Penanganan Kanker Kelenjar Liur
Penanganan Kanker Kelenjar Liur
Oleh:
LINDA IVANA, dr
Pembimbing:
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR SINGKATAN
AJCC
Bcl-2
MDM2
ND
: Neck Dissection
NCCN
PI3K/Akt
P53
H-Ras
RND
VEGF
WHO
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
DAFTAR BAGAN
Bagan 1. Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N) Secara Klinis Negatif.....21
Bagan 2. Penanganan Tumor Submandibula Operabel Dengan (N)
Secara Klinis Negatif....22
Bagan 3. Penanganan Tumor Sublingualis / Kelenjar Liur Minor....22
Bagan 4. Penanganan Tumor Kelenjar Liur dengan KGB (+) secara klinis...................23
Bagan 5. Penanganan Kanker Kelenjar liur dengan metastase.24
Bagan 6. Penanganan Kanker Kelenjar Liur residif.24
Bagan 7. Algoritma penatalaksanaan Tumor Kelenjar Liur..27
Bagan 8. Algoritma terapi Tumor Kelenjar Liur.28
Bagan 9. Algoritma penanganan kanker kelenjar liur residif..29
vi
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang (1,2)
Neoplasma kelenjar liur adalah neoplasma jinak atau ganas yang berasal dari
sel epitel kelenjar liur, baik kelenjar liur mayor (glandula parotis, glandula
submandibula, dan glandula sublingual) maupun kelenjar liur minor yang tersebar
dimukosa traktus aerodigestivus atas dan sinus paranasalis. (1)
Kelenjar liur major yang paling sering terkena ialah glandula parotis yaitu 7080%, sedangkan kelenjar liur minor yang paling sering terkena terletak pada
palatum. Kurang lebih 20-25% dari tumor parotis, 35-40% dari tumor submandibula,
50% dari tumor palatum, dan 95-100% dari tumor glandula sublingual adalah ganas.
(1)Kanker Kelenjar Liur merupakan kasus yang jarang. Berdasarkan data dari
Amerika Serikat, insidensi kanker kelenjar liur hanya 0.9 dari 100.000 penduduk.
(2)Insiden tumor kelenjar liur meningkat sesuai dengan umur, kurang dari 2%
mengenai penderita usia < 16 tahun. Tidak ada perbedaan insidensi antara laki-laki
dan perempuan. (1)
Penyebab kanker kelenjar liur masih belum diketahui secara jelas, namun
faktor resiko terjadinya kanker kelenjar liur telah diidentifikasi, antara lain: usia tua,
paparan radiasi , pekerjaan dan genetik. (1)
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Embriologi, Anatomi Kelenjar Liur (1,3,4)
Kelenjar liur manusia terbagi menjadi 2 grup. Kelenjar liur mayor yang terdiri
dari sepasang kelenjar parotis, submandibula dan sublingual serta kelenjar liur
minor yang tersebar di mukosa traktur aerodigestivus. (1) (3) Fungsi utamanya
adalah sekresi saliva, yang penting untuk lubrikasi, membantu pencernaan, dan
imunitas tubuh. (3)
membelok kearah otot Buccinator, bermuara di cavum oris berhadapan dengan gigi
molar 2 atas.
Gambar 1. Skema kelenjar parotis dengan nervus fasialis beserta cabangnya dan duktus Stensen (Sumber:
Skandalakis JE, Gray SW, Rowe JS Jr. Anatomical Complications in General Surgery. New York: McGraw-Hill,
2006.)
Gambar 2. Aspek Lateral regio submandibula. Corpus mandibula telah diangkat. Tampak
kelenjar liur submandibula, sublingual dengan duktus Warton (Sumber: Skandalakis JE, Gray
SW, Rowe JS Jr. Anatomical Complications in General Surgery. New York: McGraw-Hill, 2006)
Kelenjar liur minor tersebar di cavum oris dan orofaring. Terdapat sekitar 600
sampai 1000 kelenjarliur minor yang memproduksi saliva baik serous, mucous
maupun campuran keduanya. Masing-masing kelenjar memiliki satu duktus yang
langsung bermuara ke cavum oris. Kelenjar liur minor ini paling banyak didapatkan
di bibir, lidah, mukosa bukal dan palatum, sebagian kecil didapatkan di tonsil,
supraglotis dan sinus paranasal.
monomorphic adenoma
Tumor ganas
mucoepidermoid carcinoma
adenocarcinoma
epidermoid carcinoma
lymphoma
Beberapa gambaran Histopatologi dari tumor ganas kelenjar liur dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3. Adenoid cystic carcinoma. a)Cribriform growth pattern. Sel dengan nucleus
hiperkromik angular dengan sitoplasma jernih disekelilingnyasehingga tampak gambaran
mirip dengan keju Swiss. b) Perineural invasi (Sumber: Peel, RL and Seethala, RR. Pathology
of Salivary Gland Disease. Salivary Gland Disorder. New York: Springer; 2007)
adenocarcinoma;porly
differentiated
carcinoma;
anaplastic
carcinoma
separuh karsinoma kelenjar liur, dan berkaitan dengan stadium klinis, rekurensi,
metastasis dan survival rate. (7)
II.5 Diagnosis Kanker Kelenjar Liur (1)
Berdasarkan Protokol Peraboi 2010, prosedur diagnostic kanker kelenjar liur
meliputi: (1)
A. Pemeriksaan Klinis:
1. Anamnesa
Anamnesa dengan cara menanyakan kepada penderita atau keluarganya
tentang :
a.) Keluhan
1. Pada umumnya hanya berupa benjolan soliter, tidak nyeri, di
pre/infra/retro
aurikula
(tumor
parotis),
atau
di
n.glosofaringeus,
vagus,
asesorius,
hipoglosus,
c.)
d.)
e.)
10
Gambar 4. Tumor kelenjar Submandibula. Tumor (T) tampak sebagian melekat ke kelenjar
submandibula, batas tumor tampak tegas. (sumber: Curtin, HD. Imaging of the Salivary
Gland. Salivary Gland Disorder. New York: Springer; 2007. P.17-31)
11
Gambar 5. CT scan kepala dengan kontras pada Karsinoma parotis. Massa tumor ( segitiga
putih)dengan tepi irregular dan batas yang tidak tegas. Tumor ekstensi ke canalis
stylomandibular, antara prosesus styloideus (S) dan tepi posterior mandibula (M) ke fossa
parafaring. Tumor juga menginfiltrasi jaringan lemak di foramen stylomastoideus (panah
hitam). Styloid (S), mastoid tip (panah putih). Jaringan lemak di foramen stylomastoid kanan
tampak normal (panah hitam), dan retromandibular vein (RMV). (sumber: Curtin, HD.
Imaging of the Salivary Gland. Salivary Gland Disorder. New York: Springer; 2007. P.17-31)
Sidikan Tc seluruh tubuh, dapat dilakukan pada tumor ganas untuk deteksi
metastase jauh. (1)
C. Pemeriksaan Laboratorium (1)
Pemeriksaan laboratorium rutin, seperti: darah, urine, SGOT/SPT, alkali
fosfatase, BUN/kreatinin, globulin, albumin, serum elektrolit, faal hemostasis, untuk
menilai keadaan umum dan persiapan operasi
12
Akurasi FNA pada kanker kelenjar liur berkisar antara 50-90%. Berdasarkan
penelitian Nguansangiam (2012) akurasi FNA mencapai 97%. (10) Penelitian serupa
oleh Ritu Jain, dkk (2013) akurasi FNA dalam mendiagnosis keganasan pada kelenjar
liur sebesar 92.8%. (11) Namun beberapa diagnosis contoh limfoma low grade vs
hiperplasia nodul reaktif tidak dapat dibedakan hanya dengan sitologi tanpa
tambahan pemeriksaan flowcytometry.
Core biopsy pada kasus tumor kelenjar liur merupakan metode baru yang
menjanjikan akurasi yang lebih baik dibanding FNA. Sebuah penelitian meta-analisa
oleh Robert dkk (2011) membuktikan bahwa akurasi core biopsy pada tumor
kelenjar liur mencapai 95-100% (12)
1. Biopsi insisional (1)
Dikerjakan pada tumor ganas yang inoperabel.
2. Biopsi eksisional (1)
1. pada tumor parotis yang
superfisial
2. pada tumor submandibula
submandibula
3. pada tumor sublingual dan kelenjar liur minor yang operabel
dilakukan eksisi luas ( minimal 1 cm dari batas tumor)
13
T = Tumor primer
ukuran tumor
radikalitas operasi
N = Nodus regional
ukuran k.g.b
M = Metastase jauh
II.6 Stadium Klinis (1,13)
Penentuan stadium menurut AJCC tahun 2002, berdasarkan klasifikasi TNM
dapat dilihat pada tabel 1. dan Tabel 2. (1) (13)
14
TNM
Keterangan
T0
T1
T2
T3
T4
N0
N1
N2
N2a
N2b
N2c
N3
M: Metastase Jauh
Mx
M0
M1
Metastase jauh
15
T1
N0
M0
T2
N0
M0
II
T3
N0
M0
III
T1
N1
M0
T2
N1
M0
T4
N0
M0
T3
N1
M0
T4
N1
M0
Tiap T
N2
M0
Tiap T
N3
M0
Tiap T
Tiap N
M1
IV
Terapi pilihan utama untuk tumor kelenjar liur ialah pembedahan. Radioterapi
sebagai terapi adjuvan pasca bedah diberikan hanya atas indikasi, atau diberikan
pada karsinoma kelenjar liur yang inoperabel. Kemoterapi hanya diberikan sebagai
adjuvan, meskipun masih dalam penelitian, dan hasilnya masih belum memuaskan.
(1)
A. Tumor Primer (1,13)
1. Tumor operabel
a. Terapi utama ( pembedahan)
(1) Tumor parotis
16
pada:ada metastase
a)
b)
Gambar 6.Parotidektomi a) insisi Blair yang dimodifikasi merupakan insisi yang sering
digunakan pada parotidektomi b) tampak cabang-cabang nervus fasialis diantara lobus
superficial dan profunda kelenjar parotis. (sumber: Zollinger R, Ellison E. Atlas of Surgical
Operation. 9th Ed. New York: McGraw-Hill Medical; 2010)
17
operasi selesai
RND
18
b. Terapi tambahan
Kemoterapi :
a. Untuk jenis adenokarsinoma (adenoid cystic carcinoma, adenocarcinoma,
malignant mixed tumor, acinic cell carcinoma)
19
jenis
adenokarsinoma
(adenoid
cystic
carcinoma,
20
Bagan 1. Penanganan Tumor Parotis Operabel dengan (N) Secara Klinis Negatif (sumber:
Reksoprawiro, Sunarto. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Liur. Protokol
PERABOI. Jakarta : Sagung Seto, 2010.)
Parotidektomi superfisial
Potong beku
Jinak
Ganas
Stop
Parotidektomi Total +
Sampling KGB subdigastricus
Potong beku
Meta KGB -
STOP
Meta KGB +
RND
21
Bagan 2. Penanganan Tumor Submandibula Operabel Dengan (N) Secara Klinis Negatif
( sumber: Reksoprawiro, Sunarto. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Liur.
Protokol PERABOI. Jakarta : Sagung Seto, 2010.)
Tumor Submandibula (N negatif)
Eksisi glandula submandibula
Potong Beku
Jinak
STOP
Ganas
Diseksi Submandibula
Potong beku
Meta KGB -
Meta KGB +
STOP
RND
Ganas
Stop
Radikalitas
Radikal
Stop
Tidak radikal
Re-eksisi
22
Bagan 4. Penanganan Tumor Kelenjar Liur dengan KGB (+) secara klinis (sumber:
Reksoprawiro, Sunarto. Protokol Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Liur. Protokol
PERABOI. Jakarta : Sagung Seto, 2010)
Bila N positif bilateral : RND dapat dikerjakan satu tahap dengan preservasi satu
v.jugularis interna atau dikerjakan 2 tahap dengan jarak waktu
3-4 minggu.
Bagan 6. Penanganan Kanker Kelenjar Liur residif (sumber: Reksoprawiro, Sunarto. Protokol
Penatalaksanaan Tumor/ Kanker Kelenjar Liur. Protokol PERABOI. Jakarta : Sagung Seto,
2010)
24
: setiap 3 bulan
: setiap 6 bulan
3) Setelah 5 tahun
25
menghambat proliferasi sel tumor yang mengeksprei Her2/neu tersebut. Saat ini
tengah dilakukan penelitian fase kedua mengenai penggunaan monoterapi
trastuzumab
pada
kanker
kelenjar
liur
stadium
lanjut.
26
Bagan 7. Algoritma Penatalaksanaan Tumor Kelenjar Liur (sumber: Head and Neck Cancers. National Comprehensive Cancer
Network. 2014)
27
Bagan 8. Algoritma Terapi Tumor Kelenjar Liur (sumber: Head and Neck Cancers. National Comprehensive Cancer Network. 2014)
28
Bagan 9. Algoritma Penatalaksanaan Kenker Kelenjar Liur Residif (sumber: Head and Neck Cancers. National Comprehensive Cancer
Network. 2014)
29
30
Histologi
Grade
Stadium
Apakah tumor telah mengenai n. fasialis, fiksasi terhadap kulit atau struktur
yang lebih dalam atau telah menyebar ke KGB atau organ jauh.
31
Stage
5-year Relative
Survival Rate
91%
II
75%
III
65%
IV
39%
32
BAB III
KESIMPULAN
Kanker kelenjar liur merupakan kasus yang sangat jarang, hanya 0.9 dari
100.000 penduduk di Amerika. Kelenjar liur major yang paling sering terkena ialah
glandula parotis yaitu 70-80%, sedangkan kelenjar liur minor yang paling sering
terkena terletak pada palatum. Kurang lebih 20-25% dari tumor parotis, 35-40% dari
tumor submandibula, 50% dari tumor palatum, dan 95-100% dari tumor glandula
sublingual adalah ganas. Penyebab dari Kanker kelenjar liur belum diketahui secara
pasti, sedangkan faktor resikonya meliputi usia tua, paparan radiasi , pekerjaan dan
genetik.
Fungsi kelenjar liur adalah memproduksi saliva yang sangat penting dalam
proses pencernaan, menelan dan imunitas tubuh.
Diagnosis
klinis berdasarkan
adanya
benjolan
di
sekitar
auricula,
submandibula atau dasar mulut, kadang disertai nyeri dan paresis n. Fasialis.
Pemeriksaan FNAB belum secara rutin dikerjakan mengingat sangat bergantung
dengan skill operator. Pemeriksaan radiologis yag apat dikerjakan berupa CT-scan
atau MRI untuk mengetahui ekstensi tumor dan foto thorax, USG abdomen, bila
perlu Tc scintigrafi untuk mengetahui adanya metastasis jauh.
Terapi dikerjakan berdasarkan asal sel tumor, stadium, dan grading
histopatologis. Pada tumor operabel terapi utamanya adalah pembedahan dapat di
tambahkan dengan kemo atau radioterapi. Prognosis pasien sangat ditentukan dari
stadium dan grading histopatologis tumor, dengan 5 years survival rate 91% pada
stadium I, 75% pada stadium II, 65% pada stadium III, dan 39% pada stadium IV.
Pemberian antibodi monoklonal berupa trastuzumab sebagai targeting terapi
pada kanker kelenjar liur dengan Her2/neu positif menjanjikan hasil yang cukup
baik. Pada pasien yang tidak respon terhadap radioterapi konvensional kini telah
33
34
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Eric Chung Sun, Rochelle Curtis, Mads Melbye, and James J. Goedert.
Salivary Gland Cancer in the United States. : American Association of Cancer
Research, 1999, pp. 1095-1100.
3.
4.
Skandalakis JE, Gray SW, Rowe JS Jr. Surgical Anatomy. New York : McGrawHill, 2006.
5.
Myers, EN and Ferris, RL. Salivary Gland Disorder. New York : Springer,
2006.
6.
7.
8.
9.
Curtin, HD. Imaging of the Salivary Gland. Salivary Gland Disorder. New
York : Springer, 2007.
35
21. Lee, SC and Johnson, JT. Salivary Gland Neoplasm: Medscape Journal, 2015.
22. Terhaard CH, Lubsen H, Van der Tweel I, et al. Salivary gland carcinoma:
independent prognostic factors for locoregional control, distant
metastases, and overall survival: results of the Dutch head and neck
oncology cooperative group: Head Neck 26, 2004, Vol. 26(8).
37