Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANG

MANAJEMEN PERKANDANGAN TERNAK SAPI POTONG DI


USAHA TERNAK PAK INDRA KELURAHAN MAYANG
MANGURAI KECAMATAN ALAM BARAJO
KOTA JAMBI

OLEH:
LOLA ANGGELA
E10018188

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2022
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANG

MANAJEMEN PERKANDANGAN TERNAK SAPI POTONG DI PETERNAKAN


PAK INDRA KELURAHAN MAYANG MANGURAI KECAMATAN ALAM
BARAJO KOTA JAMBI

OLEH:
LOLA ANGGELA
E10018188

Telah Diuji di Hadapan Tim Penguji


Pada Hari , tanggal , dan dinyatakan lulus

Ketua :
Anggota : 1.
2.

Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Jurusan/Prodi Peternakan Pembimbing Lapangan

Dr. Ir. Endri Musnandar, MS Rts. Sherly Dwijayanti, S.Pt., M.Pt.


NIP. 19590926 198603 1 004 NIP. 202012042001
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapang
dengan judul “Manajemen Perkandangan Ternak Sapi Potong Di Usaha Ternak Pak
Indra Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi”. Penulis
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu RTS. Sherly
Dwijayanti, S.Pt., M.Pt. selaku Pembimbing Praktek Kerja Lapang yang telah
memberikan masukan berupa saran dan arahan kepada penulis sehingga laporan ini
dapat diselesaikan. Tidak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Indra selaku pemilik peternakan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
dapat melaksanakan Praktek Kerja Lapang. Terima kasih saya ucapkan kepada
petugas kandang yang telah ikut membantu dalam melaksanakan kegiatan ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak terdapat kekurangan.
Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran agar laporan ini menjadi lebih baik
kedepannya dan dapat bermanfaat bagi kita semua.

Jambi, Januari 2022

Lola Anggela

i
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA....................................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ iii
BAB I. PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Tujuan............................................................................................ 2
1.3. Manfaat.......................................................................................... 2
BAB II. PROSEDUR KERJA.......................................................................... 3
2.1. Tempat dan Waktu......................................................................... 3
2.2. Prosedur Kerja............................................................................... 3
2.3. Analisis Data.................................................................................. 3
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 5
3.1. Kondisi Umum Peternakan............................................................ 5
3.2. Sistem Pemeliharaan...................................................................... 7
3.3. Sistem Perkandangan..................................................................... 7
3.3.1. Fungsi Kandang................................................................... 7
3.3.2. Letak Kandang..................................................................... 8
3.3.3. Tipe Kandang....................................................................... 8
3.3.4. Ukuran Kandang.................................................................. 9
3.3.5. Perlengkapan Kandang........................................................ 10
3.3.6. Kontruksi Kandang.............................................................. 10
BAB IV. PENUTUP......................................................................................... 14
4.1. Kesimpulan.................................................................................... 14
4.2. Saran.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Jumlah sapi di peternakan Pak Indra........................................................... 5


2. Letak Kandang............................................................................................. 8
3. Tipe Kandang............................................................................................... 9
4. Atap Kandang.............................................................................................. 11
5. Selokan di peternakan Pak Indra................................................................. 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Usaha penggemukan sapi potong cenderung semakin berkembang. Hal


tersebut ditandai dengan bertambahnya masyarakat di daerah yang mengusahakan
penggemukan sapi. Jenis sapi yang biasa digunakan adalah sapi Bali. Sapi Bali
merupakan ternak yang dapat beradaptasi dengan baik dengan lingkungan setempat.
Sapi Bali dimanfaatkan dan dilestarikan menjadi sumberdaya ternak asli indonesia
yang mempunyai ciri khas tertentu dan mempunyai kemampuan untuk berkembang
dengan baik pada berbagai lingkungan yang ada di Indonesia. Sapi Bali cocok untuk
dipelihara dan dikembangkan oleh peternak sebagai sumber pangan nasional. Selain
itu sapi Bali juga memiliki persentase karkas yang tinggi, menurut Yosita et al.
(2011) bahwa persentase karkas sapi Bali mencapai 53,26%.
Usaha peternakan selalu berpedoman pada segi tiga produksi peternakan yang
meliputi bibit, pakan dan manajemen pemeliharaan. Ketiga faktor tersebut harus
dalam keadaan yang seimbang agar produktifitas yang diperoleh dapat seoptimal
mungkin (Agustinus, 2010). Manajemen perkandangan merupakan salah satu bentuk
pengelolaan perkandangan yang meliputi fungsi kandang, jenis-jenis kandang dan
tipe-tipe kandang. Fungsi kandang sebagai tempat berlindung sekaligus
berlangsungnya berbagai aktivitas dari ternak. Manajemen perkandangan yang belum
sesuai dengan persyaratan dapat menganggu produktivitas ternak dan berdampak
pada lingkungan sekitar. Sapi potong yang dipelihara tidak akan tumbuh besar
dengan baik jika hanya diberi makan begitu saja. Peternak juga harus memperhatikan
aspek terkait lainnya dalam pemeliharaan sapi potong. Kandang merupakan salah satu
faktor lingkungan hidup ternak, harus bisa memberikan jaminan untuk hidup yang
sehat dan nyaman sesuai dengan tuntutan hidup ternak dan bangunan kandang
diupayakan harus mampu untuk melindungi ternak dari gangguan yang berasal dari
luar seperti sengatan matahari, cuaca buruk, hujan dan tiupan angin kencang. Secara

1
umum kontruksi kandang harus kuat, mudah dibersihkan, bersikulasi udara baik.
Persyaratan kandang merupakan hal penting yang perlu diperhatikan dalam
membangun suatu perkandangan sapi potong. Syarat perkandangan yang baik perlu
memperhatikan beberapa hal diantaranya; pemilihan lokasi kandang, tata letak
kandang, konstruksi kandang, bahan kandang, dan perlengkapan kandang, sehingga
dapat meningkatkan produktivitas sapi potong.
Berdasarkan  uraian  diatas untuk mengetahui manajemen perkandangan di
Peternakan Pak Indra penulis melaksanakan kegiatan Praktek Kerja Lapang dengan
judul  “Manajemen Perkandangan Ternak Sapi Potong Di Usaha Ternak Pak Indra
Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi” selama satu
bulan.

1.2. Tujuan

Kegiatan Praktek Kerja Lapang ini bertujuan untuk mengetahui manajemen


perkandangan ternak potong dan melatih keterampilan guna menunjang keahlian
sebagai mahasiswa peternakan.

1.3. Manfaat

Manfaat dari  Praktek Kerja Lapang ini adalah untuk menambah pengetahuan
serta menambah wawasan mahasiswa mengenai manajemen perkandangan ternak
potong yang baik.

2
BAB II
PROSEDUR KERJA

2.1. Tempat dan Waktu

Kegiatan Praktek Kerja Lapang dilaksanakan di Peternakan Pak Indra


Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi selama satu bulan
yang dimulai dari tanggal 8 November – 10 Desember 2021.

2.2. Prosedur Kerja

Materi yang digunakan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang adalah 7 ekor
sapi Bali berumur ± 2 tahun, hijauan berupa rumput lapang dan rumput kumpai, serta
konsentrat yang terdiri dari dedak dan garam. Peralatan yang digunakan seperti sapu
lidi, sekop, angkong, baskom, ember, pita meter dan alat tulis.
Kegiatan yang dilakukan dalam kegiatan Praktek Kerja Lapang yaitu dengan
terlibat langsung dalam pemeliharaan ternak. Penimbangan sisa pakan dilakukan
setelah membersihkan tempat pakan menggunakan sapu lidi dan serokan kemudian
sisa pakan ditimbang menggunakan timbangan gantung. Setelah ditimbang, sisa
pakan diangut ke tempat pembuangan menggunakan angkong. Kemudian, kotoran
ternak dibersihkan menggunakan sekop dan langsung dimasukkan kedalam karung.
Selanjutnya adalah memandikan ternak sapi menggunakan selang sambil di gosok
hingga bersih. Setelah ternak dimandikan, ternak diberi pakan berupa hijauan.
Hijauan tersebut diberikan kepada ternak pada pagi jam 07.00, sore jam 17.30 dan
malam jam 22.00. Sedangkan pemberian konsentrat dilakukan pada siang jam 13.00
dan sore jam 17.00. Berikut adalah jadwal kegiatan praktek kerja lapang:

No Waktu Kegiatan
07.00 Tiba di lokasi
07.00-09.00 Pembersihan Kandang
09.00-10.00 Pemberian Pakan (Hijauan)
11.30-12.00 Pemberian Kosentrat

3
12.00-16.00 Istirahat
16.00-17.00 Pembersihan Kandang
17.00-17.30 Pemberian Pakan
17.30 Pulang

2.3. Analisis Data

Data yang diambil selama kegiatan Praktek Kerja Lapang ini berupa data
primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan pengamatan langsung
meliputi bangsa ternak yang dipelihara, jumlah ternak yang dipelihara, serta
pengambilan data perkandangan yaitu ukuran kandang. Sedangkan data sekunder
diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada peternak yang meliputi
keadaan umum peternakan, luas lahan peternakan serta luas kandang, lokasi kandang,
asal bibit ternak, dan karyawan yang bekerja di peternakan tersebut.

4
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Kondisi Umum Peternakan

Usaha ternak ini beralamat di jalan Semar Ishak Ahmad RT. 07 Kelurahan
Mayang Mangurai Kecamatan Alam Barajo Kota Jambi. Peternakan ini merupakan
usaha milik Pak Indra yang dirintis sejak tahun 1995 dan terus berkembang hingga
saat ini. Awal mula berdirinya Usaha ternak ini adalah dengan menjadi pemasok
bibit-bibit ternak ke peternakan rakyat, sehingga beliau tertarik untuk mendirikan
peternakan sendiri dan diawali dengan memelihara sapi sebanyak 5 ekor. Seiring
berjalannya waktu, peternakan milik Pak Indra semakin berkembang dengan
bertambahnya jumlah ternak yang dipelihara. Jumlah ternak sapi yang dipelihara pada
saat Praktek Kerja Lapang dilaksanakan adalah sebanyak 7 ekor yang terdiri dari 7
sapi Bali pejantan. Jumlah ternak saat dilaksanakan Praktek Kerja Lapang tergolong
dalam jumlah yang sedikit dikarenakan masa pandemic Covid-19. Namun jumlah
ternak sapi akan ditambah menjelang hari-hari besar seperti hari raya idul fitri
maupun idul adha untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Kondisi umum usaha
peternakan Pak Indra bisa dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Jumlah sapi di peternakan Pak Indra

5
Usaha ternak ini memiliki luas lahan 0,5 Ha. Kandang sapi di Usaha ternak
Pak Indra terdiri atas 3 unit kandang. Namun, untuk saat ini hanya 1 kandang yang di
digunakan dengan ukuran ± 12 x 16 m2 . Sistem pemeliharaan di Usaha ternak ini
dilakukan secara intensif dimana ternak dikandangkan secara terus-menerus.
Bangunan kandang sapi pada Usaha ternak ini adalah kandang jenis permanen yang
mana tiang dan rangka kandang terbuat dari besi dan baja ringan serta beralaskan
semen sedangkan atap menggunakan atap seng. Selain itu, usaha ternak ini
menerapkan sistem jual beli ternak dan biasanya mendatangkan bibit ternak dari
daerah Lampung. Selain menjual ternak atau daging, usaha ternak ini juga bersedia
membeli ternak yang berasal dari peternakan rakyat sekitar Jambi. Sehingga, tidak
semua bibit ternak yang ada di Usaha ternak ini berasal dari Lampung.
Peternakan Pak Indra memiliki 2 orang karyawan yaitu bernama Supri dan
Badrun yang tinggalnya menetap pada mess yang telah disediakan oleh pemilik
peternakan. Setiap harinya karyawan melaksanakan tugas membersihkan kandang,
memandikan ternak, mencari dan mengambil rumput untuk ternak dan memberikan
pakan berupa hijauan dan konsenterat. Kedua karyawan di Usaha ternak ini memiliki
latar belakang yang berbeda terutama dalam pendidikan. Badrun memiliki tingkat
pendidikan hanya sampai SD sedangkan Supri memiliki tingkat pendidikan sampai
SMP. Menurut Bandani (2003) Pendidikan merupakan salah satu faktor pelancar
dalam suatu usaha peternakan, karena dengan pendidikan yang cukup, peternak akan
lebih mudah mempelajari suatu ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan bidang
peternakan terutama dalam teknik pemeliharaan. Didukung oleh Kusumawati (2004),
bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan penerimaan informasi.
Masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah akan lebih baik mempertahankan
tradisi. tradisi yang berhubungan dengan daya pikirnya, sehingga sulit menerima
informasi baru. Oleh karena itu, kedua karyawan hanya diberikan pekerjaan kasar
seperti mencari rumput, memberi makan dan minum dan membersihkan kandang.

6
3.2. Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan


penting untuk keberhasilan suatu usaha peternakan baik skala kecil maupun skala
besar. Sistem peeliharaan ternak sapi di usaha ternak ini yaitu sistem pemeliharaan
secara intensif di mana ternak sapi dikandangkan secara terus menerus baik malam
ataupun siang hari. Sugeng (2006) menyatakan bahwa sistem penggemukan sapi
secara intensif merupakan pemeliharaan di dalam kandang terus-menerus pada
periode tertentu dengan pemberian pakan hijauan dan konsentrat. Pemeliharaan
intensif paling sering digunakan di Indonesia karena pemeliharaan sepenuhnya
dilakukan di kandang, sapi dipelihara secara intensif lebih efisien karena memperoleh
perlakuan lebih teratur dalam hal pemberian pakan, pembersihan kandang,
memandikan sapi (Sugeng, 2006).

3.3. Sistem Perkandangan

Sistem perkandangan merupakan segala aspek fisik yang berkaitan dengan


kandang dan prasarana yang bersifat sebagai penunjang kelengkapan dalam suatu
peternakan.

3.3.1. Fungsi Kandang

Fungsi kandang di usaha ternak ini adalah sebagai tempat perlindungan yang
nyaman, menghindari ternak dari terik matahari, hujan, angin kencang secara
langsung, menghindari ternak membuang kotoran sembarangan, mempermudah
dalam pengelolaan dan pengawasan terhadap penggunaan pakan. Hal ini sejalan
dengan pendapat Cahyono (2008) bahwa kandang mempunyai fungsi yang sangat
vital antara lain melindungi ternak dari hewan pemangsa, melindungi ternak dari
panasnya sinar matahari dan hujan, mencegah ternak peliharaan tidak merusak
tanaman lain, membuat ternak peliharaan dapat kawin dan beranak dengan baik,
menampung kotoran sehingga mudah dibersihkan dan dikumpulkan untuk pupuk
pertanian serta memudahkan pemeliharaan setiap hari. Misalnya pemberian pakan,
minum, pengawasan terhadap penyakit dan seleksi. Sejalan dengan pendapat Deptan

7
(2007) bahwa fungsi kandang bagi ternak yaitu melindungi ternak dari perubahan
cuaca atau iklim yang ekstrem, mencegah dan melindungi ternak dari penyakit
menjaga keamanan ternak dari pencurian, memudahkan pengelolaan ternak dalam
proses produksi serta meningkatkan efisiensi tenaga kerja.

3.3.2. Letak Kandang

Usaha ternak ini terletak di Kelurahan Mayang Mangurai Kecamatan Alam


Barajo Kota Jambi. Secara geografis letak peternakan ini strategis dan memiliki
lokasi kandang dengan jarak ±50 meter dari rumah warga. Berdasarkan SK Dirjen
Peternakan No. 774/Kpts/Djp/Deptan/1982 jarak antara kandan dengan jalan besar
yaitu 25 M. Arah kandang ternak milik pak indra menghadap ke Timur. Menurut
Hardi (2012) arah kandang yang baik adalah menghadap ke arah Timur dan tidak
terhalangi bangunan. Hal ini bertujuan agar sinar matahari pagi dapat menembus
pelataran kandang dan arah angin perlu diperhatikan agar bagian muka sapi tidak
mendapat kontak langsung dengan angin yang bertiup.

Gambar 2. Letak Kandang

3.3.3. Tipe Kandang

Ternak tipe kandang di usaha ternak ini yaitu koloni atau kelompok. Sapi
dewasa dan pedet digabung dalam satu kandang. Tujuan Pak Indra membuat tipe
kandang yang seperti ini agar lebih mudah dalam memelihara ternaknya, karena
sebagian aktivitas yang dilakukan ternak dapat diawasi langsung. Model kandang sapi
potong di usaha ternak ini adalah model kandang ganda dimana ternak bertolak
belakang (tail to tail) dan ditengah ada gang untuk jalan. Kandang model tail to tail

8
merupakan kandang berposisi ternak sapi yang sejajar atau satu baris dengan ekor
saling membelakangi, keuntungan dari kandang model ini akan memudahkan petugas
dalam membersihkan kotoran sapi.

Gambar 3. Tipe Kandang

Kandang koloni (komunal) atau kandang kelompok merupakan model


kandang dalam suatu ruangan kandang yang di dalamnya ditempatkan beberapa ekor
ternak, berfungsi sebagai tempat perkawinan dan pembesaran anak sampai disapih
atau digunakan sebagai kandang pembesaran maupun penggemukan. Perkandangan
model kelompok atau koloni diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan reproduksi
dan efesiensi penggunaan tenaga (Hanafi, 2016). Menurut pak indra keunggulan
kandang koloni ini adalah meningkatkan skala usaha, mempermudah dalam
pemeliharaan baik pemberian pakan maupun air minum, modal yang digunakan juga
tidak terlalu banyak. Adapun kendala pak indra membuat kandang koloni ini adalah
tubuh ternak mudah kotor sehingga pada saat jual beli harus dimandikan terlebih
dahulu, solusinya harus membersihkan kandang dan memandikan sapi setiap hari
agar kesehatan sapi terjaga. Terjadi persaingan antar pakan ternak sehingga harus
membatasi kepadatan kandang.

3.3.4. Ukuran Kandang

Secara keseluruhan kandang sapi di usaha ternak ini memiliki ukuran panjang
kandang 13,2 meter dengan lebar 10,3 meter yang mana ketinggian 2,5 meter. Ukuran
kandang harus disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi dan jenis kandang yang

9
digunakan. Menurut pendapat Kementrian pertanian tahun 2010 ukuran kandang
untuk seekor sapi 1,8 × 2 m.

3.3.5. Perlengkapan Kandang

Di usaha ternak ini mempunyai perlengkapan kandang berupa tempat


penyimpanan pakan, tempat minum, tempat pembuangan kotoran. Perlengkapan
kandang di usaha ternak ini sudah dikatakan efesien karena memiliki perlengkapan
yang mencukupi. Sesuai dengan pendapat Rasyid dan Hartati (2007), yang
menyatakan bahwa beberapa perlengkapan kandang yang baik untuk sapi potong
meliputi tempat pakan, tempat minum, tempat penampungan kotoran, sapu lidi.

Perlengkapan kandang sapi harus tersedia agar dalam pengelolaan yang


berkaitan dengan sistem perkandangan dapat dicapai secara efesien. Satu diantara
yang paling pokok adalah tempat pakan tersedia di dalam kandang sehingga bahan
pakan hijauan yang diberikan tidak tercecer. Gudang pakan merupakan tempat untuk
menyimpan sementara pakan yang belum siap diberikan ke ternak. Selain itu tempat
kotoran dan tempat penampungan air merupakan perlengkapan yang harus tersedia
dan peralatan kandang membantu dalam pekerjaan di dalam kandang.

3.3.6. Kontruksi Kandang

Kontruksi kandang pada usaha ini terdiri dari lantai kandang, atap kandang,
tiang kandang, dan lorong/gang kandang. Bahan yang digunakan untuk pembuatan
kandang di usaha ternak ini sudah bagus dan memiliki ketahanan yang cukup kuat
dan tahan lama, hingga saat ini usia kandang milik pak indra sudah menginjak 9
tahun. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sukmawati dkk, 2010) dalam pemilihan bahan
kandang hendaknya dipilih bahan lokal yang banyak tersedia dan minimal tahan
digunakan untuk jangka waktu yang panjang.

3.3.6.1 Lantai

Lantai kandang di usaha ternak ini terbuat dari bahan semen kasar agar tidak
cepat rusak dan mempermudah membersihkan kotoran kandang. Hal ini sesuai

10
dengan pendapat Sudarmono dan Sugeng (2008) sebaiknya lantai dibuat dengan
semen kasar, sehingga ternak yang menghuni bisa berdiri dengan tegak diatas
keempat kaki yang kokoh, bisa berbaring dan istirahat dengan baik, dan bisa
melakukan proses memamah biak dengan baik.

3.3.6.2 Atap

Atap kandang di usaha peternakan ini terbuat dari seng. Pak indra membuat
atap kandang dari seng karena lebih mudah di dapat dan biaya yang murah dan tahan
lama, atap kandang berfungsi mengurangi panas dalam kandang. Hal ini sesuai
dengan pendapat Rianto dan Purbowati (2013) atap kandang sebaiknya terbuat dari
seng sehingga tidak terlalu panas dan memiliki segi ekonomis karena awet dan di
samping itu dengan atap seng udara dapat mengalir melalui celah celahnya sehingga
ruang lebih nyaman. Tinggi kandang dari lantai ke atapnya dibuat agak tinggi agar
udara bisa masuk sehingga tidak terlalu pengap dan sirkulasi udaranya baik.

a b
Gambar 4. Atap Kandang

3.3.6.3 Tiang

Tiang kadang di usaha ternak ini terbuat dari besi yang berbentuk bulat dan
semen kasar bertujuan agar lebih tahan lama. Menurut Rianto dan Purbowati (2013),
tiang harus kokoh untuk menghindari bahaya dari sapi dan melindungi sapi dari cuaca
ekstrim.

11
3.3.6.4 Lorong atau gang

Lorong atau gang di usaha ternak ini berkisar antara 1 meter yang berguna
untuk memudahkan dalam pengambilan kotoran. Menurut Rasyid (2007) lebar lorong
disesuaikan dengan kebutuhan dan model kandang, umumnya berkisar antara 1,2-1,5
meter. Di antara kedua baris atau jajaran kandang dibuat jalur untuk jalan yang
digunakan untuk mempermudah dalam pemberian pakan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Rianto dan Purbowati (2013) yang menyatakan bahwa untuk kandang ganda
perlu dilengkapi dengan lorong untuk memudahkan lalu lintas kegiatan.

3.3.6.5 Drainase

Di usaha ternak ini terdapat saluran pembuangan dan langsung mengarah ke


sebuah lahan kosong yang sengaja dibeli Pak Indra untuk menangani limbah berupa
feses. Menurut Maulida (2013), dengan adanya parit maka air sisa pembersihan
lantai, sisa memandikan ternak dan air limbah dari ternak dapat mudah terkumpul
menjadi satu yang kemudian akan disalurkan ke tempat penampungan biogas atau
selokan.

Gambar 5. Selokan di peternakan Pak Indra

12
3.3.6.6 Sanitasi

Sanitasi kandang adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peternak untuk
kebersihan kandang serta lingkungan. Kegiatan ini penting karena dengan keadaan
kandang serta lingkungan yang bersih, maka kesehatan ternak maupun pemiliknya
menjadi terjamin. Kebersihan kandang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan sehingga
lingkungan menjadi sejuk, nyaman, tidak berbau maupun lembab. BPTP (2000)
menyatakan bahwa sanitasi kandang merupakan suatu kegiatan pencegahan yang
meliputi kebersihan bangunan tempat tinggal ternak atau kandang dan lingkungannya
dalam rangka untuk menjaga kesehatan ternak sekaligus pemiliknya.

Berdasarkan hasil yang penulis dapat dari praktek lapang di usaha ternak ini
terkait sanitasi kandang yang meliputi penilaian lokasi kandang, konstruksi bangunan
kandang, kebersihan kandang dan kepadatan kandang, dapat diketahui bahwa
kandang di usaha ternak ini sudah baik, karena lokasinya strategis, konstruksi
bangunan juga cukup baik, kebersihan kandang juga baik karena dibersihkan 2 kali
sehari. Sanitasi adalah usaha pencegahan penyakit, cara menghilangkan atau pengatur
faktor-faktor lingkungan yang berkaitan dengan rantai perpindahan penyakit. Sanitasi
yang dilakukan di usaha ternak ini meliputi pembersihan dan pengangkatan sisa
pakan hijauan, membersihkan lantai agar bersih, kering dan tidak lembab karena
kandang yang bersih merupakan cara pencegahan penyakit pada ternak, selain itu
upaya sanitasi yang dilakukan yaitu penanganan pembuangan kotoran, kotoran
dikumpul di belakang kandang dan dijadikan pupuk kandang dan diperjual belikan.
Pembuangan urin secara langsung ke selokan. Menurut Suprijatna dan Kartasudjna
(2006) untuk memperoleh lingkungan yang bersih, higenis, dan sehat, tindakan
sanitasi harus dilaksanakan dengan teratur.

13
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktek kerja lapang dapat disimpulkan bahwa sistem


perkandan sapi di usaha ternak ini cukup baik. Hal ini terindikasi dari belum adanya
saluran khusus penampungan limbah kotoran sapi.

4.2 Saran

Sebaiknya kandang di usaha ternak ini membuat saluran penampungan limbah


kotoran sapi agar tidak mencemari lingkungan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Agustinus Sri Wahyudi, 2010, Manajemen Strategik, Binarupa Aksara, Jakarta.


Bandani. 2003. Prospek Pengembangan Ternak Sapi Dalam Rangka Mendukung
Program Swasembada Daging Sapi di Provinsi Sumatra Utara. Medan.
BPTP-Ungaran. 2000. Sanitasi Kandang Sapi Perah. Jawa Tengah: BPTP Ungaran.
Cahyono S.B. 2008. Gaya Hidup dan Penyakit Modern. Kanisius, Yogyakarta.
Deptan. 2007. Pedoman penumbuhan dan pengembangan kelompok tani dan
gabungan kelompok tani. Deptan. Jakarta.
Hanafi, H. 2016. Peran kandang sistem komunal ternak sapi potong terintegrasi
limbah pertanian dalam mendukung kedaulatan pangan di Yogyakarta. Jurnal
Agros. 18(2):126-131.
Hardi. 2012. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian dan pengembangan
Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen
Pertanian
Kementrian Pertanian. 2010. Petunjuk Praktis Perkandangan Sapi,: Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian NTB. Mataram.
Kusumawati, Y. 2004. Hubungan Antara Pendidikan dan Pengetahuan Kepala
Keluarga Tentang Kesehatan Lingkungan Dengan Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat (PHBS) Di Kelurahan Joyotakan.
Maulida, F.N. (2013). Tatalaksana Kesehatan Peternakan Sapi Perah Rakyat di
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bogor. Skripsi. Bogor: Fakultas Kedokteran
Hewan Institut Pertanian Bogor.
Rasyid A., Hartati. 2007. Petunjuk Teknis Perkandangan Sapi Potong. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Peternakan. ISBN : 978-979-8308-71-0
Rasyid dan Hartati. 2007. Perkandangan Sapi Potong, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Rasyid. 2007. Sapi Potong Lokal. Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Rianto, E dan E. Purbowati. 2013. Panduan Lengkap Sapi Potong. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Sugeng, Y. B. 2006. Sapi Potong. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sugeng. 2008. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sukmawati, F. & M. Kaharudin. 2010. Perkandangan Sapi Potong. Pusat Penelitian
dan pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Suprijatna, E. dan R. Kartasudjana. 2006. Manajemen Ternak Sapi. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Yosita, M., U. Santosa dan E.Y. Setyowati. 2011. Persentase Karkas, Tebal Lemak
Punggung dan Indeks Perdagingan Sapi Bali, Peranakan Ongole dan
Australian Commercial Cross. Fakultas Peternakan. Universitas Padjadjaran.
Sumedang.

Anda mungkin juga menyukai