Anda di halaman 1dari 13

MASJID AGUNG ISTIQLAL1

A. Sejarah Singkat
Masjid Istiqlal adalah masjid negara Republik Indonesia yang terletak di pusat
ibukotaJakarta.

Masjid

Tenggara.[2] Pembangunan

Istiqlal
masjid

merupakan
ini

masjid

diprakarsai

oleh

terbesar

di Asia

Presiden

Republik

Indonesia saat itu, Ir. Soekarno di mana pemancangan batu pertama, sebagai
tanda dimulainya pembangunan Masjid Istiqlal dilakukan oleh Ir. Soekarno pada
tanggal 24

Agustus 1951. Arsitek Masjid

Istiqlal

adalah Frederich

Silaban,

seorang Kristen Protestan.


Lokasi kompleks masjid ini berada di bekas Taman Wilhelmina, di timur laut
lapanganMedan Merdeka yang ditengahnya berdiri Monumen Nasional (Monas).
Di seberang timur masjid ini berdiri Gereja Katedral Jakarta. Bangunan utama
masjid ini terdiri dari lima lantai dan satu lantai dasar. Masjid ini memiliki gaya
arsitektur modern dengan dinding dan lantai berlapis marmer, dihiasi ornamen
geometrik dari baja antikarat. Bangunan utama masjid dimahkotai satu kubah
besar berdiameter 45 meter yang ditopang 12 tiang besar. Menara tunggal

http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Istiqlal

setinggi total 96,66 meter menjulang di sudut selatan selasar masjid. Masjid ini
mampu menampung lebih dari dua ratus ribu jamaah.[3]
Selain digunakan sebagai aktivitas ibadah umat Islam, masjid ini juga digunakan
sebagai kantor berbagai organisasi Islam di Indonesia, aktivitas sosial, dan
kegiatan umum. Masjid ini juga menjadi salah satu daya tarik wisata yang
terkenal di Jakarta. Kebanyakan wisatawan yang berkunjung umumnya wisatawan
domestik, dan sebagian wisatawan asing yang beragama Islam. Masyarakat
non-Muslim juga dapat berkunjung ke masjid ini setelah sebelumnya mendapat
pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal, meskipun demikian
bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus didampingi
pemandu.
Pada tiap hari besar Islam seperti Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, Tahun Baru
Hijriyah,Maulid Nabi Muhammad dan Isra dan Mi'raj, Presiden Republik Indonesia
selalu mengadakan kegiatan keagamaan di masjid ini yang disiarkan secara
langsung melalui televisi nasional (TVRI) dan sebagian televisi swasta.
Masjid

Istiqlal

merupakan

masjid

negara

Indonesia,

yaitu

masjid

yang

mewakili umat muslim Indonesia. Karena menyandang status terhormat ini maka
masjid

ini

harus

dapat

menjadi

kebanggaan

bangsa

Indonesia

sekaligus

menggambarkan semangat perjuangan dalam meraih kemerdekaan. Masjid ini


dibangun sebagai ungkapan dan wujud dari rasa syukur bangsa Indonesia yang
mayoritas beragama Islam, atas berkat dan rahmat Allah SWT yang telah
menganugerahkan

nikmat

kemerdekaan,

terbebas

dari

cengkraman

penjajah.

Karena itulah masjid ini dinamakan "Istiqlal" yang dalam bahasa Arab berarti
"Merdeka".

Sejarah Masjid Istiqlal


Setelah perang kemerdekaan Indonesia, mulai berkembang gagasan besar untuk
mendirikan masjid nasional. Ide pembangunan masjid tercetus setelah empat
tahun proklamasi kemerdekaan. Gagasan pembangunan masjid kenegaraan ini
sejalan dengan tradisi bangsa Indonesia yang sejak zaman kerajaan purba
pernah

membangun

kejayaan

negara.

bangunan
Misalnya

monumental

pada

zaman

keagamaan
kerajaan

yang

melambangkan

Hindu-Buddha

bangsa

Indonesia telah berjaya membangun candi Borobudur dan Prambanan. Karena


itulah di masa kemerdekaan Indonesia terbit gagasan membangun masjid agung
yang

megah

dan

pantas

menyandang

predikat

sebagai

masjid

negara

berpenduduk muslim terbesar di dunia.


B. Perencanaan
Pada tahun 1950, KH. Wahid Hasyim yang waktu itu menjabat sebagai Menteri
Agama Republik Indonesia dan H. Anwar Tjokroaminoto dari Partai Syarikat
Islam mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh Islam di Deca Park,
sebuah gedung pertemuan di jalan Merdeka Utara, tidak jauh dari Istana
Merdeka. Pertemuan dipimpin oleh KH. Taufiqurrahman, yang membahas rencana
pembangunan

masjid.

Gedung

pertemuan

yang

bersebelahan

dengan Istana

Merdeka itu, kini tinggal sejarah. Deca Park dan beberapa gedung lainnya
tergusur saat proyek pembangunan Monumen Nasional (Monas) dimulai.
Masjid tersebut disepakati akan diberi nama Istiqlal. Secara harfiah, kata Istiqlal
berasal dari bahasa Arab yang berarti: kebebasan, lepas atau kemerdekaan,
yang

secara

istilah

menggambarkan

rasa

limpahan rahmat berupa kemerdekaan bangsa.

syukur

kepada

Allah

SWT

atas

Pada pertemuan di gedung Deca Park tersebut, secara mufakat disepakati H.


Anwar Tjokroaminoto sebagai ketua Yayasan Masjid Istiqlal. Beliau juga ditunjuk
secara mufakat sebagai ketua panitia pembangunan Masjid Istiqlal meskipun
beliau terlambat hadir karena baru kembali ke tanah air setelah bertugas
sebagai delegasi Indonesia ke Jepang membicarakan masalah pampasan perang
saat itu.
Pada tahun 1953, Panita Pembangunan Masjid Istiqlal, melaporkan rencana
pembangunan masjid itu kepada kepala negara. Presiden Soekarno menyambut
baik rencana tersebut, bahkan akan membantu sepenuhnya pembangunan Masjid
Istiqlal. Kemudian Yayasan Masjid Istiqlal disahkan

dihadapan notaris

Elisa

Pondag pada tanggal 7 Desember 1954.


Presiden Soekarno mulai aktif dalam proyek pembangunan Masjid Istiqlal sejak
beliau ditunjuk sebagai Ketua Dewan Juri dalam Sayembara maket Masjid Istiqlal
yang diumumkan melalui surat kabar dan media lainnya pada tanggal 22
Februari 1955. Melalui pengumuman tersebut, para arsitek baik perorangan
maupun kelembagaan diundang untuk turut serta dalam sayembara itu.
Terjadi

perbedaan

pendapat

mengenai

rencana

lokasi

pembangunan

Masjid

Istiqlal. Ir. H. Mohammad Hatta (Wakil Presiden RI) berpendapat bahwa lokasi
yang paling tepat untuk pembangunan Masjid Istiqlal tersebut adalah di Jl. Moh.
Husni Thamrin yang kini menjadi lokasi Hotel Indonesia. Dengan pertimbangan
lokasi tersebut berada di lingkungan masyarakat Muslim dan waktu itu belum
ada bangunan di atasnya.
Sementara

itu,

Ir.

Soekarno

(Presiden

RI

saat)

mengusulkan

lokasi

pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina, yang di dalamnya terdapat


reruntuhan benteng Belanda dan dikelilingi oleh bangunan-bangunan pemerintah

dan pusat-pusat perdagangan serta dekat dengan Istana Merdeka. Hal ini
sesuai

dengan

simbol

kekuasaan

kraton

di

Jawa

dan

daerah-daerah

di

Indonesia bahwa masjid harus selalu berdekatan dengan kraton atau dekat
dengan alun-alun,[1] dan Taman Medan Merdeka dianggap sebagai alun-alun
Ibu

Kota

Jakarta.

Selain

itu

Soekarno

juga

menghendaki

masjid

negara

Indonesia ini berdampingan dengan Gereja Katedral Jakarta untuk melambangkan


semangat persaudaraan, persatuan dan toleransi beragama sesuai Pancasila.
Pendapat

H.

Moh.

Hatta

tersebut

akan

lebih

hemat

karena

tidak

akan

mengeluarkan biaya untuk penggusuran bangunan-bangunan yang ada di atas


dan di sekitar lokasi. Namun, setelah dilakukan musyawarah, akhirnya ditetapkan
lokasi pembangunan Masjid Istiqlal di Taman Wilhelmina. Untuk memberi tempat
bagi masjid ini, bekas benteng Belanda yaitu benteng Prins Frederick yang
dibangun pada tahun 1837 dibongkar.

C. Sayembara rancang bangun masjid


Dewan Juri sayembara rancang bangun Masjid Istiqlal, terdiri dari para Arsitek
dan Ulama terkenal. Susunan Dewan Juri adalah Presiden Soekarno sebagai
ketua, dengan anggotanya Ir. Roeseno, Ir. Djuanda, Ir. Suwardi, Ir. R. Ukar
Bratakusumah, Rd. Soeratmoko, H. Abdul Malik Karim Amrullah (HAMKA), H.
Abu Bakar Aceh, dan Oemar Husein Amin.
Sayembara berlangsung mulai tanggal 22 Februari 1955 sampai dengan 30 Mei
1955. Sambutan masyarakat sangat menggembirakan, tergambar dari banyaknya
peminat hingga mencapai 30 peserta. Dari jumlah tersebut, terdapat 27 peserta
yang menyerahkan sketsa dan maketnya, dan hanya 22 peserta yang memenuhi
persyaratan lomba.

Setelah dewan juri menilai dan mengevaluasi, akhirnya ditetapkanlah 5 (lima)


peserta sebagai nominator. Lima peserta tersebut adalah:
1. Pemenang Pertama: Fredrerich Silaban dengan disain bersandi Ketuhanan
2. Pemenang Kedua: R. Utoyo dengan disain bersandi Istighfar
3. Pemenang Ketiga: Hans Gronewegen dengan disain bersandi Salam
4. Pemenang Keempat: 5 orang mahasiswa ITB dengan disain bersandi Ilham
5. Pemenang Kelima: adalah 3 orang mahasiswa ITB dengan disain
bersandi Khatulistiwa dan NV. Associatie dengan sandiLima Arab
Pada tanggal 5 Juli 1955, Dewan Juri menetapkan F. Silaban sebagai
pemenang pertama. Penetapan tersebut dilakukan di Istana Merdeka, sekaligus
menganugerahkan sebuah medali emas 75 gram dan uang Rp. 25.000.
Pemenang kedua, ketiga, dan keempat diberikan hadiah. Dan seluruh peserta
mendapat sertifikat penghargaan.
D. Pembangunan
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Ir. Soekarno pada tanggal
24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW,
disaksikan oleh ribuan umat Islam.
Selanjutnya pelaksanaan pembangunan masjid ini tidak berjalan lancar. Sejak
direncanakan pada tahun 1950 sampai dengan 1965 tidak mengalami banyak
kemajuan. Proyek ini tersendat, karena situasi politik yang kurang kondusif.
Pada masa itu, berlaku demokrasi parlementer, partai-partai politik saling bertikai
untuk memperjuangkan kepentingannya masing-masing. Kondisi ini memuncak
pada tahun 1965 saat meletus peristiwa G30S/PKI, sehingga pembangunan
masjid terhenti sama sekali. Setelah situasi politik mereda,pada tahun 1966,

Menteri Agama KH. M. Dahlan mempelopori kembali pembangunan masjid ini.


Kepengurusan dipegang oleh KH. Idham Chalid yang bertindak sebagai
Koordinator Panitia Nasional Pembangunan Masjid Istiqlal.
Tujuh belas tahun kemudian, Masjid Istiqlal selesai dibangun. Dimulai pada
tanggal 24 Agustus 1961, dan diresmikan penggunaannya oleh Presiden
Soeharto pada tanggal 22 Februari 1978,[6] ditandai dengan prasasti yang
dipasang di area tangga pintu As-Salam. Biaya pembangunan diperoleh
terutama dari APBN sebesar Rp. 7.000.000.000,- (tujuh milyar rupiah) dan
US$. 12.000.000 (dua belas juta dollar AS).
E. Peristiwa kontemporer
Karena Masjid Istiqlal adalah masjid nasional Republik Indonesia, setiap upacara
atau peringatan hari besar Islam senantiasa digelar di masjid ini. Misalnya Hari
raya Idul Fitri, Idul Adha, Isra Mi'raj, dan Maulid Nabi digelar di masjid ini dan
diliput televisi nasional. Untuk turut memeriahkan perhelatan Visit Indonesia Year
1991 digelarlah Festival Istiqlal yang pertama pada tahun 1991. Festival ini
digelar untuk memamerkan seni dan kebudayaan Islam Indonesia, turut hadir
perwakilan negara sahabat berpenduduk muslim seperti Iran, Arab Saudi, dan
perwakilan muslim China dari Uighur. Festival Istiqlal yang kedua digelar pada
tahun 1995 untuk memperingati 50 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada pukul 15.20 WIB hari Senin, 19 April 1999 bom meledak di lantai dasar
Masjid Istiqlal. Letusan ini meretakkan tembok dan memecahkan kaca beberapa
kantor organisasi Islam yang berkantor di Masjid Istiqlal, termasuk kantor Majelis
Ulama Indonesia. Dua orang terluka akibat ledakan ini.[7] Pada bulan Juni 1999
Polisi mengumumkan tujuh orang pengamen tersangka pelaku pengeboman

Masjid Istiqlal yang telah ditangkap. Ketujuh orang ini adalah pelaksana yang
menempatkan bom di Masjid Istiqlal, meskipun demikian siapakah otak
perencana di balik pengeboman ini masih belum terungkap jelas.
Karena letak Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral Jakarta yang bedampingan,
maka kedekatan ini menjadi simbol keharmonisan antarumat beragama di
Indonesia. Kendaraan umat Katolik yang merayakan misa hari besar keagamaan
Katolik diperkenankan menggunakan lahan parkir Masjid Istiqlal.
F. Pengunjung
Barack dan Michelle Obama mengunjungi Masjid Istiqlal dipandu oleh Imam
Besar Masjid Istiqlal Prof. Kyai al-Hajj Ali Musthafa Ya'qub pada tanggal 10
November 2010.
Sebagai masjid terbesar di Kawasan Timur Asia (Asia Tenggara dan Asia
Timur), Masjid Istiqlal menarik perhatian wisatawan dalam dan luar negeri,
terutama wisatawan muslim yang datang dari berbagai penjuru Indonesia ataupun
wisatawan muslim dari luar negeri. Pengunjung muslim dapat langsung masuk
dan berbaur dengan jemaah untuk menunaikan shalat berjamaah. Wisatawan
non-Muslim

diperbolehkan

berkunjung

dan

memasuki

masjid

ini,

setelah

sebelumnya mendapat pembekalan informasi mengenai Islam dan Masjid Istiqlal.


Pengunjung non-Muslim harus mengikuti tata cara mengunjungi masjid seperti
melepaskan alas kaki serta mengenakan busana yang sopan dan pantas.
Misalnya

pengunjung

tidak

diperkenankan

mengenakan

celana

pendek

atau

pakaian yang kurang pantas (busana lengan pendek, kaus kutang atau tank

top).

Pengunjung

yang

mengenakan

celana

pendek

biasanya

dipinjamkan

sarung, sedangkan pengunjung wanita diminta mengenakan kerudung. Meskipun


demikian bagian yang boleh dikunjungi kaum non-Muslim terbatas dan harus

didampingi pemandu. Misalnya pengunjung non-Muslim (kecuali tamu negara


atau VVIP) tidak diperkenankan memasuki lantai pertama ruang utama tempat
mihrab dan mimbar, tetapi diperbolehkan melihat bagian dalam ruangan ini dari
balkon lantai kedua. Selebihnya pengunjung non-Muslim boleh mengunjungi
bagian lain seperti pelataran terbuka, selasar, kaki menara dan koridor masjid.
Setelah presiden Amerika Serikat Barack Obama didampingi istrinya mengunjungi
Masjid Istiqal pada November 2010, makin banyak wisatawan asing yang
berkunjung ke masjid ini, rata-rata sekitar 20 wisatawan asing mengunjungi
masjid ini tiap harinya. Kebanyakan berasal dari Eropa.[10] Para tokoh penting
asing

terkenal

Clinton Presiden

yang

pernah

Amerika

mengunjungi

Serikat

pada

Masjid

tahun

Istiqlal

1994,

antara

Presiden

lain; Bill

IranMahmoud

Ahmadinejad, Presiden Libya Muammar Gaddafi, Pangeran Charles dari Britania


Raya, Li Yuanchao wakil ketua Partai Komunis China, Presiden Cile Sebastin
Piera, Heinz

Fischer Presiden Austria,

dan Jens

Stoltenberg Perdana

Menteri Norwegia,[11] dan Kanselir Jerman Angela Merkel pada tahun 2012.
G. Arsitektur
Sebagai masjid negara Indonesia, Masjid Istiqlal diharapkan dapat menampung
jamaah dalam jumlah yang besar. Karena itu arsitekturnya menerapkan prinsip
minimalis, dengan mempertimbangkan keberadaannya di kawasan beriklim tropis.
Masjid dirancang agar udara dapat bebas bersirkulasi sehingga ruangan tetap
sejuk, sementara jemaah terbebas dari panas matahari dan hujan. Ruangan
shalat yang berada di lantai utama dan terbuka sekelilingnya diapit oleh plaza
atau pelataran terbuka di kiri-kanan bangunan utama dengan tiang-tiang dengan
bukaan

lowong

yang

lebar

di

antaranya,

sirkulasi udara dan penerangan yang alami.

dimaksudkan

untuk

memudahkan

H. Gaya arsitektur

Masjid ini bergaya

arsitektur

Islam

modern

internasional, yaitu menerapkan

bentuk-bentuk geometri sederhana seperti kubus, persegi, dan kubah bola,


dalam

ukuran

raksasa

untuk

menimbulkan

kesan

agung

dan

monumental.

Bahannya pun dipilih yang besifat kokoh, netral, sederhana, dan minimalis, yaitu
marmer putih dan baja antikarat (stainless steel). Ragam hias ornamen masjid
pun bersifat sederhana namun elegan, yaitu pola geometris berupa ornamen
logam krawangan (kerangka logam berlubang) berpola lingkaran, kubus, atau
persegi. Ornamen-ornamen ini selain berfungsi sabagai penyekat, jendela, atau
lubang

udara,

juga

berfungsi

Krawangan dari baja ini

sebagai

unsur

estetik

dari

bangunan

ditempatkan sebagai jendela, lubang angin,

ini.
atau

ornamen koridor masjid. Pagar langkan di tepi balkon setiap lantainya serta
pagar tangga pun terbuat dari baja antikarat. Langit-langit masjid dan bagian
dalam kubah pun dilapisi kerangka baja antikarat. Dua belas pilar utama
penyangga kubah pun dilapisi lempengan baja antikarat.
Karena bangunan yang begitu besar dan luas, jika memanfaatkan seluruh
permukaan lantai di semua bagian bangunan, masjid ini dapat menampung
maksimal sekitar 200.000 jamaah, meskipun demikian kapasitas ideal masjid ini
adalah sekitar 120.000 jamaah. Masjid ini mempunyai arsitektur yang bergaya

modern. Jamaah dan wisatawan yang berkunjung ke masjid ini dapat melihat
konstruksi kokoh bangunan masjid yang didominasi oleh batuan marmer pada
tiang-tiang, lantai, dinding dan tangga serta baja antikarat pada tiang utama,
kubah, puncak menara, plafon, dinding, pintu krawangan, tempat wudhu, dan
pagar keliling halaman.
Selain sebagai tempat ibadah, Masjid Istiqlal juga merupakan obyek wisata religi,
pusat pendidikan, dan pusat aktivitas syiar Islam. Dengan berkunjung ke masjid
ini,

jamaah

dan

wisatawan

dapat melihat

keunikan

arsitektur

masjid yang

merupakan perpaduan antara arsitektur Indonesia, Timur Tengah, dan Eropa.


Arsitektur

Indonesia

nampak

pada

bangunan

yang

bersifat

terbuka

dengan

memungkinkan sirkulasi udara alami sesuai dengan iklim tropis serta letak masjid
yang berdekatan dengan bangunan pusat pemerintahan. Kemudian pada bagian
dalam kubah masjid yang berhiaskan kaligrafi merupakan hasil adopsi arsitektur
Timur Tengah. Masjid ini juga dipengaruhi gaya arsitektur Barat, sebagaimana
terlihat dari bentuk tiang dan dinding yang kokoh.
Arsitektur

Masjid

berbagai

serapan

menunjukkan

Istiqlal

juga

budaya

kuatnya

menampilkan

dalam

pemahaman

komposisi
yang

pendekatan
yang

yang

unik

harmonis.

menghargai

berbagai

terhadap

Perpaduan

itu

budaya

dari

masyarakat yang berbeda, yang ditempatkan sebagai potensi untuk membangun


harmoni dan toleransi antar umat beragama, dalam rangka membina kesatuan
dan persatuan bangsa.
Beberapa kalangan menganggap arsitektur Islam modern Timur Tengah masjid
Istiqlal berupa kubah besar dan menara terlalu bersifat Arab dan modern,
sehingga
Nusantara

terlepas

dari

tradisional

kaitan

harmoni

Indonesia.

dan

Mungkin

warisan
sebagai

tradisi

arsitektur

jawabannya

Islam
mantan

presiden Suharto melalui Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila menyeponsori


pembangunan berbagai masjid beratap limas tingkat tiga bergaya tradisional
masjid Jawa.
I. Menara
Tinggi tubuh menara marmer: 6.666 cm = 66.66
meter
*Tinggi kemuncak (pinnacle) menara baja antikarat: 30
meter
*Tinggi total menara: sekitar 90 meter
*Diameter menara 5 meter

Bangunan

menara

berfungsi

sebagai

meruncing
tempat

ke

atas

ini

Muadzin

mengumandangkan adzan. Di atasnya terdapat


pengeras suara yang dapat menyuarakan adzan ke kawasan sekitar masjid.
Menara megah tersebut melambangkan keagungan Islam, dan kemuliaan kaum
muslimin. Keistimewaan lainnya, menara yang terletak di sudut selatan masjid,
dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran.
Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle) dari besi baja
yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai simbol dari jumlah juz
dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini membentuk tinggi total menara
sekitar 90 meter.
Puncak

menara

yang

meruncing

dirancang

berlubang-lubang

terbuat

dari

kerangka baja tipis. Angka 6.666 merupakan simbol dari jumlah ayat yang
terdapat dalam AL- Quran, seperti yang diyakini oleh sebahagian besar ulama
di Indonesia.

Lantai dasar dan tangga[sunting | sunting sumber]


Ruangan shalat terdapat di lantai pertama tepat di atas lantai dasar, sedangkan
lantai dasar terdapat ruang wudhu, kantor Masjid Istiqlal, dan kantor berbagai
organisasi Islam. Lantai dasar Masjid Istiqlal seluruhnya ditutupi oleh marmer
seluas 25.000 meter persegi dipersiapkan untuk sarana perkantoran, sarana
penunjang masjid, dan ruang serbaguna. Gagasan semula tempat ini akan
dibiarkan terbuka yang sewaktu-waktu dapat dipergunakan, misalnya pada saat
penyelenggaraan Festival Istiqlal I tahun 1991 dan Festival Istiqlal II tahun 1995
ruangan-ruangan
dijadikan

ruang

serbaguna
pameran

di

lantai

seni Islam

dasar

dan

pelataran

halaman

Masjid

Indonesia dan bazaar. Namun pasca

terjadinya pengeboman di Masjid Istiqlal pada tanggal 19 April 1999 [15][16] maka
dilakukanlah pemagaran dan pembuatan pintu-pintu strategis pada tahun 1999.
Jumlah tangga menuju lantai shalat utama sebanyak 11 unit. Tiga diantaranya
memiliki ukuran besar dan berfungsi sebagai tangga utama yaitu: satu unit
berada disisi utara gedung induk, satu unit berada pada gedung pendahuluan
yang dapat dipergunakan langsung menuju lantai lima, dan satu unit lainnya
berlokasi di emper selatan menuju lantai utama, tangga-tangga ini memiliki lebar
15 meter.
Disamping itu terdapat 4 unit tangga dengan ukuran lebar 3 meter berlokasi
pada tiap-tiap pojok gedung utama yang langsung menuju lantai lima dan di
sudut-sudut teras raksasa.

Anda mungkin juga menyukai