Sebagian besar orang indonesia termasuk orang NTT tidak mengenal budaya tulisan. Budaya kita
adalah budaya lisan. Karena itu sejarah tentang asal usul orang TTS juga tidak dapat diketahui
dengan pasti. Tetapi dari Catatan Sejarah Perdagangan Cendana Timor yang sangat terkenal di
dunia hingga sekarang, pada tahun 1000 sesudah masehi, pulau Timor sudah mempunyai
penduduk tetap yang dapat disebut sebagai penduduk asli pulau Timor termasuk Timor
TengahSelatan(TTS)
.
Tetapi mengenai asal usul penduduk asli Timor itu tidak ada catatan sejarah yang pasti. Bahkan
pada tahun 1365 dalam buku Negara kertagama yang ditulis oleh Prapanca. Flores dan Timor
sudah menjadi bagian dari kerajaan Majapahit yang merupakan negara kesatuan kedua
Indonesia.
Dari cerita sejarah ini juga mengingatkan kita semua generasi sekarang dan generasi yang akan
datang bahwa orang TTS bersaudara dengan orang TTU, orang Belu, orang Timor Leste; juga
orang kisar, Tanimbar, Papua, Maluku, Sulawesi, Rote dan Sabu. Juga karena harumnya cendana
Timor, orang TTS sejak hampir seribu tahun lalu sudah bergaul dengan bangsa-bangsa dari
mancanegara. Antara lain dengan bangsa Cina, India, Portugis, Belanda dan sebagainya. Bahwa
orang TTS juga bersaudara dengan orang Portugis dan Cina.
Inilah sebabnya sehingga di Papua hingga sekarang, kain tenunan Timor merupakan mas kawin
atau belis yang sangat berharga jika ada perkawinan diantara sesama orang Papua. Maka dalam
era globalisasi dewasa ini dimana pergaulan antar bangsa semakin meningkat karena kemajuan
teknologi komunikasi dan transportasi modern, bagi orang TTS dan orang Timor pada umumnya
adalah hal yang biasa-biasa saja. Sebab bagi orang TTS pergaulan dengan bangsa-bangsa lain
sudah terbiasa sejak zaman nenek moyang mereka berabad-abad yang lalu. Apalagi dengan
sesama penduduk atau orang TTS yaitu orang Amnuban, Amnatun dan Mollo. Ketiga kerajaan
adat ini hanyalah suatu satuan administrasi pemerintahan jaman itu. Sebab, ketiga kerajaan adat
ini seasal dan seturunan dengan sebutan kekeluargaan/kekerabatan yang disebut BANAM
(Amnuban); ONAM (Amnatun); OENAM (Mollo). Oleh karena itu, persaingan diantara ketiga
bersaudara ini sangat perlu untuk mendorong kemajuan dan kesejahteraan masyarakat/rakyat
TTS. Bukan untuk menyimpan dendam kesumat, apalagi sampai terjadi pertentangan dan
permusuhan yang pada akhirnya hanya mendatangkan kerugian moral maupun material bagi
semua orang TTS sendiri.
kini masih hidup dalam kesahajaan mereka dan tetap memegang teguh pada tradisi leluhur
mereka. Kehidupan warga Boti hingga kini masih bergantung pada kerasnya alam daratan Pulau
Timor.
Raja Boti, Usif Nama Benu, baru saja menggantikan ayahnya, Usif Nune Benu yang wafat pada
bulan Maret 2005. Usif adalah sebutan atau gelar yang diberikan Suku Boti terhadap raja mereka
yang juga merupakan pemimpin adat dan spiritual warga Boti. Sejak meninggalnya Usif Nune
Benu, orang Boti menjalani masa berkabung, karena itu selama tiga tahun lamanya orang Boti
tidak mengadakan pesta-pesta adat. Menurut sang Raja baru, Usif Nama Benu, biasanya mereka
mengadakan kegiatan pesta adat seusai panen namun selama masa berkabung ini ditiadakan
untuk menghormati sang ayah Usif Nune Benu.
Suku Boti dikenal sangat memegang teguh keyakinan dan kepercayaan mereka yang disebut
Halaika. Mereka percaya pada dua penguasa alam yaitu Uis Pah dan Uis Neno. Uis Pah sebagai
mama atau ibu yang mengatur, mengawasi, dan menjaga kehidupan alam semesta beserta isinya
termasuk manusia. Sedangkan Uis Neno sebagai papa atau bapak yang merupakan penguasa
alam baka yang akan menentukan seseorang bisa masuk surga atau neraka berdasarkan
perbuatannya di dunia.
Lopo, bangunan tempat warga Boti berkumpul (foto: 2005 arie saksono)