Anda di halaman 1dari 21

1

STUDI ERGONOMI TRAKTOR TANGAN DI PAYAKUMBUH


Santosa1, Azrifirwan1, dan Ruri Wijayanti2

ABSTRAK

Studi ergonomi traktor tangan ini telah dilaksanakan di Kelurahan Koto


Panjang, Kecamatan Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh, pada bulan Juni - Juli
2005 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kenyamanan traktor tangan yang ada di
Payakumbuh, dan merekomendasikan traktor tangan yang cocok dengan karakteristik
fisik petani yang ada di Payakumbuh.
Pengamatan dilakukan dengan metode eksperimen yang disertai dengan
metode Purposive Random Sampling. Pengukuran yang dilakukan meliputi denyut
jantung, daya fisik saat kerja dan istirahat, anthropometri operator traktor tangan dan
kebisingan traktor.
Hasil penelitian menunjukkan, rata-rata pengukuran denyut jantung operator
selama mengoperasikan traktor tangan sebesar 134 denyut/menit membuktikan bahwa
mengoperasikan traktor tangan itu merupakan suatu pekerjaan berat. Berdasarkan
hasil pengamatan ergonomi traktor yang dilakukan, ternyata hanya 22 % - 33 %
panel-panel yang berada dalam jangkauan operator, hal ini menunjukkan bahwa
traktor tangan tersebut belum ergonomis ditinjau dari segi anthropometri operator
traktor tangan. Untuk kebisingan jika disesuaikan dengan lama kerja yang telah
ditentukan maka dia dapat dikatakan ergonomis. Oleh sebeb itu jika ditinjau dari
karakteristik petani, maka kriteria traktor tangan yang paling cocok untuk petani di
Payakumbuh adalah gabungan disain traktor tangan Yanmar dan Ratna dengan
keunggulan masing-masingnya.

Kata Kunci : Daya Fisik, Anthropometri, dan Kebisingan

PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, hal ini ditunjukkan
dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari seluruh luas lahan
yang ada di Indonesia, lebih dari 70 % digunakan untuk usaha pertanian. Maka dari
itu, penduduk Indonesia sebagian besar hidup dari sektor pertanian dengan beras
sebagai makanan pokoknya, seperti untuk provinsi Sumatera Barat 51,36 % dari
penduduknya adalah bekerja sebagai petani (BPS, 2002-2003). Di sini, pertanian
selalu mendapat perioritas utama dalam pelaksanaan pembangunan Indonesia sebagai
bukti dengan tercapainya swasembada pangan pada tahun 1986.
1
Staf Pengajar Program Studi Teknik Pertanian Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Andalas
2
Alumni Jurusan Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Andalas
2

Dalam mempertahankan predikat tersebut, pemerintah Indonesia berusaha


untuk meningkatkan sektor pertanian ini salah satunya dengan menerapkan
penggunaan alat-alat mesin pertanian mulai dari prapanen sampai dengan pascapanen,
khususnya penggunaan traktor tangan untuk pengolahan tanah sawah.
Penggunaan dan pengembangan pemakaian traktor tangan dalam bidang
pertanian merupakan suatu tindakan yang tepat, karena penggunaannya tidak hanya
terfokus pada kegiatan pengolahan tanah saja tapi juga dapat digunakan untuk
berbagai keperluan. Selain itu, traktor tangan ini memiliki daya adopsi yang tinggi
dengan kondisi alam Indonesia. Bentuknya yang kecil dan ringan merupakan
konstruksi traktor yang cocok pengoperasiannya pada petakan sawah yang sempit.
Untuk wilayah Sumatera Barat khususnya Payakumbuh penggunaan traktor
tangan ini belum memuaskan, tercatat pada Badan Pusat Statistik penggunaan traktor
tangan dari tahun 1987-1996 mengalami perkembangan yang sangat signifikan. Pada
tahun 1987, untuk seluruh wilayah Sumatra Barat telah tercatat jumlah traktor tangan
yang ada yaitu 289 buah, sedangkan pada tahun 1996 sudah tercatat sebanyak 2.234
buah traktor tangan, yang tiap tahunnya terjadi peningkatan sebesar ± 30 %,
sedangkan untuk Payakumbuh itu sendiri pada tahun 2000 tercatat banyaknya traktor
tangan adalah 105 buah.
Namun, jumlah traktor ini sangat tidak sebanding dengan luas lahan yang
ada di Payakumbuh, dengan luas tanah sawah adalah 3060 ha (BPS, 2002). Biasanya
perbandingan jumlah traktor tangan dengan luas lahan ini adalah 1 : 2. Kurangnya
minat petani dalam menggunakan traktor tangan ini disebabkan karena setiap
mengoperasikan traktor tangan ini mereka sering mengeluhkan badan mereka yang
sering lelah dan pegel-pegal. Ilmu teknik yang menyangkut mengenai hal ini biasa
disebut dengan ergonomi, yaitu hubungan antara manusia dengan pekerjaan,
peralatan, dan lingkungan dengan memperhatikan penerapan bidang-bidang anatomi,
fisiologi, dan psikologi untuk memecahkan masalah-masalah yang akan timbul dan
bersama-sama dengan ilmu teknik dan teknologi untuk mencapai penyesuaian yang
optimal dalam melakukan kerja.
Pentingnya kenyamanan penggunaan yang berhubungan dengan manusia
sebagai operator (yang biasa disebut dengan ergonomi) menurut Astrand dan Rodhal
(1971) (cit. Prihanto, 1984), adalah dalam rangka : (1) meningkatkan keseimbangan
antara kesehatan dan produktifitas kerja sehingga tercapai tingkat kemantapan yang
setinggi-tingginya, (2) mencegah terjadinya gangguan kesehatan, penyakit, cacat dan
3

kematian akibat kerja, serta (3) mengusahakan penerapan teknologi yang serasi bagi
kehidupan manusia dan lingkungannya.
Selain itu, ergonomi ini sangat diperlukan dalam mendisain suatu alat atau
mesin pertanian untuk mencapai efisiensi dan efektifitas dari suatu alat atau mesin
tersebut. Dengan kata lain, dapat memperkecil tekanan pada operator manusia,
kelelahan, kecelakaan kerja, dan juga meningkatkan hasil keluaran pekerjaan dan
produktivitas (Philips, 1999). Untuk mendukung minat petani dalam menggunakan
alat atau mesin pertanian ini, maka diperlukan peningkatan kenyamanan penggunaan
alat atau mesin pertanian agar diperoleh produktivitas yang maksimal.

TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui tingkat kenyamanan traktor tangan yang ada di
Payakumbuh.
2. Dengan data yang diperoleh, maka dapat direkomendasikan kriteria traktor
tangan yang sangat cocok dengan karakteristik fisik petani yang ada di
Payakumbuh.

BAHAN DAN METODE


TEMPAT DAN WAKTU
Penelitian ini telah dilaksanakan di Kelurahan Koto Panjang, Kecamatan
Payakumbuh Utara, Kota Payakumbuh, yang dimulai dari bulan Juni sampai dengan
Juli 2005.
BAHAN DAN ALAT
Bahan – bahan serta alat yang digunakan dalam melakukan penelitian ini
adalah traktor tangan jenis bajak singkal dengan merek Ratna 6,5 PK, Yanmar 6,5 PK
yang menggunakan sasis sama yaitu mtm dan jenis bajak rotary dengan merek
Yanmar 8,5 PK dan Kubota 8,5 PK menggunakan sasis Yanmar, alat pengolah tanah I
dan II, stopwatch, meteran, pena, kalkulator, spidol, kayu pancang, alat pengukur
suara yaitu sound level meter.
METODE PENELITIAN
Penelitian yang dilakukan adalah dengan menggunakan metode eksperimen
yang disertai dengan metoda Purposive Random Sampling. Metode eksperimen
4

dilakukan dengan langsung melakukan pengukuran ke lapangan, sedangkan metoda


Purposive Random Sampling yaitu dengan memperoleh data primer dan data skunder.
Data primer diperoleh melalui wawancara atau interview pada ± 20 orang petani
sebagai operator dari daerah sampel, sedangkan data sekunder diambil dari Dinas dan
Jawatan yang erat hubungannya dengan penelitian ini seperti : Dinas Pertanian
Tanaman Pangan, Kantor Bappeda, Kantor Statistik, dan lain-lain.

PENGAMATAN DAN PENGUKURAN


Denyut Jantung dan Daya Fisik Saat Kerja dan Istirahat
Tahapan pengamatan yang akan dilakukan sesuai yang dilakukan Purwanto
(1989), dengan tahapan berturut-turut : (a) istirahat I, 15 menit, (b) kerja pengolahan
tanah I, 20 menit, (c) istirahat II, 15 menit, (d) kerja pengolahan tanah II, dan (e)
Istirahat III, 15 menit.
Pada saat istirahat dicatat banyaknya denyut jantung operator traktor tangan,
dimana pengukurannya dilakukan secara manual. Data denyut jantung operator traktor
tangan dipakai sebagai pedoman untuk menentukan daya fisik operator yang dipakai
untuk kerja, dengan menggunakan klasifikasi tingkat kerja Christensen.
Pada saat kerja pengolahan akan dilakukan pengukuran slip roda traktor, lebar
kerja, kecepatan aktual, luasan yang dapat diolah, kapasitas kerja teoritis, kapasitas
kerja efektif, efisiensi kerja lapang dan kedalaman pengolahan tanah. Pengolahan
tanah hanya dilakukan pada lahan basah dengan luas lahan 50 m x 15 m.
Penentuan slip roda, kapasitas kerja efektif, kapasitas kerja teoritis, kecepatan
aktual dan efisiensi lapang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :

1. Slip Roda Traktor


S = π x D x N – L x 100% ………………………………. (1)
ΠxDxN

dengan :
S = Slip roda (%)
D = Diameter roda (m)
N = Banyaknya putaran roda, yaitu 10 kali putaran roda
5

L = Jarak yang ditempuh oleh traktor pada saat roda berputar N


kali (m)
2. Kecepatan Aktual
Vakt = S ………………………………………………….. (2)
t
dengan :
Vakt = kecepatan aktual (m/detik)
S = jarak tempuh (m)
t = waktu tempuh (detik)
Hubungan antara kecepatan aktual dengan kecepatan teoritis dapat dijabarkan
seperti berikut :
Vteo = Vakt ……………………………………………. (3)
1-S
dengan :
Vakt = Kecepatan aktual (m/detik)
Vteo = Kecepatan Teoritis (m/detik)
S = Slip Roda (%)
3. Kapasitas Kerja Teoritis
KKteo = 0,36 x Vteo x W ………………………………..(4)

dengan :
KKteo = Kapasitas Kerja Teoritis (ha/jam)
Vteo = Kecepatan Kerja Teoritis ( m/detik)
W = Lebar Kerja Pengolahan Tanah (m)
0,36 = Konversi satuan, 1 m2/detik = 0,36 ha/jam

4. Kapasitas Kerja Aktual atau Kapasitas Kerja Efektif


KKe = A ……………………………………………. (5)
T
dengan :
KKe = Kapasitas Kerja Efektif (ha/jam)
A = Total luas lahan (ha)
T = Total waktu (jam)
5. Efesiensi Kerja Lapang
6

E= KKe x 100 % …………………………… (6)


KKteo
dengan :
E = Efisiensi Kerja lapang (%)
KKe = Kapasitas Kerja Efektif (ha/jam)
KKteo = Kapasitas Kerja Teoritis (ha/jam)
Antropometri Operator Traktor Tangan
Operator traktor tangan diukur data antropometrinya, kemudian dikaji
kesesuaian antara data antropometri operator traktor tangan dengan data
anthropometri panel pengontrol terpenting dari traktor tangan yang dihitung dari
posisi berdiri operator. Pengamatan anthropometri mengacu pada Purwanto (1989).
Kebisingan
Besarnya kebisingan yang ditimbulkan traktor tangan diukur dengan alat
pendeteksi suara yaitu sound level meter. Data tersebut kemudian dicocokkan dengan
standart kebisingan yang masih aman bagi manusia dan melakukan perbandingan
dengan penelitian yang dilakukan oleh dua orang pakar Indonesia yang
menanggulangi akibat kebisingan ini dengan memperhitungkan lama kerja atau lama
pengoperasian dari alat tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN


DENYUT JANTUNG DAN DAYA FISIK SAAT KERJA DAN ISTIRAHAT
Dengan diperolehnya data denyut jantung operator selama mengoper asikan
masing-masing traktor tangan (Tabel 1) dan berpedoman kepada klasifikasi tingkat
kerja Christensen (Tabel 2), dapat diperoleh informasi bahwa mengoperasikan traktor
tangan itu merupakan suatu pekerjaan berat. Hal ini dibuktikan dengan hasil
pengukuran rata-rata denyut jantung yang diperoleh yaitu 134 denyut/menit, dengan
kebutuhan tenaga atau daya input 0,55-0,67 kW, atau daya output 55-67 watt (dengan
asumsi efisiensi thermal manusia = 10 %) dalam arti energi yang dirubah menjadi
panas itu 10 % dari 0,55-0,67 kW yaitu 0,055-0,067 kW. Pernyataan ini kemudian
diperkuat dengan interview yang dilakukan, ternyata hampir 61 % pengguna traktor
tangan (operator) menyatakan bahwa pengoperasian traktor tangan ini merupakan
pekerjaan berat.
Tabel 1. Denyut Jantung Operator selama Pengoperasian Traktor Tangan
7

Denyut Jantung (denyut/menit)


Traktor Bajak Singkal Traktor Bajak Rotari
Aktivitas
Ratna 6,5 Yanmar 6,5 Yanmar 8,5 Kubota 8,5
PK PK PK PK
Istirahat 1 115 110 118 120
Kerja 137 149 132 135
Pengolahan
Tanah 1
Istirahat 2 122 127 123 125
Kerja 129 138 126 128
Pengolahan
Tanah 2
Istirahat 3 109 119 112 116

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Kerja Manusia pada Umur 20-50 Tahun

Tingkat Pekerjaan Kebutuhan Daya Input Denyut Jantung


(kW) per Menit
Sangat Ringan Kurang dari 0,17 Kurang dari 75
Ringan 0,17 – 0,33 75 – 100
Sedang 0,33 – 0,55 100 – 125
Berat 0,55 – 0,67 125 – 150
Sangat Berat 0,67 – 0,84 150 – 175
Di luar Batas Lebih dari 0,84 Lebih dari 175

Faktor yang menyebabkan beban berat yang diterima oleh operator ini antara
lain adalah akibat getaran yang ditimbulkan oleh mesin, tenaga yang dibutuhkan oleh
operator untuk menahan traktor pada saat menjangkau panel-panel pengontrol penting
untuk menjalankan mesin, dan tenaga yang dibutuhkan pada saat membelok terbukti
dengan interview yang dilakukan yaitu 34 % dari operator menyatakan kesulitannya
untuk membelokkan traktor tangan tersebut. Dengan daya yang berat, akan
menimbulkan beban kerja fisik yang berat juga. Jika beban kerja fisik yang berat ini
diterima secara terus-menerus oleh seorang operator, maka akan membahayakan
operator itu sendiri yang akan berdampak pada menurunnya produktifitas kerja dari
operator tersebut.
Slip Roda
8

Pengujian slip roda pada masing-masing traktor tangan pada lahan basah dapat
dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Slip Roda pada Masing-Masing Traktor Tangan pada Lahan Basah
Slip Roda (%)
Jenis Traktor
Pengolahan I Pengolahan II Rata-Rata
Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 8,42 7.92 8.17
b. Yanmar 6,5 PK 10,26 9.73 9.99

Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 4.68 2.79 3.73
b. Kubota 8,5 PK 5.24 3.57 4.4

Dari hasil pengamatan dan perhitungan yang dilakukan, terlihat adanya


perbedaan slip roda yang signifikan sekali antara singkal dan rotari. Besar kecilnya
slip roda pada bajak singkal dan rotari ini dipengaruhi oleh kondisi lahan yang
berbeda, yaitu berbedanya tekstur tanah dan kandungan air yang ada. Tekstur tanah
yang agak liat membuat slip roda yang terjadi pada bajak singkal lebih besar.
Kemudian disebabkan oleh tekanan dan gaya gesekan yang timbul pada waktu
mengolah tanah lebih besar yang mengakibatkan tertahannya laju traktor. Kemudian
hasil olahan yang berupa bongkahan-bongkahan besar turut mengambil andil
menghalangi jalannya traktor. Begitupun sebaliknya dengan bajak rotari.
Untuk masing-masing merek perbedaan yang begitu jelas terlihat pada bajak
singkal, traktor tangan Yanmar 6,5 PK memiliki slip roda yang terbesar. Ini
disebabkan oleh perbedaan konstruksi roda yang digunakan, yaitu roda besi dengan
sudut lempeng 45˚ untuk Yanmar dan 50˚ untuk Ratna. Untuk konstruksi roda traktor,
semakin besar sudut lempeng roda traktor maka kemungkinan terjadinya slip juga
akan semakin kecil begitu juga sebaliknya.
Kecepatan Aktual
Dari hasil pengamatan dan perhitungan, maka didapatkan angka rata-rata
kecepatan traktor pada pengolahan tanah I, pengolahan tanah II dan kecepatan rata-
rata yang disajikan pada Tabel 4.
Tabel 4. Kecepatan Berbagai Jenis dan Merek Traktor Tangan Saat Mengolah
9

Tanah Sawah

Kecepatan (m/detik)
Jenis
Pengolahan I Pengolahan II Rata-Rata
Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 0,615 0,620 0,617
b. Yanmar 6,5 PK 0,587 0,613 0,600

Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 0,703 0,629 0,666
b. Kubota 8,5 PK 0,694 0,620 0,657

Dari hasil pengamatan pada Tabel 4, terlihat adanya perbedaan yang berbeda
nyata antara jenis traktor tangan bajak singkal dan bajak rotari. Namun perbedaan
yang sangat jelas terlihat pada bajak singkal merek Ratna dengan bajak singkal merek
Yanmar. Perbedaan ini salah satunya diakibatkan karena ketidak sesuaian sasis dengan
motor penggeraknya, akibatnya jika konstruksi dari sasisnya ringan dan motor
penggeraknya berat maka bila dijalankan terlalu cepat maka hasil olahan tersebut
tidak akan terbalik. Oleh sebab itu diperlukan kesesuaian konstruksi dari sasis dengan
motor penggeraknya, sehingga bisa diperoleh efesiensi, efektifitas dan produktivitas
yang maksimal.
Jika dibedakan antara bajak singkal dan bajak rotari, kecepatan dari bajak
rotari lebih cepat karena tidak adanya gaya penghambat jalannya traktor, sedangkan
untuk bajak singkal gaya gesek dan tekanan yang ditimbulkan singkal berlawanan
dengan arah traktor yang kemudian mengakibatkan terhambatnya jalannya traktor.

Kapasitas Kerja Efektif


Dengan memperhitungkan waktu kerja untuk menyelesaikan satu bidang
lahan, maka didapatkan kapasitas kerja efektif dari masing-masing jenis dan merek
traktor tangan yang disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Kapasitas Kerja Efektif Traktor Tangan dengan Berbagai Jenis dan
Merek untuk Mengolah Tanah Sawah sampai Siap Tanam
10

Kapasitas Kerja Efektif (ha/jam)


Jenis
Pengolahan I Pengolahan II Rata-Rata
Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 0,036 0,078 0,057
b. Yanmar 6,5 PK 0,036 0,082 0,059

Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 0,082 0,146 0,114
b. Kubota 8,5 PK 0,083 0,135 0,109

Dari tabel terlihat adanya perbedaan yang signifikan antara bajak singkal dan
bajak rotary, sedangkan berdasarkan masing-masing merek dari traktor tersebut tidak
memperlihatkan perbedaan yang nyata antara masing-masing jenisnya. Untuk
jenisnya, kapasitas kerja efektif yang paling besar terdapat pada bajak rotari.
Besar dan kecilnya kapasitas keja efektif ini dipengaruhi oleh waktu efektif.
Besarnya waktu efektif dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : (a) waktu yang
hilang di akhir barisan ketika berputar, (b) waktu yang hilang untuk membersihkan
tanah, pengaturan alat, dan (c) waktu istirahat (Hunt, 1970). Kemudian, kapasitas
kerja untuk melakukan operasi tergantung pada : (a) tipe dan besar mesin atau alat, (b)
keterampilan operator, (c) sumber tenaga yang tersedia, dan (d) keadaan kerja
(Moens, 1978).
Kapasitas Kerja Teoritis
Hasil perhitungan kapasitas kerja teoritis untuk berbagai jenis dan merek
traktor tangan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kapasitas Kerja Teoritis pada Berbagai Jenis dan Merek Traktor Tangan
Kapasitas Kerja Teoritis (ha/jam)
Jenis
Pengolahan I Pengolahan II Rata-Rata
Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 0,049 0,171 0,110
b. Yanmar 6,5 PK 0,048 0,173 0,110
11

Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 0,189 0,589 0,389
b. Kubota 8,5 PK 0,187 0,584 0,385

Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa kapasitas kerja teoritis bajak rotari jauh
lebih besar daripada bajak singkal, sedangkan untuk masing-masing merek, terlihat
perbedaan yang begitu nyata. Hal ini dipengaruhi oleh lebar bajakan atau lebar
pengolahan serta kecepatan aktual dari traktor. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
Hunt (1970), bahwa kapasitas kerja teoritis adalah kemampuan alat atau mesin untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan pada sebidang lahan jika alat atau mesin berjalan maju
dengan sepenuh waktu (100 %) dan bekerja dengan lebar maksimum.
Efisiensi Lapang Pengolahan Tanah
Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan angka efisiensi lapang
pengolahan tanah pertama dan pengolahan tanah kedua dengan berbagai jenis dan
merek traktor tangan yang bisa dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Efisiensi Lapang Pengolahan Tanah dengan Berbagai Jenis dan Merek
Traktor Tangan
Efesiensi Lapang (%)
Jenis
Pengolahan I Pengolahan II Rata-Rata
Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 76,0 46,0 61,0
b. Yanmar 6,5 PK 75,0 48,0 61,5

Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 43,0 25,0 34,0
b. Kubota 8,5 PK 43,0 23,0 33,0

Dari Tabel 7 dapat dilihat adanya perbedaan yang nyata antara bajak singkal
dan bajak rotari. Perbedaan yang jelas terlihat pada bajak rotari yang memiliki
efesiensi sangat rendah sekali, ini disebabkan karena seringnya terjadi pengulangan
pada lintasan yang sama karena tidak jelasnya lahan yang sudah diolah dengan yang
belum diolah. Efisiensi pengolahan tanah ini juga sangat dipengaruhi oleh waktu
pengolahan yaitu lamanya waktu yang terpakai saat pengolahan, yaitu waktu yang
12

hilang karena pengisian bahan bakar, slip pada roda, perputaran traktor, operator itu
sendiri, dan lain-lain.
Kedalaman Pengolahan Tanah
Kedalaman pembajakan atau pengolahan tanah pada berbagai jenis dan merek
traktor tangan disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 . Kedalaman Pembajakan pada Berbagai Jenis dan Merek Traktor Tangan

Jenis Kedalaman Pembajakan (cm)


Bajak Singkal :
a. Ratna 6,5 PK 17,6
b. Yanmar 6,5 PK 17,2
Bajak Rotari :
a. Yanmar 8,5 PK 23,5
b. Kubota 8,5 PK 23,0

Dari hasil penelitian dan pengamatan pada Tabel 8, terlihat bahwa traktor
tangan dengan jenis bajak rotari lebih dalam mengolah tanah daripada jenis bajak
singkal sedangkan untuk masing-masing merek tidak terlihat perbedaan yang begitu
nyata antara singkal dan rotari karena penggunaan dari jenis traktor tangan itu sendiri.
Bajak rotari ini biasa digunakan untuk tanah sawah dalam yang mana top soil-nya
lebih dalam dari sawah dangkal dan otomatis kedalaman pengolahannya pun semakin
bertambah .

Anthropometri Operator Traktor Tangan


Anthropometri berasal dari bahasa Yunani yaitu anthropos dan metron,
anthropos berarti manusia sedangkan metron artinya pengukuran. Jadi anthropometri
menurut Herodian et al. (1999) merupakan suatu bidang ergonomika yang
menyangkut masalah pengukuran statik manusia, sedangkan anthropometri menurut
Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia baik itu ukuran, bentuk dan kekuatan serta
penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.
Data anthropometri sangat dibutuhkan sebagai standar umum desain dan
syarat-syarat spesifik, penggunaan keduanya ke dalam sistem baru desain dan pada
penilaian salah satu yang ada sehingga produk, mesin, alat-alat, dan kegiatan “cocok”
13

bagi orang yang mengoperasikannya dan pengguna, dengan maksud untuk mencapai
“kemudahan dan efisiensi” (Salvendy, 1997).
Menurut Salvendy (1997), area pengaplikasian umum dari data
antrhopometri ini adalah pada desain : (a) tugas kerja, (b) tempat kerja, (c)
perlengkapan, alat, serta pengontrolan, dan (4) baju pelindung.
Bentuk desain diciptakan berdasarkan garis bentuk tubuh manusia. Bentuk
ini sangat menentukan seperti contoh, ukuran pembukaan yang cukup besar sehingga
tubuh manusia dapat pas melewatinya (pintu, lobang, dan lainya) atau bagian tubuh
harus cocok untuk tujuan pemeliharaan, atau dalam membuka mesin yang terlalu kecil
dari bagian tubuh manusia (seperti jari) yang tidak pas, sehingga mereka tidak akan
terluka (Salvendy, 1997).
Informasi tentang anthropometri (seperti halnya biomekhanik) sangat
bergantung pada sikap atau postur tubuh dan gerakan. Data statis, sebagai contoh,
pada ukuran, jangkauan, atau sifat massa (seperti penempatan pusat massa, atau
momen inersianya) atau pada kekuatan otot isometrik tergantung pada perawakan
tubuh. Data dinamis, seperti pada kemampuan gerakan, penggunaan energi, atau
kecepatan dan ketelitian pergerakan di dalam ruang pekerjaan, sangat berfungsi dalam
hal yang menyangkut kondisi-kondisi khusus kinetik dan kinematik dan sering kali
susah dihubungkan dengan data yang diperoleh di bawah kondisi-kondisi statis. Tidak
ada prosedur umum atau resep khusus yang tersedia untuk perubahan statis ke dalam
data dinamis, walaupun beberapa bimbingan data tersedia dari buku teks (Salvendy,
1997).
Variabel anthropometri dalam populasi normal biasanya mengikuti sebaran
normal. Untuk keperluan desain digunakan dua kunci perameter dari sebaran normal
yaitu nilai tengah dan standar deviasi. Nilai tengah adalah jumlah keseluruhan
pengukuran individu dibagi dengan banyaknya pengukuran yang menunjukkan
kecendrungan pusat data. Standar deviasi (S) dihitung menggunakan beda antara tiap
pengukuran individu dengan nilai tengah yang menunjukkan derajat sebaran
(Nurmianto, 1999). Di sini, bagian perseratus adalah nilai bawah variabel yang
persentase dari nilai-nilainya ( katakanlah, 5 %) dan variabel atas dengan sisanya ( di
dalam kasus, 95 %).
Tabel 9. Ukuran Rata-Rata Anthropometri Orang Indonesia
Dimensi Tubuh Pria Wanita
5% X 95% S.D 5% X 95% S.D
14

1. Tinggi tubuh posisi 1.532 1.632 1.732 61 1.464 1.563 1.662 60


Berdiri tegak
2. Tinggi mata 1.425 1.520 1.615 58 1.350 1.446 1.542 58
3. Tinggi bahu 1.247 1.338 1.429 55 1.184 1.272 1.361 54
4. Tinggi siku 932 1.003 1.074 43 886 957 1.028 43
5.Tinggi genggaman 655 718 782 39 646 708 771 38
tangan pada posisi
relaks ke bawah
6. Tebal paha 117 140 163 14 115 140 165 15
7. Jarak dari pantat ke 500 545 590 27 488 537 586 30
Lutut
8. Jarak dari lipat lutut 405 450 495 27 488 537 586 30
ke Pantat
9. Tinggi lutut 448 496 544 29 428 472 516 27
10. Tinggi lipat lutut 361 403 445 26 337 382 428 28
11. Lebar bahu 382 424 446 26 342 385 428 26
12. Lebar panggul 291 331 371 24 298 345 392 29
13. Tebal dada 174 212 250 23 178 228 278 30
14. Tebal perut 174 228 282 33 175 231 287 34
15. Jarak dari siku ke 405 439 473 21 374 409 287 34
ujung Jari
16. Lebar kepala 140 150 160 6 135 146 157 7
17. Panjang tangan 161 179 191 9 153 168 183 9
18. Lebar tangan 71 79 87 5 64 71 78 4
19. Jarak bentang dari 1.520 1.663 1.806 87 1.400 1.523 1.646 75
ujung jari tangan kiri
ke kanan
Sumber : Interpolasi data Pheasant (1986), Suma’mur (1989), dan Nurmianto (1991)

Di bawah kondisi normal, untuk orang yang sehat, posisi tubuh adalah
“cocok” jika itu memenuhi dua buah syarat : yang pertama adalah berat dari bagian
tubuh harus terpancarkan, pada masa rantai kinematik, paling sedikit dalam strainful
way. Ukuran rata-rata anthropometri orang Indonesia disajikan pada Tabel 9.
Hasil pengamatan dan pengukuran ergonomi traktor tangan itu ditinjau segi
anthropometrinya bisa diperoleh dengan berpedoman pada anthropometri operator
traktor tangan dan anthropometri dari traktor tangan itu sendiri, yang disajikan pada
Tabel 10, dan 11.
Tabel 10. Rata-Rata Pengukuran Anthropometri Operator Traktor Tangan
No Ukuran Fisik Operator Nilai 50 % (cm)
1 Tinggi tubuh posisi berdiri 165
2 Tinggi mata 154.5
3 Tinggi bahu 140
4 Lebar bahu 41.5
15

5 Lebar panggul 35.5


6 Panjang Lengan Atas 24.5
7 Panjang Lengan Bawah 45
8 Panjang Bahu ke Ujung Jari 71.5
9 Jarak genggaman tangan ke punggung pada 66
posisi tangan ke depan (horizontal)
10 Jarak dari siku ke ujung jari 47
11 Lebar telapak tangan 8.2
12 Diameter genggaman 4.4
13 Lebar maksimum tangan 20.5
14 Tinggi siku 116

Pengukuran anthropometri operator traktor tangan ini biasa menggunakan data


50 % (50 persentil) yang mana dengan mengambil nilai mean dari data yang telah
didapatkan. Kemudian data ini akan menunjang data anthropometri traktor tangan
(Tabel 11) yang akan membuktikan apakah panel-panel terpenting pada traktor tangan
tersebut berada dalam jangkauan atau berada di luar jangkauan operator.

Tabel 11. Anthropometri Berbagai Jenis dan Merek Traktor Tangan


Ukuran Panel Pengontrol dari Posisi Badan
Panel-Panel Berdiri Operator (cm)
Bajak Singkal Bajak Rotari
No Pengontrol Penting
Ratna Yanmar Yanmar Kubota
Traktor Tangan
“mtm” “mtm” “yanmar” “yanmar”
1 Stang kemudi 94 94 70 70
2 Rem tangan - - - -
3 Handle gas 66 66 62 62
4 Diameter pegangan 3.5 3.5 3 3
tangan
5 Pengatur kecepatan - - 97 97
6 Kontrol standar traktor 149 149 83 83
7 Sistem transmisi 166 166 157 157
8 Pengontrol implement 123 123 83 83
(bajak atau rotari)
9 Kopling 87 87 102 102

Dari hasil data pengukuran antrophometri traktor tangan Tabel 11 dan dengan
berpedoman pada Tabel 10 poin 8 yaitu panjang bahu ke ujung jari sebesar 71,5 cm,
maka dapat disimpulkan bahwa : (1) untuk panel stang kemudi, hanya bajak rotari
yang berada dalam jangkauan operator dengan nilai 70 cm, (2) untuk rem tangan,
16

kedua jenis traktor tidak memiliki panel oleh sebab itu tidak perlu dilakukan
perhitungan, (3) untuk handle gas, kedua jenis traktor tangan ternyata masih berada
dalam jangkauan operator, (4) untuk diameter pegangan tangan, kedua traktor tangan
juga masih dalam jangkauan operator, (5) untuk pengatur kecepatan, yang memiliki
panel tersebut hanya traktor jenis rotari namun berada di luar jangkauan operator, (6)
untuk kontrol standar traktor, kedua jenis traktor tangan ternyata berada di luar
jangkauan operator, begitupun dengan panel (7, 8, dan 9). Lebih jelasnya, hasil
pengamatan ergonomi masing-masing traktor tangan ditinjau dari segi
anthropometrinya disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Pengamatan Ergonomi Masing-Masing Traktor Tangan Ditinjau


dari Segi Anthropometri

Panel-Panel Bajak Singkal Bajak Rotari


Pengontrol Penting Ratna Yanmar Yanmar Kubota
No
Traktor Tangan “mtm” “mtm” “yanmar” “yanmar”
1 Stang kemudi - - + +
2 Rem tangan * * * *
3 Handle gas + + + +
Diameter pegangan
4 + + + +
tangan
5 Pengatur kecepatan * * - -
6 Kontrol standar traktor - - - -
7 Sistem transmisi - - - -
Pengontrol implement
8 - - - -
(bajak atau rotari)
9 Kopling - - - -
Panel pengontrol yang
10 didalam jangkauan 22 % 22 % 33 % 33 %
operator (%)
Keterangan :
+ = dalam jangkauan operator
- = di luar jangkauan operator
* = tidak memiliki panel tersebut
Bedasarkan hasil pengamatan ergonomi traktor yang dilakukan, ternyata masih
banyak panel-panel pengontrol penting dari traktor tangan yang terletak di luar
17

jangkauan terbukti hanya 22 % - 33 % panel-panel yang berada dalam jangkauan


operator. Hasil ini didukung oleh interview yang dilakukan yang mana 49 %
menyatakan mereka merasa kesulitan dalam menjangkau panel-panel pengontrol
penting traktor tangan. Hal ini menunjukkan bahwa traktor tangan tersebut belum
ergonomis ditinjau dari segi anthropometri operator tangan, panel-panel pengontrol
terpenting dan sering digunakan pada saat pengoperasian traktor tangan malah terletak
di luar jangkauan operator.
Hal ini mengakibatkan beban kerja fisik akan semakin besar, karena satu
tangan akan menahan traktor dan tangan yang lain mengoperasikan panel pengontrol.
Jika seseorang mengangkat beban, mendorong atau menarik suatu beban, maka
tubuhnya akan mendapat suatu beban yang harus dilawan dan ditransmisikan oleh
sistem rangka (tulang belakang) dan ototnya ke tanah tempat berpijak.
Berdasarkan analisis biomekanik, pada saat orang sedang mengangkat beban,
tulang belakang mendapat tegangan tekan yang amat tinggi. Pheasant (1986)
menyatakan bahwa tulang belakang merupakan bagian yang terlemah dari rantai
hidup yang meneruskan gaya dari tangan sampai ke tanah. Kombinasi dari struktur
tulang belakang yang lemah dan tegangan tekan tinggi yang disangga operator pada
saat mengoperasikan traktor tangan untuk waktu yang lama dapat menyebabkan
gangguan sakit pinggan pada operator.
Kebisingan
Kebisingan pada umumnya digambarkan sebagai suatu bunyi yang tak
dikehendaki. Di dalam interval frekuensi sekitar 15 sampai 16.000 Hz, bunyi sebagian
besar dapat didengar dan dirasakan oleh telinga. Frekuensi di bawah 15 Hz, bunyi ini
termasuk infrabunyi, jika cukup keras, dapat menyebabkan organ / bagian badan yang
berbeda bergetar dengan sensasi yang tidak menyenangkan. Di atas 16.000 Hz, bunyi
termasuk dalam ultrasonik dan ini tidak lagi dapat didengar oleh manusia, walaupun
itu dapat dideteksi oleh binatang, seperti anjing dan kelalawar. Kemampuan telinga
mendengarkan suara manusia, kebanyakan di sekitar 250 – 4.000 Hz, dan ini adalah
yang paling sensitip di dalam daerah frekuensi (Salvendy, 1997).
Dari penelitian diperoleh bahwa rata-rata tingkat kebisingan melebihi 80 dB
lebih dari 8 jam per hari dapat merusak telinga. Ini sangat sulit untuk membuktikan
tingkat rata-rata ketika terdapat variasi kebisingan selama perioda tertentu. Jadi
disarankan, semua peralatan harus di desain dengan tingkat kebisingan di bawah 80
dB setiap waktu (Smith et al., 1994).
18

Kebisingan sebagian besar terkait dengan pengendalian kebisingan dan


getaran yang mengakibatkan kebisingan. Kebisingan mempunyai beberapa efek yang
tidak diinginkan. Di dalam industri efek utama kebisingan yang keras dalam periode
lama sepanjang masa kerja dapat mengakibatkan ketulian yang permanen. Efek lain,
yang secara langsung pengaruhi kebisingan, meliputi meningkatnya kecelakaan dan
kurangnya efisiensi dan produktivitas. Ini dapat juga menjadi suatu sumber keluhan
dan gangguan masyarakat, dan bahkan mempengaruhi tidur dan aktivitas lain manusia
di dalam kasus yang sangat menjengkelkan. Efek lain kesehatan yang kurang baik,
sekali waktu bisa dihubungkan dengan kebisingan, timbulnya serangan jantung,
miscar riages, sakit kepala, dan seterusnya (Salvendy, 1997).

Data kebisingan yang ditimbulkan oleh masing-masing traktor tangan selama


pengoperasian dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Hasil Pengukuran Tingkat Kebisingan Traktor Tangan Selama
Dioperasikan
Tingkat Kebisingan (dB)
Bajak Singkal Bajak Rotari
Pengukuran Ratna 6,5 Yanmar 6,5 Yanmar 8,5 Kubota 8,5
PK PK PK PK
Maksimal 89,9 87,3 89,9 90,6
Rerata 88,4 86,2 87,8 89,2

Dengan diperolehnya tingkat kebisingan berbagai jenis dan merek traktor


tangan (Tabel 13), dapat disimpulkan bahwa traktor tangan ini sangat bising terbukti
dengan rata-rata kebisingan yang diperoleh yaitu 88 dB. Pernyataan ini diperkuat
dengan interview yang dilakukan dimana 66 % dari pengguna (operator) menyatakan
traktor tangan ini sangat bising.
Kemudian jika berpedoman kepada tingkat kebisingan yang diizinkan pada
pengoperasian suatu mesin yang pernah diteliti oleh dua pakar Indonesia (Tabel 14),
dapat ditarik kesimpulan bahwa jika disesuaikan dengan lama kerja yang telah
ditentukan maka dia tidak akan mengakibatkan gangguan pada telinga operator dan
bahkan ketulian pada operator. Sehingga kalau petani atau operator mematuhi aturan
yang telah ditentukan maka semua traktor tangan ini dapat dikatakan ergonomis.
Pernyataan ini kemudian diperkuat dengan interview yang dilakukan, hampir 70 %
dari mereka bekerja kurang dari 6 jam.
19

Besarnya kebisingan ini juga didukung oleh getaran yang ditimbulkan


mesin, karena kita ketahui getaran dapat menghasilkan suatu bunyi. Dari interview
yang dilakukan, 52 % responden menyatakan bahwa getaran yang ditimbulkan sangat
mengganggu, terbukti banyak operator yang mengeluhkan kramnya tangan mereka.

Tabel 14. Tingkat Kebisingan yang Diizinkan pada Pengoperasian Mesin


Dr. Sumakmur, MSc Dr. Siswanto
dB Lama Kerja (Jam) dB Lama Kerja (Jam)
85 8 85 8
92 6 90 4
95 4 95 4
97 3 100 1
100 2 105 0,5
105 1 110 0,25
110 0,5 115 7,5 menit

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1. Traktor tangan yang ada di Payakumbuh belum ergonomis jika ditinjau dari
segi anthropometri, salah satu alasannya adalah karena masih banyak panel-
panel pengontrol penting dari traktor tangan yang terletak di luar jangkauan
operator
2. Panel-panel pengontrol penting yang terletak di luar jangkauan operator
mengakibatkan daya yang dibutuhkan untuk pengoperasian traktor tangan
tersebut menjadi besar sehingga beban kerja fisik pada saat pengoperasian
traktor tangan pun semakin besar, yang menyebabkan terjadinya gangguan
pada operator.
3. Selama pengoperasian traktor tangan tingkat kebisingan yang ditimbulkan
tidak akan menimbulkan ketulian jika penggunaan traktor tangan tersebut
disesuaikan dengan batas izin (lama kerja) yang telah ditentukan.
4. Ditinjau dari karakteristik petani, maka kriteria traktor tangan yang paling
cocok untuk petani di Payakumbuh adalah gabungan desain traktor tangan
20

Yanmar dan Ratna dengan keunggulan masing-masing traktor. Yanmar


didesain lebih ergonomis terutama untuk kebisingan dengan dilengkapi oleh
balancer yaitu peredam getaran, dan kemudian kemudahan membelokkan
traktor tangan dengan adanya tuas kemudi, sedangkan traktor Ratna didesain
dengan konstruksi yang lebih ringan dan dengan harga yang lebih murah
tentunya.
SARAN
1. Traktor tangan akan lebih baik jika motor penggerak dan sasisnya disesuaikan,
agar diperoleh efesinsi, efekitivitas, dan produktivitas yang maksimal.
2. Pengoperasian traktor tangan hendaknya tidak dilakukan secara terus-menerus
lebih dari empat jam operasi, pengecualian jika dilakukan secara bergantian.
3. Operator hendaknya memakai pengaman telinga jika lama penggunaan traktor
tangan melebihi batas izin yang telah ditentukan berdasarkan tingkat
kebisingannya.
4. Pengoperasian traktor tangan akan lebih baik dilakukan oleh lebih dari satu
orang secara bergantian untuk mengurangi beban kerja fisik yang berat.

DAFTAR PUSTAKA

BPS, 2002. Statistik Indonesia. Badan Pusat Statistik. Jakarta.

, 2002. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Indonesia. Badan Pusat


Statistik. Jakarta.

Herodian, S., L. Saulia, dan K. Morgan. 1999. Panduan Praktikum Ergonomi. IPB.
Bogor.

Hunt, D. 1970. Farm Power and Machinery Management. 7 th ed. Lowa State
University Press Ames. LOWA.

Moens, A. 1978. Strategi Mekanisasi Pertanian. Departemen Mekanisasi Pertanian


IPB Bogor. dan Agricultural Engineering University Wagening Bogor.
Indonesia.

Nurmianto, E. 1999. Ergonomi. Guna Widya. Surabaya.

Pheasant, S. (1986). Body Space : Anthropometry, Ergonomics and Design. London :


Taylor and Francis.

Philips, A.C. 1999. Human Factors Engineering. Lehigh Press. USA.


21

Purwanto, W. 1989. Ergonomi Traktor Tangan. Agritech Vol. 9 No. 3, hal. 36-42.

Salvendy, G. 1997. Hand Book of Human Factor and Ergonomics. Simultaneously


Canada. USA.

Smith, D.W., B.G. Sims, and D.H. O’Neill. 1994. Testing and Evaluation of
Agricultural Machinery and Equipment. FAO. Rome.

Suma’mur, P.K. (1989). Ergonomi untuk Produktifitas Kerja. Jakarta : C.V. Haji
Masagung.

Catatan :
Makalah ini telah dimuat pada jurnal :
Santosa, Azrifirwan, dan Ruri Wijayanti. 2008. Studi Ergonomi Traktor Tangan di
Payakumbuh. Jurnal Teknologi Pertanian Andalas. Vol. 12. No. 1, Maret 2008 : 53 –
66.

Anda mungkin juga menyukai