Anda di halaman 1dari 10

PENGELOLAN DAERAH ALIRAN SUNGAI MELAWI

Oleh
Nadia Amanah
Program Studi S-1 Teknik Lingkungan
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru

Abstrak
Daerah aliran sungai Melawi meliputi wilayah kabupaten Sintang dan
Kabupaten baru hasil pemekaran pada awal tahun 2004, yaitu kabupaten
Melawi. Daerah Aliran Sungai merupakan kesatuan dengan sungai dan anak-
anak sungainya yang melalui daerah tertentu yang fungsi nya untuk menampung
air. Daerah aliran sungai memiliki beberapa sub DAS dimana air yang mengalir
akan berkumpul pada DAS utama. Berbagai masalah sudah mulai bermunculan
pada sub-DAS Melawi yang berada di propinsi Kalimantan Barat. munculnya
beberpa pencemaran dan kerusakan lingkungan/degradasi pada sub-DAS
tersebut dapat dinilai berdasarkan parameter fisik yang akan mengganggu fungsi
DAS sebagai tempat penampung air.
Untuk mengatasi masalah dari degradasi DAS maka diperlukan
pengelolaan secara teknis, vegetatif dan kimia. Jika suatu DAS dan daerah sudah
dikelola dengan baik maka hal ini akan berpengaruh dengan kondisi sosial dan
ekonomi penduduk, sehingga keberhasilan pengelolaan DAS ini dapat dinikmati
seluruh pihak.
Kata kunci : DAS, sub-DAS, pengelolaan DAS dan Sosek masyarakat.

Absract
Melawi catchments area is covering the region that consists of two
regencie Kabupaten Sintang and the newlyformed one in 2004, Kabupaten
Melawi catchments area is whole with river and river’s group to pass a region
about funcion to catch a falling water. Catchments area has more sub-
catchments area to flowed in main catchments area. More problems catchments
area Melawi in west Borneo was coming. Some pollution and environment
damage/degradation on that sub- catchments area can be valued based on
phisical parameter to intrude catchments area funcion to whole water.
To solve the problem of degradation’s catchments area, we should have
technically management , vegetation style, and chemical style. If a catchments
area and the other region have the right managed so this condition will influence
to social condition and society’s economy, so the success of the catchments area
management can be comfortabled for all side.
Key word : catchments area, sub catchments area, catchments area management
dan society’s socialeconomy.

1
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang
unsur utamanya terdiri dari sumber daya alam vegetasi, tanah dan air serta sumber
daya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumber daya alam. Pemanfaatan SDA
mencerminkan pola perilaku, keadaan sosial ekonomi dan tingkat pengelolaan
yang sangat erat kaitannya dengan kelembagaan.
Sebagai satu kesatuan unit pengelolaan, maka DAS dapat menampung
kepentingan seluruh sektor dalam rangka pembangunan berkelanjutan dan yang
berwawasan lingkungan. Untuk itu perlu dikembangkan pola tata ruang yang
dapat menyerasikan tata guna lahan, air serta sumber daya lainnya dalam satu
kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pola
perkembangan kependudukan yang serasi.
Permasalahn yang menjadi perhatian utama dalam pengelolaan DAS
sebagai bagian dari pembangunan wilayah sampai saat ini tergolong komplek dan
saling terkait. Permasalhan tersebut antara lain terjadinya erosi, sedimentasi,
banjir pada musim penghujan dan kekeringan pada musim kemarau yang sangat
erat kaitannya dengan keadaan sumber daya alam vegetasi atau hutan tanah air
serta unsur manusia yang terdapat dalam ekosistem DAS tersebut. Faktor
kehilangan tanah, limpasan, infilltrasi, dan debit sedimen menjadi faktor domonan
penyebab tingkat degradasi sangat tinggi. Dengan demikian perlu adanya
pengelolaan naik secara teknis maupun vegetative dilakukan dalam upaya
pengelolaan DAS.
Batasan Masalah
Batasan masalah ini yaitu hanya pada pengelolaan terhadap daerah aliran
sungai Melawi.
Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat
mempelajari suatu masalah lingkungan hidup yang terjadi agar dapat dilakukan
perbaikan atau dilakukannya konservasi terhadap lingkungan tersebut khususnya
mengenai konservasi pada daerah aliran sungai. Sehingga penyusunan makalah ini
dapat mendukung daripada mata kuliah pengelolaan konservasi lingkungan.
Metode Penulisan
Adapun metode penulisan yang penulis gunakan dalam penyusunan
makalah ini adalah metode kepustakaan yaitu literature-literature yang bersumber
dari internet berupa jurnal dan artikel yang relevan.

TINJAUAN PUSTAKA
Daerah Aliran Sungai (DAS)
 Pengertian DAS
Menurut UU No 7 tahun 2004 tentang sumber daya air yang dimaksud
dengan DAS adalah suatu wilyah daratan yang merupakan satu kesatuan
dengan sungai dan anak anak sungainya, yang berfungsi menampung,
menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau
ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan
batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktifitas
daratan.

2
Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang
unsur utamanya terdiri dari sumber daya alam vegetasi, tanah dan air serta
sumber daya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumber daya alam .
Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu daerah tertentu yang bentuk
dan sifat alamnya sedemikian rupa, sehingga merupakan kesatuan dengan
sungai dan anak-anak sungainya yang melalui daerah tersebut dalam
fungsinya untuk menampung air yang berasal dari curah hujan dan sumber air
lainnya dan kemudian mengalirkannya melalui sungai utamanya (single
outlet). Satu DAS dipisahkan dari wilayah lain disekitarnya (DAS-DAS lain)
oleh pemisah dan topografi, seperti punggung perbukitan dan pegunungan.
 Pengertian sub DAS
Sub DAS adalah bagian DAS yang menerima air hujan dan mengalirkannya
melalui anak sungai ke sungai utama. Setiap DAS terbagi habis kedalam Sub
DAS-Sub DAS. Wilayah Sungai (WS) atau wilayah DAS adalah suatu wilayah
yang terdiri dari dua atau lebih DAS yang secara geografi dan fisik teknis layak
digabungkan sebagai unit perencanaan dalam rangka penyusunan rencana maupun
pengelolaannya.
Klasifikasi DAS :
 Hamparan/letak geografis DAS
 Fungsi strategis
 Kesepakatan Pemda
Klasifikasi :
 DAS lokal
 DAS regional
 DAS nasional
 DAS internasional
(Anonim1, 2009)

Pengelolaan DAS
Pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola hubungan timbal balik
antara sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air dengan sumber daya
manusia di DAS dan segala aktivitasnya untuk mendapatkan manfaat ekonomi
dan jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekonomi
DAS. Pengelolaan DAS pada prinsipnya adalah pengaturan tata guna lahan atau
optimalisasi penggunaan lahan untuk berbagai kepentingan secara rasional serta
praktek lainnya yang ramah lingkungan sehingga dapat dinilai dengan indikator
kunci kuantitas, kualitas dan kontinuitas aliran sungai pada titik pengeluaran
DAS. Tingkat kekeritisan DAS ditunjukkan oleh menurunnya penutupan vegetasi
permanen dan meluasnya lahan kritis sehingga menurunkan kemampuan DAS
dalam menyimpan air atau dengan kata lain menurunnya infiltrasi dimana akan
berdampak pada meningkatnya frekuensi banjir, erosi dan penyebaran tanah
longsor pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Kerusakan lahan
atau tanah dapat menyebabkan berbagai dampak antara lain terjadinya erosi dan
sedimentasi serta masih banyak hal yang ditimbulkan. Erosi mempunyai beberapa
akibat buruk. Penurunan kesuburan tanah. Kedua menurunnya produksi sehingga
akan mengurangi pendapatan petani. Erosi tanah dapat terjadi akibat adanya curah
hujan yang tinggi, vegetasi penutup lahan yang kurang. Kemiringan lereng dan
tata guna lahan  yang kurang tepat. Pendangkalan sungai untuk mengalirkan juga

3
berkurang dan menyebabkan bahaya banjir. Pendangkalan saluran pengairan
mengakibatkan naiknya dasar saluran, mengurangi luas lahan pertanian yang
mendapat aliran irigasi (Anonim2, 2010)
Kerusakan  sumber daya air selain  banjir  dan erosi adalah kekeringan 
dan pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan
sumber daya tanah dan air merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan. Hal
ini karena sebagai sumber daya alam,tanah mempunyai peranan yang sangat
penting. Sebagai sumber unsur bagi tumbuhan dan sebagai media akar tumbuhan
berjangkar dan tempat air tanah tersimpan. Erosi yang terjadi secara terus menerus
dapat mengakibatkan sedimentasi. Sedimentasi adalah terbawanya material hasil
dari pengikisan dan pelapukan oleh Air, angin atau gletser ke suatu wilayah yang
kemudian diendapkan.
Tingkat kesadaran dan kemampuan ekonomi masyarakat petani yang
rendah akan mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder (sandang, pangan,
dan papan) bukan kepedulian terhadap lingkungan sehingga sering terjadi
perambahan hutan di daerah hulu DAS, penebangan liar dan praktik-praktik
pertanian lahan kering di perbukitan yang akan meningkatkan kekritisan DAS.
Untuk mencapai tujuan pengelolaan DAS tersebut di atas, salah satu
tahapan awal yang penting dalam rangka pengelolaan DAS adalah megetahui
karakteristik suatu das meliputi data dasar berupa sifat fisik dan kondidi fisik
teknis, sosial ekonomi dan kondisi lainnya terutama dalam penyusunan
perencanaan das dan kebijaksanaan pengelolaan das secara keseluruhan.
Pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan dengan tidak memperhatikan
kaidah kaidah konservasi lahan dalam pelaksanaannya akan berakibat buruk pada
sumver daya alam itu sendiri sehingga akan terjadi banjir di musim hujan dan
kekeringan pada musim kemarau. Semua ini akibat dari pemanfaatan lahan seperti
pengesahaan hutan, penebangan liar (illegal logging), perambahan hutan,
penmbangan batu bara, pemanfaatan pengguna lahan yang tidak memperhatikan
kaidah kaidah konservasi alam. Dalam hal ini apabiala pemanfaatannya trelalu
berlebihan maka akn berakibat buruk pada sumber daya alam itu sendiri dan
bertambahnya lahan lahan kritis trelantar semakin bertambah.
Sebagai suatu ekosistem alami yang mudah dikenali, sistem DAS terdiri
dari unsur bio-fisik yang bersifat alami dan unsur-unsur non-biofisik. Unsur
biofisik terdiri dari, vegetasi, hewan, satwa liar, jasad renik, tanah, iklim dan air.
Sedangkan unsur nonbiofisik adalah manusia dengan berbagai ragam
persoalannya, latar belakang budaya, sosial ekonomi, sikap politik, kelembagaan
serta tatanan masyarakat itu sendiri.
Beberapa masalah dalam pengelolaan DAS :
1) Degradasi
Degradasi adalah perubahan yang mengarah kepada kerusakan di muka
bumi. Degradasi di sini artinya  penurunan kualitas maupun  perusakan
lahan.Luas kawasan hutan pada tahun 2007 adalah sekitar 133,695 juta hektare
(Badan Planologi Kehutanan, tahun 2007) dan jumlah penduduk Indonesia lebih
dari 220 juta. Degradasi hutan dan lahan semakin meluas sebagai akibat
penambahan jumlah penduduk yang memerlukan lahan untuk sandang, pangan,
papan dan energi. Pengurangan areal hutan untuk pertanian dan konversi lahan
pertanian untuk bangunan akan menurunkan resapan air hujan dan meningkatkan
aliran air permukaan sehingga frekuensi bencana banjir dan tanah longsor

4
semakin tinggi. Degradasi hutan dan lahan terutama di hulu DAS harus bisa
direhabilitasi dengan adanya pengelolaan DAS yang dilakukan secara terpadu
oleh semua pihak yang ada pada DAS dengan memperhitungkan biofosik dan
semua aspek sosial ekonomi. Degradasi hutan dan lahan selama kurun waktu
2000-2005 sangat memprihatinkan yaitu rata-rata 1,089 juta hektar per tahun
Degradasi dapat terjadi secara alami maupun karena pengaruh aktifitas
manusia dalam mengelola lingkungan alamnya, jika degradasi desebabkan oleh
pengaruh alam maka alam tesebut memiliki kemampuan untuk mengonbatinya
sendiri, sedangkan akibat perbuatan manusia perlu dilakukan pengelolaan lebih
khusus. Bahaya degradasi lahan bagi lingkungan dapat dilihat dari 3 segi, yaitu
pertama segi fisik terutama pada tanah permukaan (penimbunan air dan
pengapungan) dan pada profil tanah (penurunan porositas dan permeabilitas).
Kedua dari segi khemis, dapat dilihat dari menurunnya kadar unsur hara makro
dan mikro bagi tanaman. Ketiga dari segi biologis, makin berkurangnya atau
menurunnya jumlah mikro organisma di dalam tanah
2. Ketahanan Pangan, Energi dan Air
Saat ini luas areal irigasi tanaman padi di Indonesia berjumlah ±7,2 juta
hektar dan sebagian sebagian besar ada pada hilir DAS, banyak areal pertanian
yang subur dikonversi menjadi bangunan atau yang mengurangi lahan pangan
produktif dan menurunkan fingsi hidrologis DAS. Terjadiinya banjir akibat
pengelolaan DAS yang tidak optimal akan menyebabkan daya tampung waduk
irigasi berkurang karena sedimentasi, dan pada musim hujan cenderung banjir
sehingga areal-areal irigasi pada hilir DAS akan tergenang yang pada gilirannya
akan menurunkan produksi beras nasional. Disamping itu kekeringan pada misim
kemarau menyebabkan areal irigasi yang dapat dialiri berkurang sehingga
produksi padi berkurang. Dengan semakin mahalnya energi minyak bumi, maka
diperlukan energi alternatif berupa energi yang bisa diperbaharui seprti kayu
bakar, bio-diesel, pembangkit listrik tenaga air (PLTA). Dengan bertambahnya
penduduk dan berkembangnya kegiatan ekonomi, maka kebutuhan air untuk
berbagai kepentingan sepeti air baku, pertanian, perindustrian dan PLTA akan
semakin besar. Karena itu pengelolaan DAS dimasa mendatang seharusnya bisa
mendukung ketersediaan pangan, air dan energi alternatif tersebut baik melalui
manajemen kawasan lindung maupun kawasan budidaya (Anonim3, 2010)
Pengelolaan DAS merupakan suatu kegiatan investasi untuk dipanen
hasilnya pada waktu kedepan dengan belum tentu investor tersebut mendapatkan
keuntungan secara langsung terutama berupa jasa lingkungan karena banyak
sumber daya didalam DAS merupakan barang milik (common goods dan public
domain). Oleh karena itu kesadaran orang /stakeholders berpartisipasi dalam
pengelolaan DAS terutama menghargai jasa lingkungan merupakan kunci
keberhasilan DAS,sementara itu pemerintah (interdepartemental, pemerintah
pusat, dan daerah) secara kolektif harus mampu memfasilitasinya (Anonim2,
2010).
Sasaran wilayah pengelolaan DAS adalah wilayah DAS yang utuh sebagai
satu kesatuan ekosistem yang membentang dari hulu hingga hilir. Penentuan
sasaran wilayah DAS secara utuh ini dimaksudkan agar upaya pengelolaan
sumberdaya alam dapat dilakukan secara menyeluruh dan terpadu berdasarkan
satu kesatuan perencanaan yang telah mempertimbangkan keterkaitan antar
komponen-komponen penyusun ekosistem DAS (biogeofisik dan sosekbud)

5
termasuk pengaturan kelembagaan dan kegiatan monitoring dan evaluasi.
Kegiatan yang disebutkan terakhir berfungsi sebagai instrumen pengelolaan yang
akan menentukan apakah kegiatan yang dilakukan telah/tidak mencapai sasaran.
Ruang lingkup pengelolaan DAS secara umum meliputi perencanaan,
pengorganisasian, implementasi/pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi terhadap
upaya - upaya pokok berikut:
a) Pengelolaan ruang melalui usaha pengaturan penggunaan lahan (landuse)
dan konservasi tanah dalam arti yang luas.
b) Pengelolaan sumberdaya air melalui konservasi, pengembangan,
penggunaan dan pengendalian daya rusak air.
c) Pengelolaan vegetasi yang meliputi pengelolaan hutan dan jenis vegetasi
terestria l lainnya yang memiliki fungsi produksi dan perlindungan
terhadap tanah dan air.
d) Pembinaan kesadaran dan kemampuan manusia termasuk pengembangan
kapasitas kelembagaan dalam pemanfaatan sumberdaya alam secara
bijaksana, sehingga ikut berperan dalam upaya pengelolaan DAS
(Anonim4, 2010).
Arahan Pengelolaan dan Pengembangan Sosekbud
Perkembangan/pertumbuhan penduduk yang cukup pesat pada wilayah DAS
akan berakibat kepada intensitas penggunaan lahan yang semakin tinggi dan
kecenderungan meluasnya lahan untuk pemenuhan kebutuhan akan bahan pangan.
Dengan demikian, pola penggunaan lahan akan cenderung lebih memperhatikan
faktor peningkatan produksi pertanian dan kurang perhatian kepada faktor
konservasi lahan. Apabila kondisi ini tidak segera ditangani, maka kegiatan yang
dilakukan penduduk di wilayah DAS dalam mencari nafkah tersebut dapat
merusak sumberdaya air dan tanah. Pemanfaatan lahan yang kurang bijaksana
oleh masyarakat yang bermukim pada wilayah DAS akan menimbulkan berbagai
gangguan ekosistem antara lain terganggunya tata air DAS yang mengakibatkan
banjir dan erosi. Lebih lanjut, kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya
kerusakan lahan, penurunan produktivitas dan produksi usahatani, serta
kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan. Untuk mencegah terjadinya
gangguan tersebut di atas, maka perlu dilakukan pengelolaan DAS dengan
melibatkan masyarakat yang bermukim pada DAS yang bersangkutan. Dengan
pengelolaan DAS dimaksudkan agar terjadi keseimbangan antara sumberdaya
alam dengan manusia dan segala aktivitasnya, sehingga diharapkan dapat
terwujud kondisi tata air yang optimal, baik dari segi kualitas, kuantitas maupun
distribusinya, serta terkendalinya erosi pada tingkat yang diperkenankan.
Kegiatan-kegiatan yang merusak sumberdaya air dan tanah di wilayah DAS harus
dihentikan, dan usaha-usaha perbaikannya harus segera dilaksanakan melalui
Program Konservasi Tanah dan Air. Program ini akan berhasil apabila
dilaksanakan bersamaan dengan program peningkatan produksi pertanian yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani. Namun demikian, pada
individu-individu warga masyarakat tani yang diharapkan terlibat dalam Program
Konservasi Tanah dan Air ini terdapat masalah-masalah sosial ekonomi yang
dapat menghambat partisipasi mereka. Masalah-masalah ini umumnya bersumber
pada keterbatasan pemilikan sumberdaya (modal, tenaga kerja, dan lahan),
pengetahuan dan keterampilan, selain hambatan hambatan dari masyarakat
sekitarnya yang bersumber pada norma dan tradisi. Program yang dapat dilakukan

6
dalam kegiatan konservasi tanah dan air dengan melibatkan masyarakat yang
bermukim pada wilayah DAS antara lain melalui pembinaan terhadap masyarakat
yang bersangkutan.
Tingkat kekritisan DAS sangat berkaitan dengan tingkat sosial ekonomi
masyarakat petani di daerah tengah hingga hulu DAS terutama jika kawasan hutan
dalam DAS tidak luas seperti DAS-DAS di pulau Jawa dan Bali. Tingkat
kesadaran dan kemampuan ekonomi masyarakat petani yang rendah akan
mendahulukan kebutuhan primer dan sekunder (sandang, pangan, dan papan)
bukan kepedulian terhadap lingkungan sehingga sering terjadi perambahan hutan
di daerah hulu DAS, penebangan liar dan praktik-praktik pertanian lahan kering di
perbukitan yang akan meningkatkan kekritisan DAS. Faktor lain yang
menyebabkan pengelolaan DAS belum berhasil dengan baik adalah kurangnya
keterpaduan dalam perencanaan, pelaksanaan dengan pemantauan pengelolaan
DAS termasuk dalam hal pembiayaannya. Hal ini karena banyaknya instansi yang
terlibat dalam pengelolaan DAS seperti Departemen Kehutanan, Departemen
Pekerjaan Umum, Departemen Pertanian, Departemen Dalam Negeri,
Bakosurtanal dan Kementerian Lingkungan Hidup, perusahaan swasta dan
masyarakat.
Pengelolaan DAS melibatkan banyak pihak mulai unsur pemerintahan,
swasta dan masyarakat. Ada indikasi bahwa kesadaran dan kemampuan para
pihak dalam melestarikan ekosistem DAS masih rendah, misalya masih banyak
lahan yang seharusnya berupa kawasan lindung atau resapan air masih digunakan
untuk fungsi budidaya yang diolah secara intensif atau dibangun untuk
pemukiman baik secara legal maupun illegal, sehingga meningkatkan resiko erosi,
longsor dan banjir. Dalam aliran sungai sendiri sering dijumpai sampah dan
limbah dari berbagai sumber yang menyebabkan pendangkalan, penyumbatan,
dan pencemaran air sungai sehingga kualitas air dan palung sungai menjadi rusak
yang pada akhirnya merugikan lingkungan dan kehidupan masyarakat. Rendahnya
kesadaran, kemampuan dan partisipasi para pihak dalam pengelolaan DAS
menjadi tantangan bagi para pengelola DAS dan unsure lain yang terkait dengan
pendidikan, pelatihan dan penyuluhan kepada masyarakat secara luas
Selanjutnya untuk mendukung pelaksanaan program pengelolaan DAS perlu
adanya Forum Pengelolaan DAS pada berbagai tingkat yaitu tingkat nasional,
propinsi dan kabupaten/kota dan atau tingkat DAS sebagai forum konsultasi dan
koordinasi informal antar para pihak terkait yang dapat memberikan masukan atau
rekomendasi kepada pembuat keputusan di pemerintahan. Forum DAS bukan
lembaga eksekutif pengelolaan DAS karena pelaksanaan pengelolaan DAS tetap
dilakukan oleh lembaga atau instansi teknis kementerian dan satuan kerja
pemerintah daerah (SKPD) sesuai kewenangannya masing-masing (Anonim2,
2010).

METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mengamati
secara langsung daerah aliran sungai dan sekitarnya yang diteliti dengan
melakukan pengukuran-pengukuran terhadap parameter fisik yang menyebabkan
degradasi.

7
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari hasil analisis terhadap jurnal yang membahas mengenai pengelolaan
daerah aliran sungai (DAS) Melawi terdapat beberapa masalah yang
mempengaruhi kondisi DAS tersebut menjadi berubah atau terjadinya degradasi
pada daerah aliran sungai. Beberapa faktor yang dapat menjadikan pemicu tingkat
degradasi dari mulai yang sangat tinggi, tinggi hingga sangat rendah adalah
kondisi lahan dan penggunaan lahan yang dipakai oleh manusia. Apabila lahan
yang rusak akibat faktor alam maka alam akan dapat mengobati didrinya sendiri
namun perlu waktu yang cukup lama untuk memulihkannya sehingga perlu
dilakukan pengelolaan suatu lahan, apabila kerusakan terjadi akibat ulah manusia
maka perlu penanganan khusus untuk memulihkannya dimana perlunya
pengelolaan baik secara hukum melalui peraturan perundang undangan dan
kesadaran sosial dari berbagai pihak. Menurut data yang diperoleh terdapat
beberapa kondisi parameter fisik yang mempengaruhi degradasi suatu daerah
aliran sungai yaitu : : (1) kehilangan tanah, (2) limpasan permukaan, (3) infiltrasi,
(4) kesuburan tanah, (5) debit aliran sungai, dan (6) sedimentasi.
Degradasi pada DAS akan bernilai besar apabila faktor kehilangan tanah,
limpasan permukaan, debit aliran sungai dan sedimentasi sangat tinggi sedangkan
kesuburan tanah sangat rendah. Atau kondisi salah satu kondisi parameter fisik
berupa kehilangan tanah, limpasan permukaan, infiltrasi, kesuburan tanah, debit
aliran sungai, dan sedimentasi ada pada suatu sub DAS karena jika salah satu
faktor fisik tersebut terdapat dalam sub DAS maka secara otomatis kerusakan dan
penurunan kualitas lingkungan pasti terjadi.
Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi adanya masalah dalam parameter
fisik diantaranya yaitu karena faktor alam misalnya rendahnya kesuburan tanah,
jenis tanah (dimana pengaruhnya terhadap limpasan, infiltrasi dan sedimentasi),
luasan sub DAS, debit aliran sungai, curah hujan, kemiringan lereng dan jenis
tanaman. Sedangkan dari faktor manusia adalah karena adanya kebutuhan
sandang, pangan dan papan dimana. Kebanyakan daerah aliran sungai yang
memiliki tingkat degradasi sangat tinggi maupun tinggi selalu dipengaruhi oleh
faktor pemukiman perdagangan, dan industri. Penggunaan lahan untuk
pemukiman cenderung meningkat dari tahjun ke tahun sehingga debit puncak
menyebabkan peningkatan aliran langsung, hal ini disebabkan penggunaan lahan
tersebut menyebabkan bertambahnya presentase daerah kedap air.Apalagi daerah
yang merupakan pusat kota yang pengaruhnya terhadap degradasi akan sangat
cepat karena kurangnya kesadaran dan pngaturan terhadap konservasi lahan.
Selain itu faktor kimia yang mencemari sub-sub DAS melawi ini adalah kegiatan
penduduk yang mencari penghasilan dengan menambang emas di daerah hulu
sehingga banyak merkuri yang terbawa aliran sungai dan hasil yang diteliti
kebanyakan kadar merkuri memiliki nilai di luar ambang batas, hal ini disebabkan
kurang atau bahkan tidak adanya aturan yang ketat untuk opersi limbah
penambangan agar tidak terjadi pencemaran. Kegiatan penduduk lainnya adalah
penggunaan lahan penggundulan hutan, penggunaan ladang, dan tegalan. Sub
daerah aliran sungai yang memiliki nilai sangat rendah biasanya dipengaruhi oleh
sub DAS yang kecil karena debit alirannya jug akecil sehingga proses sedimentasi
dan kehilangan tanah cukup kecil dan berjalan lambat. Hal ini mengakibatkan
kerusakan dan penurunan kualitas lingkunganpun kecil. persentase tingkat

8
degradasi dari 20 sub-DAS yang diteliti sub-DAS yang memiliki tingkat degradasi
sangat rendah 25%, rendah 35%, sedang 10%, tinggi 15%, dan yang sangat tinggi
sekitar 15 %.
Pengelolaan yang dapat diterapkan terhadap kerusakn fisik ini dapat diterapkan
dengan sistem pengelolaan Selain itu pelaksanaan pengelolaan DAS umumnya
melalui tiga upaya pokok :
• Pengelolaan tanah melalui usaha konservasi tanah dalam arti luas;
• Pengelolaan sumber daya air melalui usaha perlindungan sumber daya air;
• Pengelolaan hutan, khususnya hutan lindung.
Ditinjau dari pengelolaan kondisi fisik DAS terdapat 3 jenis pengelolaan, yaitu:
• Secara teknis, yaitu pengelolaan dengan teknik-teknik konservasi lahan
• Secara vegetatif, yaitu dengan penghutanan kembali lahan
• Secara kimiawi, yaitu dengan pemanfaatan zat-zat kimia untuk meningkatkan
kualitas lahan
Pengelolaan secara teknis dilakukan apabila degradasi yang terjadi
dipengaruhi oleh kondisi fisik meliputi topografis maupun geologis yang
memerlukan teknik-teknik pengelolaan lahan misalnya dengan wilayah Lereng
yang curam sehingga apabila hujan turun maka kemampuan tanah untuk
meloloskan air cukup tinggi dan berakibat mineral-mineral yang terdapat
dipermukaan tanah terbawa oleh aliran air hujan ke bawah atau turun mengikuti
aliran sungai yang berakibat sungai menjadi keruh. Hal ini dapat disiasati dengan
teknik pembuatn terasering pada lereng tersebut agar mineral tetap tertahan pada
bagian tanah sehingga kesuburan tanah pada lereng tetap terjaga dan memperkecil
koefisien aliran permukaan.
Pengelolaan secara vegetatif dilakukan apabila terjadi kerusakan terhadap
vegetasi sekitar DAS, penyebaran vegetasi tidak merata sehingga terdapat
kawasan hutan yang tidak memiliki penutupan vegetasi yang membutuhkan untuk
dilkaukan rehabilitasi yaitu dengan langkah penghutanan atau
penghijauan/reboisasi. Penghijauan merupakan salah satu tindakan dalam
pengelolaan DAS sebagai sumber daya, penghijauan atau penanaman hutan di
wilayah DAS yang memiliki tingkat kesuburan yang bagus merupakan langkah
secara vegetatif untuk menghindari erosi atau proses sedimentasi pada lahan
sehingga rasio kehilangan tanah akan semakin berkurang. Jika lahan yang dilewati
air hujan dan sebagai tempat jatuhnya air hujan tertutup oleh tanaman maka
potensi terjadinya pengikisan lapisan permukaan tan airah dapat dihindari selain
itu juga fungsi tanaman dapat meningkatkan infiltrasi sehingga tanah dapat
menyimpan cadangan air agar tidak terjadinya banjir pada musim hujan dan
kekeringan pada musim kemarau. Reboisasi akan berhasil dengan baik apabila
pemerintah dapat memberikan lapangan pekerjaan atau lahan usaha lain bagi
perambah hutan, pemilihan jenis tanama dalam reboisasi akan berpengaruh pada
ekonomi masyarakat apbila jenis tanaman yang ditanam sesuai dengan minat
masyarakat.
Pengelolaan secara kimiawi dilakukan apabila terjadi pencemar pencemar
kimia yang terdapat dalam DAS. Jika pemasalah yang terjadi bernacam-macam
jenisnya yaitu meliputi gabungan beberpa atau bahkan semua substansi
permasalahan fisik yang sedang diamati maka pengelolaan teknis, pengelolaan
vegetatif dan pengelolaan secara kimia dapat digabungkan secara bersamaan.
Pertambangan emas banyak tersebar, antara lain di Kalimantan, tercatat sekitar

9
65.000 penambang emas tradisional, yang menggunakan air-raksa sebagai pelebur
butir emas. Sudah pasti banyak keluarga termasuk anak-anak; yang terancam
kesehatan dan masa depan mereka, karena mengakumulasi senyawa beracun atau
logam berat melalui makanan.

PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah :
1. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur
utamanya terdiri dari sumber daya alam vegetasi, tanah dan air serta sumber
daya manusia sebagai pelaku pemanfaat sumber daya alam .
2. Pengelolaan DAS adalah upaya dalam mengelola hubungan timbal balik
antara sumber daya alam terutama vegetasi, tanah dan air dengan sumber daya
manusia di DAS dan segala aktivitasnya untuk mendapatkan manfaat ekonomi
dan jasa lingkungan bagi kepentingan pembangunan dan kelestarian ekonomi
DAS.
3. Beberapa masalah dalam pengelolaan das : Degradasi; Ketahanan Pangan,
Energi dan Air
4. Untuk mendukung pelaksanaan program pengelolaan DAS perlu adanya
Forum Pengelolaan DAS pada berbagai tingkat.
5. Pengelolaan kondisi fisik DAS terdapat 3 pengelolaan yaitu : secara teknis,
vegetatif, dan kimia.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2009. Daerah Aliran Sungai.
http://www.acehpedia.org/Daerah_Aliran_Sungai
Diakses pada tanggal12 Maret 2010

Anonim2. 2010. Pengelolaan DAS.


http://www.chem-is-try.org/kategori/artikel_kimia
Diakses pada tanggal12 Maret 2010

Anonim3. 2010. Pengelolaan DAS.


http://elank37.wordpress.com/2008/01/07/pengelolaan-das/
Diakses pada tanggal12 Maret 2010

Anonim4. 2010. Pencemaran air.


http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_air
Diakses pada tanggal12 Maret 2010

10

Anda mungkin juga menyukai