama
proses pengarangan, melainkan terdekomposisi secara kimia menjadi arang (FAO, 1983).
Indonesia sebagai Negara berpenduduk keempat terbesar di dunia, memiliki tingkat
kebutuhan akan bahan bakar yang tinggi (Timnas Pengembangan BBN, 2008). Tak terkecuali
kebutuhan akan arang. Arang banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar pedagang kelas me
nengah ke bawah, seperti pedagang satai, serta pada industri pengasapan makanan.
Diperoleh sebuah masalah utama, yakni banyaknya arang yang pecah atau menjadi
serbuk arang pada saat proses pembuatannya. Hal ini cukup merugikan masyarakat karena
rendemen arang yang dihasilkan rendah dan banyak bagian arang yang terbuang (FPT UGM,
2013). Oleh karena itu, kami melakukan praktik pirolisis dengan bahan baku limbah biji
rambutan sebagai bentuk inovasi dalam menghadapi permasalahan tersebut sekaligus untuk
mengurangi limbah di masyarakat
PERUMUSAN MASALAH
Berkurangnya sumber bahan baku energi seperti gas alam, minyak bumi dan kayu
merupakan sebuah masalah yang akan dicari alternatifnya dari sumber lain. Biji rambutan
deng an potensi yang cukup besar merupakan sebuah solusi dalam mengatasi permasalahan
bahan baku energi dan mengurangi limbah.
2
berkualitas baik dengan menggunakan bahan baku alternatif dengan modal sekecil-kecilnya.
Untuk mencapai visi tersebut, kami mempunyai misi yaitu sebagai berikut:
1. Menggunakan biomassa yang berasal dari bahan selain tempurung kelapa untuk membuat
arang.
2. Mengumpulkan biji rambutan dari pabrik buah kalengan dan manisan rambutan untuk
dijadikan arang melalui proses pirolisis.
Segmenting
Targeting
: Pedagang kaki lima, khususnya pedagang sate, kopi arang, kue balok, surabi
dan industry kecil menengah bidang pengasapan makanan.
Positioning
Bahan
Strength
Weakness
Bonggol jagung
1. Mengandung
1. Sulit
banyak senyawa
karbon (30%).
2. Strukturnya
padat sehingga
Opportunity
1. Mudah
dikeringkan.
ditemukan.
2. Srukturnya
2. Harga murah.
3. Merupakan
keras, sehingga
limbah.
sulit untuk
tidak cepat
dipotong-potong
menjadi abu
menjadi bagian
bila dibakar.
kecil.
Threat
1. Pengeringan
yang tidak
sempurna,
membuat arang
yang dihasilkan
tidak merata.
2. Dibutuhkan
inisiator yang
banyak untuk
menghasilkan
Biji rambutan
1. Tidak perlu
melakukan
pemotongan.
2. Ukuran realtif
sama.
1. Buahnya
musiman.
2. Karena massa
bijinya kecil,
1. Daging
buahnya dapat
rambutan belum
dimanfaatkan
dikenal
menjadi
masyarakat
maka
3
3. Buahnya tidak
diperlukan buah
mahal.
4. Banyak
rambutan dalam
perusahaan
manisan.
2. Bisa dilakukan
rekayasa
jumlah besar.
3. Mudah menjadi
kondisi agar
pengalengan
berbuah
buah rambutan
pembakaran
sepanjang tahun
yang membuang
berlangsung
(dengan biaya
bijinya.
5. Mudah dikemas.
terlalu lama.
cukup mahal).
3. Kulitnya bisa
sehingga
masyarakat
belum terlalu
percaya dengan
kemampuan
arang biji
rambutan.
dimanfaatkan
menjadi pupuk
Kayu bekas
1. Mengandung
banyak senyawa
karbon.
2. Strukturnya
padat, sehingga
tidak cepat
menjadi abu
1. Strukturnya
dan arang.
1. Mudah
jika dibakar.
3. Bahannya
mudah
ditemukan.
kriteria yang harus dipenuhi bahan tersebut, diantaranya availabilitas atau ketersediaan bahan
di alam, jumlah kalor yang dihasilkan, dan kemudahan arang ketika dibakar.
Kayu
Bonggol Jagung
Biji rambutan
Berikut ini beberapa kriteria yang kami pilih untuk menentukan pilihan alternatif
4
bahan :
Kalor
Ketersediaan
Mudah terbakar
Jumlah
Kalor
Ketersediaan
Mudah terbakar
Jumlah
Kalor
0.238
0.048
0.714
1
Kalor
Ketersediaan
1
0.2
3
4.2
5
1
6
12
Mudah
terbakar
0.33
0.167
1
1.5
Jumlah
0.877
0.242
1.881
3
Bobot
0.292
0.081
0.627
1
Kalor
Ketersediaan
Mudah terbakar
Kalor
0.292
0.058
0.877
Ketersediaan
0.404
0.081
0.485
Mudah terbakar
0.209
0.105
0.627
Jumlah
0.905
0.244
1.988
Hasil bagi
3.096
3.020
3.171
9.287
Tabel Pair-Wise Relative Importance dan Eigenvector Kriteria Bahan Baku Arang
Sehingga maks = (1.75+3.5+7)/3= 3,096
Matriks Alternatif
Perbandingan pada setiap alternatif dalam hal jumlah kalor yang dihasilkan
Kayu bekas
Bonggol jagung
Biji rambutan
5
Kayu bekas
Bonggol jagung
Biji rambutan
Jumlah
1
3
5
9
0.33
1
3
4.333
0.5
0.33
1
1.833
Kayu bekas
Bonggol jagung
Biji rambutam
Jumlah
Bonggol jagung
0.08
0.23
0.69
1.00
Biji rambutan
0.27
0.18
0.55
1.00
Jumlah
0.46
0.75
1.79
3.00
Bobot
0.15
0.25
0.60
1.00
Kayu bekas
1
2
5
8
Bonggol jagung
0.5
1
3
4.5
Biji rambutan
0.143
0.5
1
1.643
Kayu bekas
Bonggol jagung
Biji rambutam
Jumlah
Bonggol jagung
0.11
0.22
0.67
1.00
Biji rambutan
0.09
0.30
0.61
1.00
Jumlah
0.32
0.78
1.90
3.00
Bobot
0.11
0.26
0.63
1.00
Kayu bekas
1
5
7
13
Bonggol jagung
0.2
1
1.4
2.6
Biji rambutan
0.14
0.74
1
1.88
Jumlah
0.23
1.16
1.61
3.00
Bobot
0.08
0.39
0.54
1.00
Bobot kriteria
Kalor
0,292
Ketersediaan
0.081
Mudah terbakar
0.627
6
Kayu bekas
Bonggol jagung
Biji rambutan
Ketersediaan
0.11
0.26
0.63
Mudah terbakar
0.08
0.39
0.54
Kalor
0.0438
0.073
0.1752
ketersediaan
0.00891
0.02106
0.05103
Mudah terbakar
0.05016
0.24453
0.33858
Jumlah
0.10287
0.33859
0.56481
Tabel Pair Wise Relative Importance dan Eigenvector Alternatif Bahan Baku Arang
Pemilihan
Energy value
0.292
Availibilitas
0.081
Mudah terbakar
0.627
Bonggol jagung
0.25
Bonggol jagung
0.26
Bonggol jagung
0.39
Biji rambutan
0.6
Biji rambutan
0.63
Biji rambutan
0.54
Kayu bekas
0.25
Kayu bekas
0.11
Kayu bekas
0.08
Bonggol Jagung
0.33859
Biji Rambutan
0.56476
0.10287
PENDALAMAN DESAIN
Skema/Gambar Desain
Desain
Keterangan
merambat ke dalam biji rambutan yang ada di dalam koran tersebut. Diharapkan tidak terlalu
banyak melakukan pengadukan, karena akan membuat api cepat padam dan harus dipastikan
api merambat secara merata.
merata lalu simpan biji rambutan diatasnya kemudian diberi kerosin. Setelah itu, tutup
kembali dengan inisiator (koran) dan beri kerosin agar inisiator mudah terbakar sehingga bara
pun cepat terbentuk. Kondensat atau asap cair yang dihasilkan akan disalurkan melalui pipa
penyalur kemudian ditampung pada suatu wadah. Pipa penyalur diselubungi kain basah
supaya gas hasil pemanasan yang terbentuk bisa lebih cepat terkondensasi menjadi fasa cair.
yang dihasilkan dari pirolisis adalah lebih dari 37% setara dengan 148 gram.
a. Alat
- 1 unit reaktor pirolisis
- Gelas plastik sebagai penampung asap cair
- Sarung tangan
- Stopwatch
- Korek api
- Batang kayu sebagai alat pengaduk
b. Bahan
- Biji rambutan
- Kertas koran
- Kerosin
Langkah Percobaan
1. Biji rambutan dikeringkan.
2. Biji rambutan yang telah kering dimasukkan ke dalam tungku bersama dengan kertas
koran yang berfungsi sebagai inisiator.
3. Kerosin ditebarkan secara merata ke dalam tungku yang telah berisi biji rambutan dan
kertas koran.
4. Biji rambutan dan kertas koran dibakar dengan menggunakan korek api.
9
5. Setelah dipastikan semua biji rambutan rata terbakar, tungku ditutup dengan rapat dan
pastikan juga tidak ada asap yang keluar selain dari cerobongnya.
6. Pada cerobong tungku dililitkan koran basah untuk memepercepat kondensasi sehinggga
menghasilkan asap cair.
7. Meletakkan gelas plastik tepat di bawah lubang ujung cerobong untuk menampung asap
cair yang keluar
2 cm
-19 menit
ditutup
Massa bahan baku
Arang yang dihasilkan
Jumlah kerosin yang dipakai
400 g
148 g
40 mL
Hasil Pirolisis
arang
arang cair
abu
25%
37%
38%
10
Rp
0,04 L x @ Rp 2500,-
Koran
1 x @ 2000,-
Jumlah
Rp 100,Rp 2.000,- +
Rp 2.100,-
Setelah eksperimen yang kami lakukan, dari 400 gram biji rambutan dihasilkan arang
sebesar 148gram, yaitu 37% dari total biomassa awal. Berdasarkan hasil eksperimen kami,
dapat diitung nilai BEP sebagai berikut:
dengan
: 100 kg x @Rp 0
= Rp
2. Kerosin
: 10 L x @Rp 2500,-
= Rp 25.000,-
3. Koran
= Rp 20.000,-
= Rp 45.000,-/100 kg
Maka dapat disimpulkan bahwa biaya variabelnya yakni Rp 450,-/kg.
11
= Rp 35.000,-/hari
= Rp 250.000,-/hari
= Rp
5.000,+
= Rp 290.000,-/hari
: 50 buah
: 50 buah
: 5 buah
: 5 buah
Fix Cost
Rp 290.000
=
=63,74 kg=64 kg
PV
Rp5.000Rp 450
Setelah percobaan, didapatkan hasil arang yang berhasil yakni 37% sehingga dari 100
kg didapatkan 37 kg dalam sekali produksi. Sehingga dibutuhkan 2 kali produksi untuk
menghasilkan 64 kg arang.
Analisis Kegagalan
Berdasarkan literatur, kadar karbon dalam limbah biji rambutan adalah 79% dari
beratnya. Sehingga, dalam 400 gram limbah biji rambutan, seharusnya dapat dihasilkan arang
sekitar 316 gram. Sehingga peneliti mendapatkan 50,545 gram lebih sedikit.
Hal ini dapat terjadi karena beberapa faktor. Faktor pertama adalah yang berkaitan
dengan pemerataan pembakaran biomassa. Pada saat pembakaran biomassa, peneliti
mendapati bahwa api yang membakar biomassa tidak menyebar secara merata sehingga
hanya beberapa bagian yang terbakar dengan api. Hal tersebut menyebabkan ketidakmerataanya kematangan dan pembakaran biomasa.
Faktor kedua adalah diperlukan waktu yang lama untuk mempertahankan api pada
tungku pirolisis karena biomassa berukuran relatif kecil. Dengan ukuran yang relatif kecil ini,
tapi cenderung sering padam sehingga harus dilakukan proses pembakaran beberapa kali.
Dan faktor ketiga adalah tekstur biji rambutan itu sendiri. Kebanyakan, arang yang
gagal dihasilkan disebabkan karena pembakaran hanya berlangsung di luar bijinya saja dan
tidak meresap sampai ke dalam biji.
Pada proses penutupan tungku, terjadi beberapa kali kegagalan penutupan tungku de
ngan benar yang disebabkan kurang penguasaan teknik.
12
yang lebih banyak daripada mengeringkan dengan tenaga matahari. Hal ini dikarenakan kan
dungan air yang berkurang lebih banyak dan lebih cepat daripada pengeringan konvensional,
sehingga saat dibakar lebih mudah menjadi bara.
Inisiator yang diremas kecil-kecil dan mengembang dapat dengan mudah terbakar
habis (terbakar lebih merata). Pemilihan limbah biji rambutan sebagai bahan baku
mempermudah pembakaran karena bentuknya relatif kecil sehingga memperluas bidang
permukaan pembakaran.
Dari semua keunggulan diatas, dapat disimpulkan bahwa limbah biji rambutan seba
gai biomassa yang belum banyak dimanfaatkan, berpotensi untuk dijadikan sumber energi
terbarukan (alternatif bahan bakar fosil).
dalam proses pemasangan dan pembongkaran. Bahan baku yang digunakan kurang banyak,
dikarenakan belum memasok dari pabrik (masih limbah olahan biasa).
Untuk kedepannya, pengeringan bahan baku diharapkan tidak bergantung pada oven
atau pengering instan yang menggunakan energi listrik. Lebih disarankan untuk melakukan
penjemuran dengan sinar matahari.
Inisiator (koran) yang digunakan dalam pembakaran diusahakan sedikit saja dan
dipastikan terbakar semua, agar tidak memerangkap bahan volatil yang akan menguap.
DAFTAR PUSTAKA
Jones, Jim. 2011. Mechanisms of Pyrolysis. Melbourne: Massey University.
Mechanical Wood Products Branch Staff Food and Agriculture (FAO) of United Nations.
1983. Simple Technologies for Charcoal Making. Rome: Forest Industries Division.
Mulyatno, Kris. 15 Mei 2013. Kandungan Gizi dan Manfaat Rambutan.
http://www.itd.unair.ac.id/index,php?option=com%1F_contene&view=articalzid:kandungangizi-dan-manfaat-buah-rambutan=40:healthy-news+itemid=113. Diakses pada tanggal 19
13
Maret 2015.
Tim Laboratorium Energi Kayu FPT UGM. 23 Juni 2013. Laboratorium Energi Kayu.
http://teknologihutan.fkt.ugm.ac.id/id/103/laboratorium-energi-kayu. Diakses pada tanggal 18
Maret 2015.
Timnas Pengembangan BBN. 2008. BBN (Bahan Bakar Nabati). Jakarta: Penebar Swadaya.
14