Anda di halaman 1dari 13

A.

Pengertian Sumber Belajar

Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud
tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun
secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar
atau mencapai kompetensi tertentu.
adapun para ahli telah mengemukakan pendapat tentang pengertian sumber belajar sebagai
berikut:
Menurut Yusufhadi Miarso adalah segala sesuatu yang meliputi pesan, orang, bahan, alat,
teknik, dan lingkungan, baik secara tersendiri maupun terkombinasikan dapat
memungkinkan terjadinya belajar.
Edgar Dale mengemukakan sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dimanfaatkan
untuk memfasilitasi belajar seseorang.
Menurut Rohani sumber belajar (learning resources) adalah segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang (peserta didik) dan yang
memungkinkan (memudahkan) terjadinya proses belajar.
Association Educational Communication and Technology (AECT), yang menyatakan bahwa
sumber belajar adalah semua sumber baik berupa data,
orang dan wujud tertentu yang dapat digunkan siswa dalam belajar, baik
secara terpisah maupun terkombinasi sehingga mempermudah siswa dalam
mecapai tujuan belajar.
Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan sumber belajar adalah segala sesuatu yang
berasal dari luar diri seseorang yang dapat memungkinkan terjadinya proses belajar. [1]

B.

Macam-macam Sumber Belajar

Menurut Asosiasi Teknologi Komunikasi Pendidikan (AECT), sumber belajar adalah semua
sumber (baik berupa data, orang atau benda) yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas
(kemudahan) belajar bagi siswa. Sumber belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan,
teknik dan lingkungan/latar.

Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: sumber belajar
yang dirancang (learning resources by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja
dibuat untuk tujuan pembelajaran. Contohnya adalah : buku pelajaran, modul, program audio,
transparansi (OHT). Jenis sumber belajar yang kedua adalah sumber belajar yang sudah
tersedia dan tinggal dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar
yang tidak secara khusus dirancang untuk keperluan pembelajaran, namun dapat ditemukan,
dipilih dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Contohnya: pejabat pemerintah,
tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film, sawah,
terminal, surat kabar, siaran televisi, dan masih banyak lagi yang lain.[2]
Sumber-sumber belajar dapat berbentuk:
1.

Pesan: informasi, bahan ajar; cerita rakyat, dongeng, hikayat, dan sebagainya;

2.
Orang: guru, instruktur, siswa, ahli, nara sumber, tokoh masyarakat, pimpinan lembaga,
tokoh karier dan sebagainya;
3.
Bahan: buku, transparansi, film, slides, gambar, grafik yang dirancang untuk
pembelajaran, relief, candi, arca, komik, dan sebagainya;
4. Alat/ perlengkapan: perangkat keras, komputer, radio, televisi, VCD/DVD, kamera,
papan tulis, generator, mesin, mobil, motor, alat listrik, obeng dan sebagainya;
5.
Pendekatan/ metode/ teknik: disikusi, seminar, pemecahan masalah, simulasi,
permainan, sarasehan, percakapan biasa, diskusi, debat, talk shaw dan sejenisnya;
6.
Lingkungan: ruang kelas, studio, perpustakaan, aula, teman, kebun, pasar, toko,
museum, kantor dan sebagainya.[3]

Sedangkan menurut Rohani, pembagian sumber belajar antara lain meliputi:


1.

Sumber belajar cetak: buku, majalah, ensiklopedi, brosur, koran, poster, dan denah.

2.

Sumber belajar non cetak: film, slide, video, model, boneka, dan audio kaset.

3.
Sumber belajar yang berupa fasilitas: auditorium, perpustakaan, ruang belajar, meja
belajar individual (carrel), studio, lapangan dan olahraga.
4.
Sumber belajar yang berupa kegiatan: wawancara, kerja kelompok, observasi, simulasi,
dan permainan.
5.

C.

Sumber belajar yang berupa lingkungan : taman dan terminal.[4]

Manfaat Sumber Belajar

Menurut Rohani manfaat sumber belajar antara lain meliputi:

1.

Memberikan pengalaman belajar secara langsung dan konkret kepada pesert didik

2.
Dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara
langsung dan konkret
3.

Dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas

4.

Dapat memberi informasi yang akurat dan terbaru

5.
Dapat membantu memecahkan masalah pendidikan (instruksional) baik dalam lingkup
mikro maupun makro
6.
Dapat memberi informasi yang positif, apabila diatur dan direncanakan pemanfaatannya
secara tepat
7.

Dapat merangsang untuk berpikir, bersikap dan berkembang lebih lanjut.[5]

Sumber belajar memiliki fungsi :


1.

Meningkatkan produktivitas pembelajaran dengan jalan:

a.
mempercepat laju belajar dan membantu guru untuk menggunakan waktu secara lebih
baik; dan
b.
mengurangi beban guru dalam menyajikan informasi, sehingga dapat lebih banyak
membina dan mengembangkan gairah.
2.

Memberikan kemungkinan pembelajaran yang sifatnya lebih individual, dengan cara:

a.

mengurangi kontrol guru yang kaku dan tradisional; dan

b.

memberikan kesempatan bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan kemampuannnya.

3.

Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran dengan cara:

a.

perancangan program pembelajaran yang lebih sistematis; dan

b.

pengembangan bahan pengajaran yang dilandasi oleh penelitian.

4.

Lebih memantapkan pembelajaran, dengan jalan:

a.

meningkatkan kemampuan sumber belajar;

b.

penyajian informasi dan bahan secara lebih kongkrit.

5.

Memungkinkan belajar secara seketika, yaitu:

a.
mengurangi kesenjangan antara pembelajaran yang bersifat verbal dan abstrak dengan
realitas yang sifatnya kongkrit;

b.

memberikan pengetahuan yang sifatnya langsung.

6.
Memungkinkan penyajian pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi
yang mampu menembus batas geografis. [6]

D.

Kelebihan dan Kekurangan Sumber Belajar (Perpustakaan dan Internet)

1.

Kelebihan Perpustakaan

a.

Sebagai tempat pencarian informasi/ sumber belajar yang murah dan lengkap

b.

Tempat yang nyaman dan kondusif untuk belajar

c.
Memungkinkan untuk dapat belajar dalam waktu yang lama, karena buku dapat
dipinjam
d.
Kebanyakan buku adalah hasil tulisan/ penelitian para ilmuwan, sehingga tingkat
kebenarannya tinggi
e.
Buku sebagai media belajar yang berupa kertas, mempunyai keuntungan yaitu praktis
dan mudah dibawa
f.
Pemandu perpustakaan membantu kita dalam pencarian buku referensi, sehingga lebih
efisien
2.

Kekurangan Perpustakaan

a.

Terbatasnya jam operasional perpustakaan

b.
Kurang perawatan terhadap buku-buku, sehingga buku mudah rusak karena sering
dipinjam
c.
Penataan buku-buku yang kurang teratur sehingga memerlukan waktu yang lama untuk
mencari
d.
Stok buku terbatas, sehingga harus menunggu buku dikembalikan oleh peminjam
sebelumnya
e.

Sumber informasi berdasarkan tingkat kebutuhan penggunanya

3.

Kelebihan Internet

a.

Sumber informasi yang menjangkau seluruh dunia, cepat dan efisien

b.

Dapat melayani akses pertukaran data dengan cepat antar pangguna

c.

Informasi dalam internet up to date

d.

Hasil pencarian langsung terfokus pada sub pokok yang akan dipelajari/dicari

e.
Dapat diakses dibanyak tempat karena banyaknya tempat-tempat penyedia layanan
internet.
4.

Kekurangan Internet

a.

Sumber informasi yang relatif mahal

b. Tingkat kebenaran relatif rendah karena sebagian besar adalah menurut pendapat
pribadi/ artikel pribadi dan belum teruji
c.
Rawan terjadi penyalahgunaan (Cyber Crime) dari orang-orang yang tidak bertanggung
jawab sehingga dapat merusak moral manusia
d.
Di butuhkan keterampilan khusus untuk bisa menggunakan internet, karena tidak setiap
orang dapat menggunakan internet. [7]

E.

Pemanfaatan Pusat Sumber Belajar dalam Pembelajaran PAI

Pembelajaran agama merupakan suatu masalah yang kompleks karena setiap siswa memiliki
ciri yang unik dalam belajar. Hal ini terutama disebabkan oleh efisiensi penerimanya dan
kemampuan tanggapannya. Seorang siswa yang normal akan dapat memperoleh pengertian
dengan cara mengolah rangsangan dari luar yang ditanggapi oleh inderanya, baik indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, perasa maupun peraba.
Proses pembelajaran agama yang menggunakan media, diharapkan siswa yang belajar tidak
hanya sekedar meniru, mencontoh atau melakukan apa yang diberikan kepadanya, tetapi
bagaimana siswa secara aktif ada upaya untuk berbuat. Pada mulanya media pembelajaran
hanya berfungsi sebagai alat bantu visual dalam kegiatan pembelajaran yaitu sebagai sarana
untuk mendorong motivasi belajar siswa, memperjelas dan mempermudah konsep yang
abstrak dan mempertinggi daya serapnya. Kemudian dengan adanya pengaruh teknologi
lahirlah berbagai alat peraga audio visual yang menekankan pada penggunaan pengalaman
yang konkrit untuk menghindari verbalisme atas dasar keyakinannya.
Alat-alat peraga yang berupa media pembelajaran disebut juga dengan sumber belajar, baik
berupa cetak, non cetak atau elektronik harus diorganisir dengan baik oleh sekolah, agar
mempermudah proses penggunaan oleh peserta didik (siswa), proses ini kemudian dipusatkan
dalam suatu tempat yang disebut pusat sumber belajar.
Proses pengembangan pembelajaran akan berlangsung secara efektif dan efisien apabila
ditunjang dengan sumber belajar yang dikelola dengan baik lewat pusat sumber belajar.
Pemanfaatan pusat sumber belajar diharapkan mampu untuk melayani sagala keinginan dan
harapan siswa dalam proses pembelajaran. Termasuk di dalamnya proses pembelajaran PAI.
[8]

[1] http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5399 Diakses pada hari jumat 14 desember


2012 pkl., 09.00 WIB.

[2] http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5399 Diakses pada hari jumat 14 desember


2012 pkl., 09.00 WIB.

[3] http://wijayalabs.wordpress.com/2008/09/19/belajar-pembelajaran-dan-sumber-belajar-2/
Diakses hari jumat 14 desember 2012 pkl., 09.30 WIB.

[4] http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5399 Diakses hari jumat 14 desember 2012


pkl., 10.00 WIB.

[5] http://zanikhan.multiply.com/journal/item/5399 Diakses hari jumat 14 desember 2012


pkl., 10.00 WIB.

[6] http://wijayalabs.wordpress.com/2008/09/19/belajar-pembelajaran-dan-sumber-belajar-2/
diakses hari jumat 14 desmber 2012 pkl. 09.30 wib.
[7] http://cahyo-andi-s.blog.ugm.ac.id/2011/10/01/sumber-informasi/ Diakses hari jumat 14
desember 2012 pkl., 10.00 WIB.

[8]http://digilib.sunan-ampel.ac.id/files/disk1/160/jiptiain--herlinaind-7962-2-babii.pdf
Diakses hari jumat 14 desember 2012 pkl., 10.00 WIB.

MEDIA DAN SUMBER PEMBELAJARAN PKN


Modul ini akan membahas media dan sumber pembelajaran PKn untuk peserta didik di Madrasah
Ibtidaiyah (MI). Mengapa kita harus mengembangkan media dan sumber pembelajaran? Untuk menjawab
pertanyaan ini ada baiknya Anda membuka kembali apakah hakikat pembelajaran PKn itu. Masih ingatkah
anda, apakah tujuan pembelajaran PKn di MI itu? Baiklah, coba Anda perhatikan rumusan tujuan
pembelajaran PKn menurut standar isi. Salah satu tujuan PKn adalah berpikir secara kritis, rasional, dan
kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan. Agar peserta didik memiliki kemampuan seperti ini,
banyak upaya yang harus dilakukan oleh guru. Kita menyadari bahwa kemampuan berpikir anak SD/MI
masih terbatas. Umumnya mereka baru mampu berpikir secara konkret, jadi belum dapat berpikir abstrak.
Kemampuan berpikir anak SD/MI umumnya bersifat holistik, belum mampu berpikir secara parsial. Oleh
karena itu, pembelajaran PKn di tingkat Madrasah Ibtidaiyah memerlukan bantuan yang lebih bervariasi.
Guru perlu mengupayakan agar pembelajaran betul-betul dapat mempermudah peserta didik belajar.
Untuk itulah guru perlu menggunakan media dan sumber pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan
tingkat perkembangan berpikir peserta didik.
Dalam modul ini Anda akan diajak menganalisis dan mengembangkan media dan sumber pembelajaran
yang tepat untuk peserta didik di Madrasah Ibtidaiyah. Sehingga dengan mempelajari materi dalam modul
ini

1.

Anda diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut:


Dapat mengembangkan dan menerapkan media pembelajaran PKn yang relevan untuk MI.

2.

Dapat memilih, mengembangkan, dan menerapkan sumber pembelajaran PKn yang relavan untuk
MI.
Semua kemampuan di atas sangat penting bagi semua mahasiswa calon sarjana dan atau calon guru
profesional khususnya dalam mempersiapkan kemampuan untuk kegiatan belajar mengajar di kelas PKn
MI. Lebih jauh lagi, mengembangkan dan menerapkan media dan sumber pembelajaran ini penting bagi
calon guru dan atau guru-guru pemula yang sering mengalami kesulitan dalam menentukan media dan
sumber pembelajaran untuk kompetensi dasar tertentu. Khusus bagi calon guru dan guru pemula PKn di
MI diharapkan agar sedapat mungkin memperbanyak latihan dalam mengembangkan media dan sumber
pembelajaran ini. Dengan memahami dan menguasai materi ini diharapkan Anda akan terbantu dan tidak
mengalami kesulitan lagi dalam membelajarkan peserta didik di kelas. Dengan demikian, kemampuan
Anda menerapkan media dan sumber dalam pembelajaran PKn menjadi semakin kaya. Implikasi lebih
lanjut, para siswa akan semakin menyenangi belajar PKn karena gurunya memiliki kemampuan dalam
menerapkan memilih, menerapkan media dan sumber pembelajaran yang beragam sesuai dengan
kebutuhan para siswa. Dengan kata lain, para siswa pun akan sangat terbantu dalam proses belajarnya
sehingga Anda akan mendapat sambutan yang positif dari para peserta didik.

1.
2.

1.
2.

Agar semua harapan di atas dapat terwujud, maka di dalam modul ini disajikan pembahasan dan latihan
dengan butir uraian sebagai berikut:
Pengembangan media pembelajaran PKn
Pengembangan sumber pembelajaran PKn
Untuk membantu Anda dalam mencapai harapan kemampuan di atas ikutilah petunjuk belajar sebagai
berikut:
Bacalah dengan cermat bagian Pendahuluan modul ini sampai Anda faham betul, apa, untuk apa
dan bagaimana mempelajari modul ini.
Baca sepintas bagian demi bagian dan temukan kata-kata kunci dan kata-kata yang Anda anggap
baru. Carilah dan baca pengertian kata-kata kunci dalam daftar katakata sulit (Glosarium) atau dalam
kamus atau dalam ensiklopedia.

3.

Tangkaplah pengertian demi pengertian dari isi modul ini melalui pemahaman sendiri dan atau
tukar pikiran dengan mahasiswa atau guru lain dan dengan tutor Anda.

4.

Terapkan prinsip, konsep, dan prosedur yang dituntut oleh kurikulum tentang ketentuan keharusan
menerapkan media dan sumber pembelajaran PKn di MI.

5.

Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi mengenai pengalaman simulasi dalam kelompok
kecil atau klasikal pada saat tutorial.
Media Pembelajaran PKn
Pada bagian pendahuluan telah dikemukakan bahwa kemampuan guru dalam memilih dan
mengembangkan media dan sumber pembelajaran sangatlah penting. Dengam media pembelajaran, guru
dapat membantu siswa menyederhanakan materi yang abstrak menjadi konkret, sehingga pemahaman
siswa terhadap suatu konsep akan semakin cepat meningkat. Sejalan dengan semakin mudahnya belajar
dan adanya kesadaran terhadap pemahaman apa yang sedang dipelajari maka semakin penting
mememilih dan mengembangkan media pembelajaran. Penelitian menunjukkan bahwa proses
pembelajaran untuk meningkatkan pemahaman merupakan proses yang sejalan dengan tingkat
perkembangan. Artinya semakin muda usia siswa maka semakin tinggi tingkat kebutuhan terhadap media
pembelajaran. Hal ini ada kaitannya dengan tingkat perkembangan prilaku kognitif dari Piaget dan kawankawannya yang telah melakukan penelitian mulai tahun 1920 sampai 1964. Masih ingatkah anda dengan
teori-teori tentang perkembangan prilaku kognitif tersebut? Baiklah, sekedar untuk mengingatkan saja
bahwa perkembangan prilaku kognitif menurut Piaget terdiri atas empat fase, yakni: fase pertama,
sensorimotor period (0,0 - 2,0); fase kedua, preoperational period (2,0 - 7,0); fase ketiga, concrete
operational period (7,0 - 11 or 12,0); dan fase keempat, formal operational period (11,0 or 12,0 - 14,0 or
15,0). Pada hakekatnya dapat disimpulkan bahwa semakin tua usia anak semakin tinggi kemampuan
berpikir abstrak dan semakin mudah usia anak maka semakin konkret kemampuan berpikirnya sehingga
semakin memerlukan media dalam proses pembelajarannya.
Pengertian Media
Apa media pembelajaran itu?
Proses pembelajaran merupakan suatu sistem karena di dalamnya terdapat berbagai komponen yang
saling berkaitan, mempengaruhi, dan bahkan saling ketergantungan untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Komponen-komponen dimaksud adalah tujuan, materi, metode, media, dan
evaluasi.

Pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru sebagai fasilitator dengan siswa sebagai
pembelajar. Dalam komunikasi ada proses penyampaian pesan (message) dari komunikator kepada
komunikan. Dalam penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan diperlukan saluran (media),
agar message tersebut tersalurkan secara efektif dan efisien.

Media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti perantara
atau pengantar. Dengan kata lain, media adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada
penerima.

1.

Media yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta
didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Media sebagai alat bantu
visual dapat:
Mendorong motivasi belajar

2.

Memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak

3.

Mempertinggi daya serap atau retensi belajar

Beberapa pengertian media pembelajaran:


Menurut istilah, media adalah segala bentuk atau saluran yang dipergunakan untuk proses
penyaluran informasi.

Schram (1977) menyatakan bahwa media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat
dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran

NEA (1969) menyatakan bahwa media adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun
audio visual, termasuk teknologi perangkat kerasnya.

Aect (1977) menyatakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang dipergunakan
untuk proses penyaluran pesan.

Miarso (1989) menyatakan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk
menyalurkan pesan yg dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa untuk belajar.

Media pembelajaran yang disusun dengan baik, memiliki manfaat atau nilai praktis yaitu:
Memvisualkan yang abstrak (animasi peredaran darah)
Membawa objek yang sukar didapat (binatang buas/berbahaya)
Membawa objek yang terlalu besar (gunung, pasar) d) Menampilkan objek yang tidak dapat
diamati mata (mikro organisme)

Mengamati gerakan yang terlalu cepat (jalannya peluru)

Memungkinkan berinteraksi dengan lingkungannya

Memungkinkan Keseragaman pengalaman

Mengurangi resiko apabila objek berbahaya

Menyajikan informasi yang konsisten dan diulang sesuai dengan kebutuhan

Membangkitkan motivasi belajar

Dapat disajikan dengan menarik dan variatif

Mengontrol arah maupun kecepatan peserta didik

Menyajikan informasi belajar secara serempak dan dapat diulang maupun disimpan menurut
kebutuhan
Mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dll
Kedudukan Media Dalam Proses Pembelajaran
Prinsip pembelajaran yang baik adalah jika proses belajar mampu mengembangkan konsep, generalisasi,
dan bahan abstrak dapat menjadi hal yang jelas dan nyata. Sumber belajar yang digunakan pengajar dan
anak adalah buku-buku dan sumber informasi, tetapi akan menjadi lebih jelas dan efektif jika pengajar
menyertai dengan berbagai media pengajaran yang dapat membantu menjelaskan bahan lebih realistik
(Hartono, 1996). Dengan demikian, salah satu tugas guru yang tidak kalah pentingnya adalah mencari dan
menentukan media pembelajaran. Dalam pembelajaran PKn, mencari dan menentukan media dan sumber
belajar sangat penting sebab bahan ajarnya sangat dinamis. Penyakit yang paling berkecamuk di sekolah
ialah verbalisme, yang terdapat dalam tiap situasi belajar (Nasution, 1986:96).

Menurutnya, penyakit tersebut biasanya tidak terdapat dalam hal-hal yang dipelajari anak-anak sebelum
mereka bersekolah karena perbendaharaan bahasanya diperolehnya dengan pengalaman langsung,
dengan melihat, mendengar, mencecap, meraba serta menggunakan alat dria lainnya. Hasil pelajaran
tersebut dapat dianggap permanen dan tidak mudah dilupakannya, karena kata-kata yang mereka peroleh
benar-benar mereka kenal yang diperolehnya melalui pengalaman yang konkrit.
Pernyataan di atas menggambarkan betapa pentingnya media dalam proses pembelajaran di sekolah.
Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat mempermudah proses penerimaan materi
pelajaran yang disampaikan pendidik dan sudah barang tentu akan mempermudah pencapaian
keberhasilan tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan peserta didik akan lebih termotivasi dalam
mempelajari materi bahasan.
Media pembelajaran yang dirancang dengan baik dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan
kemauan siswa, sehingga dapat mendorong terjadinya proses kegiatan pada diri siswa. Di samping itu
media dapat membawakan pesan atau informasi belajar dengan keandalan yang tinggi yaitu dapat diulang
tanpa mengalami perubahan isi.
Kriteria Pemilihan Media
Salah satu kemampuan yang dituntut dari seorang guru adalah ketepatan memilih media pembelajaran.
Mengapa demikian? Karena memilih media yang tepat diyakini akan meningkatkan motivasi belajar yang
pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajarnya. Sebaliknya, ketidaktepatan memilih media akan
melahirkan kebosanan siswa dalam mengikuti pelajaran.

Media yang paling baik adalah media yang paling sesuai dengan tujuan pembelajaran/karakter bahan ajar,
metode yang akan digunakan, dan keadaan/ kebutuhan siswa, serta kemampuan guru/sekolah. Untuk itu,
sebelum Saudara memilih media pembelajaran sebaiknya pahami dahulu bebarapa hal yang perlu
diperhatikan berkenaan dengan pemilihan media seperti dikemukakan Jarolimek (Kosasih Djahiri, 1979:76)
berikut ini.
Tujuan instruksional yang ingin dicapai

Tingkat usia dan kematangan siswa

Kemampuan baca siswa

Tingkat kesulitan dan jenis konsep pelajaran tersebut

Keadaan/latar belakang pengertahuan atau pengalaman siswa

Kriteria tersebut hampir sejalan dengan pandangan ahli lain bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
memilih dan menggunakan media pembelajaran adalah:
Tidak ada satu-satunya media yang paling baik untuk semua siswa dan semua tujuan
pembelajaran

Penggunaan harus relevan dan konsisten dengan tujuan pem-belajaran

Media yang digunakan hendaknya cukup dikenal siswa

Media hendaknya sesuai dengan sifat pelajaran

Media harus sesuai dengan kemampuan dan pola belajar audience

Media hendaknya dipilih secara obyektif, bukan didasarkan oleh karena kesukaan subyektif.

Lingkungan sekitar perlu diperhatikan dalam menggunakan media, karena penggunaan media
tertentu dapat mempengaruhi pihak-pihak lain, misalnya mengganggu penerimaan siaran TV (Dit.SLTP,
Ditjen Dikdasmen, Depdiknas, 2002, Modul PKN C.01: 38).
Selanjutnya Winataputra (1989:163) menegaskan bahwa hal yang harus diperhatikan dalam menetapkan
media yang akan dipakai dalam PKn adalah bahwa media itu harus dapat memberikan rangsangan kognitif
atau cognitive simulation. Dengan terciptanya kondisi psikologis tersebut maka para siswa akan ditantang
untuk dapat meningkatkan taraf moralitasnya. Pemberian rangsangan moral kognitif tersebut dapat melalui

kliping surat kabar atau media yang bersifat auditif seperti radio dan kaset yang berkaitan dengan masalah
aktual.
Untuk pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, media yang diperlukan dan relevan dengan tujuan dan
materi pembelajaran tidak banyak tersedia di toko-toko, sehingga guru dituntut untuk mampu
mengembangkannya sendiri. Persoalan kita sekarang, bagaimanakah teknik pembuatan media yang kita
inginkan? Dalam hal ini, guru dituntut untuk mahir dan kreatif membuat media sesuai dengan jenis media
yang telah dipilih atau ditentukan sebelumnya. Sebelum membuat media terlebih dahulu harus
menganalisis materi apa yang akan disampaikan kepada peserta didik; kemudian menetapkan media apa
yang akan dikembangkan; setelah itu kemudian menyiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk
mengembangkan media itu; baru setelah itu membuat media yang kita kehendaki. Perlu diingat bahwa
tidak ada satu-satunya media yang paling baik untuk semua siswa dan semua pokok bahasan atau mata
pelajaran.
Oleh karena itu, sangatlah diperlukan kecermatan guru dalam memilih media pembelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan yang memiliki ciri khas mengemban misi sebagai pendidikan politik dan pendidikan
nilai-moral. Dilihat dari sumber pengadaannya, media yang lebih banyak digunakan dalam pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan media yang dibuat atau direkayasa sendiri oleh guru seperti
transparansi, Flif Chart, flannel/magnetic board, kliping, gambar, dan media stimulus seperti cerita kasus
dan media VCT daftar. Hal lain yang perlu Saudara perhatikan adalah materi Pendidikan
Kewarganegaraan sangat berkaitan dengan peristiwa-peristiwa aktual dinamika politik dan ketatanegaraan
yang sedang berubah.
Peristiwa-peristiwa tersebut seyogianya dikaitkan dengan proses pembelajaran sesuai dengan materi
pokok yang sedang dibahas. Dalam kaitan ini, media televisi, film, tape recorder, video recorder, dan
manusia sebagai model (tokoh) sangatlah membantu keberhasilan proses pembelajaran. Televisi yang
menayangkan siaran langsung sidang MPR atau debat publik tokoh politik sangat relevan dijadikan media
dan sekaligus sumber pembelajaran ketika mambahas materi pokok kemerdekaan mengemukakan
pendapat (kelas VII) dan budaya demokrasi (kelas VIII). Demikian pula materi pokok perlindungan hukum
dan peradilan nasional dapat menggunakan media televisi yang sedang menyiarkan atau mendiskusikan
proses peradilan terhadap pejabat yang diduga melakukan penyimpangan. Waktu penayangan tersebut
seringkali tidak berbarengan dengan pembahasan materi pokok yang relevan. Oleh karena itu, guru dapat
merekam dengan menggunakan tape recorder atau video recorder sehingga hasilnya bisa diputar kembali
setiap waktu.
Klasifikasi Media Pembelajaran
Permasalahan kita sekarang, jenis-jenis media pembelajaran manakah yang bisa digunakan dalam
pembelajaran materi Pendidikan Kewarganegaraan? Penggunaan media pembelajaran pada dasarnya
untuk membantu mempermudah pemahaman siswa terhadap suatu ide atau teori. Artinya, jenis-jenis
media tersebut dapat digunakan dalam pembelajaran materi Pendidikan Kewarganegaraan dengan
memperhatikan prinsip relevansi dan konsistensi antara tujuan pembelajaran, materi pelajaran, kondisi
siswa dan lingkungannya serta karakteristik media yang akan digunakan.

1.

Para ahli (Edgar Dale, Burton, dan Romiszowski) mengemukakan berbagai jenis media pembelajaran
dengan kriteria yang berbeda-beda. Edgar Dale (1969) mengemukakan jenis media yang terkenal dengan
isitilah kerucut pengalaman (the cone of experience) yaitu:
Pengalaman langsung;

2.

Pengalaman yang diatur;

3.

Diramatisasi;

4.

Demonstrasi;

5.

Karyawisata;

6.

Pameran;

7.

Gambar hidup;

8.

Rekaman, radio, gambar mati;

9.

Lambang visual; dan

10.

Lambang verbal.
Berdasarkan 10 pengalaman tersebut, siswa dapat belajar dengan mengalami secara langsung dengan
melakukannya atau berbuat (nomor 1 s.d. 5); mengamati orang lain melakukannya (nomor 6 s.d. 8), dan
membaca atau menggunakan lambang (nomor 9 dan 10). Kerucut pengalaman tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut.

Model Kerucut Pengalaman Edgar Dale ( 1969 )


edia berdasarkan pengalaman langsung dan pengalaman tak langsung. Pengalaman langsung yaitu turut
melakukan dan mengalaminya. Sedangkan pengalaman tak langsung dilihat berdasarkan pengamatan
langsung (seperti melihat peristiwa yang terjadi dan melihat peristiwa dipentaskan), berdasarkan gambar
(melihat film dan foto), berdasarkan lukisan (menggunakan peta, diagram, grafik, dsb), berdasarkan
bahasa (membaca uraian dan mendengarkan uraian), dan berdasarkan lambang seperti lambang istilah,
rumus dan indeks. Sedangkan Romiszowski (Sapriya (1999) mengemukakan bahwa media dapat diartikan
dalam pengertian sempit dan pengertian luas. Dalam pengertian sempit, media meliputi sejumlah alat yang
dapat digunakan secara efektif untuk proses pengajaran yang telah direncanakan. Sedangkan dalam
pengerttian luas, diartikan bukan hanya media komunikasi elektronik yang rumit melainkan juga mencakup
sejumlah perangkat yang Model Kerucut Pengalaman Edgar Dale ( 1969 ) Hampir sejalan dengan Egdar
Dale, Burton (dalam Nasution, 1989) membagi media berdasarkan pengalaman langsung dan pengalaman
tak langsung. Pengalaman langsung yaitu turut melakukan dan mengalaminya.
Sedangkan pengalaman tak langsung dilihat berdasarkan pengamatan langsung (seperti melihat peristiwa
yang terjadi dan melihat peristiwa dipentaskan), berdasarkan gambar (melihat film dan foto), berdasarkan
lukisan (menggunakan peta, diagram, grafik, dsb), berdasarkan bahasa (membaca uraian dan
mendengarkan uraian), dan berdasarkan lambang seperti lambang istilah, rumus dan indeks. Sedangkan
Romiszowski (Sapriya (1999) mengemukakan bahwa media dapat diartikan dalam pengertian sempit dan

pengertian luas. Dalam pengertian sempit, media meliputi sejumlah alat yang dapat digunakan secara
efektif untuk proses pengajaran yang telah direncanakan. Sedangkan dalam pengerttian luas, diartikan
bukan hanya media komunikasi elektronik yang rumit melainkan juga mencakup sejumlah perangkat yang
lebih sederhana seperti slide, photo, diagram, dan chart buatan guru, benda-benda dan kunjungan ke
tempat di luar sekolah. Bahkan guru pun dapat menjadi salah satu media presentasi seperi halnya radio
dan televisi yang menyampaikan informasi.
Para ahli pendidikan dan pengajaran berpendapat bahwa media sangat diperlukan pada anak-anak tingkat
dasar sampai menengah dan akan banyak berkurang jika mereka sudah sampai pada tingkat pendidikan
tinggi. Pada tingkat sekolah dasar dan menengah, pengajar akan banyak membantu anak didik dengan
mengembangkan semua indera yang ada, yakni dengan mendengar, melihat, meraba, memanipulasi, atau
mendemonstrasikan dengan media yang dapat dipilih.
Media pembelajaran adalah sarana yang membantu para pengajar. Ia bukan tujuan sehingga kaidah
proses pembelajaran di kelas tetap berlaku. Pengajar juga perlu sadar bahwa tidak semua anak senang
dengan peragaan media. Anak-anak yang peka dan auditif mungkin tidak banyak memerlukannya tetapi
anak yang bersifat visual akan banyak meminta bantuan media untuk memperjelas pemahaman bahan
yang disajikan. Demikian pula waktu penyajian media sangat menentukan berhasil tidaknya penjelasan
dengan bantuan media .

http://soddis.blogspot.co.id/2015/03/media-dan-sumber-pembelajaran-pkn.html

Anda mungkin juga menyukai