Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan merupakan bagian penting dari kesejahteraan masyarakat. Kesehatan
juga merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dan hak azasi manusia yang
harus disediakan oleh negara. Untuk memenuhi hal tersebut pemerintah
khususnya Kementrian Kesehatan berupaya meningkatkan akses masyarakat
terhadap layanan keseshatan yang berkualitas, dengan menyediakan fasilitas
pelayanan kesehatan dan meningkatkan kuantitas serta kualitas sumber daya
manusia kesehatan.
Untuk membedakan suatu negara dikatakan sebagai negara maju atau negara
sedang berkembang dapat dilihat atas dasar keadaan kualitas kesejahteraan
penduduknya. Kualitas penduduk ini tercermin pada tiga hal pokok yaitu tingkat
kesehatan, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan. Kesemuanya itu menjadi
tolak ukur tingkat kesejahteraan penduduk. Hal ini berarti bahwa suatu negara
dapat dikatakan berkembang dan maju apabila sistem pelayanan kesehatan di
negara tersebut sudah baik dan dapat dikatakan merata. Pengertian sistem
pelayanan kesehatan sendiri adalah suatu tatanan yang menghimpun berbagai
upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu
organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan
menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan baik itu perorangan,
keluarga, kelompok, ataupun masyarakat .
WHO mendefinisikan sistem kesehatan dapat dikatakan baik atau tidak yaitu
dengan cara berikut

Pelayanan kesehatan dapat dikatakan baik jika dapat memberikan intervensi


kesehatan yang aman dan efektif untuk orang-orang di manapun dan kapanpun
disaat mereka membutuhkannya , dengan cara yang efisien .
Tenaga kerja kesehatan dapat berkinerja baik ketika ia memiliki jumlah yang
tepat dari staf yang terlatih dan mereka melakukan pekerjaan mereka secara
efektif dan seefisien mungkin .
Sebuah fungsi sistem informasi kesehatan dikatakan baik ketika memberikan
informasi yang diperlukan untuk memantau status kesehatan dan kinerja sistem
kesehatan dengan cara yang handal dan tepat waktu .
Untuk berfungsi dengan baik , sistem kesehatan harus memastikan bahwa dapat
menyediakan akses yang baik untuk produk medis , vaksin dan teknologi yang
aman dan dapat digunakan dalam cara yang efektif biaya
Beberapa negara yang menjadi sorotan dalam bidang pelayanan kesehatannya
terdapat di benua Afrika. Hal ini dikarenakan Benua Afrika merupakan benua
terbesar dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia.selain itu sebagian
besar negara di afrika memiliki masalah kemiskinan dan kesehatan yang utama
( AIDS, TBC, Malaria, Peningkatan Angka Kematian Bayi dan lain-lain).
Berdasarkan Human Development Report yang di keluarkan oleh PBB, negaranegara di benua Afrika masuk dalam negara termiskin di dunia.
Sama dengan beberapa negara di benua Afrika, Indonesia yaitu salah satu negara
yang termasuk dalam negara berkembang, dimana sistem pelayanan nya pun
kurang merata dibandingkan negara-negara yang sudah maju, Selain itu tingkat
kesehatan masyarakat di negara ini cukup rendah,oleh karena itu dalam
penyusunan makalah ini akan dibahas mengenai sistem pelayanan kesehatan yang
ada di negara-negara benua afrika dilihat dari segi karakteristik sistem pelayanan
kesehatan dan sistem pelayanan kesehatan yang ada di Indonesia

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana system pelayanan kesehatan di Afrika?
2. Bagaimana system pelayanan kesehatan di Indonesia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan umum
Makalah ini dibuat dengan tujuan pemenuhan tugas kelompok Sistem
Pelayanan Kesehatan. Selain itu agar pembaca sekalian dapat menambah
pengetahuan dalam lingkup Dasar Sistem Pelayanan Kesehatan di negaranegara berkembang.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Menjelaskan tentang system pelayanan kesehatan di Afrika
2. Menjelaskan tentang system pelayanan kesehatan di Indonesia

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Benua Afrika
Afrika adalah benua terbesar kedua di dunia setelah Asia yang panjangnya dari
utara ke selatan sekitar 8.050 km dari jarak terlebarnya dari barat ke timur
7.400 km. dengan luas 30.295.000 km2. Berdasarkan iklim, keadaan tanah dan
penduduknya, Benua Afrika dapat dibagi menjadi lima bagian yaitu:
1. Daerah pantai Utara yang beriklim sedang dan tanahnya subur.
Penduduknya terdiri atas orang-orang Arab dan Berber atau campuran dari
keduanya.
2. Daerah Selatan pantai yang berupa padang pasir luas seperti Sahara, Libia
dan Nubia. Penduduknya campuran antara orang Arab atau Berber dengan
Negro Sudan.
3. Daerah Selatan padang pasir yang berupa padang rumput, hutan-hutan dan
sungai yang terbentang luas dari Cape Verde sampai Sudan. Penduduknya
padat yang terdiri dari orang Negro.
4. Daerah Afrika Tengah yaitu daerah khatulistiwa yang berhawa tropis dan
sangat panas, dimana curah hujannya tinggi. Penduduknya adalah orang
Negro.
5. Daerah paling selatan yang terletak pada Zone sedang. Daerah ini terdiri
dari tanah-tanah datar, pegunungan dan padang rumput. Penduduknya Negro
yang terdiri dari berbagai suku, seperti Negro Bantu, Kaffer dan Zulu.

Gambar 1. Peta Benua Afrika

2.2 Sistem Pelayanan Kesehatan di Benua Afrika


Sistem pelayanan kesehatan di banyak negara selalu berusaha terus
menerus untuk pembiayaan yang memadai dan dapat memenuhi prioritas mereka
dalam cara yang efektif dan efisien. Negara lebih baik menghadapi masalah
meningkatnya biaya karena penuaan populasi dan tuntutan yang semakin
meningkat untuk penggunaan teknologi baru dan obat-obatan baru. Semua
layanan jatah sistem kesehatan dalam beberapa cara. Di banyak negara
berpenghasilan tinggi, sebuah isu penting adalah bagaimana menemukan dana
yang diperlukan, bahkan dengan peningkatan efisien, untuk mengurangi waktu
tunggu untuk prosedur medis tertentu yang dibiayai melalui program asuransi
nasional. Ini telah menyoroti perdebatan kesehatan, misalnya, di Inggris dan

Kanada. Sumber-sumber pendanaan kesehatan setiap negara berbeda-beda sesuai


dengan kebijakan yang diatur oleh negara masing-masing. Faktor situasional,
struktural, kultural, dan lingkungan bisa mempengaruhi kebujakan publik.
Beberapa sumber pendanaan yang dipengaruhi oleh ideologi negara adalah :
1. Sosialis (welfare state).
2. Liberal-kapitalis
3. Kombinasi
Dilihat dari sistem pemerintah dan keadaan masyarakat benua afrika, ideologi
yang kebanyakan digunakan oleh Negara di benua Afrika adalah Liberal-kapitalis
yang artinya Negara tidak bertanggung jawab sepenuhnya dalam pendanaan
kesehatan. Negara menyerahkan harga pembiayaan kesehatan tergantung pasar
sehingga bisa disebut juga profit-oriented, dimana pembiayaan tidak dilihat dari
status ekonomi masyarakat sehingga penyedia pelayanan kesehatan dapat
mengambil untung sebesar-besarnya.
Cth : Mesir, Senegal Afrika Selatan.
Dalam beberapa dekade terakhir, perhatian global ke negara- negara yang tingkat
kesehatan nya memprihatinkan di benua Afrika telah meningkat secara dramatis.
Pendanaan untuk memerangi masalah kesehatan utama di sana telah mencapai
tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dan ditandai perbaikan yang telah
dilakukan. Di Zanzibar (Tanzania), misalnya, kematian malaria telah dipotong
secara substansial. Dan di Uganda, kematian ibu telah menurun lebih dari
setengah.
Meskipun perbaikan telah dilakukan, kesehatan sebagian besar orang yang hidup
di benua Afrika tetap dalam bahaya. Dari tahun 1990 sampai sekarang, harapan
hidup turun lebih dari 2 tahun, menjadi 47,1 tahun. Terlebih lagi, jutaan orang
Afrika masih banyak menderita penyakit-penyakit yang sebenarnya relatif
sederhana untuk dicegah atau diobati.
Banyak ahli datang dan mengatakan bahwa hambatan di seluruh sistem yang ada
menghalangi kemajuan yang lebih besar lagi. Pendekatan komprehensif
diperlukan untuk mengatasi hambatan tersebut. Tapi perubahan di keseluruhan

sistem sangat sulit terjadi di negara-negara yang masih berjuang untuk


memberikan perawatan yang sifatnya masih mendasar.
2.2.1

Hambatan- hambatan yang ada dalam pelayanan kesehatan di benua


Afrika

a. Kekurangan petugas kesehatan


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa seharusnya
negara harus memiliki tenaga kerja medis sekitar 92.000 dan dapat
meningkatmenjadi 140.500 pada 2019 tetapi saat ini, Negara salah satu
contoh Negara yang ada di benua Afrika yaitu Tanzania hanya memiliki
sekitar 25.400 tenaga kerja medis. Tanzania memiliki kurang dari 100
pelatihan lembaga, yang menghasilkan kurang dari 4.000 lulusan per tahun,
tetapi 30 persen dari tenaga kesehatan di negara itu meninggalkan bidang
kesehatan dalam waktu satu tahun setelah pelatihan. Mereka yang lulus sering
mengambil bentuk-bentuk pekerjaan lain karena rendahnya gaji dan
pembayaran sering tertunda oleh lebih dari satu tahun.
b. Kurang nya dana
Komisi WHO pada yang bergerak di Makroekonomi dan Kesehatan
memperkirakan bahwa sebagian besar negara-negara berkembang perlu untuk
menghabiskan $ 30 sampai $ 40 per orang per tahun untuk mencapai United
Nations Millennium Development Goals PBB (MDG). Pengeluaran per kapita
tahunan di negara Tanzania hanya sekitar $ 20.
c. Praktek manajemen yang lemah.
Beberapa apotik, puskesmas, dan rumah sakit menggunakan alat kinerja
manajemen yang tidak efektif. Banyak insentif bagi petugas kesehatan tidak
sesuai dengan pekerjaanya, besar nya insentif dilihat berdasarkan masa
jabatan, bukan jumlah pasien yang ditangani. Selain itu, Negara ini tidak
memiliki sistem informasi untuk mendukung penyediaan layanan kesehatan;
salah satu alasan kekurangan pasokan yang umum di apotik dan puskesmas

adalah pengawasan manajerial yang lemah menyebabkan proses pengadaan


dan distribusi yang buruk.
d. Mind-set dan perilaku.
Banyak pasien yang menganggap petugas kesehatan di banyak Negara benua
Afrika kurang motivasi, tidak akuntabel, dan tidak terampil. Oleh karena itu,
banyak pasien memiliki persepsi yang buruk dari sistem kesehatan secara
keseluruhan dan menunda mencari perawatan yang diperlukan, kemudian
masalah ini ditambah lagi dengan dua-pertiga dari pelayanan kesehatan
disediakan oleh sistem kesehatan masyarakat, sisanya oleh organisasi nirlaba,
perusahaan swasta. Perawatan primer disampaikan dalam sektor publik
sebagian besar gratis, tetapi organisasi swasta dan nirlaba sering memungut
biaya untuk pengobatan. Inilah yang menyebabkan pasien sering memilih
untuk berobat pada sektor informal (dukun).
2.3 Karakteristik Sistem Pelayanan Kesehatan di Benua Afrika
Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh pihak pemerintah maupun swasta
kepada masyarakat dikatakan baik apabila memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Patient Centered
Patient Centered artinya pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
masyarakat harus berorientasi kepada kepentingan pasien/masyarakat
bukan kepentingan yang lain seperti untuk mendapatkan keuntungan
sebesar besarnya sehingga pasien/masyarakat terbebani oleh biaya
kesehatan yang sangat tinggi.
Negara-negara di benua afrika sebagian besar menggunakan ideologi
liberal kapitalis yang artinya negara tidak bertanggung jawab sepenuhnya
dalam pendanaan kesehatan. Masyarakat disebagian besar benua afrika
yang tergolong miskin atau tidak mampu membayar biaya kesehatan tidak
akan memperoleh pelayanan kesehatan yang baik, sebaliknya masyarakat
yang mampu membayar atau memiliki cukup uang akan memperoleh
pelayanan kesehatan yang baik.
2. Efectiveness

Efectiveness artinya ketepatan, atau dilakukan dengan cara yang tepat.


Sistem pelayanan kesehatan pada tingkat primer, sekunder, tersier
dilaksanakan dengan cara cara yang tepat sesuai tujuan dan sasarannya.
Pada beberapa pusat pelayanan kesehatan di negara negara Afrika seperti
puskesmas, dan rumah sakit masih terdapat manajemen yang tidak efektif
seperti dalam pembagian insentif bagi petugas kesehatan yaitu insentif
dibagikan bedasarkan masa jabatan bukan bedasarkan jumlah pasien yang
ditangani. Negara-negara di afrika kebanyakan tidak memiliki sistem
informasi untuk mendukung penyediaan layanan kesehatan.
3. Efficiency
Efficiency artinya dapat bekerja dengan baik, menghemat
waktu/biaya/tenaga. Pelayanan kesehatan diberikan kepada masyarakat
harus dengan cara yang baik, rapi dan menghemat waktu/biaya/tenaga.
Efficiency pada pelayanan kesehatan disebagian besar negara Afrika
belum terwujud. Tidak efisien sistem pendanaan ini salah satunya seperti
di banyaknya bantuan pendanaan yang bersumber dari negara-negara maju
anggota WHO seperti Kanada dan Inggris yang berkomitmen mengatasi
permasalahan kesehatan di afrika (penyakit AIDS, TBC, Malaria, AKB
dan masalah akibat kekerasan), tetapi dengan adanya bantuan tersebut
belum mampu menurunkan prevalensi penyakit-penyakit tersebut maupun
masalah akibat kekerasan. Hal ini dapat dikarenakan adanya penggunaan
anggaran yang tidak effisien atau adanya masalah lain seperti tingginya
tingkat kemiskinan dan pengangguran, tingginya prevalensi penyakit,
keterbatasan tenaga kesehatan, keterbatasan infrastruktur dalam bidang
kesehatan dan manajemen kesehatan yang buruk.
4. Safety
Safety artinya keselamatan. Sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat harus mengutamakan keselamatan baik pasien/
masyarakat maupun penolong/tenaga kesehatan.
Dalam sektor formal tingkat keamanan sudah cukup safety dikarenakan
sudah ada nya lembaga- lembaga pendidikan dibidang kesehatan, sehingga
tenaga kerja medis sudah dapat dikatakan terampil. Tetapi banyak pasien

10

yang menganggap petugas kesehatan di banyak Negara benua Afrika


kurang motivasi, tidak akuntabel, dan tidak terampil. Oleh karena itu,
banyak pasien memiliki persepsi yang buruk dari sistem kesehatan secara
keseluruhan dan menunda mencari perawatan yang diperlukan, pasien
sering memilih untuk berobat pada sektor informal (dukun). Tingkat
keamanan dari penanganan kesehatan yang dilakukan oleh dukun sangat
rendah dan dapat membahayakan masyarakat sehingga hal ini salah satu
yang menjadi penyebab tingginya angka kematian penduduk.
5. Timeliness
Timelines artinya batas waktu. Sistem pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat dapat tertuang dalam program pembangunan kesehatan
dalam jangka waktu yang panjang atau jangka waktu yang pendek, selain
itu pada pelayanan kesehatan yang baik harus memperhatikan batas waktu.
Target pembangunan kesehatan di benua afrika yang seharusnya
diselesaikan dalam batas waktu tertentu misalnya 5 tahun belum tercapai
karena kurangnya tenaga kesehatan, kurangnya dana, praktek manajemen
yang rendah, Mind-set dan perilaku masyarakat yang salah, sehingga di
Afrika angka kematian penduduknya masih tinggi, masalah masalah
kesehatanya masih banyak.
6. Equity
Equity artinya keadilan. Sistem pelayanan kesehatan yang baik yaitu yang
adil diberikan secara merata, menjangkau seluruh lapisan masyarakat
dikota maupun didesa, tanpa membedakan status sosial ekonomi.
Sistem pelayanan kesehatan di afrika belum menyentuh kepada seluruh
lapisan masyarakat (Patient) karena hal ini disebabkan oleh adanya
kesenjangan kemampuan ekonomi, status sosial, tingkat pendidikan, letak
geografis
2.4 Sistem Pelayanan Kesehatan di Negara- negara benua Afrika
a. Afrika Selatan

Perawatan kesehatan di Afrika Selatan bervariasi dari perawatan kesehatan primer


yang paling dasar hingga yang ditawarkan gratis oleh negara. Sementara ini

11

negara menyumbang sekitar 40% dari semua pengeluaran untuk kesehatan, dan
pada sektor kesehatan masyarakat berada di bawah tekanan yaitu mereka harus
memberikan pelayanan kepada sekitar 80% dari populasi. . Sistem dua tingkat
tidak hanya tidak adil dan tidak dapat diakses oleh sebagian besar warga Afrika
Selatan, tetapi lembaga di sektor publik telah mengalami manajemen yang buruk,
kekurangan dana dan infrastruktur yang memburuk.. Situasi ini diperparah oleh
tantangan kesehatan masyarakat, termasuk beban penyakit seperti HIV dan
tuberkulosis (TB), dan kekurangan tenaga medis kunci. Namun, pemerintah
Afrika Selatan menanggapi dengan rencana reformasi jauh untuk merevitalisasi
dan merestrukturisasi sistem perawatan kesehatan di Afrika Selatan, termasuk:

Pelaksanaan skema Asuransi Kesehatan Nasional, yang pada akhirnya


akan mencakup semua warga Afrika Selatan.

Penguatan perang melawan HIV dan TB, penyakit tidak menular, serta
cedera dan kekerasan.

Meningkatkan manajemen sumber daya manusia di rumah sakit


pemerintah dan memperkuat koordinasi antara sektor kesehatan publik dan
swasta.
Menyebarkan "tim kesehatan" kepada masyarakat dan sekolah-sekolah.

Mengatur biaya untuk melakukan perawatan kesehatan yang terjangkau


bagi semua.

Peningkatan harapan hidup dari 56,5 tahun pada 2009-58,5 tahun pada
tahun 2014.
Sebagian besar pendanaan sektor kesehatan berasal dari National Treasury Afrika
Selatan. Anggaran kesehatan untuk 2012/13 adalah R121 miliar, yang ditujukan
untuk meningkatkan rumah sakit dan memperkuat kesehatan masyarakat
menjelang skema Asuransi Kesehatan Nasional. Pada tahun 2011, total

12

pengeluaran kesehatan adalah R248.6-miliar - atau sekitar 8,3% dari PDB, jauh di
atas 5% yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO).Meskipun pengeluaran tinggi ini, hasil kesehatan tetap miskin bila
dibandingkan dengan negara-negara berpenghasilan menengah yang sama.
Tingginya tingkat kemiskinan dan pengangguran perawatan kesehatan rata-rata
sebagian besar masih beban negara. Departemen Kesehatan memegang tanggung
jawab penuh untuk perawatan kesehatan, dengan tanggung jawab khusus untuk
sektor publik.
Departemen kesehatan provinsi menyediakan dan mengelola pelayanan kesehatan
yang komprehensif, melalui, model perawatan kesehatan masyarakat berbasis
kabupaten. Manajemen rumah sakit setempat telah mendelegasikan otoritas atas
masalah operasional, seperti anggaran dan sumber daya manusia, untuk
memfasilitasi respon cepat untuk kebutuhan lokal. Kesehatan masyarakat
mengkonsumsi sekitar 11% dari total anggaran pemerintah, yang dialokasikan dan
sebagian besar dihabiskan oleh sembilan provinsi. Bagaimana sumber daya ini
dialokasikan, dan standar perawatan kesehatan yang diberikan, bervariasi dari satu
provinsi ke provinsi. Sebuah Piagam Kesehatan telah dirancang dengan tujuan
untuk menciptakan sebuah platform untuk keterlibatan antar sektor untuk
mengatasi masalah akses, pemerataan dan kualitas pelayanan kesehatan serta isuisu berbasis luas pemberdayaan ekonomi hitam dan ekuitas kerja.
Afrika Selatan memiliki lebih dari 110 skema medis yang terdaftar, dengan sekitar
3,4 juta anggota utama (dan 7,8 juta penerima manfaat).
Ada 4 200 fasilitas kesehatan masyarakat di Afrika Selatan. Angka dari Maret
2009 menunjukkan bahwa orang rata-rata 2,5 kunjungan per tahun ke fasilitas
kesehatan masyarakat dan digunakan sebagai hunian tempat tidur adalah antara
65% dan 77% di rumah sakit. Sejak tahun 1994, lebih dari 1 600 klinik telah
dibangun atau ditingkatkan. Perawatan kesehatan gratis untuk anak di bawah
enam dan untuk ibu hamil atau menyusui diperkenalkan pada pertengahan 1990an. The National Health Laboratory Layanan adalah layanan patologi terbesar di

13

Afrika Selatan. Ini memiliki 265 laboratorium, melayani 80% dari Afrika
Selatan. Laboratorium menyediakan layanan diagnostik serta penelitian yang
berhubungan dengan kesehatan.
b. Tanzania
Seperti banyak Negara berpendapatan rendah di Afrika ,Tanzania memiliki sistem
pelayanan kesehatan yang sebagian besar dikelola dan disediakan oleh sektor
publik. Hal ini sebagian berasal dari fakta bahwa setelah merdeka , Tanzania
melarang penyediaan layanan kesehatan nirlaba . Hal ini juga berasal dari jumlah
yang relatif rendah dari petugas kesehatan per orang dan relatif kurangnya
pendapatan sebagian besar penduduk untuk pengeluaran pada perawatan
kesehatan swasta .
Sistem kesehatan publik memiliki beberapa tingkatan . Pada tingkat terendah , ada
pos kesehatan desa . Ini dikelola oleh dua anggota masyarakat yang diberi
pelatihan singkat dan yang fokus pada bekerja dengan masyarakat untuk
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan yang baik . Apotik adalah tingkat
berikutnya dari perawatan primer dan melayani 6000 sampai dengan 10000
orang ,ini dikelola oleh petugas klinis , perawat bidan , pembantu ibu dan
kesehatan anak , asisten perawat , dan asisten laboratorium . Perawatan sekunder
dimulai pada tingkat puskesmas , yang dikelola oleh sejumlah dokter , mantri ,
bidan perawat , pembantu kesehatan ibu dan anak , seorang perawat kesehatan
masyarakat , asisten perawat , teknisi laboratorium dan farmasi dan petugas rekam
medis .
Setiap puskesmas melayani sekitar 50000 orang . Hal ini bertujuan agar setiap
kabupaten juga harus memiliki rumah sakit kabupaten . Bila mungkin , ini adalah
umum , namun , ketika tidak ada rumah sakit umum , pemerintah membantu
dalam pembiayaan rumah sakit dari sektor LSM yang dapat melayani fungsi
rumah sakit kabupaten . Rumah sakit daerah melakukan banyak fungsi yang sama
dari rumah sakit kabupaten , tetapi memiliki beberapa dokter tambahan dalam
bidang-bidang seperti pediatri , kebidanan , dan ginekologi dan Bedah . Tanzania

14

memiliki empat rumah sakit tersier yang memberikan tingkat tertinggi layanan
yang tersedia di negara ini . Sebuah paket dasar layanan kesehatan primer
disediakan gratis di Tanzania . Sistem kesehatan di banyak negara di sub - Sahara
Afrika yang diselenggarakan dengan cara yang mirip dengan organisasi dari
sistem kesehatan di Tanzania

2.5 Sistem Pelayanan Kesehatan Di Indonesia


Sistem pelayanan kesehatan di indonesia meliputi pelayanan rujukan yang berupa:
1. Pelayanan kesehatan dasar
Pada umumnya pelayanan dasar dilaksanakan di puskesmas, Puskesmas
pembantu, Puskesmas keliling, dan Pelayanan lainnya di wilayah kerja
puskesmas selain rumah sakit.
2. Pelayanan kesehatan rujukan

15

Pada umumnya dilaksanakan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan


diperlukan, baik dalam pelayanan kesehatan dasar maupun pelayanan
kesehatan rujukan.
2.5.1 Sistem Rujukan (Referal System)
Di negara Indonesia sistem rujukan telah dirumuskan dalam SK. Menteri
Kesehatan RI No.32 tahun 1972, yaitu suatu sistem penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang melaksanakan pelimpahan tanggung jawab timbal balik
terhadap satu kasus penyakit atau masalah kesehatan secara vertikal dalam arti
dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang lebih mampu atau
secara horizontal dalam arti antara unit-unit yang setingkat kemampuannya.
Macam rujukan yang berlaku di negara Indonesia telah ditentukan atas dua
macam dalam Sistem Kesehatan Nasional, yaitu:
1) Rujukan kesehatan
Rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kesehatan
masyarakat (public health services). Rujukan ini dikaitkan dengan upaya
pencegahan penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Macamnya ada
tiga, yaitu: rujukan teknologi, rujukan sarana, dan rujukan operasional.
2) Rujukan medis
Pada dasarnya berlaku untuk pelayanan kedokteran (medical services).
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan penyakit.
Macamnya ada tiga, yaitu: rujukan penderita, rujukan pengetahuan, rujukan
bahan-bahan pemeriksaan.
2.5.1.1 Manfaat sistem rujukan, ditinjau dari unsur pembentuk
pelayanan kesehatan:
1. Dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan (policy maker)
a. Membantu penghematan dana, karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan.
b. Memperjelas sistem pelayanan kesehatan, karena terdapat hubungan
kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia.
c. Memudahkan pekerjaan administrasi, terutama pada aspek perencanaan.
2. Dari sudut masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan (health
consumer)

16

a. Meringankan biaya pengobatan, karena dapat dihindari pemeriksaan yang


sama secara berulang-ulang.
b. Mempermudah masyarakat dalam mendapatkan pelayanan, karena telah
diketahui dengan jelas fungsi dan wewenang setiap sarana pelayanan
kesehatan.
3. Dari sudut kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
keseahatan (health provider)
a. Memperjelas jenjang karier tenaga kesehatan dengan berbagai akibat
positif lainnya seperti semangat kerja, ketekunan, dan dedikasi.
b. Membantu peningkatan pengetahuan dan ketrampilan, yaitu: kerja sama
yang terjalin.
c. Memudahkan atau meringankan beban tugas, karena setiap sarana
kesehatan mempunyai tugas dan kewajiban tertentu.
2.5.2 Masalah Pelayanan Kesehatan di Indonesia
Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi beberapa perubahan
dalam pelayanan kesehatan. Disatu pihak memang mendatangkan banyak
keuntungan, yaitu meningkatnya mutu pelayanan yang dapat dilihat dari indikator
menurunnya angka kesakitan, kecacatan, kematian serta meningkatnya usia
harapan hidup rata-rata. Namun dipihak lain, perubahan tersebut juga
mendatangkan banyak permasalahan diantaranya:
1. Fragmented health services (terkotak-kotaknya pelayanan kesehatan).
Timbulnya perkotakan dalam pelayanan kesehatan erat hubungannya dengan
munculnya spesialis dan subspesialis dalam pelayanan kesehatan. Dampak negatif
yang ditimbulkan adalah menyulitkan masyarakat untuk memperoleh pelayanan
kesehatan yang apabila berkelanjutan, pada gilirannya akan menyebabkan tidak
terpenuhinya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
2. Berubahnya sifat pelayanan kesehatan
Muncul akibat pelayanan kesehatan yang terkotak-kotak, yang pengaruhnya
terutama ditemukan pada hubungan dokter dengan klien. Sebagai akibatnya,
munculnya spesialis dan subspesialis menyebabkan perhatian penyelenggara
pelayanan kesehatan tidak dapat lagi diberikan secara menyeluruh. Perhatian
tersebut hanya tertuju pada keluhan ataupun organ tubuh yang sakit saja.

17

Perubahan sifat pelayanan kesehatan makin bertambah nyata, tatkala diketahui


pada saat ini telah banyak dipergunakan berbagai alat kedokteran yang canggih,
ketergantungan yang kemudian muncul terhadap berbagai peralatan tersebut,
sehingga menimbulkan berbagai dampak negatif yang merugikan, diantaranya:
a. Makin regangnya hubungan antara petugas kesehatan (tenaga medis,
paramedis, dan klien) telah terjadi tabir pemisah antara dokter juga perawat
dengan klien akibat dari berbagai peralatan kedokteran yang dipergunakan.
b. Makin mahalnya biaya kesehatan. Kondisi seperti ini tentu mudah
diperkirakan akan menyulitkan masyarakat dalam menjangkau pelayanan
kesehatan.
2.5.3 Stratifikasi Pelayanan Kesehatan
Pada dasarnya, ada tiga macam srata pelayanan kesehatan di semua negara, yaitu:
1. Primary health services (pelayanan kesehatan tingkat pertama)
Merupakan pelayanan kesehatan yang bersifat pokok atau basic health services,
yang sangat dibutuhkan oleh sebagian besar masyarakat serta mempunyai nilai
strategis untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Umumnya bersifat
rawat jalan (ambulatory/out patient services).
2. Secondary health services (pelayanan kesehatan tingkat kedua)
Pelayanan kesehatan lebih lanjut, bersifat rawat inap (in patient services), dan
untuk menyelenggarakannya telah dibutuhkan tersedianya tenaga-tenaga spesialis.
3. Tertiary health services (pelayanan kesehatan tingkat ketiga)
Pelayanan kesehatan yang bersifat lebih kompleks dan umumnya diselenggarakan
oleh tenaga-tenaga subspesialis.
2.5.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan
1. Pergeseran masyarakat dan konsumen
Hal ini sebagai akibat dari peningkatan pengetahuan dan kesadaran konsumen
terhadap peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan upaya pengobatan.
Sebagai masyarakat yang memiliki pengetahuan tentang masalah kesehatan yang
meningkat, maka mereka mempunyai kesadaran lebih besar yang berdampak pada
gaya hidup terhadap kesehatan. Akibatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
kesehatan meningkat.

18

2. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru


Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi disisi lain dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan karena adanya peralatan kedokteran yang lebih canggih dan
memadai, namun disisi lain kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi juga
berdampak pada beberapa hal, diantaranya adalah:
a. Dibutuhkan tenaga kesehatan profesional akibat pengetahuan dan peralatan
yang lebih canggih dan modern.
b. Melambungnya biaya kesehatan
c. Meningkatnya biaya pelayanan kesehatan
3. Isu legal dan etik
Sebagai masyarakat yang sadar terhadap haknya untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan dan pengobatan, isu etik dan hukum semakin meningkat ketika mereka
menerima pelayanan kesehatan. Disatu pihak, petugas kesehatan yang
memberikan pelayanan kurang seksama akibat meningkatnya jumlah konsumen,
disisi lain konsumen memiliki pengertian yang lebih baik mengenai masalah
kesehatannya. Pemberian pelayanan kesehatan yang kurang memuaskan dan
kurang manusiawi atau tidak sesuai harapan, maka persoalan atau dilema hukum
dan etik akan semakin meningkat.
4. Ekonomi
Pelayanan kesehatan yang sesuai dengan harapan barangkali hanya dapat
dirasakan oleh orang-orang tertentu yang mempunyai kemampuan untuk
memperoleh fasilitas pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, namun bagi klien
dengan status ekonomi yang rendah tidak akan mampu mendapatkan pelayanan
kesehatan yang paripurna, karena tidak mampu menjangkau biaya pelayanan
kesehatan. Akibatnya masyarakat enggan untuk mencari diagnosis dan
pengobatan. Penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan menurun akibat biaya
pelayanan yang tinggi dan tidak adanya jaminan bagi masyarakat yang tidak
mempunyai pekerjaan.
5. Politik
Kebijakan pemerintah dalam sistem pelayanan kesehatan akan berpengaruh pada
kebijakan tentang bagaimana pelayanan kesehatan yang diberikan dan siapa yang
menanggung biaya pelayanan kesehatan. Tentunya saat ini menjadi kabar baik
bagi masyarakat yang kurang mampu dengan adanya kebijakan di tiap-tiap
kabupaten tentang pengobatan gratis di pusat pelayanan kesehatan masyarakat.

19

Namun demikian, jangan sampai kebijakan pengobatan gratis tersebut akan


mengurangi mutu dari pelayanan kesehatan yang ujung-ujungnya karena tidak
mendapat keuntungan dari program tersebut.
2.5.5 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Masalah-Masalah Kesehatan
Masyarakat di Indonesia
1. Faktor Lingkungan
Yang sering menjadi penyebab masalah dalam masyarakat adalah:

Kurangnya peran serta masyarakat dalam mengatasi kesehatan

Kurangnya sebagaian besar rasa tanggung jawab masyarakat dalam

bidang kesehatan
2. Faktor Perilaku dan Gaya Hidup Masyarakat

Masih banyaknya insiden kebiasaan masyarakat yang dapat merugikan


kesehatan

Adat istiadat yang kurang bahkan tidak menunjang kesehatan

3. Faktor Sosial Ekonomi

Tingkat pendidikan massyarakat di Indonesia sebagian besar masih


rendah

Kurangnya kesadaran dalam memelihara kesehatan

Tingkat social ekonomi dalam hal ini penghasilan sebagian masih rendah

Kemiskinan. Mayoritas masyarakt Indonesia masih tergolong miskin


karena GNP perkapita hanya bisa disejajarkan dengan Vietnam (Wahid &
Nurul,2009)

4. Faktor Sistem Pelayanan Kesehatan

Cakupan pelayanan kesehatan belum menyeluruh

Upaya pelayanan kesehatan sebagian besar berorientasi pada upaya


kuratif

Sarana dan prasarana belum dapat menunjang pelayanan kesehatan.

20

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sistem Pelayanan Kesehatan pada sebagian besar negara-negara di afrika belum
mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakatnya.
2.

Pada pemberian pelayanan kesehatan di sebagian besar negara negara afrika


masih banyak ditemukan masalah masalah (tenaga medis, pendanaan, mind set
dan prilaku, manajemen dan sistem informasi) sehingga pada pelaksanaanya
belum sesuai dengan karakteristik sistem pelayanan kesehatan yang diharapkan
( patient centered, efectiveness, efficiency, safety, timeliness, equity)

3. Sistem pelayanan kesehatan di Indonesia masih terdapat masalah yang harus


diselesaikan oleh pemerintah sehingga selain dapat meningkatkan mutu pelayanan

21

kesehatan tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penting


nya kesehatan.
3.2 Saran
Setelah menyusun makalah ini dan mendapatkan pengetahuan mengenai sistem
pelayanan kesehatan di sebagian negara negara afrika dan indonesia, penulis
memberikan saran kepada pembaca sebagai berikut :
Untuk lebih mamahami secara mendalam tentang sistem pelayanan kesehatan di
negara negara berkembang banyak hal yang harus kita ketahui sebelumnya
seperti mengenal kelompok negara negara yang sedang berkembang, sistem
kesehatan nasional, kebijakan kesehatan, data data kesehatan dan
kependudukan, ataupun hasil penelitian terkait sistem pelayanan kesehatan di
negara berkembang.

22

DAFTAR PUSTAKA

Mckinsey&company. 2014. Strengthening sub-Saharan Africas


health systems.
http://www.mckinsey.com/ Strengthening- sub-Sahara -Africashealth-systems. Diakses :18 Juni 2014

Murdiana,Anis.2012. Sistem Pelayanan Kesehatan di Indonesia.


http://niezvirgo.blogspot.com/Sistem-pelayanan-kesehatan-di-indonesia. Diakses:
18 Juni 2014
Pikiranrakyat. 2011. Infrastruktur Kesehatan di Afrika Masih Buruk.
http://www.pikiranrakyat.com/ Infrastruktur-Kesehatan-di-AfrikaMasih-Buruk. Diakses: 18 Juni 2014.

Scribd. 2014. Makalah Pelayanan Kesehatan.


http://www.scribd.com/makalah-pelayanan-kesehatan. Diakses:18 Juni 2014

23

World Health Organization. 2014. African Health Observatory.


http:/www.aho.afro.who.int/en/ahm/issue/14/editorial/health-systems-andprimary-health-care-african-region. Diakses: 19 juni 2014

Anda mungkin juga menyukai