Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN INDIVIDU

Analisis Supply Chain Management


Bogasari Flour Mills

Oleh :

I GEDE PUTU ANGGARA DIVA

Mata Kuliah : Production Management

Dosen : Hoetomo Lembito, M.B.A

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

BAKRIE SCHOOL OF MANAGEMENT


JUNI 2009
LATAR BELAKANG

Bogasari adalah produsen tepung terigu di Indonesia dengan kapasitas


produksi sebesar 3,6 juta ton per tahun, terbesar di dunia dalam satu lokasi. Sejarah
Bogasari dimulai pada tanggal 29 November 1971 dengan peresmian pabrik yang
pertama di Tanjung Priok, Jakarta Utara. Setahun kemudian, pada tgl 10 Juli 1972,
pabrik yang kedua di Tanjung Perak Surabaya dioperasikan. Selama hampir tiga
dekade, Bogasari telah melayani kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dengan tiga
merek tepung terigunya yang sudah dikenal luas yaitu Cakra Kembar, Kunci Biru dan
Segitiga Biru. Ketiga jenis produk ini digunakan secara luas oleh industri mie, roti,
biskuit; baik yang berskala besar dan kecil serta rumah tangga. Di samping itu,
Bogasari juga menghasilkan produk sampingan (by product) berupa bran, pollard
untuk koperasi dan industri makanan ternak, dan tepung industri untuk industri kayu
lapis.

Selain dua pabrik tepung terigu, Bogasari juga memiliki tiga divisi lain: divisi
Pasta, dan dua divisi penunjang, yaitu kemasan (dahulu disebut Divisi Tekstil) dan
Maritime. Pabrik Pasta didirikan pada Desember 1991 dengan kapasitas produksi
60.000 mt per tahun. Produk yang dihasilkan adalah “Long Pasta” dan “Short Pasta”,
dan hampir 80% ditujukan untuk pasaran ekspor. Divisi Kemasan Bogasari didirikan
pada tahun 1977 di Citeureup, Jawa Barat yang memproduksi kebutuhan kantong
terigu untuk kedua pabrik tepung terigu tersebut. Sedangkan untuk menjamin
kelangsungan persediaan gandum, Divisi Maritim Bogasari mengoperasikan tiga
kapal angkut gandum dan tiga buah kapal tongkang untuk pelayaran antar pulau.
Kapal-kapal ini telah memperoleh penghargaan internasional AMVER (Automated
Mutual Assistance Vessel Rescue).

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 2


Selain fasilitas penggilingan gandum (milling facilities) yang canggih,
Bogasari juga memiliki berbagai fasilitas penunjang teknis baik untuk kepentingan
sendiri maupun umum, antara lain laboratorium, dermaga, Milling Training Center,
dan Baking Training Center. Laboratorium yang ada dilengkapi dengan peralatan
modern dengan tujuan untuk melakukan uji-analisis terhadap kualitas gandum dan
tepung, serta meneliti kemungkinan pengembangan produk baru.

Pabrik Jakarta memiliki dua dermaga, salah satunya selesai dibangun awal
tahun 1997 dan termasuk yang terbaik di dunia mampu menangani jenis kapal ukuran
Panamax. Sedangkan Pabrik Surabaya memiliki satu dermaga. Ketiga dermaga ini
mampu menyediakan jasa bongkar muat tidak hanya untuk gandum, tapi juga untuk
segala jenis komoditas biji-bijian (Grain). Milling Training Center merupakan pusat
pelatihan bagi calon “miller” baik untuk internal maupun eksternal.

Sementara fasilitas lain yang dapat dimanfaatkan masyarakat adalah “Pusat


Pengolahan Tepung Terigu Bogasari” (Bogasari Baking Training Center). Baking
Training Center ini didedikasikan untuk seluruh lapisan masyarakat yang ingin
mempelajari cara pengolahan tepung terigu, seperti cara pembuatan roti, kue, biskuit
dan mie. Selain di Jakarta (sejak 1981), Baking Training Center juga didirikan di
Surabaya (1996) dan Bandung (1999) dan daerah-daerah lainnya yang telah memiliki
sekitar 20.000 alumni. Pada bulan September 2003, Bogasari memperoleh sertifikat
ISO 9001:2000 dan sertifikasi HACCP untuk keamanan pangan dari SGS di tahun
2002. Untuk standar keselamatan dan kesehatan kerja, Bogasari juga mendapatkan
penghargaan OHSAS 18000 dari Sucofindo pada November 2004.

Berdasarkan hal diatas dapat dilihat bahwa Bogasari Flour Mills memiliki alur
supply chain yang menarik untuk dibahas. Sebab supply chain Bogasari Flour Mills
melibatkan pihak-pihak dari dalam negeri maupun luar negeri, karena bahan baku
gandum seluruhnya di ekspor dari luar negeri. Dalam bahasan yang akan dibahas

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 3


nantinya digunakan data-data kegiatan supply chain Bogasari Flour Mills pada tahun
2002.

TINJAUAN PUSTAKA

1. Supply Chain

Supply chain dapat didefinisikan sebagai sekumpulan aktifitas (dalam bentuk


entitas/fasilitas) yang terlibat dalam proses transformasi dan distribusi barang mulai
dari bahan baku paling awal dari alam sampai produk jadi pada konsumen akhir.
Menyimak dari definisi ini, maka suatu supply chain terdiri dari perusahaan yang
mengangkat bahan baku dari bumi/alam, perusahaan yang mentransformasikan bahan
baku menjadi bahan setengah jadi atau komponen, supplier bahan-bahan pendukung
produk, perusahaan perakitan, distributor, dan retailer yang menjual barang tersebut
ke konsumen akhir. Dengan definisi ini tidak jarang supply chain juga banyak
diasosiasikan dengan suatu jaringan value adding activities. Sehingga dalam
menganalisis alur supply chain dapat dilakukan dengan melihat melalui seluruh aspek
kegiatan mulai dari pemesanan hingga distribusi.

2. Supply Chain Management

Supply Chain Management adalah koordinasi dari bahan, informasi dan arus
keuangan antara perusahaan yang berpartisipasi Supply Chain Management bisa juga
berarti seluruh jenis kegiatan komoditas dasar hingga penjualan produk akhir ke
konsumen untuk mendaur ulang produk yang sudah dipakai.

• Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai konsumen
melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur produk, layanan, daur
ulang dan pembuangan.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 4


• Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan laporan
status pesanan, arus ini berjalan dua arah antara konsumen akhir dan penyedia
material mentah.

• Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit, jadwal


pembayaran dalam penetapan kepemilikandan pengiriman.

Menurut Turban, Rainer, Porter terdapat 3 macam komponen rantai suplai, yaitu:

a) Upstream supply chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan
manufaktur dengan para penyalurannya (yang mana dapat manufaktur,
assembler, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada pada penyalur
mereka (para penyalur second-trier). Hubungan para penyalur dapat diperluas
kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih
tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas
yang utama adalah pengadaan.

b) Internal supply chain management

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses pemasukan


barang ke gudang yang digunakan dalam mentransformasikan masukan dari
para penyalur ke dalam keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu
masukan masuk ke dalam organisasi. Di dalam rantai suplai internal,
perhatian yang utama adalah manajemen produksi, pabrikasi, dan
pengendalian persediaan.

c) Downstream supply chain segment

Downstream (arah muara) supply chain meliputi semua aktivitas yang


melibatkan pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 5


downstream supply chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan,
transportasi, dan after-sales-service.

MASALAH

Bogasari Flour Mills merupakan suatu perusahaan penghasil tepung terigu


berbahan dasar gandum yang merupakan market leader di pasar. Bogasari Flour Mills
memiliki beberapa lini produk yang sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia
beberapa diantaranya adalah Gunung Bromo, Kereta Kencana, dan Cakra Kembar.
Bogasari Flour Mills sebagai salah satu industri dengan skala besar, mempunyai
rantai yang cukup kompleks di dalam supply chain-nya. Bogasari Flour Mills yang
memproduksi tepung terigu berbasis make to stock, mempunyai supplier bahan baku,
baik dari dalam negeri maupun luar negeri.

Bahan baku berupa gandum didatangkan dari dari berbagai negara di dunia,
yaitu antara lain Australia, Canada, Amerika Serikat, Argentina, India, dan Arab.
Sedangkan untuk bahan baku berupa packaging yang terdiri dari kantong 25 Kg dan
wrapper 1 Kg didatangkan dari dalam negeri. Jumlah supplier packaging-nya ada
sepuluh supplier yang berasal dari berbagai kota di pulau Jawa, seperti Jakarta,
Citerep, Kudus, dan Surabaya. Gandum yang berasal dari berbagai negara itu dikirim
dengan kapal laut. Pembelian bahan baku berupa gandum diatur oleh Bogasari Flour
Mills Jakarta. Sedangkan bahan baku berupa packaging sepenuhnya diatur oleh
Bogasari Flour Mills Surabaya. Bahan baku berupa gandum yang datang akan
disimpan di dalam Wheat Sillo dan bahan baku berupa packaging akan disimpan di
Empty Bag Store (EBS).

Sistem produksi di Bogasari adalah sistem kontinyu, dimana pihak Product


Planning and Control (PPC) yang mengatur jadwal produksi. Selain itu, PPC juga
bertugas mengontrol inventory, baik itu untuk bahan baku maupun barang jadi.
Proses produksi dikelompokkan dalam tiga bagian besar, yaitu proses pembersihan

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 6


gandum, proses penggilingan gandum menjadi tepung terigu, dan proses packaging
(pengepakan tepung terigu ke dalam kantong 25 Kg dan 1 Kg). gambaran secara
umum dari proses produksi tepung terigu di Bogasari Flour Mills adalah sebagai
berikut.

Gambar Flour Mill Process

Setelah proses pengepakan, tepung terigu tersebut akan ditransfer dan


disimpan di Finish Product Store . Barang-barang Jadi tersebut akan diambil oleh
distributor, depo, dan juga industri-industri yang membutuhkan. Akan tetapi,

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 7


terkadang Bogasari Flour Mills juga yang menyediakan jasa angkutan untuk
pengiriman ke distributor, depo, dan juga industri-industri yang membutuhkan.
Barang yang sudah keluar dari Finis Product Store menjadi tanggung jawab pemilik,
bukan Bogasari Flour Mills. Namun konsumen juga berhak melakukan komplain
apabula terdapat kerusakan tepung terigu, misalnya terdapat kutu di dalamnya.
Komplain tersebut akan diterima oleh pihak Marketing. Proses tanggapan terhadap
komplain costumer tersebut adalah pertama Bogasari Flour Mills akan melakukan
penelitian, apakah kerusakan tersebut disebabkan oleh pihak Bogasari Flour Mills
atau oleh kesalahan penyimpanan di gudang distributor. Apabila memang terbukti
pihak Bogasari Flour Mills yang salah maka Bogasari Flour Mills akan mengganti
rugi tepung yang rusak tersebut. Berikut data komplain dari tahun 1999 hingga 2001.

Tabel Complain Costumer

Dalam kegiatan supply chain Bogasari Flour Mills terjadi sebuah alur bisnis
di dalam internal perusahaan tersebut. Setiap distributor maupun industri yang ingin
member produk Bogasari Flour Mills akan mengeluarkan Purchase Order yang akan
dikirimkan kepada pihak marketing Bogasari Flour Mills. Kemudian marketing akan
menyerahkan Purchase Order tersebut untuk diproses di Sales Administrator. Sales
Administrator akan mengeluarkan Delivery Order yang akan diberikan kepada pihak
distributor maupun industri. Distributor juga akan menerbitkan sebuah Sub Delivery
Order dalam setiap pengambilan tepung terigu dari Bogasari Flour Mills. Adanya
Sub Delivery Order ini karena dalam pengambilan barang ke Bogasari Flour Mills,
distributor tidak mengambil jumlah pesanan sekaligus, melainkan dipecah-pacah
menjadi beberapa kali pengambilan pesanan. Sub Delivery Order tersebut akan

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 8


diberikan kepada pihak Finish Product Store (FSP). Pihak Finish Product Store akan
menegluarkan barang sesuai dengan jumlah yang tertera di dalam Sub Delivery
Order tersebut.

Marketing akan selalu menginformasikan kepada pihak PPC setiap kali ada
Purchase Order yang masuk. Hal ini bertujuan agar pihak PPC dapat mengontrol
kebutuhan kantong di Empty Bag Store (EBS), mengontrol jadwal produksi, dan juga
megontrol inventori di Finish Product Store . PPC juga akan mengontrol inventori
gandum yang ada di Wheat Sillo. PPC juga memiliki tugas dalam melakukan
forecasting kebutuhan gandum dan menginformasikannya kepada pihak Purchasing
Bogasari Flour Mills Jakarta. Gandum yang datang dari berbagai negara tersebut akan
disimpan di Wheat Sillo, yang kemudian di transfer ke Mill sesuai kebutuhan
produksi. Berikut merupakan data kedatangan gandum di Wheat Sillo dari bulan April
sampai September.

Pihak Empty Bag Store (EBS) akan menginformasikan kebutuhan kantong


yang perlu dibeli dari supplier kepada pihak Purchasing Bogasari Flour Mills
Surabaya. Kemudian, Purchasing Bogasari Flour Mills Surabaya akan memesan
kantong-kantong packaging tersebut sesuai dengan kebutuhan. Kantong-kantong
yang datang akan disimpan di Empty Bag Store (EBS), yang kemudian akan
ditransfer ke pihak Packing, sesuai dengan kebutuhan pengepakan di Empty Bag
Store (EBS). Berikut merupakan data proses packing di Empty Bag Store dari bulan
April sampai September.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 9


Tabel Data Proses Packing dan Broken Bags di Empty Bag Store

Gandum-gandum yang sudah ditrasfer ke pihak Mill, akan digiling sesuai


dengan jadwal produksi yang telah dibuat oleh PPC. Setelah menjadi tepung,
selanjutya tepung tersebut akan ditransfer ke pihak Packing untuk dilakukan
pengepakan. Pengepakannya terdiri dari dua macam, yaitu pengepakan 25 Kg dan 1
Kg. Produk jadi tersebut akan ditrasfer dan disimpan di Finish Product Store (FSP).
Dari FSP akan didistribusikan kepada depo, distributor dan industri. Berikut
merupakan data inventori di Finish Product Store dari bulan April sampai September.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 10


Tabel Data Catatan Fisik Inventori di Finish Product Store

ANALISIS

1. Complain

Berdasarkan data diatas terdapat banyak masalah yang dapat ditemukan. Jika
dilihat dari data komplain pelanggan dari tahun 1999 hingga 2001 nampak bahwa
manajemen Bogasari Flour Mills kurang konsisten dalam menjaga kualitas
barangnya. Pembenahan kualitas nampaknya terjadi ketika terjadi banyak komplain
yang diterima setelah komplain untuk masalah tersebut berhasil diatasi konsistensi
dalam mempertahankan perbaikan yang telah dilakukan kurang dilakukan. Hal
tersebut terlihat dari data komplain masalah berat, basah dan masalah lain-lain. Untuk
mengatasi masalah ini yang dapat dilakukan oleh Bogasari Flour Mills adalah
mencoba untuk konsisten terhadap perbaikan kualitas produk dan service kepada
costumer. Untuk perbaikan yang telah dilakukan hendaknya selalu dijaga sehingga
masalah yang telah diperbaiki tidak timbul kembali.

Untuk mewujudkan hal tersebut yang dapat dilakukan oleh Bogasari Flour
Mills adalah melakukan managing terhadap karyawannya. Sumber daya manusia
merupakan hal yang sangat perlu diperhatikan dalam implementasi suatu strategi,
karena sumber daya manusialah yang menjadi ujung tombak keberhasilan dari
implementasi tersebut. Hal inilah yang membuat perlunya Bogasari Flour Mills
melakukan training dan pembinaan yang cukup terhadap kompetensi dan keahlian

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 11


yang dibutuhkan karyawan dalam mengerjakan tanggungjwabnya. Tanpa
memberikan training dan pembinaan yang tepat bukan hanya rencana perbaikan
tersebut yang akan gagal seperti saat ini anmun implementasi supply chain juga akan
gagal atau memiliki performance yang buruk.

2. Ordering

Dari data kedatangan gandum di Wheat Sillo dari bulan April sampai
September 2008, terlihat bahwa dari semua pemesanan yang dilakukan yang sampai
sesuai jadwal hanyalah pesanan pada tanggal 1 Juni, 14 juni dan 21 September,
selebihnya selalu mengalami keterlambatan. Bahkan pesanan tanggal 17 Maret, 20
Maret dan 11 Juli mengalami keterlambatan hingga lebih dari setengah bulan,
padahal pesanan pada tanggal 20 Maret memiliki kuantitas bahan baku yang cukup
banyak yaitu 22.000 ton. Selain itu masalah kuantitas pesan juga mengalami masalah
karena hanya pesanan dengan jadwal kedatangan tanggal 1 Juni dan 10 Agustus yang
sesuai dengan pesanan, sedangkan kuantitas pesanan lainnya tidak sesuai dengan
pesan. Bahkan pada pesanan dengan jadwal kedatangan tanggal 12 September
mengalami selisih kekurangan pesanan sebanyak 1.078,402 ton. Nampaknya kejadian
tersebut mungkin terjadi akibat kesalahan pemilihan supplier karena supplier yang
dipilih mungkin kurang professional karena selain kekurangan pesanan yang terjadi,
juga terdapat keanehan karena pesanan dengan jadwal kedatangan tanggal 14 Agustus
mengalami kelebihan kuantitas sebesar 202,046 ton. Dari hal tersebutlah dapat dilihat
kurang professionalnya supplier yang dipilih oleh Bogasari Flour Mills Jakarta.
Selain itu masalah hubungan dengan supplier juga dapat mempengaruhi kejadian
diatas karena jika kita memiliki masalah dengan supplier maka penanganan terhadap
pesanan yang kita lakukan akan kurang diperhaikan.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 12


Untuk mengatasi masalah dalam rantai ini yang dapat dilakukan oleh Bogasari
Flour Mills adalah dengan mengelola informasi yang berhubungan dengan
pemesanan ini dengan baik. Persediaan merupakan hal yang cukup penting untuk
diatur dengan baik, persediaan dalam konteks ini berbicara mengenai bagaimana
mengatur persediaan bahan baku yang ada, baik dalam hal pengadaannya maupun
pendistribusian bahan baku tersebut untuk kebutuhan produksi. Namun hal yang
perlu diperhatikan adalah bahwa kebutuhan bahan baku tersebut tidak akan diketahui
tanpa sebuah informasi. Hal inilah yang membuat bahwa bahan baku dan informasi
merupakan dua hal yang berdampingan.

Untuk itu Bogasari Flour Mills perlu melakuakan periodic inventory policy
review. Kebijakan disini misalnya kebijakan mengenai tingkat pemesanan kembali.
Adanya evaluasi terhadap kebijakan persediaan, dimana evaluasi ini disesuaikan
dengan kebutuhan yang ada. Pembelian bahan baku sesuai dengan proporsi
kebutuhan pelanggan. Dengan melakukan hal ini juga Bogasari Flour Mills dapat
memantau kinerja supplier yang ada sehingga dapat dilakukan tindakan cepat kepada
supplier yang kurang performanya untuk segera diselesaikan dengan melakukannya
seleksi terhadap supplier yang ada. Sehingga masalah order tidak berulang-ulang
terjadi. Dengan demikian maka akan nampak adanya usaha yang dilakukan oleh
Bogasari Flour Mills untuk mendapatkan barang dengan harga dan kualitas yang
bagus,. Selain itu perlu dilakukan juga sentralisasi inventory. Sentralisasi disini
bukan dalam pengertian fisik, tetapi lebih kearah perencanaan yang terintegrasi dari
keseluruhan mata rantai mengenai persediaan bahan baku, dimana dalam kondisi
yang ideal informasi kebutuhan persediaan bahan baku berasal dari berbagai
departemen, baik departemen pemasaran maupun produksi. Pengukurannya dilihat
pada rapat koordinasi yang terjadi sampai implementasi dari koordinasi tersebut yang
mengarah pada perencanaan pengadaan bahan baku.

3. Production

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 13


Berdasarkan data data proses packing di Empty Bag Store dari bulan April
sampai September, diketahui bahwa dari proses packing produk kemasan 25 Kg
proses packing semakin baik tiap bulannya terlihat dari berkurangnya broken bags
dalam proses packing kecuali dalam proses packing merk C25 yang semakin banyak
broken bags-nya. Selain itu nampak bahwa proses packing untuk produk kemasan 1
Kg sangat menghawatirkan sebab banyak terdapat broken bags dalam kegiatan
tersebut. Berdasarkan data dari tersebut juga dapat kita lihat bahwa masalah broken

bags mencapai lebih dari 10% dari seluruh packing. Selain masalah proses packing
jika ditinjau dari efisiensi pemanfaatan bahan baku (gandum) dalam proses produksi
juga terdapat masalah. Masalah tersebut dapat dilihat dari data yield (rasio
perbandingan antara output dan input) produksi tiap merk produk Bogasari Flour
Mills.

Tabel Data Yield

Dari data tersebut jika dilakukan kalkulasi didapatkan yield rata-rata bulan
April adalah sebesar 0.76425, yield rata-rata bulan Mei adalah 0.77552, yield rata-rata
bulan Juni adalah 0.7572, yield rata-rata bulan Juni adalah 0.76233, yield rata-rata
bulan Agustus adalah 0.7613, yield rata-rata bulan September adalah 0.76304.
Berdasarkan hal tersebut maka diperoleh nilai absolute dari yield tiap bulan adalah
sebesar 0.76394. Berdasarkan hasil tersebut dapat diinterpretasikan bahwa dalam
kegiatan produksinya Bogasari Flour Mills hanya menggunakan bahan baku yang
dibelinya untuk dijadika produk tiap bulannya yaitu hanya 76,394% saja berarti
terdapat 23,606% dari bahan baku (input) yang belum dimanfaatkan dengan

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 14


maksimal. Dengan demikian pihak Bogasari Flour Mills harus mampu
memaksimalkan kegiatan poduksi, dengan maksimalnya kegiatan produksi maka
masalah defect juga akan dapat ditekan. Dengan berkurangnya jumlah defect maka
waktu dan cost yang dialokasikan untuk masalah tersebut juga dapat terpangkas
sehingga arus supply chain dapat berjalan lebih baik.

4. Inventory

Berdasarkan data inventori di Finish Product Store dari bulan April sampai
September terlihat bahwa untuk produk dalam kemasan 25 Kg sering kali terjadi
perbedaan data antara keadan fisisk dan catatan yang dimiliki oleh Bogasari Flour
Mills. Perbedaan yang terjadi dalam waktu tertentu terlihat cukup menghawatirkan,
seperti terlihat pada data inventori produk merk E pada bulan Agustus terdapat selisih
kekurangan produk sebesar 420 buah, selain pada data tersebut pada data merk B25
dan C25 pada bulan Mei, data merk D25 pada bulan Juni, data merk E pada bulan
Juli, data merk B25 pada bulan Agustus, dan data merk C25 pada bulan September
juga mengalami selisih kekurangan produk. Selisish kekurangan produk ini menjadi
sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan karena masalah ini mungkin timbul
sebab adanya masalah etika dari karyawan Bogasari Flour Mills. Ini juga menjadi
penting karena dengan kejadian tersebut kapasitas pemenuhan permintaan konsumen
akan berkurang sebab ketersediaan produk yang berkurang. Hal ini mungkin dapat
menyebabkan berpindahnya konsumen kepada produk kompetitor karena Bogasari
Flour Mills tidak dapat memenuhi pesanan yang terjadi, loyalitas konsumen terhadap
produk kebutuhan sehari-hari adalah sangat kecil.

Selain masalah kekurangan tersebut juga terdapat selisish kelebihan di


inventori. Hal tersebut terlihat pada seluruh data merk pada bulan April, data merk
D25 dan F pada bulan Mei, data merk C25 dan F pada bulan Juni, data merk B25 dan

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 15


C25 pada bulan Juli, data merk D25 dan F pada bulan Agustus, dan hampir seluruh
data merk (kecuali merk C25) pada bulan September. Kelebihan yang
menghawatikan terjadi pada data merk F pada bulan Mei karena terdapat selisih
kelebihan produk sebesar 6041 buah produk padahal data catatan hanya sejumlah
1765 buah saja. Hal ini mengidikasikan adanya bullwhip effect pada Bogasari Flour
Mills. Kejadian mungkin terjadi karena adanya distorted informasi atau lack terhadap
informasi. Distorted informasi atau lack terhadap informasi tersebut dapat berupa
inaccurate demand data atau forecast. hal tersebut merupakan masalah yang sangat
serius sebab dapat menyebabkan high buffer inventory, poor costumer service, miss
production schedule, wrong capacity plan, inefficient shipping, dan high cost.

Untuk mengatasi masalah ini Bogasari Flour Mills harus melakukan supply
chain integration, karena untuk memperoleh efisiensi supply chain seluruh pihak
yang terkait untuk berkolaborasi dan bekerja sama. Dengan melakukan supply chain
integration ini maka akan terjadi transparansi data sehingga sharing informasi akan
terjadi pada seluruh supply chain member dan akan tercipta kolaborasi dalam bagian
planning, forecasting, replenishment, dan design. Dengan terciptanya hal-hal tersebut
maka akan dapat mengurangi adanya bullwhip effect.

Masalah bullwhip effect dapat terjadi akibat kesalahan dalam melakukan


forecast. Kegiatan forecast dilakukan oleh bagian PCC Bogasari Flour Mills. Selain
melakukan forecast PCC juga memiliki bnyak tanggung jawab lainnya sehingga
kegiatan forecast mungkin kurang dilakukan dengan baiuk. Maka untuk memudah
kan kerja PCC, selain dengan melakukan supply chain integration Bogasari Flour
Mills dapat menggunakan bar codes dalam mengontrol inventori dan memanfaatkan
RFID (Radio Frequency Identification). Radio Frequency Identification adalah
teknologi compact wireless yang diunggulkan untuk mentransformasi dunia
komersial. sebagai suksesor dari barcode, RFID dapat melakukan kontrol otomatis
untuk banyak hal. Sistem-sistem RFID menawarkan peningkatan efisiensi dalam
pengendalian inventaris (inventory control), logistik dan supply chain management.
BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 16
Dengan menggunakan bar codes dan RFID maka Bogasari Flour Mills dapat melihat
keadaan barang-barang produksinya secara real time. Hal tersebut dapat membantu
mengurangi beban kerja PCC sehingga PCC dapat lebih berkonsntrasi membuat
forecast yang baik.

Untuk melakukan forecasting yang baik juga dapat dibantu dengan


menggunakan Electronic Data Interchange (EDI). Electronic Data Interchange
didefinisikan sebagai suatu hubungan online komputer dan pertukaran informasi pada
transaksi diantara perusahaan. Dengan Electronic Data Interchange maka akan dapat
dilakukan share demand information secara real time, dan denga demikian Bogasari
Flour Mills akan mampu untuk meningkatkan akurasi dari demnd forecast.

BSM | Analisis Supply Chain Management Bogasari Flour Mills 17

Anda mungkin juga menyukai