ABSTRAK
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini ditunjukkan
dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan
yang ada di Indonesia, lebih dari 70 % digunakan untuk usaha pertanian. Maka dari
itu, penduduk Indonesia sebagian besar hidup dari sektor pertanian dengan beras
sebagai makanan pokoknya, seperti untuk provinsi Sumatera Barat 51,36 % dari
penduduknya adalah bekerja sebagai petani (BPS, 2002-2003). Di sini, pertanian
selalu mendapat perioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan Indonesia sebagai
bukti dengan tercapainya swasembada pangan pada tahun 1986.
1
Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Andalas
2
Alumni Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas
2
kematian akibat kerja, serta (3) mengusahakan penerapan teknologi yang serasi bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya.
Selain itu, ergonomi ini sangat diperlukan dalam mendisain suatu alat atau
mesin pertanian untuk mencapai efisiensi dan efektifitas dari suatu alat atau mesin
tersebut. Dengan kata lain, dapat memperkecil tekanan pada operator manusia,
kelelahan, kecelakaan kerja, dan juga meningkatkan hasil keluaran pekerjaan dan
produktivitas (Philips, 1999). Untuk mendukung minat petani dalam menggunakan
alat atau mesin pertanian ini, maka diperlukan peningkatan kenyamanan penggunaan
alat atau mesin pertanian agar diperoleh produktivitas yang maksimal.
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat kenyamanan traktor tangan yang ada di
Payakumbuh.
2. Dengan data yang diperoleh, maka dapat direkomendasikan kriteria traktor
tangan yang sangat cocok dengan karakteristik fisik petani yang ada di
Payakumbuh.
dengan :
S = Slip roda (%)
D = Diameter roda (m)
N = Banyaknya putaran roda, yaitu 10 kali putaran roda
5
dengan :
KKteo = Kapasitas Kerja Teoritis (ha/jam)
Vteo = Kecepatan Kerja Teoritis ( m/detik)
W = Lebar Kerja Pengolahan Tanah (m)
0,36 = Konversi satuan, 1 m2/detik = 0,36 ha/jam
Faktor yang menyebabkan beban berat yang diterima oleh operator ini antara
lain adalah akibat getaran yang ditimbulkan oleh mesin, tenaga yang dibutuhkan oleh
operator untuk menahan traktor pada saat menjangkau panel-panel pengontrol penting
untuk menjalankan mesin, dan tenaga yang dibutuhkan pada saat membelok terbukti
dengan interview yang dilakukan yaitu 34 % dari operator menyatakan kesulitannya
untuk membelokkan traktor tangan tersebut. Dengan daya yang berat, akan
menimbulkan beban kerja fisik yang berat juga. Jika beban kerja fisik yang berat ini
diterima secara terus-menerus oleh seorang operator, maka akan membahayakan
operator itu sendiri yang akan berdampak pada menurunnya produktifitas kerja dari
operator tersebut.
Slip Roda
8
Pengujian slip roda pada masing-masing traktor tangan pada lahan basah dapat
dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Slip Roda pada Masing-Masing Traktor Tangan pada Lahan Basah
Slip Roda (%)
Jenis Traktor
Pengolahan I Pengolahan II Rata-Rata
Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 8,42 7.92 8.17
b. Yanmar 6,5 PK 10,26 9.73 9.99
Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 4.68 2.79 3.73
b. Kubota 8,5 PK 5.24 3.57 4.4
Tanah Sawah
Kecepatan (m/detik)
Jenis
Pengolahan I Pengolahan II Rata-Rata
Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 0,615 0,620 0,617
b. Yanmar 6,5 PK 0,587 0,613 0,600
Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 0,703 0,629 0,666
b. Kubota 8,5 PK 0,694 0,620 0,657
Dari hasil pengamatan pada Tabel 4, terlihat adanya perbedaan yang berbeda
nyata antara jenis traktor tangan bajak singkal dan bajak rotari. Namun perbedaan
yang sangat jelas terlihat pada bajak singkal merek Ratna dengan bajak singkal merek
Yanmar. Perbedaan ini salah satunya diakibatkan karena ketidak sesuaian sasis dengan
motor penggeraknya, akibatnya jika konstruksi dari sasisnya ringan dan motor
penggeraknya berat maka bila dijalankan terlalu cepat maka hasil olahan tersebut
tidak akan terbalik. Oleh sebab itu diperlukan kesesuaian konstruksi dari sasis dengan
motor penggeraknya, sehingga bisa diperoleh efesiensi, efektifitas dan produktivitas
yang maksimal.
Jika dibedakan antara bajak singkal dan bajak rotari, kecepatan dari bajak
rotari lebih cepat karena tidak adanya gaya penghambat jalannya traktor, sedangkan
untuk bajak singkal gaya gesek dan tekanan yang ditimbulkan singkal berlawanan
dengan arah traktor yang kemudian mengakibatkan terhambatnya jalannya traktor.
Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 0,082 0,146 0,114
b. Kubota 8,5 PK 0,083 0,135 0,109
Dari tabel terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara bajak singkal dan
bajak rotary, sedangkan berdasarkan masing-masing merek dari traktor tersebut tidak
memperlihatkan perbedaan yang nyata antara masing-masing jenisnya. Untuk
jenisnya, kapasitas kerja efektif yang paling besar terdapat pada bajak rotari.
Besar dan kecilnya kapasitas keja efektif ini dipengaruhi oleh waktu efektif.
Besarnya waktu efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : (a) waktu yang
hilang di akhir barisan ketika berputar, (b) waktu yang hilang untuk membersihkan
tanah, pengaturan alat, dan (c) waktu istirahat (Hunt, 1970). Kemudian, kapasitas
kerja untuk melakukan operasi tergantung pada : (a) tipe dan besar mesin atau alat, (b)
keterampilan operator, (c) sumber tenaga yang tersedia, dan (d) keadaan kerja
(Moens, 1978).
Kapasitas Kerja Teoritis
Hasil perhitungan kapasitas kerja teoritis untuk berbagai jenis dan merek
traktor tangan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kapasitas Kerja Teoritis pada Berbagai Jenis dan Merek Traktor Tangan
Kapasitas Kerja Teoritis (ha/jam)
Jenis
Pengolahan I Pengolahan II Rata-Rata
Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 0,049 0,171 0,110
b. Yanmar 6,5 PK 0,048 0,173 0,110
11
Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 0,189 0,589 0,389
b. Kubota 8,5 PK 0,187 0,584 0,385
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa kapasitas kerja teoritis bajak rotari jauh
lebih besar daripada bajak singkal, sedangkan untuk masing-masing merek, terlihat
perbedaan yang begitu nyata. Hal ini dipengaruhi oleh lebar bajakan atau lebar
pengolahan serta kecepatan aktual dari traktor. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
Hunt (1970), bahwa kapasitas kerja teoritis adalah kemampuan alat atau mesin untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan pada sebidang lahan jika alat atau mesin berjalan maju
dengan sepenuh waktu (100 %) dan bekerja dengan lebar maksimum.
Efisiensi Lapang Pengolahan Tanah
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan angka efisiensi lapang
pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua dengan berbagai jenis dan
merek traktor tangan yang bisa dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Efisiensi Lapang Pengolahan Tanah dengan Berbagai Jenis dan Merek
Traktor Tangan
Efesiensi Lapang (%)
Jenis
Pengolahan I Pengolahan II Rata-Rata
Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 76,0 46,0 61,0
b. Yanmar 6,5 PK 75,0 48,0 61,5
Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 43,0 25,0 34,0
b. Kubota 8,5 PK 43,0 23,0 33,0
Dari Tabel 7 dapat dilihat adanya perbedaan yang nyata antara bajak singkal
dan bajak rotari. Perbedaan yang jelas terlihat pada bajak rotari yang memiliki
efesiensi sangat rendah sekali, ini disebabkan karena seringnya terjadi pengulangan
pada lintasan yang sama karena tidak jelasnya lahan yang sudah diolah dengan yang
belum diolah. Efisiensi pengolahan tanah ini juga sangat dipengaruhi oleh waktu
pengolahan yaitu lamanya waktu yang terpakai saat pengolahan, yaitu waktu yang
12
hilang karena pengisian bahan bakar, slip pada roda, perputaran traktor, operator itu
sendiri, dan lain-lain.
Kedalaman Pengolahan Tanah
Kedalaman pembajakan atau pengolahan tanah pada berbagai jenis dan merek
traktor tangan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 . Kedalaman Pembajakan pada Berbagai Jenis dan Merek Traktor Tangan
Dari hasil penelitian dan pengamatan pada Tabel 8, terlihat bahwa traktor
tangan dengan jenis bajak rotari lebih dalam mengolah tanah daripada jenis bajak
singkal sedangkan untuk masing-masing merek tidak terlihat perbedaan yang begitu
nyata antara singkal dan rotari karena penggunaan dari jenis traktor tangan itu sendiri.
Bajak rotari ini biasa digunakan untuk tanah sawah dalam yang mana top soil-nya
lebih dalam dari sawah dangkal dan otomatis kedalaman pengolahannya pun semakin
bertambah .
bagi orang yang mengoperasikannya dan pengguna, dengan maksud untuk mencapai
“kemudahan dan efisiensi” (Salvendy, 1997).
Menurut Salvendy (1997), area pengaplikasian umum dari data
antrhopometri ini adalah pada desain : (a) tugas kerja, (b) tempat kerja, (c)
perlengkapan, alat, serta pengontrolan, dan (4) baju pelindung.
Bentuk desain diciptakan berdasarkan garis bentuk tubuh manusia. Bentuk
ini sangat menentukan seperti contoh, ukuran pembukaan yang cukup besar sehingga
tubuh manusia dapat pas melewatinya (pintu, lobang, dan lainya) atau bagian tubuh
harus cocok untuk tujuan pemeliharaan, atau dalam membuka mesin yang terlalu kecil
dari bagian tubuh manusia (seperti jari) yang tidak pas, sehingga mereka tidak akan
terluka (Salvendy, 1997).
Informasi tentang anthropometri (seperti halnya biomekhanik) sangat
bergantung pada sikap atau postur tubuh dan gerakan. Data statis, sebagai contoh,
pada ukuran, jangkauan, atau sifat massa (seperti penempatan pusat massa, atau
momen inersianya) atau pada kekuatan otot isometrik tergantung pada perawakan
tubuh. Data dinamis, seperti pada kemampuan gerakan, penggunaan energi, atau
kecepatan dan ketelitian pergerakan di dalam ruang pekerjaan, sangat berfungsi dalam
hal yang menyangkut kondisi-kondisi khusus kinetik dan kinematik dan sering kali
susah dihubungkan dengan data yang diperoleh di bawah kondisi-kondisi statis. Tidak
ada prosedur umum atau resep khusus yang tersedia untuk perubahan statis ke dalam
data dinamis, walaupun beberapa bimbingan data tersedia dari buku teks (Salvendy,
1997).
Variabel anthropometri dalam populasi normal biasanya mengikuti sebaran
normal. Untuk keperluan desain digunakan dua kunci perameter dari sebaran normal
yaitu nilai tengah dan standar deviasi. Nilai tengah adalah jumlah keseluruhan
pengukuran individu dibagi dengan banyaknya pengukuran yang menunjukkan
kecendrungan pusat data. Standar deviasi (S) dihitung menggunakan beda antara tiap
pengukuran individu dengan nilai tengah yang menunjukkan derajat sebaran
(Nurmianto, 1999). Di sini, bagian perseratus adalah nilai bawah variabel yang
persentase dari nilai-nilainya ( katakanlah, 5 %) dan variabel atas dengan sisanya ( di
dalam kasus, 95 %).
Tabel 9. Ukuran Rata-Rata Anthropometri Orang Indonesia
Dimensi Tubuh Pria Wanita
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
14
Di bawah kondisi normal, untuk orang yang sehat, posisi tubuh adalah
“cocok” jika itu memenuhi dua buah syarat : yang pertama adalah berat dari bagian
tubuh harus terpancarkan, pada masa rantai kinematik, paling sedikit dalam strainful
way. Ukuran rata-rata anthropometri orang Indonesia disajikan pada Tabel 9.
Hasil pengamatan dan pengukuran ergonomi traktor tangan itu ditinjau segi
anthropometrinya bisa diperoleh dengan berpedoman pada anthropometri operator
traktor tangan dan anthropometri dari traktor tangan itu sendiri, yang disajikan pada
Tabel 10, dan 11.
Tabel 10. Rata-Rata Pengukuran Anthropometri Operator Traktor Tangan
No Ukuran Fisik Operator Nilai 50 % (cm)
1 Tinggi tubuh posisi berdiri 165
2 Tinggi mata 154.5
3 Tinggi bahu 140
4 Lebar bahu 41.5
15
Dari hasil data pengukuran antrophometri traktor tangan Tabel 11 dan dengan
berpedoman pada Tabel 10 poin 8 yaitu panjang bahu ke ujung jari sebesar 71,5 cm,
maka dapat disimpulkan bahwa : (1) untuk panel stang kemudi, hanya bajak rotari
yang berada dalam jangkauan operator dengan nilai 70 cm, (2) untuk rem tangan,
16
kedua jenis traktor tidak memiliki panel oleh sebab itu tidak perlu dilakukan
perhitungan, (3) untuk handle gas, kedua jenis traktor tangan ternyata masih berada
dalam jangkauan operator, (4) untuk diameter pegangan tangan, kedua traktor tangan
juga masih dalam jangkauan operator, (5) untuk pengatur kecepatan, yang memiliki
panel tersebut hanya traktor jenis rotari namun berada di luar jangkauan operator, (6)
untuk kontrol standar traktor, kedua jenis traktor tangan ternyata berada di luar
jangkauan operator, begitupun dengan panel (7, 8, dan 9). Lebih jelasnya, hasil
pengamatan ergonomi masing-masing traktor tangan ditinjau dari segi
anthropometrinya disajikan pada Tabel 12.
KESIMPULAN
1. Traktor tangan yang ada di Payakumbuh belum ergonomis jika ditinjau dari
segi anthropometri, salah satu alasannya adalah karena masih banyak panel-
panel pengontrol penting dari traktor tangan yang terletak di luar jangkauan
operator
2. Panel-panel pengontrol penting yang terletak di luar jangkauan operator
mengakibatkan daya yang dibutuhkan untuk pengoperasian traktor tangan
tersebut menjadi besar sehingga beban kerja fisik pada saat pengoperasian
traktor tangan pun semakin besar, yang menyebabkan terjadinya gangguan
pada operator.
3. Selama pengoperasian traktor tangan tingkat kebisingan yang ditimbulkan
tidak akan menimbulkan ketulian jika penggunaan traktor tangan tersebut
disesuaikan dengan batas izin (lama kerja) yang telah ditentukan.
4. Ditinjau dari karakteristik petani, maka kriteria traktor tangan yang paling
cocok untuk petani di Payakumbuh adalah gabungan desain traktor tangan
20
DAFTAR PUSTAKA
Herodian, S., L. Saulia, dan K. Morgan. 1999. Panduan Praktikum Ergonomi. IPB.
Bogor.
Hunt, D. 1970. Farm Power and Machinery Management. 7 th ed. Lowa State
University Press Ames. LOWA.
Purwanto, W. 1989. Ergonomi Traktor Tangan. Agritech Vol. 9 No. 3, hal. 36-42.
Smith, D.W., B.G. Sims, and D.H. O’Neill. 1994. Testing and Evaluation of
Agricultural Machinery and Equipment. FAO. Rome.
Suma’mur, P.K. (1989). Ergonomi untuk Produktifitas Kerja. Jakarta : C.V. Haji
Masagung.
Catatan :
Makalah ini telah dimuat pada jurnal :
Santosa, Azrifirwan, dan Ruri Wijayanti. 2008. Studi Ergonomi Traktor Tangan di
Payakumbuh. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. Vol. 12. No. 1, Maret 2008 : 53 –
66.