III - 1
sampel yang diteliti, sampel penelitian hanya berfungsi sebagai ajang atau wahana
pengujian hipotesis, hasil penelitian pada sampel akan digeneralisasikan pada
populasi sumber sampel yang diambil; Keempat, dalam hipotesis harus dilibatkan
sedikitnya dua variabel (ubahan), pernyataan mengenai hanya satu variabel tidak
merupakan hipotesis yang perlu diuji; Kelima, suatu hipotesis penelitian harus
dapat dites, agar suatu hipotesis dapat diuji.
Paling kurang ada ada tiga macam perumusan hipotesis, yakni yang
bersifat deskriptif (menggambarkan karakteristik suatu satuan awal yang menjadi
fokus perhatian penelitian), korelasional (menggambarkan hubungan antara dua
atau lebih variabel tetapi tidak menunjukkan variabel mana yang menjadi sebab
dan variabel mana yang menjadi akibat dalam hubungan tersebut), dan kausalitas
(telah menunjukkan variabel mana yang menjadi sebab dan variabel mana yang
menjadi akibat) [Lihat: Malo dan Trisnoningtias, 1990:40-41]
Contoh Hipotesis Deskriptif:
Permasalahan Penelitian: Apakah penerimaan terhadap proses “perdamaian di
Poso” mempunyai perbedaan pada mereka yang berasal dari suatu lingkungan
tertentu?
Assumsi: 1) Tingkat pendidikan yang ditempuh seseorang memungkinkan
keterbukaan untuk menerima proses perdamaian.
2) Nilai yang dianut seseorang merupakan dasar pengaruh bagi
penerimaan proses perdamaian.
3) Tingkat informasi yang dimiliki seseorang dapat memberikan
pandangan mengenai suatu proses perdamaian.
Hipotesis Umum:
Orang yang berasal dari lingkungan sosial yang terbuka lebih mudah
menerima proses perdamaian.
Hipotesis khusus:
1) Orang dengan pendidikan yang tinggi relatif lebih mudah menerima
proses perdamaian.
2) Orang yang berorientasi pada nilai-nilai yang moderen lebih
menerima proses perdamaian.
3) Orang yang memiliki banyak informasi lebih mudah menerima
proses perdamaian.
III - 2
Contoh Hipotesis Korelasional:
Permasalahan Penelitian: Hal-hal yang berhubungan dengan tingkat Hasil
Produksi suatu Perusahaan.
Asumsi:
1) Jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan berhubungan dengan
tingkat hasil produksi
2) Tenaga ahli akan sulit bekerja di bawah peraturan kerja yang ketat
3) Peraturan kerja dalam perusahaan berhubungan dengan tingkat
hasil produksi.
Hipotesis:
Semakin besar jumlah tenaga ahli dalam suatu perusahaan, semakin
rendah tingkat keketatan peraturan kerja perusahaan, berhubungan dengan
h menerima proses perdamaian hasil produksi yang semakin meningkat.
III - 3
Hipotesa Kerja (Hk) dan Hipotesa Nol (Ho)
Hipotesa-hipotesa yang dirumuskan oleh peneliti, baik yang bersifat
deskriftif, relasional maupun hipotesa kausalitas disebut hipotesa kerja (Hk).
Supaya hipotesa kerja tersebut dapat diuji secara statistik, maka diperlukan suatu
hipotesa pembanding. Dalam penelitian sosial hipotesa pembanding tersebut
dibuat secara arbritrer yang berbentuk hipotesa nol (Ho). Hipotesa nol (Ho) adalah
formulasi/rumusan terbalik dari hipotesa kerja (Effendi, 1989:43-45).
III - 4
Hipotesa Model Verbal dan Hipotesa Model Mathematical
Hipotesa-hipotesa yang dirumuskan oleh peneliti, baik yang bersifat
deskriftif, relasional maupun hipotesa kausalitas dapat dirumuskan dengan
menjadi Model Verbal dan Model Mathematical,
(1) Hipotesa Model Verbal
Apa pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel Motivasi, Kepemimpinan,
Komunikasi dan Kondisi Fisik Tempat Kerja terhadap variabel Semangat Kerja
pengawai.
(2) Hipotesa Model Mathematical
SK = f ( M + KP + K + KF )
Keterangan :
SK : Semangat Kerja
f : Fungsi (yang ditentukan oleh)
M : Motivasi
KP : Kepemimpinan
K : Komunikasi
KF : Kondisi Fisik Tempat Kerja
3.2. VARIABEL
Apapun yang kita terima atau kita tolak, kita selalu melakukan penilaian
secara konstan dalam keseharian kita, seperti misalnya, kita mengatakan:
“Makanan ini sangat istimewa”; “Saya tidak dapat tidur enak tadi malam”; “Saya
tidak suka program seperti ini”; “Saya kira hasil kerja ini baik”. Semua penilaian
yang kita lakukan tersebut didasarkan atas preferensi-preferensi, indikator-
indikator atau penilaian-penilaian. Dikarenakan penjelasan atau uraian-uraian yang
didasarkan atas perasaan atau penilaian seseorang tersebut berbeda antara
seorang dengan orang lainnya, tidak ada keseragaman dalam penilaian tersebut.
Bisa jadi seorang menilai “makanan itu lezat” sedangkan yang lainnya menilai
“makanan tersebut tidak enak”; bisa jadi juga seseorang menilai “program itu
berhasil”, sedangkan yang lainnya menilai “program itu gagal”. Oleh karenanya
dibutuhkan suatu mekanisme pengukuran, sehingga pemahaman tentang variabel
memegang peranan penting.
Persepsi atau konsep yang dapat diukur itulah yang disebut variabel.
Variabel dapat juga bermakna konsep yang diberi lebih dari satu nilai atau
pengelompokkan yang logis dari dua atau lebih atribut. Misalnya jenis kelamin
adalah variabel karena terdiri dari dua atribut, yakni laki-laki dan perempuan.
Konsep badan dapat dijadikan variabel dengan mengambil dimensi-dimensi
tertentu dari badan (misalnya: tinggi badan, berat badan, dan bentuk badan).
Konsep penduduk dapat dijadikan variabel dengan mengambil dimensi-dimensi
tertentu dari penduduk (misalnya: jenis kelamin, suku bangsa, umur, tingkat sosial
III - 6
ekonomi, tingkat pendidikan). Apabila konsep tersebut hanya mempunyai satu
nilai, bukanlah disebut variabel, misalnya “mati” bukanlah variabel, karena yang
disebut mati itu adalah hilangnya tanda-tanda kehidupan secara permanen, jadi
tidak ada yang disebut “seperempat mati”, “sepertiga mati”, dan “setengah mati”
(Lihat: Mantra,2001:14; Singarimbun & Effendi,1989:42; Kumar, 1999:47).
Klasifikasi Variabel
Gambar 3.1
Hubungan Antara Variabel
Variabel Bebas
Variabel Bebas
Variabel Variabel
Intervening Tergantung
Variabel Bebas
Variabel Bebas
III - 8
3.2. Definisi Konsepsional dan Operasional
X
Dunia konsep
(abstrak)
X1 X2 X3
Operasionalisasi
III - 9
Keterangan :
Tabel 3.1
Analisis Struktur Definisi
DEFINIENDUM DEFINIENS
GENUS PROXIMUM DIFFERENTIA SPECIFICA
III - 10
Contoh 3.1: Definisi Konsepsional dan Operasional
III - 12
- penggunaan dan pemeliharaan alat-alat perlengkapan
kantor dengan hati-hati.
- bekerja dengan mengikuti cara-cara bekerja yang telah
ditentukan oleh instansi.
2. Motivasi, diukur dengan :
2.1. Motive : Dorongan yang ada dalam diri seseorang untuk melakukan
perbuatan atau tingkah laku dan untuk mencapai tujuan tertentu.
Datanya : - alasan-alasan kebutuhan ekonomi.
- alasan-alasan untuk mendapatkan kesempatan
berkembang dan memperoleh kemajuan.
- alasan-alasan atas diakuinya dirinya sebagai seorang
manusia.
- alasan-alasan untuk mempertinggi kapasitas kerja guna
mendukung tujuan organisasi.
2.2. Ekspectation (pengharapan) : Merupakan kemungkinan dan
keyakinan bahwa dengan perbuatan akan mencapai tujuan
Datanya : - harapan adanya pimpinan yang baik.
- harapan adanya perlakuan yang tidak dibeda-bedakan.
- harapan adanya jaminan dan keamanan kerja.
- harapan adanya penghargaan dari alasan atas prestasi
kerja
- harapan tidak adanya perasaan takut dipecat dari
pekerjaan.
2.3. Insentive : Suatu perangsang/daya tarik yang sengaja diberikan
kepada pegawai dengan tujuan untuk membangun, memelihara dan
memperkuat harapan-harapan pegawai agar dalam diri mereka timbul
semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi organisasi.
Datanya : - gaji yang pantas.
- jaminan pengobatan/kesehatan.
- pemberian bonus.
- jaminan hari tua.
- fasilitas-fasilitas olah raga dan rekreasi.
III - 13
3. Kepemimpinan : Kemampuan tiap pimpinan di dalam mempengaruhi
dan menggerakan bawahannya sedemikian rupa sehingga para
bawahannya dengan rasa bergairah, bersedia bekerja sama dan
mempunyai disiplin yang tinggi
Yang diukur dengan :
- tinggi rendahnya tingkat komunikasi antara pimpinan
dengan bawahannya.
- tinggi rendahnya tingkat kepercayaan atas dalam
mendelegasikan wewenang dan tugas kepada
bawahannya.
- kesediaan pihak atas memberikan bimbingan,
pengarahan atau contoh-contoh kepada bawahan.
- tinggi rendahnya tingkat kreatifitas pimpinan menciptakan
suasana lingkungan kerja yang baik
4. Komunikasi
4.1. Komunikasi Vertikal Formal
4.1.1. Komunikasi ke bawah : Yaitu komunikasi dimana arus
informasi mengalir dari pimpinan kepada para bawahannya di
dalam lingkungan organisasi/di dalam tugas pekerjaan
organisasinya.
Diukur dengan :
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian petunjuk.
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian keterangan umum.
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian perintah.
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian teguran.
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian pujian.
4.2.1. Komunikasi ke atas : Yaitu komunikasi dimana arus informasi
berasal dari para bawahan kepada pimpinan di dalam
lingkungan organisasi/di dalam tugas pekerjaan organisasi.
Diukur dengan :
- sampai seberapa jauh frekwensi penyampaian laporan.
- sampai seberapa jauh frekwensi penyampaian pendapat.
III - 14
- sampai seberapa jauh frekwensi penyampaian keluhan.
- sampai seberapa jauh frekwensi penyampaian saran-saran.
4.2. Komunikasi Vertikal Informal
4.1.1. Komunikasi ke bawah : Yaitu komunikasi arus informasi
mengalir dari pimpinan kepada para bawahannya di luar
lingkungan organisasi/di luar tugas pekerjaan organisasinya.
Diukur dengan :
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian petunjuk.
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian keterangan.
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian perintah.
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian teguran.
- sampai seberapa jauh frekwensi pemberian pujian.
4.2.1. Komunikasi ke atas : Komunikasi dimana arus informasi berasal
dari para bawahan kepada pimpinan di luar lingkungan
organisasi/di dalam tugas pekerjaan organisasi.
Diukur dengan :
- sampai seberapa jauh frekwensi penyampaian laporan.
- sampai seberapa jauh frekwensi penyampaian pendapat.
- sampai seberapa jauh frekwensi penyampaian keluhan.
- sampai seberapa jauh frekwensi penyampaian saran-saran.
5. Kondisi Fisik Tempat Kerja : Suasana lingkungan fisik tempat kerja dimana
para pegawai melaksanakan pekerjaannya sehari-hari. Dalam hal ini seperti
keadaan penerangan/cahaya di tempat kerja, keadaan udara di tempat kerja
serta keadaan perlengkapan kerja.
Diukur dengan :
- keadaan penerangan di tempat kerja (cahaya).
- keadaan udara di tempat kerja (bagaimana sistim ventilasi yang ada di
ruangan kerja).
- keadaan suara di tempat kerja (seberapa jauhkan tingkat ketenangan
yang ada di dalam kantor.
III - 15
- keaadan peralatan/perlengkapan kantor (bagaimanakah susunan alat-
alat perlengkapan kantor, serta keadaan peralatan yang digunakan untuk
bekerja).
III - 16