Anda di halaman 1dari 3

North Country Auto, Inc.

Case Study
North Country Auto, Inc.
North Country Auto, Inc. adalah sebuah perusahaan dealer yang juga mempunyai
otorisasi untuk melakukan servis untuk beberapa merk mobil seperti Ford, Saab, dan
Volkswagen. North Countru Auto memiliki dua partner, yaitu George Liddy dan Andrew
Jones. Andrew Jones adalah pemilik Noerth Country Auto sejak pertamakali
perusahaan ini didirikan, sedangkan George Liddy baru bergabung beberapa tahun
terakhir. Ketika George Liddy bergabung, perusahaan mengalami perubahan dalam
sistem pengendalian manajemen perusahaan.
North Country Auto, Inc. memiliki lima departemen atau unit bisnis, yaitu New
Car Sales, Used Car Sales, Service, Parts, dan Body Shop. Sebelum Mr. Liddy
bergabung dengan perusahaan tersebut, North Country Auto, Inc. seluruh departemen
dan unit bisnis beroperasi seperti satu kesatuan bisnis (sentralisasi). Manajer setiap unit
bisnis diberi imbalan dengan imbalan yang tetap setiap bulannya dan bonus yang
diputuskan secara subjektif oleh pihak manajemen puncak terhadap kinerja masingmasing manajer.
Mr. Liddy beranggapan bahwa sistem tersebut tidak memberikan motivasi
kepada manajer dan karyawan untuk bekerja lebih baik demi perusahaan. Oleh karena
itu, Mr. Liddy membuat perubahan dengan menerapkan sistem desentralisasi terhadap
hubungan dan tanggung jawab unit bisnis-unit bisnis yang ada di perusahaan. Dengan
menerapkan desentralisasi, unit-unit bisnis diberi kepercayaan sebagai pusat laba
(profit center) dan beroperasi seolah-olah mereka adalah perusahaan yang berdiri
sendiri.
Perubahan tersebut berdampak pada perubahan sistem imbalan atau insentif
yang diberikan. Setiap manajer selain memperoleh gaji pokok yang berifat tetap, juga
mendapatkan bonus sesuai dengan performance departemen, misalnya berdasarkan
persentase gross profit. Dengan demikian, manajer tiap departemen termotivasi utuk

berbuat lebih baik terutama untuk meningkatkan performance departemen masingmasing. Hal ini menjadi keunggulan sekaligus kelemahan bagi sistem baru tersebut.
Terjadi goal congruence akibat implementasi sistem desentralisasi ini.
Jawaban Pertanyaan Kasus:
1. Computing the profitability of transaction described
$500
Sales
Gross Profit

0
1014

Number of Units

Sales Commision

250

Overhead Cost

665

Profit

$99

2. Menurut pendapat saya, akan lebih baik kalau transfer pricing dilakukan berdasar
pada harga pasar (market price). Sesuai dengan market price bukan berarti
sama dengan harga retail, melainkan sesuai dengan harga pasar ketika
perusahaan luar melakukan kerjasama jangka panjang dengan North Country
Auto. Bagaimanapun, perusahaan North Country Auto, Inc. menerapkan sistem
bonus bagi manajer berdasarkan presentase dari gross profit departemen/unit
bisnis. Tidak adil ketika departemen satu harus menyediakan resources bagi
departemen yang lain dengan tidak mengambil margin sedikitpun (misalnya
ketika menggunakan full cost dalam transfer pricing), sehingga profitabilitas
departemen yang bersangkutan akan menurun disebabkan oleh pricing menurut
saya tidak menguntungkan tersebut.
3. Apabila satu minggu kemudian diketahui bahwa barang-barang trade in yang
semula dapat dijual dengan harga grosir $3500 hanya dapat dijual secara grosir
dengan harga $3000, maka yang seharusnya bertanggung jawab terhadap
kerugian tersebut adalah manajer Used Car Departement.

4. Tahun lalu terjadi kerugian sebesar $59,000 pada Used Car Department.
Mungkin, kerugian tersebut terjadi akibat keputusan untuk menunda penjualan
mobil pada harga grosir (saat itu $3500) karena manajer ingin mendapatkan
margin yang lebih besar pada harga $5000.

5. Menurut pendapat saya, evaluasi terhadap kinerja departemen atau unit bisnis
perusahaan North Country Auto, Inc. lebih baik diukur berdasarkan gross profit
dibandingkan dengan full cost profit. Alasannya adalah, karena dalam full cost
profiti, di dalamnya telah termasuk biaya-biaya tetap non opersional maupun
yang mungkin di luar kendali dari departemen yang bersangkutan, seperti biaya
depresiasi, biaya iklan, dan komisi.
6. Dalam pertemuan antara pemilik, dalam hal ini adalah George Liddy, dengan para
manajer departemen, diketahui bahwa tiap departemen telah menjadikan
performance departemen sebagai hal yang lebih utama dibandingan dengan
performance perusahaan sebagai satu kesatuan. Hal ini mungkin sebagai
dampak dari sistem pemberian kompensasi yang didasarkan pada performance
departemen yang mengakibatkan masalah berkaitan dengan goal congruence ini
muncul. Solusi yang mesti dilakukan mungkin adalah dengan melakukan sedikit
perubahan dalam sistem kompensasi, bahwa kompensasi atau insentive selain
didasarkan pada gross profit departemen tetapi juga pada kesanggupan
kerjasama antardepartemen (crossfunctional organization) yang menimbulkan
keefisienan sumberdaya demi output yang lebih baik

Anda mungkin juga menyukai