No 2
No 2
PENDAHULUAN
pemijahan.
1.2. Tujuan
kelamin jantan dan betina pada ikan sehingga dapat dimengerti mana
yang jantan dan betina walau kita cuma mengetahui warna atau
1
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tawes :
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinoidea
Genus : Puntius
berat 365,5 gr, sedangkan ikan betinanya berukuran lebih kecil, anal
dibandingkan dengan ikan jantan, dan memiliki bentuk badan yang lebih
dilakukan dengan cara stripping yaitu dengan cara memijat badan ikan
sampai anus dan apabila keluar cairan berwarna putih maka ikan tersebut
2
Sifat seksual primer pada ikan berkaitan dengan adanya organ yang
seksual sekunder ialah tanda – tanda yang nampak dari luar dan dapat
dipakai untuk membedakan antara jantan dan betina. Apabia pada suatau
dan lebih besar, bentuk anusnya bulat. Jika ikan betina itu sedang matang
akan melakukan ovulasi yaitu proses pelepasan ovum dari ovarium jika
Ada sifat yang tidak kalah pentingnya karena sifat ini juga
gonokhorisme. Sifat-sifat itu dapat kita lihat dan diketahui dari bentuk
tubuh, berat dan ukuran serta bisa di bandingkan antara jantan dan betina
(Lagler, 1961).
3
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1.Alat
3.1.2.Bahan
3.2. Metode
dibuat perbandingan antar sifat jantan dan betina serta sifat sekunder
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di Lab Perikanan dan
Kelautan, UNSOED
4
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
N
Pembeda Jantan Betina
o
1. Bentuk dan - lebih besar - Lebih kecil
3. cm
4. 365,5gr 268,5gr
- Lebih ramping
4.2 Pembahasan
dan betina, yaitu dapat dilihat dari warna perut dan bentuk tubuh yang
5
paling dominan. Pada ikan betina warna sisik tubuh terlihat terang dan
jelas sedangkan pada ikan jantan terlihat agak keruh atau tidak terang
dan yang paling dapat di bedakan yaitu lubang genital dan berat atau
ukuran tubuhnya.
dengan susunan yang khas pada spesies tertentu bisa dipakai untuk
b) Sifat seksual sekunder yang bersifat permanent atau tetap, yaitu tanda
ini tetap ada sebelum, selama dan sesudah musim pemijahan. Misalnya
tanda bulatan hitam pada ekor ikan Amia calva jantan, gonopodium
warna yang lebih menyala pada ikan Lebistes, Beta dan ikan-ikan
sebagainya.
Dari dasar ini kita juga dapat membedakan lagi sifat sekunder yang
6
permanen dari ikan itu sendiri seperti panjang dan ukuran yang tidak bisa
ikan jantan saja. Apabila ikan jantan tadi dikastrasi (testisnya dihilangkan),
bulatan hitam pada ikan Amia betina akan muncul pada bagian ekornya
seperti ikan Amia jantan, bila ovariumnya dihilangkan. Hal ini disebabkan
peranan pada tanda seksual sekunder, sedangkan tanda hitam pada ikan
Sifat seksual ikan merupakan sifat biologis dari suatu ikan untuk
sinkroni apabila didalam gonad individu terdapat sel kelamin betina dan
7
protandri yaitu proses diferensiasinya berjalan dari fase betina ke fase
diperlukan yang harus dilalui, untuk memilih jenis ikan yang siap untuk
dipijahkan harus diketahui dahulu mana ikan jantan dan ikan betina
(Lagler, 1962). Dari praktikum yang kami lakukan didapatkan ciri-ciri ikan
jantan yaitu bentuk lebih besar, lebih panjang, lebih berat, warna lebih
kusam, alat reproduksi testis dan lubang genitalnya terletak di depan, dari
bentuk dan ukuran lebih kecil, lebih pendek, lebih ringan, warna lebih
Berdasarkan referensi yang kami baca, ikan jantan dan ikan betina
lubang urogenital yaitu lubang untuk anus dan yang kedua untuk lubang
lubang urogenital yang berjumlah tiga, yaitu lubang dubur atau anus,
lubang pengeluaran telur atau papilla dan lubang urine atau lubang
setelah ikan mengalami matang gonad, matang gonad adalah fase dimana
ikan sudah siap untuk memijah (Sugiarto, 1986). Ciri – ciri ikan yang
1. Induk jantan
8
a) Umur telah mencapai 1 tahun
2. Induk betina
membesar
dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas, maka spesies
9
10
V. KESIMPULAN
1) Ikan jantan dan ikan betina memiliki pembedaan yaitu sifat kelamin
panjang badan ikan jantan lebih panjang, lebih berat, warna lebih
didepan.
2) Tambahan dari hasil referensi jika ikan betina sudah matang kelamin
maka pada bagian perutnya akan membuncit dan ukuran tubuh serta
11
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta
Yogyakarta
Yogyakarta
Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari & S. Wirjoatmodjo. 1993. Fresh
Limited: Jakarta.
11-2006]
Lagler, K.F. 1961. Freshwater Fishery Biology. Second Edition WM.C. Brown
Co.
Dubuque, Lowa.
Lagler, K.F.,J.E. Bardach and R.R. Miller. 1962. Ichtyology. Jhon Willey and
12
I. PENDAHULUAN
protein, lemak, dan karbohidrat. Semua nutrisi itu berguna bagi ikan
ikan akibat asupan pakan yang diperoleh dapat diukur dari bertambahnya
bobot ikan.
1.2. Tujuan
13
II. TINJAUAN PUSTAKA
Phylum : Chordata
Kelas : Pisces
Ordo : Ostariophysi
Famili : Cyprinoidea
Genus : Puntius
sederhana melelui proses yang disebut dengan digesti. Proses ini disebut
dengan proses enzimatik dari polisakarida yaitu zat pati menjadi gula,
protein menjadi asam amino, lemak menjadi asam lemak dan gliserol,
seperti glukosa, asam lemak, dan gliserol serta nutrisi-nutrisi lain yang ada
14
dan bermanfaat bagi tubuh ikan. Kecepatan pemecahan makanan dari
tubuh ikan dari molekul besar ke molekul yang kecil yang akan diabsorpsi
oleh tubuh ikan prosesnya disebut laju digesti. Sedangkan zat-zat yang
dibutuhkan dan yang akan diabsorpsi ikan melalui darah juga akan
15
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini ikan Tawes dan aquades.
3.2. Metode
Lambungnya diambil dan dijaga supaya isinya tidak keluar dengan cara
VolumeMate riallambun g
= x100 %
Volumetota lLambung
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di Lab. Akuatik
16
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
(Puntius 7 5 12 58,3
javanicus)
4.2. Pembahasan
lambung adalah 7ml, volume material aquades ml, dan volume total
tersebut dengan mengetahui kebiasaan pakan ikan ini dapat dilihat antar
17
Fungsi pakan yang paling utama menurut Asmawi (1983) adalah
mempunyai nutrisi yang tinggi, maka hal ini tidak menjamin hidupnya,
belebar dan terletak di ujung superior. Dan memiliki finlet sedangkan sirip
18
V. KESIMPULAN
58,3%.
19
DAFTAR PUSTAKA
Bogor.
Yogyakarta.
Lagler, K.F.,J.E. Bardach and R.R. Miller. 1962. Ichtyology. Jhon Willey and
20
I. PENDAHULUAN
makanan.
Tidak semua telur ikan memiliki bentuk yang sama, namun ada yang
telur yang mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda atau hampir
sama. Seperti pada spesies yang ada dalam satu genus atau yang
spesiesnya.
plasma dan dari telur ini kelak akan mengambil bagian deutoplasmanya
terbatas.
1.2 Tujuan
21
II. TINJAUAN PUSTAKA
Secara struktur, sel telur ikan sangat berbeda dari sel tubuh lainnya,
namun sama dengan lainnya yaitu memiliki organel khusus sel telur yang
disebut kortikel granula atau kortikel alveoli ( Effendie, 1997 ). Pada telur
ikan yang sudah matang sebagian sitoplasma hanya menjadi penutup tipis
dari kuning telur dan butiran minyak. Yang akhirnya akan mengumpul di
b) Telur telolecithal
pada salah satu kutubnya. Ikan tergolong hewan yang mempunyai jenis
telur tersebut.
22
2) Telolecithal : telur dengan kuning telur lebih banyak dari
atau ditimbun oleh batu-batuan atau kerikil, contoh telur ikan trout
Coregonus
hidup di laut.
23
tanaman, sampah, dan sebagainya, contoh telur ikan mas
(Cyprinus carpio).
pada substrat.
telur yang paling umum adalah bulat, namun ada yang lonjong dengan
banyak telur sehingga tubuhnya lebih gemuk. Warna tubuhnya lebih gelap
untuk yang jantan dan lebih cerah pada induk betina. Sedangkan bagian
perut dan ekor ikan Tawes jantan berwarna kecokelatan. Untuk ikan
(Nelsen, 1953).
24
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah telur segar yang
baru dikeluarkan pada tubuh ikan Tawes (Puntius javanicus) dan ikan
3.2. Metode
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di Lab. Akuatik
4.1 Hasil
25
Hasil yang diperoleh dari pengamatan adalah sebagai berikut
Keterangan :
A. Chorion
B. Perivetelin
C. Yolk
4.2 Pembahasan
Ikan yang di gunakan pada praktikum ini adalah ikan Tawes (puntius
javanicus) dan ikan Nilem (Osteochilus haselti). Telur ikan Tawes yang
diamati pada praktikum ini mempunyai ciri struktur yang tidak lengket
(adhesive), warnanya lebih gelap dari pada ikan Tawes, dan bentuknya
sempurna.
hidup di air tawar. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui
telur Ikan Tawes termasuk non adhesive, telur sedikit adhesive pada
sama sekali tidak menempel pada apapun juga, contoh telur ikan Salmon.
Perlu diketahui bahwa tidak semua bentuk telur itu sama, namun ada juga
yang memiliki bentuk dan ukuran yang berbeda seperti pada spesies yang
26
dalam satu genus atau yang berdekatan dengan pembeda yang kecil
Ikan Nilem (Ostheochilus haselti) juga merupakan salah satu ikan air
tawar. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui telur ikan
carpio).
apabila diletakkan dalam tempat yang gelap akan menetas lebih lambat.
Faktor luar lainnya yang dapat mempengaruhi masa pengeraman ialah zat
yang terlarut dalam air terutama zat asam arang dan amonia dapat
asam dalam air telah diketahui dapat mempengaruhi unsur meristik yaitu
jumlah ruas tulang belakang. Bila tekanan zat asam itu tinggi, jumlah ruas
berkurang jumlahnya.
27
V. KESIMPULAN
sebagai berikut :
gelap.
4. Jenis telur ikan Tawes non adhesive dan ikan Nilem adhesive.
suhu (temperature) dan zat yang terlarut dalam air (zat asam arang
dan ammonia).
28
DAFTAR PUSTAKA
Wahyuningsih, Hesti et. al. 2006. Buku Ajar Iktiologi. Universitas Sumatera
Utara, Medan.
29
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Telur adalah suatu sel yang terdiri dari ooplasma (plasma sel dan
telur) dan inti sel. Inti sel sering disebut gelembung lembaga (vesikula
oogonia berupa sel kecil berbentuk bulat dengan ukuran inti yang tampak
oosit primer.
gonad umumnya tidak homogen, melainkan terdiri dari beberapa tipe telur
primitif, telur yang berkembang, telur hampir masak, atau masak, serta
1.2. Tujuan
30
II. TINJAUAN PUSTAKA
Telur merupakan suatu sel yang terdiri dari plasma sel telur dan inti
sel. Inti sel sering disebut gelembung lembaga yang didalamnya terdapat
plasma inti, anak inti dan kromosom. Telur ikan ovipar dibungkus oleh
(Mikodina, 1997). Hal ini dapat diketahui, bahwa ada telur yang memilki
mikrofil, tetapi tidak memiliki akrosom. Bagian lain dari telur ikan adalah
yaitu bagian plasma yang pasif, berisi cadangan makanan embrio yang
sedang tumbuh di dalamnya. Pada telur yang masak bagian terbesar dari
sehingga sitoplasma hanya menjadi penutup tipis bagian kuning telur dan
organel sel juga terdapat kortikel, alveoli dan yolk (Effendi, 1978).
induk betina dan spermatozoa dari induk jantan sehingga terbentuk sel
tunggal diploid yang disebut zygot (Effendi, 1978). Telur terbuahi di tandai
31
sehingga rongga perivitellin tampak jernih. Telur tidak terbuahi akan mati
kandungan kuning telur dan fekunditas. Ukuran dan jumlah telur yang
Satu hal yang menonjol adalah ikan yang memiliki telur-telur kecil
32
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
mikrometer okuler
3.1.2. Bahan
3.2. Metode
saling berhimpitan dari skala 1-100 dicatat dan dicatat semua yang
jumlahoby
1 oklr = jumlahokl xoby
jumlahoby
1 oklr = X 10 mikrometer ----------------- merupakan angka
jumlahokl
kalibrasi
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di Lab. Aquatik
33
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Total 5,43
Rata-Rata 1,09
(Osteochilus m) )
haselti)
Telur ikan 1 0,025 57 1,43
Total 7,49
34
Rata-rata 1,5
35
4.2 Pembahasan
Pada praktikum kali ini diperoleh total pada ikan Tawes yaitu 5,43
mm dan ikan Nilem yaitu 7,49 mm. Menurut Setiadi (2000), mengatakan
sedangkan telur tidak dibuahi akan mati dan warnanya berubah menjadi
putih keruh.
pemijahan dan ukuran tubuh dari masing-masing spesies ikan. Hal ini
telurnya.
setelah telur keluar dari tubuh induk lalu akan terjadi penyerapan air di
memisahkan diri dari oolema dan terbentuk ruang perivitellin yang dapat
terserapnya air dari medium sekitarnya, bersama itu pula lubang mikrofil
36
V. KESIMPULAN
sebagai berikut:
diameter telurnya.
37
DAFTAR PUSTAKA
Mikodina, E,V. 1997. Structur of Cyprinid Egg and some Data About Its
Chemical Nature. Biologi. Nouk, 9: 60-64.
38
PENDAHULUAN
seragam dari ikan yang dimaksud, waktu pemijahan yang berbeda dan
lainnya.
untuk satu pemijahan. Melalui fekunditas secara tidak langsung kita dapat
menaksir jumlah anak yang akan dihasilkan dan akan menentukan pula
aspek dari natural history, tetapi sebenarnya ada hubungan dengan studi
hidupnya hingga menjadi ikan yang dewasa. Selain itu dalam suatu kajian,
39
1.2. Tujuan
mengetahui hubungan antara ukuran tubuh ikan dan jumlah telur yang
dihasilkan.
40
TINJAUAN PUSTAKA
cara, yaitu dengan metode jumlah yang merupakan metode paling teliti,
Van Bayer (panjang telur dibagi dengan jumlah telur sama dengan
atau panjang ikan disebut Fekunditas Nisbi, sedangkan jumlah telur yang
Terdapat dua cara untuk mendapatkan telur dari ikan induk guna
tubuh induknya).
41
b. Mengambil telur dari ikan dengan mengangkat seluruh gonad
terjadi pembuahan.
pakan, temperature air dan kuantitas pakan. Ikan yang tua dan besar
relatif akan menjadi maksimum pada golongan ikan yang masih muda
(Nikolsky, 1969).
cara penjagaan (parental care) serta ukuran butir telur. Ikan-ikan yang
( Sumantadinata, 1981 ).
42
MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Bahan
3.1.2. Alat
X:x=V:v
43
3.3. Waktu dan Tempat
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di lab. Akuatik
44
I. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Tabel Fekunditas
Volume Volume
Jumlah
seluruh sebagian Fekunditas
Ikan sebagian
Gonad (V) Gonad (v) (X)
Telur (x)
(ml) (ml)
IKAN TAWES
javanicus)
IKAN NILEM
haselti)
4.2. Pembahasan
ikan, yaitu ikan Tawes (Puntius javanicus) dan ikan Nilem (Osteochilus
haselti). Nilai fekunditas pada ikan Tawes yaitu 161.000 butir/ml dan ikan
ikan Nilem sebanyak 16720 butir. Nilai fekunditas terendah pada ikan
tubuh pada ikan, volume gonad dapat mewakili bahwa berat dan panjang
ikan berpengaruh pada fekunditas. Hal ini berarti dapat dikatakan bahwa
45
panjang dan berat ikan erat hubungannya dengan tinggi rendahnya
karena panjang penyusutannya kecil sekali, tidak seperti berat yang dapat
dihubungkan dengan berat, karena berat lebih mendekati kondisi ikan itu
daripada panjang.
pemijahan. Ikan yang diamati fekunditasnya adalah ikan Tawes dan ikan
cara volumetri yaitu dengan cara mengukur volume seluruh telur dengan
(1998) adalah:
tinggi.
2. Umur.
46
Ikan yang berumur tua akan mengalami kemunduran aktivitas
banyak telur.
4. Suhu air.
47
V. KESIMPULAN
kualitas telur.
telur yang dihasilkan, semakin besar ukuran tubuh ikan maka jumlah
48
DAFTAR PUSTAKA
49
Lampiran Fekunditas
Diketahui: V = 35 ml
v = 0,1 ml
x = 460 butir
Ditanyakan: X = …?
Jawab: X : x = V : v
X V
=
x v
V .x
X =
v
35 .460
= =161000
0 .1
Diketahui: V = 11 ml
v = 0,1 ml
x = 152 butir
Ditanyakan: X = …?
Jawab: X : x = V : v
X V
=
x v
V .x
X =
v
11 .0,1
= =16720
0.1
50
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
beda atau sesuai dengan umur yang harus dicapai oleh suatu jenis ikan
dikalikan 100 %.
51
1.2. Tujuan
secara kuantitatif.
52
II. TINJAUAN PUSTAKA
besar, berisi kuning telur dan akan diovulasikan pada ikan yang telah
dewasa. Proses pematangan gonad pada ikan yang telah dewasa dan
induk sebenarnya terjadi mulai dalam masa oosit muda dan bukan dari
(Effendi, 2002).
53
ditentukan dengan cara tersebut termasuk tingkat kematangan tinggi
(Lam, 1983).
54
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
3.1.2. Bahan
dengan rumus :
Bg
IKG = X 100%
Bt
Bt = Berat tubuh
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di lab. Perikanan
55
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
3 (Osteochilus 12 12 21 %
haselti)
4.2. Pembahasan
yang relatif tinggi. Hal ini dilihat bahwa nilai ikan Nilem tersebut IKG-nya
21% sehingga dapat disimpulkan bahwa ikan Nilem tersebut telah siap
memijah. Ikan dikatakan matang gonad dan siap memijah bilamana IKG >
akan mencapai batas kisar maksimum pada saat akan terjadi pemijahan
(Johnson, 1971).
adalah 1,9% dan indeks kematangan gonad ikan Tawes betina 13,8%.
Pada ikan tawes ini menunjukkan bahwa gonad yang didapati belum
cukup matang dan belum siap untuk mijah. Dari perbandingan dua spisies
56
ikan ini, ikan Tawes yang memiliki berat tubuh lebih besar maka memiliki
berat gonad yang lebih besar pula. Dari asumsi tersebut, maka dapat
semakin tinggi berat tubuh maka nilai IKG semakin besar. Hal ini sesuai
dengan pendapat Effendi (2002) bahwa secara alamiah ukuran dan berat
kematangan gonad.
gonad sebelum dan sesudah ikan itu berpijah. Tiap-tiap spesies ikan pada
reproduksi dan yang tidak. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali
besar, berisi kuning telur dan siap diovulasikan oleh ikan. Dari data
Semakin besar ukuran ikan, jumlah telurnya akan semakin banyak, ukuran
telurnya juga relatif lebih besar demikian pula kualitasnya semakin baik.
57
Tingginya nilai IKG pada ikan terjadi karena ikan-ikan tersebut
tetapi secara relatif perubahannya tidak besar dan di daerah tropik gonad
dapat masak lebih cepat. Kualitas pakan yang diberikan harus mempunyai
saat terjadi pemijahan. Pada ikan betina nilai IKG lebih besar dibandingkan
58
V. KESIMPULAN
dan ikan Tawes betina 13,8% sedangkan pada ikan Nilem (Osteochilus
ukuran dan umur ikan. Semakin besar ukuran ikan , jumlah telurnya
b. Nutrisi.
59
DAFTAR PUSTAKA
Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Cikuray-
Bogor.
Bagenal, T.B. and E. Braum, 1968. Eggs and Early Life History, dalam W.E.
Ricker ed. Methods foe Assesments of Fish production in Fresh
Water. Blackwell Scientific Publication, p 159 – 181.
60
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
mempengaruhinya.
dapat berkembang dan bagian yang statis. Pada bagian tubuh yang dapat
hubungan yang terdapat pada ikan tidak demikian karena bentuk dan
1.2. Tujuan
61
II. TINJAUAN PUSTAKA
isogenik.
termasuk dalam sifat morfometrik dan di bagi menjadi dua bagian, yaitu
panjan total dan panjang baku. Panjang total adalah jarak antara ujung
kepala terdepan atau ujung rahang terdepan, sampai ke ujung ekor atau
ujungbsirip ekor yang paling belakang. Panjang baku adalah jarak antara
panjang dan berat hampir mengikuti hukum feubik, yaitu bahwa berat
terdapat pada ikan tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan
62
Harga eksponen ini telah diketahui dari 398 populasi ikan berkisar
1,2- 4,0 mm, namun kebanyakan dari harga n tadi berkisar dari 2,4- 3,5.
dan berat ikan menurut Rausenfell dan Everhart (1975) ialah dengan
ikan.
63
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
3.1.2. Bahan
10 5W
2. Menghitung faktor kondisi dengan rumus : K =
L3
Dimana :
kelasnya (gram)
(mm)
berat)
W= a L b (a dan b konstanta)
nx ∑(log L) − (∑log L)
2 2
64
b=
∑log W − (nx log a)
∑log L
4. Membuat daftar yang tersusun dari harga-harga L, Log L, W,
beratnya.
beratnya.
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di lab. Aquatik
65
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
(mm)
1 1150 3,06 17 1,23 3,76 9,36
2 1340 3,13 27 1,43 4,47 9,79
3 1290 3,11 26,5 1,42 4,41 9,67
4 1050 3,02 14 1,15 3,47 9,12
5 1250 3,1 24,5 1,39 4,39 9,61
6 1240 3,09 19,5 1,29 3,98 9,54
7 1150 3,06 17,5 1,24 3,80 9,36
8 1550 3,19 48,5 1,69 5,39 10,18
9 1320 3,12 30 1,48 4,61 9,73
10 1170 3,07 20,5 1,31 4,02 9,42
11 1320 3,12 29,5 1,47 4,59 9,73
12 1360 3,13 32,5 1,51 4,73 9,79
N 15190 37,2 307 16,6 51,62 115,3
4.2. Pembahasan
panjang rata–rata ikan Nilem 1265,8 mm dan beratnya 25,6 gr. Dari hasil
perhitungan yang dilakukan nilai b yang didapat pada ikan Nilem adalah –
beratnya.
66
alometric. Hal ini didapat dari nilai b kurang dari tiga berarti pertambahan
yang menunjukan keadaan baik dilihat dari segi kapasitas fisik untuk
panjang dan beratnya. Tetapi kalu dalam alam tidak ada kontrol yang
ukuran ikan dimana ikan yang berukuran kecil mempunyai kondisi relatif
yang tinggi, kemudian menurun ketika ikan bertambah besar. Hal ini
karnivora.
67
dan nilai gizi makanan yang tersedia, umur, jenis kelamin, faktor
68
V. KESIMPULAN
adalah -9,68.
tubuhnya.
69
DAFTAR PUSTAKA
Effendi, M.I. 1997. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112
hal.
Rounsefell, G.A. and W.H Everhart. 1953. Fisheries Science, Its Metode
and
Aplication. John Willey and Sons, 444 pp.
70
Lampiran
Perhitungan Hubungan Panjang Dan Berat
Perhitungan :
Log a= ∑log Wx ∑(log L) − ∑ log Lx ∑(log LxLogW )
2
nx ∑(log L ) −( ∑log L)
2 2
I. PENDAHULUAN
71
1.1. Latar Belakang
Telur adalah suatu sel yang terdiri dari ooplasma (plasma sel dan
telur) dan inti sel. Inti sel sering disebut gelembung lembaga (vesikula
gonad umumnya tidak homogen, melainkan terdiri dari beberapa tipe telur
primitif, telur yang berkembang, telur hampir masak, atau masak, serta
telur dalam tingkat kemunduran.Telur yang baru keluar dari tubuh induk
ikan sebaiknya jangan terlalu lama dibiarkan pada suhu ruangan. Untuk
kanker.
hari, beberapa minggu bahkan beberapa bulan. Larutan gilson baik untuk
72
digunakan di dalam penelitian fekunditas, bukan saja mengeraskan telur
1.2. Tujuan
struktur, warna, dan bentuk dari ikan yang diawetkan dengan larutan
73
II. TINJAUAN PUSTAKA
Telur merupakan suatu sel yang terdiri dari ooplasma (plasma sel
dan telur) dan inti sel. Inti sel sering disebut gelembung lembaga yang
didalamnya terdapat plasma inti, anak inti dan kromosom. Telur ikan
Tidak semua telur ikan mempunyai bentuk yang sama, namun ada telur
yang mempunyai bentuk dan ukuran yang hampir sama. Beberapa macam
tanda yang dapat dipakai untuk menggolongkan telur ikan diantara tanda-
(Delsman, 1929).
ragi atau dengan penggunaan garam, gula, dan asam (LPTP, 1995).
74
menjaga suhu selama penyimpanan. Jumlah es yang digunakan
air menjadi formalin 10%. Larutan formalin 10% inilah yang banyak atau
tadi tidak mungkin dilakukan di lapangan. Dalam hal demikian maka ikan-
dahulu sebesar satu atau dua cm agar formalinnya dapat masuk ke dalam
bagian, asam nitrat 2 bagian, dan asam asetat glacial 2 bagian (Linder,
1992).
75
III. MATERI DAN METODE
3.1 Materi
3.1.1 Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah botol film, kertas
3.1.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah telur ikan tawes
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di lab. Aquatik
76
4.1. Hasil
1,45 34 x 0,025=
x 0,025= 34 0,85
58
1,225 38 x 0,025=
49
x 0,025= 37 0,85
PENDINGINAN
66
1,65 x 0,025=
65
x 0,025= 0,95
65
1,625 x 0.025=
x 0.025= 0,925
1,625
1,52 0,9
77
39 x 0,025= 18 x 0,025=
35 0,975 20 0,45
43 0,875 14 x 0,025=
36 x 0,025= 19 0,475
0,95 x 0,025=
x 0,025= 0,35
1,075 x 0.025=
x 0.025= 0,475
0,9
0,96 0,45
37 1,45 20 0,525
36 1,225 20 x 0,025=
35 x 0,025= 19 0,55
GILSON
1,65 x 0,025= 0,5
x 0,025= x 0.025=
1,625 0,475
x 0.025=
1,625
0,92 0,475
78
Gambar 1. Telur setelah pengawetan dengan Larutan Formalin
79
Gambar 3. Telur setelah pengawetan dengan cara Pendinginan
0,45 mm 0,51 mm
80
3. Struktur Hitam Adhesive Adhesive
0,96 mm
4.2. Pembahasan
larutan gilson pada ikan Tawes bentuk telurnya tidak sempurna, warnanya
Perlakuan dengan cara pendinginan pada ikan Tawes bentuk telur bulat,
adhesive, sedangkan pada ikan Nilem bentuk telur bulat, warnanya hitam,
yang sama, namun ada telur yang mempunyai bentuk dan ukuran yang
hampir sama pada species yang masih satu genus atau yang berdekatan
81
tampak terlihat. Pada ikan Nilem perlakuan larutan gilson bentuk masih
formalin telur mengalami kerusakan baik pada warna yang menjadi hitam
dan bentuknya yang sudah tidak sempurna. Larutan formalin dan larutan
praktikan dan juga kondisi telur yang sudah terlalu lama dibiarkan pada
(Saanin, 1968). Diketahui juga bahwa telur ikan Tawes bersifat Non-
(0,025) dan di dapatkan hasil pada perlakuan larutan formalin telur ikan
Tawes memiliki diameter 0,45 mm dan telur ikan Nilem berdiameter 0,96
mm, perlakuan larutan gilson telur ikan tawes berdiameter 0,475 mm dan
telur ikan nilem berdiameter 0,92 mm, perlakuan cara pendinginan telur
ikan tawes berdiameter 0,9 mm dan telur ikan nilem berdiameter 1,52
mm. Ukuran telur ikan Tawes dan telur ikan Nilem masih dalam kisaran
82
ukuran telur pada umumnya, walaupun pada ikan tawes hanya pada
kisaran 0,4 mm hal ini dapat terjadi karena kondisis telur yang sudah
rusak. Kisaran ukuran telur bervariasi antara 0,5 – 5 mm, ukuran telur
83
IV. KESIMPULAN
berikut :
2. Cara pengawetan yang tidak merusak telur dalam bentuk dan warna
84
DAFTAR PUSTAKA
Delsman, H.C.1929. The Study of Pelagic Fish Eggs. Forth Pacific Science
Congress Batavia, Bandung
Yudhi ‘m Blog (25 Januari 2008). Pengawetan dan Bahan Kimia II.
http://my.yahoo.com/
85
I. PENDAHULUAN
menjadi 2 bagian besar yaitu faktor dalam dan faktor luar. Faktor dalam
menghasilkan organ atau sel organ tertentu dan gen umum yang
pertumbuhan.
86
pertumbuhan seperti kemampuan ikan menemukan dan memanfaatkan
1.2. Tujuan
proses pertumbuhan.
87
II. TINJAUAN PUSTAKA
terjadi apabila ada kelebihan energi dan materi yang berasal dari pakan
sangat dibutuhkan sejak fase larva, dewasa, dan ukuran induk. Fungsi
1971).
88
III. MATERI DAN METODE
3.1. Materi
3.1.1. Alat
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah Ikan nila
2. Setelah itu bak diisi dengan air ± ¾ dari tinggi bak dan siapkan
aerator.
ikan.
dengan rumus :
GR = Wt-Wo
Dan
LnWt − LnWo
SGR = x100 %
t
89
3.3. Waktu Pelaksanaan
pukul 09.00 WIB sampai dengan pukul 15.00 WIB. Di lab. Aquatik
90
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil
Minggu, 9 November
2008
∑ ikan 15 ekor
∑ W ikan 226
gram
Minggu, 16 November
2008
∑ ikan 4 ekor
∑ W ikan 66
gram
Minggu, 23 November
2008
∑ ikan 1 ekor
∑ W ikan 20
gram
Minggu, 30 November
2008
∑ ikan 1 ekor
∑ W ikan 22
gram
4.2. Pembahasan
laju pertumbuhan total sebesar 1,43 dan spesifiknya sebesar 1,29 dengan
91
totalnya sebesar 3,5 dan spesifiknya 2,71 dengan jumlah ikan 4 ekor, dan
kondisi lingkungan yang kurang baik dan juga serangan hama penyakit
(Wardoyo, 1978). Laju pertumbuhan total yang paling tinggi adalah pada
meskipun jumlah ikan hanya 4 ekor, hal ini dapat terjadi karena ikan lebih
leluasa dalam ruang geraknya dan persaingan dalam pakan pun menjadi
pertama begitu juga dengan laju pertumbuhan spesifiknya, hal ini terjadi
karena ruang gerak yang saat sempit, sehingga persaingan dalam pakan
setiap hari dan frekuensi pemberian pakn per hari. Jumlah pakan yang
Pakan yang digunakan berupa pelet, diberikan pada pagi dan sore
hari. Pakan pada dasarnya dibedakan menjadi dua macam yaitu pakan
92
alami dan pakan buatan. Pakan alami adalah pakan yang didapat dari
alam, sedangkan pakan buatan adalah pakan yang diramu dari berbagai
macam bahan sehingga nilai gizinya dapat diatur dan dapat disimpan
ikan banyak yang terkena parasit tumbuh jamur disekitar tubuh dan
matanya. Pakan yang tidak habis dimakan oleh ikan sebaiknya dihindari,
sebab keadaan yang seperti ini dapat mengganggu kualitas air yang
salah satu cara yang mudah untuk membersihkan sisa pakan (Jangkaru,
1980).
93
V. KESIMPULAN
berikut :
(kematian).
3. Laju pertumbuhan total yang paling tinggi adalah pada saat minggu
kedua,
pertama.
94
95
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta
Bogor
Bogor
96
Lampiran
Perhitungan ;
226
Wo = = 15 ,07 gr
15
66
Wt (Wo2) = =16 ,5 gr
4
20
Wt (Wo3) = = 20 gr
1
22
Wt (Wo2) = = 22 gr
1
Perhitungan :
GR I = Wt-Wo
= 16,5 – 15,07
= 1,43
97
LnWt − LnWo
SGRI = x100 %
t
2,80 − 2,71
= x100 %
7
0,09
= x100 %
7
= 1,29
GR II = Wt-Wo
= 20-16,5
= 3,5
LnWt − LnWo
SGRII = x100 %
t
Ln 20 − Ln16 ,5
= x100 %
7
2,99 − 2,80
= x100 %
7
0,19
= x100 %
7
= 2,71
GR III = Wt-Wo
= 22-20
98
=2
LnWt − LnWo
SGRIII = x100 %
t
Ln 22 − Ln 20
= x100 %
7
3,09 − 2,99
= x100 %
7
0,1
= x100 %
7
= 1,43
99