Diajukan Kepada:
Disusun oleh:
Isniyanti Chasanah
20050310154
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2010
HALAMAN PENGESAHAN
Pada Tanggal :
November 2010
Disusun Oleh :
Menyetujui
Dokter Pembimbing
Assalamualaikum, Wr.Wb
Dengan mengucapkan segala puja dan puji syukur ke hadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan karuniaNya, penulisan referat ini untuk memenuhi syarat mengikuti program
kepanitraan pendidikan profesi dokter di Bagian Ilmu Kedokteran Radiologi telah selesai di
susun. Dalam kesempatan ini Penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Tinon Anindita, selaku dosen pembingbing Ilmu Kedokteran Radiologi BPRSUP
Salatiga
2. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun referat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN ................................................................................................................ 1
PRAKATA ............................................................................................................... 3
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
dapat meningkatkan peradangan paru-paru local yang mengarah pada disfungsi paru.
retens, dan aktivasi neutrophils dan makropag. Proses inflamasi mungkin berperan
penting untuk cedera pengembangan paru dan penurunan fungsi paru-paru berikutnya.
termasuk obat bius yang digunakan sebagai muscle relaksan. Merokok juga dapat
benzodiazepine dan obat bius. Asap rokok mengandung lebih dari 4800zat-zar
banyak obat. Selain itu, 5% sevofluran yang terhirup manusia akan dimetabolisme,
didominasi oleh P450 pathway (CYP2EI) yang disebabkan oleh kebiasaan merokok.
Untuk alasan ini, time washout dari sevofluran dapat terganggu pada perokok.
Penelitian ini mengevaluasi pengaruh merokok terhadap time washout satu jam setelah
Anestesi secara umum berarti suatu tindakan menghilangkan rasa sakit ketika
melakukan pembedahan dan berbagai prosedur lainnya yang menimbulkan rasa sakit
pada tubuh. Istilah anestesi digunakan pertama kali oleh Oliver Wendel Holmes Sr
Tekanan penguapannya hampir sama dengan enfluran dan dapat digunakan pada
dibandingkan desfluran namun tetap lebih unggul dari golongan volatil lainnya.
Potensi sevofluran sekitar setengah dari isofluran dan perubahan strukturnya (kecuali
fluorinasi) paling sering disebabkan oleh lepasnya rantai profil pada molekul eternya.
Sevofluran tidak terlalu berbau (tidak menusuk) dan memiliki efek bronkodilator
sehingga banyak dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang
dewasa. Efek vasodilator koroner sevofluran sama degan isofluran tetapi lebih cepat
seperti yang terjadi pada metabolisme metoksifluran. Berbeda dari golongan volatil
terpapar CO2 absorbents. Bila terpapar CO2 sevofluran akan terurai menjadi vinil
halida yang disebut unsur (compound) A, yang dalam dosis tertentu bersifak
nefrotoksik pada percobaan (tikus) namun diduga tidak berhubungan dengan gagal
ginjal pada manusia bahkan dengan aliran (gas flow) 1l/menit atau kurang.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2008, telah menetapkan Indonesia
sebagai negara terbesar ke tiga sebagai pengguna rokok. Lebih dari 60 juta penduduk
Indonesia pun, menurutnya, mengalami ketidak berdayaan akibat dari adiksi nikotin
rokok. Dan kematian akibat konsumsi rokok tercatat lebih dari 400 ribu orang per-
tahun.
perokok di Indonesia terjadi pada kelompok remaja umur 15-19 tahun, yaitu, dari 7,1
persen pada tahun 1995 menjadi 17,3 persen pada tahun 2004, atau naik 144 persen
selama 9 tahun
2. Tujuan Penulisan
Pengaruh Merokok Terhadap Time Washout Anestesi Sevofluran. Selain itu referat ini
sebagai syarat ujian kepaniteraan klinik Anestesi Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Salatiga.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. MEROKOK
sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar
pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat
Ada dua jenis rokok, rokok yang berfilter dan tidak berfilter. Filter pada rokok
terbuat dari bahan busa serabut sintetis yang berfungsi menyaring nikotin.
Rokok biasanya dijual dalam bungkusan berbentuk kotak atau kemasan kertas yang
dapat dimasukkan dengan mudah ke dalam kantong. Sejak beberapa tahun terakhir,
Manusia di dunia yang merokok untuk pertama kalinya adalah suku bangsa
Indian di Amerika, untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad
16, Ketika bangsa Eropa menemukan benua Amerika, sebagian dari para penjelajah
Eropa itu ikut mencoba-coba menghisap rokok dan kemudian membawa tembakau ke
Tapi berbeda dengan bangsa Indian yang merokok untuk keperluan ritual, di Eropa
Spanyol masuk ke Turki dan saat itu kebiasaan merokok mulai masuk negara-negara
Islam.
Sekali lagi, sebuah studi memperlihatkan bahwa merokok tidak hanya
berbahaya bagi diri sendiri namun juga bagi lingkungan sekitar mereka. Laporan dari
Dr Paolo Vineis seperti yang dilansir oleh The British Medical Journal menyatakan
Dampak perokok pada non perokok (perokok pasif) sudah lama diketahui.
Namun bahaya mengenai orangtua perokok pada kesehatan anak-anak baru kini
mengemuka. Dari penelitian yang dilakukan oleh Dr Paolo Vineis disejumlah negara
Yaitu sekitar tiga kali lipat terkena kanker paru-paru dan masalah yang
kali dari orangtua perokok karena anak-anak ini telah menjadi seorang perokok pasif.
tua seharusnya tidak merokok di rumah saat anak-anak mereka berada disekitarnya.
Dr. Norman Edelman memberikan saran lain bahwa seandainya harus merokok
Setiap batang rokok yang dinyalakan akan mengeluarkan lebih 4 000 bahan
kimia beracun yang membahayakan dan boleh membawa kematian. Dengan ini setiap
hisapan itu menyerupai satu hisapan maut. Di antara kandungan asap rokok
dalam cat (acetone), pencuci lantai (ammonia), ubat gegat (naphthalene), racun
serangga (DDT), racun anai-anai (arsenic), gas beracun (hydrogen cyanide) yang
digunakan di “kamar gas maut”. Bagaimanapun, racun paling penting adalah Tar,
Nikotin, seperti najis dadah heroin, amfetamin dan kokain, bertindak balas di
dalam otak dan mempunyai kesan kepada sistem mesolimbik yang menjadi penyebab
utama ketagihan. Nikotin turut menjadi punca utama risiko serangan penyakit jantung
dan strok. Hampir satu perempat pasien penyakit jantung adalah karena kebiasaan
merokok.
Karbon Monoksida pula adalah gas beracun yang biasanya dikeluarkan oleh
knalpot kendaraan.
Apabila racun rokok itu memasuki tubuh manusia , akan membawa kerusakkan
pada setiap organ yang dilaluinya, bermula dari hidung, mulut, tenggorokan, saluran
saluran kencing dan kandung kemih , yaitu apabila sebahagian dari racun-racun itu
Asap rokok mengandung lebih dari 4000 zat, beberapa di antaranya berbahaya
anestesi.. Beberapa juga mengganggu metabolisme obat. Berbagai efek relaksan otot
telah dilaporkan. Risiko aspirasi mirip dengan yang bukan perokok, tapi insiden mual
dan muntah pasca operasi tampaknya kurang pada perokok dibandingkan bukan
perokok. Bahkan merokok pasif efek anestesi. Terbaik adalah berhenti merokok
selama setidaknya 8 minggu sebelum operasi atau, jika tidak, setidaknya selama 24
jam sebelum operasi. Premedikasi anxiolytic dengan halus, anestesi yang dalam harus
mencegah masalah yang paling. Pemantauan mungkin sulit karena pembacaan salah
pada oximeters nadi dan arteri yang lebih tinggi untuk mengakhiri perbedaan karbon
dioksida pasang. Pada periode pemulihan, perokok akan membutuhkan terapi oksigen
dan analgesik lebih. Ini adalah waktu yang ahli anestesi memainkan peran lebih kuat
3. Anestesi Inhalasi
Inhalasi anastesi (juga dikenal sebagai anestesi volatile) adalah anestesi dengan
menggunakan gas atau cairan anestetika yang mudah menguap (volatile agen) masuk
ke dalam tubuh melalui inhalasi melalui paru-paru. Setelah inhalasi obat bius
saja dapat menyebabkan ketidaksadaran dan amnesia, yang mana keadaan tersebut
Obat anestesi inhalasi yang pertama kali dikenal dan digunakan untuk
klorida. Etilen, divinil-eter, enfluran, isofluran, desfluran dan sevofluran. Dalam dunia
modern, anestetik inhalasi yang umum digunakan untuk prektek klinik adalah N2O,
dosis terapeutik dan dosis letal, namun hal ini dapat dengan mudah diatasi dengan
memonitor konsentrasi di jaringan dan dengan melakukan titrasi ke keadaan akhir
Mekanisme kerja obat anestetik inhalasi sangat rumit masih merupakan misteri
dalam farmakologi modern. Ambilan alveolus gas inhalasi ditentukan oleh sifat
fisiknya, antara lain: ambilan oleh paru, difusi gas dari paru ke darah dan distribusi
ialah kadar minimal zat tersebut dalam alveolus pada tekanan satu atmosfir yang
diperlukan untuk mencegah gerakan pada 50% pasien yang dilakukan insisi standar.
Pada umumnya immobilisasi tercapai pada 95% pasien, jika kadarnya dinaikkan diatas
30% nilai KAM. Dalam keaadaan seimbang, tekanan parsiel zat anestetik dalam
alveoli sama dengan takanan zat dalam darah dan otak tempat kerja obat.8
Kelemahan terpenting dari anestesi inhalasi adalah sempitnya jarak antara dosis
terapeutik dan dosis letal, namun hal ini dapat dengan mudah diatasi dengan
a. Haloten
Halotan termasuk alkana, turunan etana yang tersubstitusi dengan halogen. Halotan
merupakan cairan tidak berwarna, berbau enak, tidak iritatif, mudah menguap, tidak
mudah terbakar/meledak, tidak bereaksi dengan soda lime, dan mudah diuraikan
cahaya. Halotan merupakan obat anestetik dengan kekuatan 4-5 kali eter atau 2 kali
kloroform. Keuntungan penggunaan halotan adalah induksi cepat dan lancar, tidak
jarang menyebabkan mual/muntah, tidak mudah terbakar dan meledak. Halotan mulai
diperkenalkan untuk kegunaan klinik tahun 1956 dan cepat meluas penggunaannya,
karena memiliki keuntungan dengan sifat tidak mudah terbakarnya dan rendahnya
daya larut di jaringan. Halotan juga memiliki ketajaman yang relatif rendah namun
potensi tinggi, sehingga dapat digunakan secara inspirasi dalam konsentrasi tinggi
(tergantung kepada potensinya) untuk keperluan anestesi, dan telah terbukti dapat
saat itu, halotan juga memiliki kekurangan dan perlu menjadi perhatian. Kerugiannya
adalah sangat poten, relatif mudah terjadi overdosis, analgesi dan relaksasi yang
kurang, harus dikombinasi dengan obat analgetik dan relaksan, harga mahal,
metabolit halotan juga berperan dalam nekrosis hepar. Overdosis relatif mudah terjadi
dengan gejala gagal napas dan sirkulasi yang dapat menyebabkan kematian. Dosis
b. Enfluran
Enfluran merupakan obat anestetik eter berhalogen berbentuk cairan, mudah menguap,
tidak mudah terbakar, tidak bereaksi dengan soda lime. Induksi dengan enfluran cepat
dan lancar. Obat ini jarang menimbulkan mual dan muntah serta masa pemulihannya
cepat. Dosis induksi 2-4,5% dikombinasi dengan O2 atau campuran N2-O2. Dosis
gelombang otak seperti kejang (pada EEG). Metabolisme enfluran dalam tubuh
meningkatkan kadar fluor darah dan jarang menyebabkan penurunan kadarnya pada
ginjal.
c. Isofluran
Isofluran merupakan eter berhalogen, berbau tajam, dan tidak mudah terbakar.
Keuntungan penggunaan isofluran adalah irama jantung stabil dan tidak terangsang
oleh adrenalin serta induksi dan masa pulih anestesi cepat. Namun, harga obat ini
mahal. Dosis induksi 3-3,5% dalam O2 atau kombinasi N2-O2. Dosis rumatan 0,5-
3%. Pada penggunaan klinis isofluran menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya
tinggi dan tahan terhadap penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar
matahari dan merupakan gold standard sejak anestesi mulai dikenalkan pada tahun
70an. Pada sebuah peride dilaporkan adanya kemungkinan terjadinya coronary steal
karena efek vasodilatasi yang kuat pada pasien dengan penyakit jantung koroner,
d. Desfluran
Desfluran merupakan fluorinasi eter dengan metil-etil yang berbeda 1 atom dengan
isofluran ;yaitu penggantian atom klor dengan fluor pada komponen α-etil (Gambar
15-1). Fluorinasi tersebut menyebabkan perbedaan efek, kelarutan dalam darah dan
jaringan lebih rendah (darah : kelarutan desfluran sama dengan NO) dan
selain itu fluorinasi metil etil secara lengkap akan meningkatkan tekanan penguapan
agar konsentrasi gas desfluran tetap terjaga, disini diperlukan adanya penghangatan
dan pengaturan penguapan dengan tenaga listrik. Satu keunggulan desfluran adalah
tidak dapat diberikan melalui facemask karena dapat menimbulkan batuk, salivasi,
penderita akan menahan nafasnya dan terjadi spasme laring. Dalam CO2 yang sangat
kering, desfluran dapat terurai menjadi karbon monoksida, begitu pula dengan
isofluran dan enfluran (namun lebih rendah). Desfluran memiliki tingkat kelarutan
paling rendah diantara golongan anestesi volatil, terlebih kelarutannya dalam lemak
hanya setengah dari jenis volatil yang lain. Secara teoritis desfluran baik digunakan
untuk pembedahan yang lama dengan saturasi jaringan yang rendah. Desfluran diduga
e. Sevofluran
Sevofluran merupakan isoprofil eter dengan fluorinasi metil dan berbau. Tekanan
penguapannya hampir sama dengan enfluran dan dapat digunakan pada evaporizer
desfluran namun tetap lebih unggul dari golongan volatil lainnya. Potensi sevofluran
sekitar setengah dari isofluran dan perubahan strukturnya (kecuali fluorinasi) paling
sering disebabkan oleh lepasnya rantai profil pada molekul eternya. Sevofluran tidak
terlalu berbau (tidak menusuk) dan memiliki efek bronkodilator sehingga banyak
dipilih untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa. Efek
vasodilator koroner sevofluran sama degan isofluran tetapi lebih cepat 10-20x
sevofluran diduga tidak menyebabkan penurunan kadarnya pada ginjal seperti yang
CO2 absorbents. Bila terpapar CO2 sevofluran akan terurai menjadi vinil halida yang
disebut unsur (compound) A, yang dalam dosis tertentu bersifak nefrotoksik pada
percobaan (tikus) namun diduga tidak berhubungan dengan gagal ginjal pada manusia
f. N2O
N2O merupakan suatu gas yang berbau, berpotensi rendah (MAC 104%), tidak mudah
terbakar dan relatif tidak larut dalam darah. N2O paling banyak digunakan sebagai
anestesi tambahan pada kombinasi opioid atau volatil pada anestesi umum. Meskipun
tidak mudah terbakar, N2O akan membantu suatu pembakaran. Tidak seperti
penggunaan anestesi volatil lainnya, N2O tidak menghasilkan efek relaksasi otot
Berdasarkan jurnal artikel yang penulis dapatkan dengan judul Effect of cigarette
Journal List BMC Anesthesiology pernah dilakukan penelitian oleh Tayfun Adanir,
a. Metode
merokok sehat (≥ 20 batang / hari selama> 1 tahun) ASA I-II status fisik pasien,
usia 18-63 tahun, yang calon otorhinolaryngologic operasi elektif dengan anestesi
dan waktu yang diambil untuk konsentrasi sevofluran untuk mengurangi ke MAC-
terjaga (0,3) dan 0,1 tingkat MAC dicatat. Selain itu, rasio fraksi konsentrasi
terinspirasi (Fi) dan berakhir konsentrasi sevofluran (Fexp) pada 1 MAC dan Fexp
dari sevofluran di 0.1MAC dicatat. Para pasien ventilasi mekanik selama waktu
pencucian.
b. Hasil
washout waktu sevofluran.. The kali 1MAC ke MAC-terjaga (106 ± 48 detik non-
perokok vs 97 ± 37 detik pada perokok, p> 0,05) dan ke bawah untuk 0.1MAC
(491 ± 187 detik di-perokok vs non 409 ± 130 detik di perokok, p> 0,05) adalah
serupa. Demikian pula, tidak ada perbedaan yang signifikan pada rasio Fi / Fexp di
1MAC (1,18 non-perokok vs 1,19 pada perokok, p> 0,05) dan Fexp dari
BAB III
KESIMPULAN
Time washout dari 1 MAC –h sevoflurane anesthesia tampaknya tidak
dipengaruhi oleh merokok pada pasien yang tidak disertai penyakit paru yang
signifikan.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.docstoc.com/docs/7804112/CHAPTER-15-anastesi-inhalasi
3. http://www.lenterabiru.com/2009/10/rokok-kesehatan-kanker-paru-penyakit-sesak.htm
4. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2149030/
6. Warner DO: Helping surgical patients quit smoking: why, when, and how. Anesth
7. Warner DO: Preoperative smoking cessation: the role of the primary care provider.
8. van der Vaart H, Postma DS, ten Hacken NH: Acute effects of cigarette smoke on
9. MacNee W, Wiggs B, Belzberg AS, Hogg JC: The effect of cigarette smoking on
10. Traber DL, Linares HA, Herndon DN, Prien T: The pathophysiology of inhalation
11. Basadre JO, Sugi K, Traber DL, Traber LD, Niehaus GD, Herndon DN: The effect of
12. Schroeder T, Melo MFV, Musch G, Haris RS, Winkler T, Venegas JG: PET imaging
of regional 18F-FDG uptake and lung function after cigarette smoke inhalation. J Nuc
61:826-831.
14. Warner DO: Tobacco dependence in surgical patients. Curr Opinion Anesth 2007,
20:279 283.
15. Sweeney BP, Grayling M: smoking and anesthesia: the pharmacological implications.
19. Spracklin DK, Hankins DC, Fisher JM: Cytochrome P4502E1 is the principle catalyst
20. Kharasch ED, Thummel KE: Identification of cytochrome P450 2E1 as the
2006, 50:982-987.
24. Morgan GE, Mikhail MS, Murray MJ, Kleinman W, Nitti GJ, Nitti JT, Raya J:
2006:155-178.
25. Vassallo R, Ryu JH: Tobacco smoke-related diffuse lung diseases. Semin