Nama
Nrp
Kelompok
No. Meja
Asisten
Tanggal Percobaan
Oleh :
: Mugni Srinovia
: 103020011
: C
: 4 (Empat)
: Arindi Sulistiani
: 29 November 2012
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ikan adalah sumber makanan yang
penting. Hewan air lain, seperti moluska
dan krustasea kadang dianggap pula
sebagai ikan ketika digunakan sebagai
sumber makanan. Menangkap ikan untuk
keperluan makan dalam jumlah kecil atau
olah raga sering disebut sebagai
memancing. Hasil penangkapan ikan dunia
setiap tahunnya berjumlah sekitar 100 juta
ton (Anonim, 2012).
Tujuan Percobaan
Tujuan dari percobaan struktur fisik
ikan adalah untuk mengetahui struktur
fisik dari hasil-hasil perikanan sehingga
dapat mengenal lebih dekat hasil-hasil
perikanan tersebut serta untuk mengetahui
cara penanganan atau pengolahannya.
3. Pengamatan Subjektif
5. Uji Postma
6.
7. Gambar 5. Uji Postma
9.
Uji H2S
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17. Gambar 6. Uji H2S
18.
Daging
ikan
dipotong
19. HASIL PERCOBAAN DAN
1x1x1 cm kemudian dimasukan kedalam
PENGAMATAN
cawan petri tutup daging ikan dengan
20.
Hasil
pengamatan
menggunakan kertas saring hingga
pengetahuan bahan pangan perikanan
menutupi cawan petri. Tutup cawan petri
dapat dilihat pada table berikut:
tetapi tidak terlalu rapat.
21. Tabel 1. Hasil Pengamatan Struktur dan Sifat Fisik
22. Keterangan
23. Hasil
24. Sampel
25. Belut
26. Gambar
28. Kulit
30. Bentuk
32. Warna kulit
34. Warna daging
36. Sumber: Kelompok C, Meja 4, (2012).
27.
29. Cangkang/sisik
31. Panjang
33. Coklat tua
35. Coklat muda
60. Warna
62. Mata
64. Kulit
66. Tekstur daging
68. Sisik
70. Insang
72. Aroma
74. Sumber: Kelompok C, Meja 4, (2012).
75.
Berdasarkan
hasil
pengamatan kesegaran ikan secara
subjektif pada sampel ikan belut,
didapathasil warna coklat tua, mata
cemerlang, kulit cemerlang warna asli
kontras, tekstur daging bila ditekan tidak
ada bekas jari, tidak ada sisik, insang tidak
berbau dan aroma segar.
76. Ciri-ciri ikan segar :
1. Kulit berwarna terang dan jernih, masih
kuat membungkus tubuh, dan tidak
mudah sobek terutama di bagian perut.
Warna-warna khusus yang ada pada
kulit masih terlihat jelas.
2. Sisik berkilap, menempel kuat pada
tubuh dan sulit dilepas.
3. Sirip elastis, bila ditarik atau
dikembangkan kembali ke tempat
semula.
4. Mata tampak terang, jernih, menonjol,
dan cembung.
5. Insang berwarna terang, dan lamella
insang terpisah. Selain itu insang masih
tertutup lendir berwarna terang.
6. Daging masih melekat kuat pada tulang.
Warna putih cemerlang.
7. Bila ditekan dengan jari, tidak tampak
bekas lekukan. Daging terasa kenyal
(ikan fase pre-rigor) atau tegang (ikan
fase rigor).
8. Daging perut masih utuh.
9. Bau segar, khas bau ikan.
10. Bila ditaruh dalam air ikan akan
tenggelam,
tidak
mengapung
(Sudarisman, 1997).
88.
Proses perubahan pada
tubuh ikan terjadi karena adanya aktivitas
enzim, mikroorganisme atau oksidasi
oksigen. Setelah ikan mati, berbagai proses
perubahan
fisik
maupun
kimiawi
berlangsung lebih cepat. Semua perubahan
ini akhirnya mengarah ke pembusukan.
hipoksantin,
trimetilamin,
terjadinya
proses
ketengikan
oksidatif
dan
pertumbuhan
mikroorganisme. Ikan segar lebih
cepat
mengalami
kebusukan
dibandingkan
dengan
daging
mamalia. Kebusukan ikan mulai
terjadi segera setelah proses rigor
mortis selesai. Faktor yang
menyebabkan ikan cepat busuk
adalah kadar glikogennya yang
rendah sehingga rigor mortis
berlangsung lebih cepat dan pH
akhir daging ikan cukup tinggi
yaitu 6.46.6, serta tingginya
jumlah bakteri yang terkandung
didalam perut ikan. Bakteri
proteolitik mudah tumbuh pada
ikan segar dan menyebabkan bau
busuk hasil metabolisme protein.
Pada ikan hidup, makanan dalam
saluran pencernaan diolah menjadi
komponen-komponen sederhana,
seperti gula dan asam amino, yang
diserap
oleh
darah.
Darah
mengirim komponen-komponen ini
kebagian
tubuh
yang
membutuhkan, khususnya otot.
Produksi komponen-komponen ini
diinduksi oleh enzim, yang ada
didalam
saluran
pencernaan
maupun yang ada didalam otot.
102.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Uji Postma
103.
Keterangan
104.
Hasil
105.
Sampel
106.
Belut
107.
Hasil
108.
(-) lakmus tetap merah
110.
Belut masih dalam keadaan segar
109.
Keterangan
karena tidak mengeluarkan gas NH3
111.
Sumber: Kelompok C, Meja 4 (2012).
112.
Berdasarkan
hasil
menghasilkan NH3OH. Pada daging ikan
pengamatan uji postma pada sampel ikan
yang segar tidak terbentuk hasil NH3OH
belut didapat hasil negative karena tidak
karena belum adanya NH3 yang bebas. Jika
mengeluarkan gas NH3.
tidak terjadinya perubahan warna kertas
113.
Hasil
pemeriksaan
uji
lakmus karena MgO merupakan ikatan
Postma menunjukkan bahwa sampel ikan
kovalen rangkap yang sangat kuat
belut segar belum mulai terjadi
sehingga walaupun terdapat unsur basa
pembusukan. Hasil positif hanya akan
pada MgO tersebut, namun basa tersebut
ditunjukkan oleh sampel daging ikan yang
tidak lepas dari ikatan rangkapnya. Jika
busuk, yaitu dengan adanya perubahan
adanya NH3 maka ikatan tersebut akan
warna kertas lakmus pada tabung reaksi.
terputus sehingga akan terbentuk basa
Pada prinsipnya, daging yang sudah mulai
lemah NH3OH yang akan merubah warna
membusuk akan mengeluarkan gas NH3.
kertas lakmus dari merah menjadi biru
NH3 bebas akan mengikat reagen MgO dan
(Mustaqim, 2012).
114.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Uji H2S
115.
Keterangan
116.
Hasil
117.
Sampel
118.
Belut
119.
Hasil
120.
Negative
121.
Keterangan
122.
Belut masih dalam keadaan
segar karena tidak mengeluarkan gas
H2S
123.
Sumber: Kelompok C, Meja 4 (2012)
124.
Berdasarkkan
hasil
didapat hasil negative karena tidak
pengamatan uji H2S pada sampel belut
mengeluarkan gas H2S.
125.
Dari hasil uji H2S pada
sampel daging segar menunjukkan bahwa
daging tersebut belum terjadi pembusukan,
sampel daging dingin dan daging beku
juga menunjukkan hasil negatif. Uji H2S
pada dasarnya adalah uji untuk melihat
H2S yang dibebaskan oleh bakteri yang
menginvasi daging tersebut. H2S yang
dilepaskan pada daging membusuk akan
berikatan dengan Pb acetat menjadi Pb
sulfit (PbSO3) dan menghasilkan bintikbintik berwarna coklat pada kertas saring
yang diteteskan Pb acetat tersebut. Hanya
kelemahan uji ini, bila bakteri penghasil
H2S tidak tumbuh maka uji ini tidak dapat
dijadikan ukuran. Pembusukan dapat
terjadi karena dibiarkan di tempat terbuka
dalam waktu relatif lama sehingga
aktivitas bakteri pembusuk meningkat dan
terjadi proses fermentasi oleh enzim-enzim
yang membentuk asam sulfida dan
ammonia (Mustaqim, 2012).
126.
KESIMPULAN DAN
SARAN
127.
Kesimpulan
128.
Kesimpulan dari percobaan
struktur dan sifat fisik pada sampel ikan
belut didapat bentuk yang panjang, dengan
warna kulit coklat tua, dan warna daging
coklat muda. Dan % edible portionnya
sebesar 24,8%. Pada uji kesegaran ikan
secara subjektif, didapat hasil warna coklat
tua, mata cemerlang, kulit cemerlang
warna asli kontras, tekstur daging bila
ditekan tidak ada bekas jari, tidak ada
sisik, insang tidak berbau dan aroma segar.
Pada uji eber pada didapat hasil negative
karena mengeluarkan NH3. Pada uji
postma didapat hasil negative karena tidak
mengeluarkan gas NH3. Pada uji H2S hasil
negative karena tidak mengeluarkan gas
H2S.
129.
Saran
130.
Praktikan dalam melakukan
percobaan harus dilakukan dengan hatihati, dan bagi laboratorium, peralatan yang
tersedia lebih dilengkapi.
131.
DAFTAR PUSTAKA
Belut,
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
165.
154.
166.
155.
167.
156.
168.
157.
169.
158.
170.
159.
171.
160.
172.
161.
173.
162.
174.
163.
175.
164.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
186.
187.
188.
189. LAMPIRAN PERHITUNGAN
1. Edible Portion
190.
Berat Utuh = 93 gram
191.
Berat Daging = 24 gram
192.
Perhitungan:
berat daging
100
193.
berat utuh
194.
195.
24
100
93
25,8