1
dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit
jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan. (Teguh Vedder, 2008).
Melihat pembuatan sosis ayam diatas dapat dilakukan variasi produk
dimana sosis tersebut dicampur dengan serpihan edamame. Dimana nantinya
dapat diharapkan sosis dengan kandungan gizi yang lebih dan tidak
mempengaruhi sifat organoletiknya.Sehingga diperlukan formulasi yang tepat
untuk menghasilkan karakteristik sosis ayam dengan penambahan edamame yang
baik. Secara ekonomi diharapkan dapat menekan atau mengurangi daging ayam
sebagai bahan baku pembuatan sosis, karena harga edamame yang jauh lebih
murah dibandingkan daging ayam.
1.4 Manfaat
Manfaat yang ingin dicapai dari pelaksanaan kegiatan TP ( Topik
Perorangan) ini yaitu :
Memunculkan sumber pangan alternatif baru yang potensial dan
mempunyai nilai ekonomis tinggi
Mengurangi ketergantungan terhadap daging ayam dalam
pembuatan sosis, mengingat kandungan kolesterol yang tinggi.
Meningkatkan nilai tambah limbah produksi mukimame.
2
1.6 Kegunaan Program
Dengan dibuatnya produk sosis ayam dengan penambahan edamame ini
diharapkan:
1. Memunculkan sumber pangan alternative baru yang potensial dan
mempunyai nilai ekonomis tinggi.
3
II TINJAUAN PUSTAKA
4
mengandung protein yang kaya, sehingga menjadi bahan makanan yang
berprotein tinggi dan berlemak rendah.
5
estrogen berfungsi sebagai hormon terapi dengan terjadinya fase penuaan
(menopouse). Mengkonsumsi protein yang ada dalam kedelai edamame dapat
membantu mereduksi gejala diabetes. Hal ini ditunjukan dengan penurunan
postprandial hyperglycernia, memperbaiki glucose tolerance, dan penurunan
glycocylate hemoglobin. Kedelai edamame memiliki kandungan protein 34,9
gram, Kalori 331 kal, lemak 18,1 gram, hidratarang 34,8 gram, Kalsium 227 mg,
fosfor 585 mg, besi 8 mg, vitamin A 110 SI, Vitamin B1 1,07 mg, dan Air 7,5
gram (Anonim, 2009)
Kedelai yang baik untuk diolah menjadi adalah kedelai yang sudah
cukup tua, tidak tercampur dengan benda asing, tidak berjamur, dan bau - bauan
yang lain. (Supriadi, 2003).
2.3 Sosis
Sosis merupakan produk olahan daging yang mempunyai nilai gizi tinggi.
Komposisi gizi sosis berbeda-beda, tergantung pada jenis daging yang digunakan
dan proses pengolahannya. Produk olahan sosis kaya energi dan dapat digunakan
sebagai sumber karbohidrat. Selain itu, sosis juga memiliki kandungan kolesterol
dan sodium yang cukup tinggi, sehingga berpotensi menimbulkan penyakit
jantung, stroke, dan hipertensi jika dikonsumsi berlebihan. Ketentuan mutu sosis
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 01–3820-1995) adalah: kadar air
maksimal 67 persen, abu maksimal 3 persen, protein minimal 13 persen, lemak
maksimal 25 persen, serta karbohidrat maksimal 8 persen.
Sosis segar dibuat dari daging segar yang tidak dikuring. Penguringan
adalah suatu cara pengolahan daging dengan menambahkan beberapa bahan
seperti garam natrium klorida (NaCl), natrium-nitrit, natrium-nitrat, gula, serta
bumbu-bumbu. Sosis segar tidak dimasak sebelumnya dan biasanya tak diasapi,
sehingga sebelum dikonsumsi, sosis segar harus dimasak dibuat dari daging yang
telah dikuring sebelum digiling. Sosis jenis ini dimasak dan biasanya diasapi
Komponen utama sosis terdiri dari daging, lemak, dan air. Selain itu, pada
sosis juga ditambahkan bahan tambahan seperti garam, fosfat, pengawet (biasanya
6
nitrit/nitrat), pewarna, asam askorbat, isolat protein, dan karbohidrat.(Made
Astawan,2008). Sosis edamame pada dasarnya sama dengan sosis pada umumnya,
hanya ada penambahan edamame yang dicincang.
2.4 Es batu
Bahan paling penting dalam pembuatan sosis adalah es atau air menurut
(Kramachi, 1971) tekstur dan keempukan produk akhir dari produksi emulsi
daging dipengaruhi oleh kandungan air yang ditambahkan.
Lebih lanjutnya bahwa penambahan es pada pembentukan emulsi daging
bertujuan untuk melarutkan garam, mendistribusikan secara merata keseluruh
bagian masa daging mudah ekstraksi protein dan mempertahankan susu adonan
tetap rendah.
2.6 Merica
Biji merica digunakan sebagai bumbu pemberi rasa dan aroma , karena
rempah-rempah dapat menyamarkan makanan dengan menutup rasa bagi
makanan yang kurang enak. Selain itu , juga berfungsi sebagai pengawet. Merica
mengandung minyak atsiri , pinena , kariofilena , filandrena , alkaloid , piperina ,
kavisina , piperitina , zat pahit dan minyak lemak. (Lewis , 1984)
7
2.7 Bahan Penyedap
Bahan penyedap yang digunakan sebagai pembangkit aroma dan cita rasa
pada makanan merupakan senyawa-senyawa sintetik. Pada umumnya senyawa
yang digunakan adalah senyawa-senyawa ester dalam jumlah sangat kecil telah
dapat memberikan aroma dan cita rasa yang baik. Salah satu senyawa cita rasa
adalah monosodium glutamate (MSG) yang merupakan garam natrium dari asam
glutamat. MSG dibuat melalui proses fermentasi dari tetes-tetes gula (molasses)
oleh bakteri. Dalam proses fermentasi ini , akan dihasilkan asam glutamate ,
kemudian penambahan sodium karbonat akan terbentuk MSG setelah terlebih
dahulu dimurnikan dan dikristalisasi. Tingkat penggunaan yang tepat secara
umum berkisar antar 0,2- 0,6 % berdasarkan berat makanan yang dikonsumsi
(Jenie , 2001).
2.8 Garam
Garam yang sering digunakan dalam pembuatan sosis adalah garam dapur.
Garam dapur yang ditambahkan keberadaanya berfungsi untuk memberikan rasa
dan konsentrasi garam yang digunakan adalah 1,5% dari berat total adonan.
Penambahan garam pada pembuatan sosis bertujuan untuk meningkatkan cita
rasa,pengembang protein daging, pelarut protein daging, meningkatkan kapasitas
pengikatan air (water holding capacity = WHC), serta sebagai pengawet.
Penambahan fosfat akan bersinergi dengan garam untuk meningkatkan WHC
pada sosis. Tanpa garam dan fosfat, sosis akan sulit untuk dibuat. Asam askorbat
sering ditambahkan dalam bentuk asam askorbat maupun natrium askorbat untuk
membantu pemerahan daging. Selain itu, asam askorbat juga berfungsi sebagai
antioksidan agar produk tidak mudah tengik.
8
minyak nabati yang telah dimurnikan dan dapat digunakan sebagai bahan pangan.
Minyak goring mempunyai fungsi sebagai media penghantar panas , penambah
rasa gurih , serta penambah nilai gizi dan kalori pada bahan panganyang digoreng
(Hui , 1992). Mutu minyak goreng dipengaruhi oleh titik asapnya yang
merupakan suhu dimana pemanasan minyak mulai terbentuk akrolein yang tidak
diinginkan dan dapat menimbulkan rasa gatal pada tenggorokan. Kerusakan
minyak goreng yang berlangsung selama penggorengan akan berpengaruh
terhadap mutu dan nilai bahan pangan yang digoreng yaitu tekstur dan
kenampakan yang kurang menarik serta cita rasa dan bau yang kurang enak
(Ketaren , 1986).
9
2.11 Casing (selongsong)
Terdapat tiga jenis casing yang sering digunakan dalam pembuatan sosis,
yaitu alami, kolagen, serta selulosa. Selongsong alami berasal dari saluran
pencernaan yaitu dari usus kecil, usus besar bagian tengah ternak, dapat berasal
dari sapi ataupun domba muda ( payne dan Williamson,1996). Casing ini
mempunyai keuntungan dapat dimakan, bergizi tinggi, dan melekat pada produk.
Kerugian penggunaan casing ini adalah produk tidak awet. Keuntungan dari
penggunaan casing ini adalah dapat diwarnai, bisa dimakan, dan melekat pada
produk.
Casing selulosa biasanya berbahan baku pulp. Keuntungan casing selulosa
adalah dapat dicetak atau diwarnai dan murah. Saat ini telah dikembangkan poly
amid casing, yaitu casing yang terbuat dari plastik. Casing jenis ini tidak bisa
dimakan, dapat dibuat berpori atau tidak, bentuk dan ukurannya dapat diatur,
tahan terhadap panas, dan dapat dicetak
Casing dari plastic tidak dapat tembus oleh asap dan cairan , dan dapat
dipergunakan untuk sosis yang tidak diasap, misalnya pada sosis segar, dan sosis
mentah (Soeparno, 1994)
10
atau rusak dan mempunyai suhu gelatinasasi relative rendah (Prinyawiwatkul ,
1997). Pati Tapioka mempunyai sifat mudah mengembang (swelling) dalam air
panas. Selain itu , pati tapioca mempunyai kadar amilosa sebesar 17%-23% dan
suhu gelatinisasi berkisar 52°C – 64°C (Hui , 1992)
Tepung tapioca banyak digunakan dalam pengolahan pangan diantaranya
sebagai bahan pengisi dalam pembuatan sosis Menurut (Kramlich, 1971) bahan
tersebut ditambahkan dengan tujuan untuk memperbaiki tekstur, memperbaiki
sifat irisan, meningkatkan citra rasa, meningkatkan daya ikat air dan mengurangi
biaya produksi.
Jumlah penambahan tepung tapioka pada pembuatan sosis sangat
bervariasi. Semakin banyak tepung tapioka yang ditambah semakin tertutup rasa
khas daging ayam oleh tepung akan menurunkan kualitas sosis yang dihasilkan.
sosis dengan keseimbangan tepung:daging sebesar 60:40 pangan kualitas jelek
dengan demikian kualitas lebih baik maka penambahan tepung tapioka tidak boleh
sama atau lebih dari 50% dari berat daging. Menurut Singgih, 1995 konsentrasi
tepung tapioka yang digunakan untuk sosis adalah diantaranya 10-20% dari berat
daging.
11
menjadi fase terdispersi yang memberikan emusi minyak dalam air. Air
terdispersi menjadi emulsi air dalam minyak. Emulsi air dalam minyak dapat
dilarutkan dengan air sebaliknya emulsi minyak dalam air dapat dilarutkan dengan
minyak.
Emulsifier kadang-kadang ditambahkan untuk meningkatkan efektifitas
emulsifikasi karena emulsifier mengurangi efek homogenisasi dengan jalan
menurunkan tegangan permukaan dan meningkatkan nilai bilangan weber. Fungsi
bahan pengemulsi adalah untuk mereduksi tegangan interfasial antar fase dan
menurunkan energi yang diperlukan untuk membentuk emulsi. Kestabilan emulsi
ditentukan oleh faktor-faktor seperti jenis dan jumlah bahan pengemulsi, ukuran
dalam fase disperse, fungsi gaya interfasial pada permukaan bahan pangan,
kekentalan pada fase kontinyu, perbedaan densitas pada fase disperse dan
kontinyu, dan semakin besar tensi interfasial antara fase kontinyu dan disperse
semakin sulit membentuk dan memelihara fase emulsi (Suharto, 1998).
Pada suatu emulsi biasanya terdapat tiga bagian utama, yaitu bagian yang
terdispersi yang terdiri dari butur-butir yang biasanya terdiri dari lemak, bagian
kedua disebut media pendispersi yang juga dikenal sebagai continuous phase,
yang biasanya terdiri dari air, dan bagian ketiga adalah emulsifier yang berfungsi
menjaga agar butir minyak tadi tetap tersuspensi di dalam air. Bila minyak dan air
saja dikocok bersama-sama, akan terbentuk butir-butir lemak, dan terbentuklah
suatu emulsi, tetapi bila dibiarkan, partikel-pertikel minyak akan bergabung lagi
dan memisahkan diri dari molekul-molekul air. Jenis emulsi ini dikenal sebagai
emulsi temporer. Karena itu harus cepat digunakan, atau harus dikocok lagi
sebelum waktu pemakaian (Winarno, 2002).
Emulgator ada beberapa macam, diantaranya surfaktan, koloid
hidrofilik, dan partikel padat terbagi halus. Ketiganya memiliki karakteristik
tersendiri, namun pada dasarnya tetap berfungsi sama yakni untuk menstabilkan
system emulsi (anonym, 1990)
Masalah yang dihadapi dalam pembuatan sosis adalah pecahnya emulsi.
Emulsi dapat pecah karena penggilingan yang berlebihan, penggunaan daging
12
yang nisbah myosin, kolagen yang tidak seimbang, pemanasan yang berlebihan
dan terlampau cepat selama proses pengolahan (Winarno, 1993)
Stabilitas emulsis lemak dipengaruhi oleh temperature selama proses
emulsifikasi, ukuran partikel lemak,pH, jumlah dan tipe protein yang larut dan
viskositas emulsi (kramclich, 1971)
Penggilingan yang berlebihan menyebabkan terjadinya pemecah emulsi.
Hal ini disebabkan diameter partikel lemak menjadi kecil dan luas permukaan
lemak semakin besar, sehingga protein tidak cukup untuk menyelubungi semua
partikel lemak menyebabkan lemak yang tidak akan keluar dari emulsi sehingga
akan terbentuk kantung lemak atau lemak akan terpisah dan keluar dari sosis
( Lawrie, 1995).
Kenaikan temperature dapat dicegah atau dikurangi denga penambahan es
selama proses. Penggilingan daging bersama es dan garam serta penyimpanan
selama beberapa jam akan menyebabkan ekstraksi protein atau kemampuan
protein mengikat lemak adan aie yang lebih efisien dan mempengaruhi kandungan
protein sosis (Soeparno, 1994).
Struktur produk daging misalnya sosis hati , frankfurter dan bologna
adalah contoh emulsi lemak dalam air. Lemak membentuk fase disperse dari
emulsi sedangkan air yang mengandung protein dan garam terlarut membentuk
fase kontinu. Protein-protein daging yang terlarut bertindak sebagai pengemulsi
mempunyai afinitas,baik terhadap air yaitu porsi molekul hidrofilik , maupun
terhadap lemak yaitu molekul hidrofobik(Forrest et all, 1975)
Kapasitas protein dan air mengikat globula tau partikel-partikel lemak di
dalam suatu emulsi disebut kapasitas emulsi. Protein daging yang larut dalam air,
terutama adalah protein sarkosplasmik. Protein miofibrilar merupakan agensia
pengemulsi yang lebih efisien dan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan
stabilitas emulsi yang lebih besar dibandingkan protein daging lainnya , misalnya
protein sarkoplasmik (Soeparno,1992)
13
III METODE PENELITIAN
14
Adapun susunan perlakuan percobaan sebagai berikut:
Data hasil penelitian dilakukan analisa sidik ragam dan uji lanjutan Beda
Nyata Jujur (BNJ).
15
3.7 Pelaksanaan Penelitian
Perlakuan bahan
Edamame dibersihkan dan dicincang halus, kemudian dibuang kulit
arinya. Daging ditrimming untuk menghilangkan lemaknya, lalu dihaluskan
menggunakan grinder.
Pembuatan sosis
Formulasi yang digunakan
Daging ayam : Sesuai perlakuan
Edamame : Sesuai perlakuan
Tapioca : 100gr
Air : 200gr
Merica : 2gr
STTP : 30gr
Gula halus : 15gr
Garam : 15gr
Minyak/lemak : 30gr
Bawang putih : 6gr
MSG : 4gr
16
Diagram Alir Pembuatan sosis ayam
Daging
Edamame
Triming segar
Blansing
Penggilingan
Pendinginan
Pengisian
Pengikatan
sosis
Perebusan
Pengemasan vacum
Sosis
17
3.8 Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
3.8.1 Uji fisik
1.WHC ( Water Holding Capacity )
• Penimbangan sampel sebanyak 10 gr
• Dipanaskan selama 60 menit pada water bath 90 °C
• Didinginkan sampel pada temperature ruang
• Masukkan sampel pada tabung sentrifuse yang dididalam tabung
sentrifuse telah dialasi tissue. Kemudian sentrifuse selama 15
menit pada 4000 rpm dengan temperature 4°C
• Sampel yang terbungkus tissue dibersihkan dan berat sampel
ditimbang.
% WHC = 1 – T / M X 100 = 1– B – A X 100
M
Dimana:
T: Total cairan yang hilang selama pemanasan dan sentrifus
B: Berat awal sampel
A: Berat sampel setelah dipanaskan dan sentrifuse
M: Jumlah air pada sampel
(Meltem Serdarogolo dan Meltem Sapanci Ozsumer, 2003)
2. Susut Masak
• Penimbangan sampel 25 gr
• Panaskan pada water bath pada suhu 800C selama 15 menit
• Letakkan sampel diatas tissue pada suhu ruang, kemudian timbang
berat sampel.
Susut masak = Berat sampel sebelum dimasak–Berat sampel sudah
dimasakX100%
Berat sampel sebelum dimasak
18
3. Folding Test / Uji lipat
Uji lipat dilakukan menurut Lanier (1992). Uji spesimen disiapkan
dengan memotong sosis yang dimasak ke dalam ketebalan 3mm. Spesimen
tes diadakan antara ibu jari dan jari telunjuk untuk mengamati cara pecah
dan kemudian dievaluasi menurut skala berikut:
1. Ditekan jari pecah
2. Mudah patah bila dilipat 2
3. Mudah retak bila dilipat 2
4. Tidak retak bila dipecah 2
5. Tidak retak setelah dilipat 4 (utuh)
( Nurul Huda dkk, 2005)
5. Warna
Warna sosis sampel diukur menggunakan Color Reader CR-10. Termasuk
membaca warna ringan (L), hijau (a) dan warna kuning (b). Peralatan yang
standar dengan warna putih standar. Mean dari lima pengukuran diambil untuk
setiap L, a dan b nilai-nilai. (Nurul Huda dkk, 2005)
6. Tekstur
Tekstur sosis diukur menggunakan Rheo Tex type SD 700 (Jepang)
dengan mode distance. Bahan ketebalan disesuaikan, kemudian diukur dengan
menusukkan jarum sedalam 15 mm, dan beban yang dibutuhkan untuk menusuk
(g) merupakan nilai tekstur dari sosis tersebut. Pengukuran dilakukan di 10 titik
pada setiap sampel. (Achmad Subagio dkk, 2003)
7. PH
Mengambil 5 gr sampel kemudian dimasukkan dalam labu ukur 100ml dan
ditambahkan aquadest netral 60 ml. gojok dan panaskan dalam penanggas air
mendidih selama 5 menit, kemudian gojok dan dinginkan, setelah dingin tambah
19
aquadest netral sampai mencapai volume 60 ml. kemudian saring dan diambil
filtratnya dan tentukan pH-nya dengan pH-Meter (Sudarmadji dkk, 1997).
20
• Bahan beserta wadah dipanaskan kembali dalam oven selama 30
menit. Dinginkan dalam eksikator dan timbang. Pekerjaan ini
diulangi sampai mencapai bobot tetap ( selisih penimbangan harus
kurang dari 2 mg )
21
Berat sampel
Dimana berat lemak = berat dalam gram dari penimbangan terakhir setelah
ekstraksi
(Sudarmadji, Bambang dan Suhardi, 1997)
22
(Sudarmadji, Bambang dan Suhardi, 1997)
23
2. Skala Hedonik Sosis Edamame
Table 3. Skala Mutu Hedonik Kesukaan Sosis Edamame
NO ATRIBUT MUTU KRITERIA
1. Aroma/ bau 1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
2. Tekstur 1. Sanga tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
3. Kenampakan 1. Sangat tidak
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. suka
5. Sangat suka
4. Rasa 1. Sangat tidak suka
2. Tidak suka
3. Agak suka
4. Suka
5. Sangat suka
24