A. Definisi
Limfoma non hodgkin adalah keganasan primer berupa gangguan
proliferatif tidak terkendali dari jaringan limfoid (limfosit B dan sistem sel
limfosit T). LMNH nasofaring merupakan kumpulan penyakit keganasan
heterogen yang mempengaruhi sistem limfoid: 80% berasal dari sel B dan yang
lain dari sel T. Pada LMNH nasofaring sebuah sel limfosit berproliferasi secara
tak terkendali yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel LMNH
nasofaring berasal dari satu sel limfosit, sehingga semua sel dalam tumor pasien
LMNH nasofaring sel B memiliki imunoglobulin yang sama pada permukaan
selnya.
B. Etiologi
Penyebab LMNH belum jelas diketahui. Para pakar cenderung
berpendapat bahwa terjadinya LMNH disebabkan oleh pengaruh rangsangan
imunologik persisten yang menimbulkan proliferasi jaringan limfoid tidak
terkendali. Diduga ada hubungan dengan virus Epstein barr terutama pada
limfoma Burkitt. LMNH kemungkinan ada kaitannya dengan faktor keturunan
karena ditemukan fakta bila salah satu anggota keluarga menderita LMNH maka
risiko anggota keluarga lainnya terjangkit tumor ini lebih besar dibanding
dengan orang lain yang tidak termasuk keluarga itu (Gani, 1995).
C. KLASIFIKASI
LMNH dibedakan dari LMH (Limfoma Hodgkin) berdasarkan variasi
histopatologi. Beberapa klasifikasi LMNH yang pernah dilaporkan disampaikan
antara lain oleh Rappaport (1966) didasarkan pada sitologi dan susunan
arsitektur limfosit maligna dalam kelenjar limfe dan membedakan antara tipe
nodular dimana sel-sel neoplastik berkelompok dan tipe difus.
Lukes-Collins (1974) membagi LMNH berdasarkan prinsip imunologi
dan fisiologi limfosit yang terlibat dan membedakan LMNH yang berasal dari
limfosit B (70%) dan limfosit T. Klasifikasi terbaru yang dikenal sebagai
0
Rappaport
Lukes-Collins
Lymphocyte/Plasmacytoid
DLWD
SL + PL
L + Lpl
Fool.LPD
Foll SCL
Foll.CB CC*
-Foll.Predomin\
ancy Small Cleaved Cell
Foll.MLH
Kiel
Foll.CB.CC*
DLPD
Foll.LCl
Foll NLCl
DCC
DSCl
DCB
DH
-Foll.Mixed Small and
Large Cell
+ Foll.CB CC*
CC*
DLpl Pol
DLCl
DCB
CC**
+DLNCl
DCC** + DCB
Imb
Imb
Con L
Lbl Con
Cell, DH
Immmunoblastic
-Lymphoblastic
-Small Non-Cleaved Cell
Jenis Lain (Composite):
Dlbl
Du Dtt-Non SNCL
Lbl Btt + B
Btt
-True Histiocytic
True
-Unclassified
Histiocytic
-Dll.
Unclassified
Keterangan singkatan:
D = diffuse, Foll = follicular, LWD = lymphocytic well differenciated, MLH =
mixed lymphocytic histiocytic, H = hystiocytic, Lbl = lymphoblastic, SL = small
lymphocyte, U = Undifferencyated, Pl L = plasmacytoid lymphocyte, S Cl =
small cleaved, L Cl = large cleaved, LN Cl = large non-cleaved, Imb =
immunoblastic, Con = convoluted, SNCl = small non cleaved, L =
lymphoblastic, L pl = lymphoplasmacytic/cytoid, CC = centrocytic, CB =
centrobalstic, LBl Btt = lymphoblastic burkitt, * = small, ** = large
D. Patofisiologi
Telah diketahui bahwa penjalaran penyakit LMNH terjadi secara
limfogen dengan melibatkan rantai kelenjar getah bening yang saling
berhubungan dan merambat dari satu tempat ke tempat yang berdekatan.
Walaupun demikian, hubungan antara kelenjar getah bening pada leher kiri dan
daerah aorta pada LMNH jenis folikular tidak sejelas seperti apa yang terlihat
pada LMNH jenis difus.
Rosenberg melaporkan bahwa pada semua penderita dengan jangkitan
pada sum-sum tulang juga didapati jangkitan pada kelenjar getah bening para
aorta yang terjadi sebelum atau bersamaan dengan terjadinya jangkitan pada
sum-sum tulang. Tetapi bila sum-sum tulang terkena lebih dahulu, didapatkan
bahwa 25 % penderita LMNH folikular tidak menunjukkan terjadinya jangkitan
pada kelenjar getah bening aorta.
Chabner melaporkan bahwa penyebaran ke kelenjar mesentrium, portal
dan ke organ-organ lain di bawah diafragma terjadi 80 % pada penderita dengan
limfangiogram positif dan 18 % pada penderita dengan limfangiogram negatif.
Chabner juga menunjukkan bahwa hasil limfagiogram negatif akan menyisihkan
adanya jangkitan penyakit pada hati.
Walaupun pada LMNH timbul gejala-gejala konstitusional (demam,
penurunan berat badan, berkeringat pada malam hari) insidensnya lebih rendah
daripada penyakit Hodgkin. Ditemukan adanya limfadenopati difus tanpa rasa
nyeri, dapat menyerang satu atau seleuruh kelenjar limfe perifer. Biasanya
adenopati hilus tidak ditemukan tetapi sering ditemukan adanya efusi pleura.
E. PATHWAY
Antigen
Sel Induk
Normal
Diferensiasi
Normal
Limfosit B1
Proliferasi
Limfosit T
(Keganasan LMNH)
Imunobals T
Diferensiasi terhenti
Limfosit T kecil
(T-helper)
Keganasan dapat
terjadi pada
Imunitas Seluler
semua tingkat
diferensiasi sel
Imunoblas B
limfosit B (70%)
Imunitas Humoral
Gejala Sistem Limfatik:
- Demam
- Limfa
- Timus
- Keringat malam
Keganasan:
- Cincin Waldeyer
- Apendiks
- Peyers patch
F. STADIUM
4
INTERPRETASI
Terserang satu kelenjar limfe pada daerah tertentu atau ekstra
Stadium II
limfatik
Terserang lebih dari satu kelenjar limfe di daerah di atas diafragma
Stadium III
Stadium IV
atau
G. MENIFESTASI KLINIS
1. Pembesaran kelenjar limfe yang tidak nyeri
2. Splenomegali
3. Dapat timbul komplikasi saluran cerna
4. Nyeri punggung dan leher disertai hiperefleksia
5. Kelelahan (keluhan anemia)
6. Demam (38C 1 minggu tanpa sebab)
7. Keringat malam
8. Penurunan berat badan (10% dalam waktu 6 bulan)
H. Terapi
Agen kemoterapeutik yang sering dipakai pada LMNH adalah:
5
Obat
Generik
Agen Alkil:
Cyclophospamide
Antibiotik:
Doxorubicin
Alkaloid alam:
Vincristin
Adrenokortikoid
:
Prednison
Pemberia
Dangang
Cytoxan,
Endoxan
IV, Oral
Adriamycin
IV
Oncovin
Orasone,
Deltasone
Akut
Nausea
Toksisitas
Jangka Panjang
Alopesia, sistitis
hemo-ragik,
miolosupresi,
imunosupresi,
amenorea, steril pada
pria.
IV
Vesikel berat
dengan
nekrosis
jaringan,
nausea
Mielosupresi,
Alopesia,
Toksisitas
pada jantung dengan
dosis kumulatif
Oral
Flebitis lokal,
nausea
Neuropati perifer,
miopati, alopesia.
Gangguan
saluran cerna,
retensi air
I. Tes diagnostik
Jenis Pemeriksaan
Interpretasi Hasil
-Diferensial SDP
Menurun
Eritrosit:
-Morfologi SDM
-LED
Meningkat
-Trombosit
-Test Coomb
Serum:
-Besi serum dan TIBC
Menurun
-Alkalin fosfatase
-Kalsium serum
-BUN
-Globulin
Foto thoraks, vertebtara, ekstremitas Dilakukan untuk area yang terkena dan
proksimal, pelvis dan area tulang membantu penetapan stadium penyakit.
nyeri tekan.
CT Scan dada, abdominal, tulang
USG abdominal
Mediatinoskopi.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Fokus Pengkajian
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu dikaji
adalah:
1.
Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Kelelelahan, kelemahan atau malaise umum
- Kehilangan produktivitas dan penurunan tolenrasi aktivitas
- Kebutuhan tidur dan istirahat lebih banyak
Tanda:
-
Penurunan kekuatan, bahu merossot, jalan lamban, dan tan-tanda lain yang
menunjukkan kelelahan.
2.
Sirkulasi:
Gejala:
-
Tanda:
-
Takikardia, disritmia
3.
Integritas ego:
Gejala:
-
Tanda:
-
4.
Eliminasi:
Gejala:
-
Tanda:
-
Disfungsi usu dan kandung kemih (kompresi spinal cord pada gejala
lanjut)
5.
Anoreksia
Tanda:
-
6.
Neurosensori:
Gejala:
-
Tanda:
-
10
Tanda:
8.
Pernapasan:
Gejala:
-
Tanda:
-
Dipnea, takipnea
Batuk nonproduktif
9.
Keamanan:
Gejala:
-
Tanda:
-
Demam (suhu tubuh > 380C) menetap dengan etiologi yang tidak dapat
dijelaskan, tanpa gejala infeksi
Pembesaran tonsil
11
Pruritus umum
10. Seksualitas:
Gejala:
-
11. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
-
12
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pola pernapasan tidak efektif bd obstruksi trakeo bronkhial akibat pembesaran
kelenjar limfe servikal, mediastinum.
2. Keletihan b/d peningkatan kebutuhan metabolik (proses keganasan) dan perubahan
kimiawi tubuh sebagai efek kemoterapi.
3. Perubahan membran mukosa oral bd efek samping agen kemoterapi dan radiasi
4. Kerusakan integritas kulit/jaringan b/d efek radiasi dan kemoterapi
5. Perubahan pola seksualitas bd kelelahan, kecemasan dan efek kemoterapi/radiasi.
6. Perubahan proses keluarga bd perubahan situasi (perubahan peran/status ekonomi
keluarga, ancaman kehilangan/perpisahan dengan anggota keluarga)
7. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prosedur diagnostik dan terapi bd kurangnya
pemaparan informasi.
8. Kurang nutrisi bd anoreksia, nausea, disfagia
9. Gangguan konsep diri (gambaran diri) b/d perubahan bentuk/struktur tubuh
(pembesaran kelenjar limfe)
10. Risiko tinggi terhadap infeksi bd ketidakadkuatan sistem imunitas tubuh dan terapi
imunosupresif (supresi sum-sum tulang belakang)
11. Risiko tinggi terhadap konstipasi/diare bd iritasi mukosa gastrointestinal (efek dari
kemoterapi, radiasi)
C. Intervensi Keperawatan
1. Pola pernapasan tidak efektif bd obstruksi trakeo bronkhial
Intervensi dan Rasional:
a Kaji/awasi frekuensi pernapsan, kedalaman, irama, adanya dispnea, penggunaan
otot bantu pernapasan dan gangguan ekspansi dada.
-
Observasi distensi vena leher, nyeri kepala, pusing, edema preorbital, dispnea,
stridor.
-
Klien LMNH dengan sindrom vena cava superior dan obstruksi jalan napas
menunjukkan kedaruratan onkologis.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda juall. 2001. Dokumentasi asuhan keperawatan edisi 8. Jakarta : EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2000. Buku saku patofisiologi. Jakarta : EGC.
Otto, Shirley E. 2003. Buku saku keperawatan onkologi. Jakarta : EGC.
Gole, Danielle dan Jane Chorette. 1999. Rencana asuhan onkologi. Jakarta : EGC.
Robbins, Kumar. 1995. Buku ajar patologi II Ed 4. Jakarta : Buku Kedokteran.
Smeltzer dan Brenda G. Bare. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. vol iii. edisi 8.
Jakarta : EGC.
Wong, Donna. 2003. Pedoman klinis keperawatan pediatrik. Jakarta : EGC.