FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
LAPORAN KASUS
September 2015
ENDOFTALMITIS
Oleh :
Iin Alfriani Amran S.Ked
10542 0187 10
PEMBIMBING :
dr. Yuyun Rahayu Gobel, Sp.M
KATA PENGANTAR
LAPORAN KASUS
A. Identifikasi Pasien
Nama
Umur
: 69 tahun
Jenis Kelamin
: Laki laki
Alamat
: Pammase
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Petani
Keluhan utama
:
Pasien datang ke poliklinik mata dengan keluhan mata sebelah kiri nyeri,
merah dan kelopak mata kiri bengkak sejak 5 hari yang lalu sebelum datang ke
poliklinik. Pasien mengaku mata kirinya terasa berair dan nyerinya semakin bertambah
hingga menjalar sampai ke kepala. Pasien sempat muntah muntah sebelum akhirnya di
antar ke poliklinik mata.
Riwayat pernah tertusuk daun padi pada mata kiri 10 tahun yang lalu
( tahun 2005). Setelah itu penglihatan mata kiri pasien semakin memburuk, menjadi tidak
dapat melihat. Pasien mengaku bagian mata kiri yang berwarna hitam berubah warna
menjadi putih, lalu pasien berobat ke dr.Sp.M dan diberi obat tetes mata serta obat
minum. Keadaan pasien menjadi agak membaik tetapi pasien tetap tidak dapat melihat.
Setelah dirasa membaik pasien tidak pernah melakukan kontrol lagi ke dokter (putus
berobat) dan hari sabtu tanggal 22 Agustus 2015 pasien merasakan nyeri pada mata
kirinya disertai bengkak dan berair. Pasien kemudian berobat ke RSUD Kab Gowa dan
oleh dokter Sp.M disarankan rawat inap, kemudian dijadwalkan untuk operasi. Pasien
diketahui memiliki riwayat penyakit TB paru.
C. Status Present
Sakit sedang/ Composmentis
Berat badan
Tinggi badan
IMT
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Suhu Badan
: Tidak diukur
: Tidak diukur
: Tidak diukur
: 140/90 mmHg
: 68x/menit
: 20x/menit
: 36,5 C
D. Status General
Kepala
Mata
Leher
Thoraks
Pulmo
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
:
:
:
:
:
:
:
Kesegalah Arah
Lunak perpalpasi
Visus
Kedudukan
OS
0
Sentral
Pergerakan
Bola Mata
Sde
TIO
Keras perpalpasi
Palpebra
Cilia
Konjungtiva
Kornea
Sklera
COA
Iris
Pupil
Lensa
F. RESUME
Tn. C, 69 tahun, dengan keluhan mata kiri terasa nyeri sejak 5 hari yang lalu.
Keluhan tersebut disertai dengan mata yang tampak merah, membengkak. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran
composmentis. Tekanan darah : 140/90mmHg, nadi: 68x/menit, frekuensi napas:
20x/menit, suhu:36,5 C. Pada pemeriksaan kepala didapatkan bentuk bulat, simetris,
rambut tidak mudah dicabut. Pada pemeriksan mata Oculi sinistra (OS) : visus: 0,
Kedudukan: sentral, Pergerakan bola mata: sulit dievaluasi, TIO : keras perpalpasi
palpebra superior/ inferior: Edema dan Hiperemis, konjungtiva: mix injection dan
kemosis, kornea: keruh berisi infiltrate dan ulkus, camera oculi anterior (COA):
hipopion, iris: sulit dinilai, pupil: sulit dinilai, lensa: sulit dinilai. Oculi dekstra
(OD): visus: 20/80, kedudukan ,pergerakan bola mata, palpebra, konjungtiva, kornea,
skelera, COA, iris, pupil dan lensa : dalam batas normal. Pada pemeriksaan leher
tidak ditemukan adanya pembesaran KGB dan nyeri tekan, inspeksi thorax simetris
kiri dan kanan, Auskultasi pulmo didapatkan bising ronkhi basa kasar. Pada
pemeriksaan jantung, abdomen dan ekstremitas dalam batas normal.
G. DIAGNOSA KLINIS
OS Endoftalmitis
H.
I.
PENATALAKSANAAN
Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam/ iv
Dexametason 1 amp/ 3 jam/ iv
Ketorolac 1 amp/ 8 jam/ iv
Ulsikur 1 amp/ 8 jam/ iv
Manitol / 1 jam/ iv lanjut RL
PROGNOSI
Quo ad vitam
: Bonam
Quo ad functionam : Dubia ad malam
Qua ad Sanactionam : Malam
J.
DISKUSI
Dilaporkan sebuah kasus seorang laki-laki 69 tahun dengan keluhan utama
mata kiri nyeri dan tidak bisa melihat. Pasien ini didiagnosis Endoftalmitis OS.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, dan pemeriksaan fisik.
Dari anamnesis diketahui pasien mengeluh mata kiri merah dan nyeri disertai
dengan penurunan penglihatan. Pasien juga mengeluh semakin hari nyeri pada mata
kiri semakin bertambah dan mata kiri pasien akhirnya tidak dapat melihat lagi. Hal
ini sesuai dengan kebanyakan kasus endoftalmitis dimana sering dijumpai adanya
penurunan tajam penglihatan.3
Pasien mengaku bagian mata kiri yang berwarna hitam berubah menjadi
berwarna putih. Dari pemeriksaan fisik status oftalmologis kiri didapatkan visus = 0,
konjungtiva dan sklera hiperemis, kornea keruh dan terdapat hipopion. Hal ini sesuai
dengan gejala pada endoftalmitis. Endoftalmitis merupakan radang purulen pada
1,2
inflamasi, anti alergi, hurmonal dan efekmetabolik.5 Injeksi ketorolac 1 ampul setiap
8 jam sebagai anti analgetik, selain itu ketorolac memberikan efek anti inflamasi
menghambat migrasi leukosit polimorfonuklear dan makrofag ke tempat
peradangan. Manitol 20% diberikan pre operasi untuk menurunkan TIO ( Tekanan
Intra Okuler).7
Sebagai terapi suportif diberikan Ulsikur sebagai sebagai cytoprotektor
terhadap mukosa lambung penderita endoftalmitis akibat efek samping pemberian
obat terapi lain. 6
Pada kasus ini direncanakan dilakukan OS Eviserasi. Eviserasi untuk
mengurangi rasa nyeri pada mata penderita (terapeutik) dan juga untuk tujuan
kosmetik. Untuk eviserasi bulbi dilakukan pada mata dengan panoftalmitis dan
endoftalmitis berat.
Pasien pada kasus ini mempunyai prognosis dubia ad malam karena pasien
tersebut sudah mengalami kebutaan. Dengan terapi yang optimal sekalipun,
endoftalmitis memiliki prognosis yang buruk.4 Prognosis penderita endoftalmitis
tergantung dari kondisi imunitas penderita, durasi dari endoftalmitis, virulensi
bakteri, jangka waktu infeksi sampai penatalaksanaan. Pada kasus ini, prognosis
pasien dubia ad malam karena mengingat umur penderita yang sudah cukup tua.2
TINJAUAN PUSTAKA
ENDOFTALMITIS
A. PENDAHULUAN
Endoftalmitis termasuk kegawatdaruratan dalam bidang oftalmologi meskipun
bukan 5 besar penyebab terjadinya kebutaan. Endoftalmitis merupakan peradangan
berat dalam bola mata, biasanya akibat infeksi setelah trauma atau bedah atau endogen
akibat sepsis. Berbentuk radang supuratif di dalam rongga mata dan struktur didalamnya.
Peradangan supuratif didalam bola mata akan memberikan abses didalam badan kaca.
Penyebab endoftalmitis supuratif adalah kuman dan jamur yang masuk bersama trauma
tembus (eksogen) atau sistemik melalui peredaran darah (endogen).1,2,3
Endoftalmitis
jarang
ditemukan
namun
merupakan
komplikasi
yang
membahayakan. Endoftalmitis sering terjadi setelah trauma pada mata termasuk setelah
Endoftalmitis
Fakoanafilaktik
Endoftalmitis
fakoanalitik
merupakan
E.
EPIDEMIOLOGI
Endophthalmitis endogen jarang terjadi, hanya terjadi pada 2-15% dari semua
kasus endophthalmitis. Kejadian rata-rata tahunan adalah sekitar 5 per 10.000 pasien
yang dirawat. Dalam beberapa kasus, mata kanan dua kali lebih mungkin terinfeksi
sebagai mata kiri, mungkin karena lokasinya yang lebih proksimal untuk
mengarahkan aliran darah ke arteri karotid kanan. Sejak tahun 1980, infeksi Candida
dilaporkan pada pengguna narkoba suntik telah meningkat. Jumlah orang yang
beresiko mungkin meningkat karena penyebaran AIDS, sering menggunakan obat
imunosupresif, dan lebih banyak prosedur invasif (misalnya, transplantasi sumsum
tulang).
Sebagian besar kasus endophthalmitis eksogen (sekitar 60%) terjadi setelah
operasi intraokular. Ketika operasi merupakan penyebab timbulnya infeksi,
endophthalmitis biasanya dimulai dalam waktu 1 minggu setelah operasi. Di Amerika
Serikat, endophthalmitis postcataract merupakan bentuk yang paling umum, dengan
sekitar 0,1-0,3% dari operasi menimbulkan komplikasi ini, yang telah meningkat
selama beberapa tahun terakhir. Walaupun ini adalah persentase kecil, sejumlah besar
operasi katarak yang dilakukan setiap tahun memungkinkan untuk terjadinya infeksi
ini lebih tinggi.
Post traumatic Endophthalmitis terjadi pada 4-13% dari semua cedera
penetrasi okular. Insiden endophthalmitis dengan cedera yang menyebabkan perforasi
pada bola mata di pedesaan lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah perkotaan.
Keterlambatan dalam perbaikan luka tembus pada bola mata berkorelasi dengan
peningkatan resiko berkembangnya endophthalmitis. Kejadian endophthalmitis yang
disebabkan oleh benda asing intraokular adalah 7-31%. 10
F.
PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan normal, sawar darah-mata (blood-ocular barrier) memberikan
ketahanan alami terhadap serangan dari mikroorganisme. Dalam endophthalmitis
endogen, mikroorganisme yang melalui darah menembus sawar darah-mata baik oleh
invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh perubahan dalam endotelium
vaskular yang disebabkan oleh substrat yang dilepaskan selama infeksi. Kerusakan
jaringan intraokular dapat juga disebabkan oleh invasi langsung oleh mikroorganisme
dan atau dari mediator inflamasi dari respon kekebalan.
Endophthalmitis dapat terlihat nodul putih yang halus pada kapsul lensa, iris,
retina, atau koroid. Hal ini juga dapat timbul pada peradangan semua jaringan okular,
mengarah kepada eksudat purulen yang memenuhi bola mata. Selain itu, peradangan
dapat menyebar ke jaringan lunak orbital. Setiap prosedur operasi yang mengganggu
integritas bola mata dapat menyebabkan endophthalmitis eksogen.10
Secara rinci, patofisiologi dari endoftalmitis dapat diakibatkan dengan mekanisme
sebagai berikut11 :
1. Endoftalmitis Eksogen
Infeksi purulent yang terjadi disebabkan karena infeksi eksogen yang diikuti
oleh cedera yang mengakibatkan perforasi, perforasi dari ulkus kornea yang
terinfeksi atau akibat infeksi luka post-operasi diikuti oleh operasi intraokuler.
Organisme yang biasanya terdapat pada konjungtiva, palpebra atau pada alis mata
biasanya merupakan penyabab pada endoftalmitis post-operatif. Sebagian besar
kasus dari endoftalmitis eksogen terjadi paska operasi atau setelah trauma
terhadap mata. Bakteri gram positif merupakan penyabab utama, dengan angka
kejadian hampir 90% dari setiap kasus dan merupakan flora normal dari
konjungtiva.
2. Endoftalmitis Endogen
Dalam endophthalmitis endogen, mikroorganisme yang melalui darah (terlihat
pada pasien yang bacteremic dalam situasi seperti endokarditis) menembus sawar
darah-mata baik oleh invasi langsung (misalnya, emboli septik) atau oleh
perubahan dalam endotelium vaskular yang disebabkan oleh substrat yang
biasanya memiliki faktor komorbid seperi diabetes mellitus, gagal ginjal gangguan
katup jantung, SLE, AIDS, leukemia dan kondisi keganasan lainya. Prosedur
invasif dapat menyebabkan bakteremia seperti hemodialisis, kateter urin,
endoskopi gastrointestinal, tindakan kedokteran gigi juga dapat menyebabkan
endoftalmitis. Infeksi jamur dapat terjadi sampai dengan 50% pada semua kasus
endoftalmitis endogen, C.albicans merupakan salah satu patogen yang tersering.
Pada penyebab bakteri, S.aureus merupakan bakteri gram positif yang biasanya
diikuti oleh penyakit sistemik yang kronis, seperti diabetes mellitus atau gagal
ginjal.9,10
G.
MANIFESTASI KLINIK
Gambar . Endoftalmitis
Dalam menegakkan diagnosis, anamnesis dan pemeriksaan fisik merupakan
modal utama bagi seorang dokter umum untuk meneggak diagnosis. Pada anamnesis,
dapat ditemukan gejala sebagai berikut10 :
kemerahan pada mata, pembengkakan, dan penurunan visus. Pada beberapa bakteri
(misalnya, Propionibacterium acnes) dapat menyebabkan radang kronis dengan
gejala ringan. Organisme ini adalah flora kulit yang khas dan biasanya masuk pada
saat operasi intraokular.
Riwayat operasi mata, trauma mata, atau bekerja dalam industri sering ditemukan.
Dalam kasus endophthalmitis pascaoperasi, infeksi paling sering terjadi setelah
pembedahan (misalnya, pada minggu pertama), tetapi mungkin terjadi bulan atau
tahun kemudian seperti dalam kasus P.acnes.11
Pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dari pemeriksaan visus, inspeksi struktur luar
mata, ophthalmoscope, pemeriksaan fundus dan pemeriksaan slit lamp. Pemeriksaan fisk
yang dapat ditemukan pada pasien dengan endoftalmitis diantaranya adalah :
Pupil tampak yellow reflex akibat eksudat purulent pada corpus vitreum
TIO meningkat atau menurun.TIO meningkat pada fase awal, namun pada
kasus yang berat, prosesus siliaris mungkin dapat mengalami kerusakan dan
mengakibatkan penurunan tekanan intraokuler.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Karena endophtalmitis adalah penyakit yang serius dan menyebabkan
gangguan
penglihatan,
maka
harus
dapat
diagnosa
dini
dan
dilakukan
Ophthalmological evaluation
Pemeriksaan tajam penglihatan
Pemeriksaan funduskopi
menyebabkan endoftalmitis akut adalah gram positif, dimana yang paling sering
adalah Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus dan Streptococcus. Pada
pasien dengan endoftalmitis akut pasca operasi biasa ditemui Injeksi silier,
hilangnya reflek fundus, hipopion, pembengkakan kelopak mata, fotofobia,
penurunan visus dan kekeruhan vitreus.12,13
filtrasi
diikuti oleh reaksi post-traumatic jaringan mata yang rusak. Informasi yang
sangat penting dalam anamnesis adalah apakah pasien berasal dari lingkungan
pedesaan atau perkotaan, cedera di lingkungan pedesaan lebih sering diikuti oleh
endoftalmitis (30%) dibandingkan dengan pasien dari lingkungan perkotaan.
(11%). Secara klinis, Endoftalmitis pasca-trauma ditandai dengan rasa sakit,
hiperemi ciliary, gambaran hipopion dan kekeruhan pada vitreous body. Dalam
kasus endoftalmitis pasca-trauma, agen causative paling umum adalah bakteri
dari kelompok Bacillus dan Staphylococcus. Dalam Endoftalmitis post-traumatik,
khususnya dengan masuknya benda asing, sangat
dilakukan
pada
keganasan
intraokular,
mata
yang
dapat
L. PENCEGAHAN
Pencegahan endoftalmitis meliputi kebiasaan hidup yang baik sehingga terhindar
dari mikroorganisme yang pathogen.
atau helm dapat melindungi dari terjadinya trauma pada mata di tempat kerja.9
M. KOMPLIKASI
PENUTUP
Telah dilaporkan kasus endoftalmitis oculi sinistra pada seorang laki-laki usia 69
tahun yang datang ke poliklinik di bagian mata RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa. Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, yaitu keluhan mata kiri nyeri dan
merah dan pandangan mata kabur secara tiba-tiba setelah pasien tertusuk daun padi. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan konjungtiva hiperemia, kornea keruh, sklera yang hiperemis dan
camera okuli anterior dangkal dan berisi hipopion. Pasien pada kasus ini mempunyai
prognosis dubia ad malam karena pasien tersebut sudah mengalami kebutaan. Dengan terapi
yang optimal sekalipun, endoftalmitis memiliki prognosis yang buruk. Karena pada kasus ini
endoftalmitis sudah berat maka tidakan yang dilakukan yaitu Eviserasi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ilyas, S. Mata merah dengan penglihatan turun mendadak. Dalam: Ilmu
Penyakit Mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;
2009: Hal 175-176
2. Christiana.
Endoftalmitis.
Available
at:
http://cpddokter.com/
home/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=1661: Accesed 2015,
September 5.
3. Rooseno,
D.
Endoftalmitis.
Available
at:
http://www.scribd.com/
doc/44504681/endoftalmitis. Accesed 2015, September 5.
4. Ehlers, J., Shah, C,. Postoperative endophtalmitis. Dalam: The Wills Eye Manual.
Office and Emergency Room Diagnosis and Treatment of Eye Disease. Fifth
Edition. Philadelphia: Wolters Kluwer Lippincott Williams & Wilkins; 2005.
5. Suhardjo, Hartono. Ilmu Kesehatan Mata. Bagian Ilmu Penyakit Mata : Fakultas
kedokteran Gadjah Mada. Yogyakarta ED 1st. 2007
6. Isiantoro, H., Gan, V. Amnioglikosid. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 5.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007: Hal. 705-717
7. Suherman, S., Ascobat, P. Adrenokortikotropin, adrenokortikosteroid, analogsintetik dan antagonisnya. Dalam: Farmakologi dan Terapi. Edisi 5. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Indonesia; 2007: Hal.496-516.
8. Radnansuk.
Bedah
Mata.
Available
at
http://pintersains.blogspot.com/2010/10/mata-bagian-1.html?m=1. Accesed 2015, september
8
9. Ilyas HS. Penuntun ilmu penyakit mata. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai penerbit
2010.h..175-7.
10. Kalamalarajah S, Silvestri G, Sharma N. Surveillance of endophthalmitis
following
cataract surgery in the UK. Eye 2004; 18:6: 580-7.
11. Khurana AK. Comprehensive ophthalmology. 4th ed. Anshan publishers 2007.346352.
Endophthalmitis,
Prevention
13. Hatch WV, Cernat G, Wong D, Devenyi R, Bell CM. Risk factors for acute
and
14. Cooper Ba, Holekamp Nm, Bohigian G, Thompson PA. Case- control study of
endophthalmitis after cataract surgery comparing scleral and corneal wounds. Am J
Ophtalmol 2003; 136: 300-5.