1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Sejarah putau
Efek penggunaan zat opioid
Definisi withdrawal syndrome
Fisiologi withdrawal syndrome
Gejala-gejala withdrawal syndrome
Penatalaksanaan
Pendekatan sosial
TUJUAN PEMBELAJARAN
Efek Penyalahgunaan
Morfin
disforia
rasa takut
Gelisah
mual muntah
rasa kantuk
tidak dapat berkonsentrasi
apatis
2. Perubahan EEG
Mekanisme adiksi?
system
ventral
opiate:
cortex)
pain pathway (jalur nyeri) (thalamus, brainstem, dan spinal
cord).
Penggunaan
4.
DEFINISI
WITHDRAWAL SYNDROME
Terjadinya sindroma zat spesifik karena
penghentian mendadak (atau pengurangan)
penggunaan zat yang lama dan berat.
- DSM-IV-TR -
WITHDRAWAL SYNDROME
Terjadi pada individu yang kecanduan obat dan
alkohol yang menghentikan atau mengurangi
penggunaan obat pilihan mereka. Proses
menghilangkan narkoba dan alkohol dari
tubuh dikenal sebagai detoksifikasi.
Withdrawal syndrome terutama berfokus pada
withdrawldari etanol, sedatif-hipnotik, opioid,
stimulan, dan gamma-hidroksibutirat (GHB).
- Goldstein,2009 -
WITHDRAWAL SYNDROME
Gejala penghentian obat ( gejala putus obat,
withdrawal syndrome) adalah munculnya
kembali gejala penyakit semula atau reaksi
pembalikan terhadap efek farmakologik
obat, karena penghentian pengobatan.
TOLERANCE, DEPENDENCE,
WITHDRAWAL OF OPIOID
Source : http://www.medivisuals1.com/drug-effects-and-receptor-sites-698052-03
Mesolimbic Reward
System
Source : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2851054/figure/f1-spp-01-
Opioid Tolerance
Opioid tolerance occurs because the
brain cells that have opioid receptors on
them gradually become less responsive to
the opioid stimulation. For example, more
opioid is needed to stimulate the VTA brain
cells of the mesolimbic reward system to
release the same amount of DA in the NAc.
Therefore, more opioid is needed to
produce pleasure comparable to that
provided in previous drug-taking episodes.
Source : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2851054/figure/f2-spp-01-
TATALAKSANA OPIOID
FARMAKOLOGI
INTOKSIKASI
a.
b.
c.
d.
e.
Pengaruh
antagonis
kuat
obat
lebih
Dampak putus
obat akan lebih
hebat dari
biasanya
Secara
kompetitif opioid
dipaksa keluar
Dilakukan
pembiusan
Indikasi C.O.D.A
D.O.C.A. hanya berguna untuk terapi ketergantungan
opioid bukan untuk zat adiktif lainnya seperti shabu
(metamfeta-min), ganja (kanabis), alkohol atau kokain. Namun
demikian Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB.IDI)
menganjurkan D.O.C.A. dilakukan pada kasus-kasus ketergantungan opioid sebagai berikut :
Mereka dengan tingkat keparahan putus opioid 2 dan 3 pada
skala Himmelsbach yaitu antara lain adanya gejala merasa
sakit seluruh tubuh, panas dingin, geme-taran, mual, dsb.
Mereka takut dengan cara detoksifikasi lain atau
menghendakinya.
Kontraindikasi C.O.D.A
Hamil
Menderita hepatitis akut
Mengalami gangguan jiwa berat (psikosis)
Sakit parah lainnya yang berisiko dengan
anestesia seperti infeksi jantung, infeksi
paru-paru atau gagal ginjal.
Naltrekson
Naltrekson tidak menimbulkan kecan-duan.
Naltrekson menurunkan kepekaan atau toleransi tubuh terhadap
opioid. Karena itu bila suatu sebab rumatan naltrekson dihentikan
dan kembali mencoba opioid lagi dengan dosis seperti yang
terakhir dipakai maka dapat terjadi reaksi luaptakar (overdosis).
Pemakaian naltrekson jangka lama mungkin dapat mengganggu
fungsi hati karena itu perlu pemeriksaan berkala sesuai dengan
kondisi yang bersang-kutan.
Bila suatu saat diperlukan tindakan pembedahan dengan
pembiusan sedangkan pasien dalam rumatan naltrekson maka
perlu disampaikan kepada dokter spesialis anestesiologi yang
bersangkutan.
Tatalaksana
Nonfarmakologi
Rehabilitas
. P R O G R A M Y G B E R O R I E N T A S I P S I K O S O S I A L
. T H E R A P E U T I C C O M M U N I T Y
. P R O G R A M Y A N G B E R O R I E N T A S I S O S I A L
. P R O G R A M YAN G B E R O R I E N TAS I K E D I S I P L I N A N
. P R O G R A M D E N G A N P E N D E K ATAN R E L I G I ATAU
SPIRITUAL
. L A I N - L A I N
1.
M E M P U N Y A I M O T I VA S I U N T U K T I D A K M E N Y A L A H G U N A K A N
NAPZA L AGI
2.
M A M P U M E N O L A K T A WA R A N P E N Y A L A H G U N A K A N N A P Z A
3 . P U L I H K E P E RC AYA A N D I R I N YA , H I L A NG R A S A R E N DA H
D IR INYA
4.
M A M P U M E N G E L O L A WA K T U D A N B E R U B A H P E R I L A K U
D A PAT B E R KO N S E N T R A S I U N T U K B E L A JA R ATA U B E K E R J A
6 . D A P A T D I T E R I M A D A N D A P A T M E M B A WA D I R I D E N G A N B A I K
DA L A M PE RG AUL A N D I LI NG KUNGA NNYA .
2.
3.
5.
Kurang lebih 30 s/d 40 % penjara di seluruh Indonesia kebanyakan kasus narkoba dan
tidak tertutup kemungkinan angka ini akan terus meningkat jika pemerintah, aparat dan
pihak-pihak terkait tidak segera menanggapi, memutuskan dan merealisasikan tindakan
langkah preventif disertai tindakan nyata untuk pemulihan si pecandu.
Sebagai kaum minoritas (minority society), pecandu sangat rentan akan pelanggaran
Hak Asasi Manusia. Apalagi, ketika harus berhadapan dengan aparat penegak hukum.
Stigma negatif terus berkembang. Pecandu narkoba, sekeras apa pun dia
berusaha, tidak bisa sepenuhnya sembuh. Mereka selalu identik dengan
kekerasan, bertingkah seenaknya, mengganggu orang lain, dan merusak.
Bahkan dicap sebagai sampah masyarakat. Stigma negatif itu yang akhirnya kembali
membuat mantan pencandu narkoba kembali terpuruk. Mereka kembali terbenam
dalam gelimang narkoba. Bahkan ada yang lebih parah dari sebelumnya. Sebagian
besar penyebabnya adalah sikap orang-orang di sekitar mereka yang memberi stigma
kepada mantan pecandu. Apalagi jika itu dari orang-orang terdekat, dari keluarga dan
saudara yang sering menunjukkan rasa kurang percaya pada mereka akibat stigma yang
mereka miliki.
2.
3.
yang memadai.
Penjara di seluruh Indonesia tidak lagi dihuni oleh kasus pecandu
7.
8.
Dari Aspek
Institusi/apa
rat Negara
Unsur
Mantan
Pecandu.
Unsur
Masyarakat
Unsur
Keluarga
1.
2.
3.
4.
2.
3.
4.
6.
7.
Unsur Masyarakat
1. sosialisai tentang pentingnya menghormati manusia
Unsur Masyarakat
2. keterbukaan dan kepedulian.
Menumbuhkan kepedulian masyarakat untuk menerima
Unsur keluarga
peran keluarga dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba.
1.
2.
Unsur keluarga
meningkatkan rasa percaya diri anak. Anak pecandu memiliki citra
diri yang rendah.
3.
4.
Unsur keluarga
5.
6.
7.
orang tua berperan sebagai teladan untuk tidak merokok, minum minuman
beralkohol, atau memakai narkoba. Perlihatkan kemampuan orangtua berkata
tidak terhadap hal-hal yang bertentangan dengan hati nurani. Jangan malu minta
tolong jika butuh pertolongan. Hormati hak-hak anak dan orang lain. Perlakukan
anak/orang lain dengan adil dan bijaksana. Hiduplah secara tertib dan teratur.