Anda di halaman 1dari 3

Praktik Hubungan Hukum Internasional dan Hukum Nasional di Jerman

1. Aturan di konstitusi Negara Republik Federal Jerman (Grundgezets)


Diatur dalam pasal 25 konstitusi Jerman yang bunyinya:
The general rules of public international law constitute an integral part of federal
law. They take precedence over statutes and directly create rights and duties for the
inhabitants of the federal territory.
Dari pasal ini dapat diinterpretasikan bahwa Jerman menganut aliran monisme, yaitu
bahwa hukum internasional adalah menyatu dengan hukum nasional. Jadi terdapat
hierarki di antara hukum internasional dan hukum nasional Jerman. Lalu kata-kata
They take precedence over statutes dapat di interpretasikan secara spesifik bentuk
monisme yang dianut Jerman adalah monisme primat hukum internasional. Negara
Jerman menganggap kedudukan hukum internasional adalah lebih tinggi dari hukum
nasional (undang-undang). Sedangkan kata-kata directly create rights and duties for
the inhabitants of the federal territory diartikan bahwa dalam hal ratifikasi perjanjian
internasional, instrumen ratifikasi yang digunakan oleh Jerman adalah Aturan
Implementasi yaitu perjanjian internasional yang telah diratifikasi oleh Jerman
langsung berlaku sebagai hukum nasional di negara itu. Dimana hukum internasional
itu langsung menimbulkan hak dan kewajiban bagi warganegara Jerman tanpa harus
dibentuk undang-undang pelaksanaannya.
Lalu dalam pasal 100 ayat (2) yang berbunyi:
Where, in the course of litigation, doubt exists whether a rule of public international
law is an integral part of federal law and whether such rule directly creates rights
and duties for the individual (Article 25), the court obtains a decision from the
Federal Constitutional Court.
Dalam pasal ini diinterpretasikan bahwa meskipun hukum internasional diakui dan
langsung menimbulkan hak dan kewajiban seperti yang tercantum dalam pasal 25,
keputusan Federal Constitutional Court menjadi hal yang penting. Maka dalam pasal
ini hukum internasional dan hukum nasional di Jerman adalah dua hal yang saling
terpisah, sehingga alirannya adalah dualisme.
Pasal 59 ayat (2) yang berbunyi:
Treaties which regulate the political relations of the Federation or relate to matters of
federal legislation requires the consent or participation, in the form of a federal
statute, of the bodies competent in any specific case for such federal legislation. As
regards administrative agreements, the provisions concerning the federal
administration applies mutatis mutandis.
Menurut saya, ayat ini memberikan pencerahan yang menentukan aliran apa yang
dianut oleh Jerman. Disini jelas bahwa perjanjian harus terlebih dahulu dibuat
undang-undangnya atau dengan bentuk sumber hukum lainnya dalam arti lain harus
terlebih dahulu ditransformasikan menjadi hukum nasional. Dengan dibutuhkannya

transformasi atau istilahnya Aturan Transformasi, maka ini menunjukan ciri dari
aliran dualisme. Jadi, dapat disimpulkan bahwa negara Jerman menganut aliran
dualisme, yaitu memisahkan hukum internasional dengan hukum nasional dan
dibuthkannya transformasi hukum internasional menjadi hukum nasional.
2. Contoh dalam praktik
Dua contoh tersebut adalah:1

The European Habitats-Directive 92/43/EEC telah diimplementasikan


dalam Federal Nature Conservation Act dan Nature Conservation Acts
di 16 negara bagian di Jerman.
Unions
Water
Framework
Directive
2000/60/EC
yang
diimplementasikan dalam Federal Water Act dan State Water Act di 16
negara bagian Jerman.
Waste Framework Directive 2008/98/EC ditransformasikan menjadi
hukum nasional dalam Federal Waste Management and Product
Recycling Act.

3. Pendapat ahli
Mochtar Kusumaatmadja dalam bukunya Pengantar Hukum Internasional
berpendapat bahwa pasal 25 dari konstitusi Jerman menyatakan bahwa ketentuanketentuan hukum internasional adalah bagian dari hukum nasional Jerman. Dan
bahwa ketentuan ketentuan hukum internasional itu kedudukannya lebih tinggi
daripada undang-undang sebagai wujud dari hukum nasional Jerman. Lebih dari itu,
ketentuan-ketentuan tersebut langsung mengakibatkan hak dan ewajiban bagi
penduduk Jerman.

1 de Wet, Erika, Holger Hestermeyer and friends, The implementation of


international law in Germany and South Africa, Pretoria University Law Press,
Pretoria, 2015. Hlm. 261

PRAKTIK HUBUNGAN HUKUM INTERNASIONAL


DAN HUKUM NASIONAL JERMAN

NAMA: MUTIARA KHADIJAH


NPM

: 1406610704

KELAS : HIN PARALEL C

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS INDONESIA
MARET 2016

Anda mungkin juga menyukai