TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biskuit
Menurut SNI 2973-2011 biskuit adalah produk makanan kering yang
dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari tepungterigu dengan
atau substitusinya, minyak atau lemak dengan atau tanpa penambahan bahan
pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan.
Biskuit dapat dikelompokkan menjadi krekers, kukis, wafer dan pai.
Krekers merupakan jenis biskuit yang dalam pembuatannya memerlukan proses
fermentasi
sehingga
menghasilkan
bentuk
pipih
bila
dipatahkan
dan
Tepung terigu
Tepung terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan biskuit. Prinsip
3.
Gula
Fungsi gula dalam pembuatan biskuit adalah sebagai pemberi rasa manis,
pembentuk tekstur dan pemberi warna pada permukaan biskuit. Gula dalam
adonan biskuit akan terlarut dan menyebar tergantung dari kandungan airnya.
4. Baking powder
Baking powder atau soda kue merupakan senyawa natrium bikarbonat
yang memiliki sifat sebagai bahan pengembang. Bahan pengembang adalah
senyawa kimia yang apabila terurai akan menghasilkan gas dalam adonan.
Kelebihan baking powder dalam pembuatan biskuit dapat mengakibatkan biskuit
terasa asam, tekstur yang renyah dan warna yang kurang menarik.
5. Garam
Garam ditambahkan dalam makanan untuk memberi rasa, memperkuat
tekstur dan mengikat air. Selain itu garam dapat membuat adonan tidak lengket
dan tidak mengembang secara berlebihan.
6. Minyak/Lemak
Minyak/lemak berfungsi untuk melembutkan, membantu pengembangan,
membantu penyebaran, memberikan rasagurih dan menambah aroma. Jenis lemak
yang biasa digunakan berasal dari lemak susu (butter) atau dari lemak nabati
(margarine).
7. Susu Bubuk
Susu bubuk berupa serbuk yang memiliki reaksi mengikat terhadap protein
tepung.Susu bubuk berfungsi untuk membentuk citarasa dan aroma biskuit serta
menambah nilai gizi biskuit tersebut.
8. Air
Air berfungsi untuk melarutkan bahan-bahan lain agar bisa bercampur. Air
yang ditambahkan kedalam adonan biskuit akan hilang selama proses pemanasan
(pemanggangan).
2.1.3 Cara Pembuatan Biskuit
Menurut Muaris (2007) cara pembuatan biskuit meliputi beberapa proses
yaitu :
1.
Campurkan mentega, kuning telur, garam, gula lalu mixer sampai rata
(adonan 1).
2.
Campurkan tepung terigu, baking powder, susu bubuk lalu diayak (adonan 2).
Adonan 1 dan adonan 2 dicampurkan lalu tambahkan air dan diadoni selama
15 menit.
3.
Adonan dipipihkan kemudian dicetak sesuai selera dan letakkan adonan yang
telah dibentuk dalam loyang yang sudah diolesi mentega. Panggang adonan
hingga matang.
Dalam pembuatan biskuit yang baik ada beberapa hal yang harus
diperhatikan yaitu pilih tepung dengan jumlah yang tepat, karena banyaknya
jumlah tepung yang terlarut akan membuat biskuit bertekstur keras, tetapi jika
tepungnya kurang akan menghasilkan biskuit yang tidak renyah, pilih gula yang
rendah kalori atau dimodifikasi dengan bahan yang mempunyai cita rasa manis
misalnya gula dari buah-buahansertabahan lemak yang biasanya digunakan yaitu
margarin, mentega atau minyak.
Kriteria uji
Keadaan
Bau
Rasa
Warna
Kadar air ( b/b)
protein ( N x 6.25 ) (b/b )
Satuan
5
5.1
5.2
mg/kg
mg/kg
maks. 0.5
maks. 0.2
5.3
5.4
6
Timah (Sn)
Merkuri (Hg)
Arsen ( As)
Mg/kg
Mg/kg
Mg/kg
Maks. 40
Maks. 0.05
Maks. 0.5
%
%
Persyaratan
Normal
Normal
Normal
maks. 5
min. 5
min. 4,5 *)
min. 3 **)
maks.1,0
7.1
Angka Lempeng Total
Koloni/g
Maks. 1x 104
7.2
Coliform
APM/g
20
7.3
Eschericia coli
APM
<3
7.4
Salmonella sp.
Negatif / 25g
7.5
Staphylococcus aureus
Koloni/ g
Maks. 1 x 102
7.6
Bacillus cereus
Koloni/g
Maks. 1 x 102
7.7
Kapang dan khamir
Koloni/g
Maks. 2 x 102
CATATAN
*) untuk produk biskuit yang dicampur dengan pengisi dalam adonan
**) untuk produk biskut yang diberi pelapis atau pengisi (coating/ filling) dan
Pai
Sumber: SNI 2973-2011
2.2 Protein
Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang
utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia
Belanda, Gerardus Mulder (1802-1880) ia berpendapat bahwa protein adalah zat
yang paling penting pada setiap organisme. Protein adalah molekul makro yang
mempunyai berat lima ribu hingga beberapa juta. Unsur nitrogen adalah unsur
utama proteinkarena terdapat di dalam di dalam semua protein, akan tetapi tidak
terdapat di dalam karbohidrat dan lemak.Molekul protein merupakan rantai
panjang yang tersusun oleh rantai-rantai asam amino. Asam amino terdiri atas
atom karbon yang terikat pada satu gugus karboksil (COOH), satu gugus amino
(NH2) yang salah satunya terletak pada atom C tepat disebelah gugus karboksil
(atom C alfa). Asam-asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang
disampingnya (Almatsier, 2001).
2.2.1 Struktur Protein
Menurut
Girindra
(1986)
dapatdibagimenjadibeberapabentukyaitustruktur
struktur
primer,
protein
sekunder,
tersierdankuarterner.
1.
Struktur Primer
Susunan
linier
asam
amino
dalam
protein
primer.Susunantersebutmerupakansuaturangkaiandariasam
menentukansifatdasardariberbagai
merupakanstruktur
amino
yang
protein
dansecaraumummenentukanbentukstruktursekunderdantersier.
2. StrukturSekunder
Struktursekunder
protein
adalahstrukturduadimensidari
protein.Padastrukturiniterjadilipatanberaturanseperti
akibatadanyaikatanhidrogen
di
antaragugus-gugus
-heliksdan
polar
dariasam
-sheet,
amino
dalamrantai protein.
3.
StrukturTersier
Dalamhalinirantaipolipeptidacenderunguntukmembelitataumelipatmemben
tukstruktur
yang
kompleks.Kestabilanstrukturinibergantungpadagugus
StrukturKuarterner
Molekulprotein
initerbentukdaribeberapatersierdanbiasaterdiridariprotomer
yang
10
diubahmenjadi
ammonium
kemudiandiuraikandengannatriumhidroksida.
sulfatolehasamsulfatpekat,
Ammoniayang
di
bebaskandiikatdenganasamboratdankemudiandititardenganlarutanbakuasam.
Kadar protein diperolehdarihasil kali total nitrogen dengan 6,25.
AnalisisdenganmetodeKjeldahlpadadasarnyadapatdibagimenjaditigatahapy
aitu
proses
destruksi,
proses
destilasidantahaptitrasi.
Pada
proses
akanberubahmenjadi
UntukmempercepatreaksidapatditambahkankatalissepertiHgOdan
(NH4)2SO4.
Na2SO4,
K2SO4atau
CUSO4.Denganpenambahankatalistitikdidihasamsulfatakannaiksehinggadestruksib
erjalancepat.
Selenium
jugaseringdigunakansebagaikatalisuntukmempercepat
ammonium
sulfatdipecahmenjadi
ammonia
11
dkk.,
Pada tahap titrasi apabila penampung destilat asam borat berlebih, maka
asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan dititrasi
menggunakan asam klorida 0,1 N dengan indikator campuran metil merah dan
metil biru, selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan jumlah ekuivalen
nitrogen (Sudarmadji, dkk., 1989).
2. Metode Spektrofotometer
Kebanyakan protein mengabsorbansi sinar ultraviolet maksimum pada 200
nm. Hal ini terutama oleh adanya asam amino tirosin trip-tophan dan fenilalanin
yang ada pada protein tersebut. Pengukuran protein berdasarkan absorbsi sinar
ultraviolet cepat, mudah dan tidak merusak bahan (Sudarmadji, dkk., 1989).
3. Metode Lowry
Konsentrasi protein diukur berdasarkan optical density (OD) pada panjang
gelombang 600 nm. Untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan, lebih
dahulu dibuat kurva standar yang melukiskan hubungan antara konsentrasi dengan
OD. Larutan Lowry ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari
fosfoturigstat-fosfomolibdat (1:1) dan larutan Lowry b yang terdiri dari
Na2CO32% dalam NaOH 0,1 N, CuSO4 dan Na-K-tartrat 2%. Cara penetapannya
adalah sebagai berikut: 1 ml larutan protein ditambahkan 5 ml Lowry B, digojok
dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 0,45 ml Lowry Adigojok
dan biarkan 20 menit, selanjutnya diamati OD nya pada panjang gelombang 600
nm (Sudarmadji, dkk., 1989).
4. Metode Biuret
12