Anda di halaman 1dari 4

MENGUKUR PENCAPAAN KNERJA BALA DKLAT KEAGAMAAN MEDAN TAHUN

2010
Oleh; Drs. Mahmun Syarif Nasution
PendahuIuan
nstruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja nstansi
Pemerintah (AKP) diantaranya menjelaskan bahwa setiap organisasi publik
berkewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
tugas dan fungsi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. Dalam hal
pertanggungjawaban kinerja tersebut organisasi publik terlebih dahulu menyusun
indikator-indikator kinerja tertentu dalam dokumen Rencana Stratejik organisasi.sebagai
titik tolak pengukuran kinerja organisasi publik. ndikator indikator tersebut disusun
dengan kriteria tertentu. Dengan indikator indikator tersebut dilakukanlah pengukuran
pencapaian sasaran organisasi. Apakah suatu organisasi telah berhasil mencapai visi,
misi dan tujuan organisasi. Bagaimana kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai
tujuan tersebut serta apa langkah-langkah selanjutnya untuk memperbaiki kinerja
organisasi. Tulisan berikut ini akan menelusuri pencapaian kinerja organisasi Balai
Diklat Keagamaan Medan dalam mencapai visi dan misinya, serta berupaya
menemukan kendala dan strategi memperbaiki kinerja organisasi.
Indikator keberhasiIan
nstansi pemerintah pada disinyalir belum memiliki indikator keberhasilan
pencapaian sasaran atas program yang dilaksanakan. Kalaupun ada, biasanya
indikator yang digunakan adalah banyaknya program yang ada dengan tersedianya
dana. Ada kepala kantor yang bangga menceritakan keberhasilannya karena berhasil
menyelenggarakan kegiatan yang banyak.. Suatu yang tak dapat dipungkiri bahwa
banyak instansi pemerintah hanya melaporkan pertanggungjawaban kinerjanya
berdasarkan realisasi DPA, yaitu melaporkan barang dan jasa yang dibeli atau
dilaksanakan, bukan barang dan jasa yang dihasilkan. Yang jadi pertanyaan adalah,
apakah benar indikator keberhasilan organisasi terletak pada banyaknya dana dan
realisasi kegiatan. Tentu tidak. Ukuran keberhasilan suatu kantor Kemenag misalnya
tidaklah diukur dari seberapa banyak dana DPA yang direalisasikan untuk pembinaan
keluarga sakinah. Akan tetapi keberhasilannya ditentukan oleh pengaruh social yang
dihasilkan dari pelaksanan kegiatan tersebut. Yaitu, apakah pembinaan keluarga
sakinah berhasil meningkatkan tingkat pemahaman peserta bina terhadap materi
keluarga sakinah sehingga pada gilirannya berpengaruh terhadap berkurangnya angka
perceraian. Maka dengan demikian indikator keberhasilan program pembinaan keluarga
sakinah adalah persentase angka percerian menurun sekian persen.
Menurut npres Nomor 7 Tahun 1999 tentang akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah yang perlu dilaporkan dalam pertanggungjawaban kinerja itu adalah hasil
kerja (performance) dari setiap kegiatan yang dilaksanakan sebagai penjabaran dari
tugas pokok dan fungsi organisasi. Dengan demikian indikator kinerja pada dasarnya
adalah ukuran kuantitatif dan atau kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian
suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan organisasi.
Indikator keberhasiIan BaIai DikIat Keagamaan
Berdasarkan Keputusan Menteri Agama Nomor : 345 Tahun 2004 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan, Balai
Pendidikan dan Pelatihan Keagamaan Medan (Balai Diklat Keagamaan Medan) adalah
unit pelaksana teknis Badan Penelitian Pengembangan Agama Dan Pendidikan
Pelatihan Keagamaan (Balitbang Agama Dan Diklat Keagamaan), berada di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Balitbang Agama Dan Diklat Keagamaan.
Sejalan dengan nomenklatur tersebut, maka yang menetapkan indikator
keberhasilan Balai Diklat Keagamaan adalah Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama. Hal ini sejalan dengan Peraturan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara
Nomor; PER /09/M.PAN/5/2007 bahwa ndikator kinerja utama pada unit organisasi
setingkat eselon menggunakan indikator hasil (outcome);ndikator kinerja utama pada
unit organisasi setingkat eselon /SKPD/unit kerja mandiri sekurang-kurangnya
menggunakan indikator keluaran (output).

Dalam Rencana Stratejik (Renstra) Kementerian Agama Tahun 2010 2014
yang selanjutnya telah dijabarkan dalam Rencana Stratejik Badan Litbang dan Diklat
telah ditetapkan indikator keberhasilan kinerja Balai Diklat Keagamaan. Dalam Renstra
tersebut dijelaskan bahwa Berkenaan dengan tujuan kediklatan, hasil (outcomes) yang
hendak dicapai dalam jangka menengah adalah meningkatnya kinerja aparatur
Departemen Agama untuk menjalankan tugas dan fungsinya secara kompeten,
profesional dan berintegritas. ndikator yang digunakan untuk mengukur capaian
tersebut adalah persentase aparatur Departemen Agama yang kompeten, profesional
dan berintegritas. Sedangkan target capaian yang ditetapkan adalah 20 persen
aparatur Departemen Agama yang kompeten, profesional dan berintegritas pada tahun
2010 menjadi 50 persen pada tahun 2014.
Pertanyaan yang menarik untuk didiskusikan adalah, sudahkah dirumuskan
standar mutu profesionalisme masing-masing jabatan dilingkungan kementerian
agama. Misalnya bagaimana ukuran kompetensi dan profesionalisme Penyuluh Agama,
Penghulu, pegawai administrasi dan lain sebagainya. Sampai hari ini ternyata standar
kompetensi dan profesionalisme pegawai kementerian agama belum seluruhnya
dirumuskan. Yang sudah ada barulah standar kompetensi bagi profesionalisme guru.
Kalau semua belum memiliki standar bagaimana mungkin kita bisa mengukur indikator
keberhasilan pelaksanaan diklat dimana sudah ditetapkan bahwa pada tahun 2010
ditargetkan aparatur kementerian agama professional, kompeten dan berintegritas.
Saya berpendapat bahwa inilah tugas berat Badan Litbang dan Diklat Kementerian
Agama..
Namun, sesuai dengan tingkat kewenangannya Balai Diklat Keagaman Medan
sebagai satuan kerja setingkan eselon sesuai peraturan diatas hanya berkewajiban
menyusun indikator setingkat outputs saja. Keluaran (outputs) yang hendak dicapai
melalui program diklat yaitu;Terselenggaranya kegiatan pendidikan dan pelatihan di
daerah guna menyiapkan tenaga administrasi dan tenaga teknis keagamaan di
lingkungan Depag yang kompeten, profesional dan berintegritas.dengan indikator
ketercapaian siklus kesempatan diklat dari sekali tujuh tahun menjadi sekali dalam lima
tahun. Penjelasan ini selalu diulang-ulang dalam setiap kesempatan diklat oleh mantan
Kepala Badan Litbang dan Diklat Prof. Dr. Ato' Muzhar MA.
Sedangkan indikator dari segi outcome penulis berpendapat bahwa sekalipun
belum ditetapkan indikator standar keberhasilannya Balai Diklat Keagamana tetap
berkewajiban menyusun indikator keberhasilan pada tingkat outcome (hasil). Hal ini
mengingat adanya Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan
dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil bahwa diantara tujuan kediklatan adalah untuk
meningkatkan pengetahuan, keahlian, ketrampilan, dan sikap mental untuk
melaksanakan tugas jabatan secara profesional dengan dilandasi kepribadian dan etika
PNS sesuai kebutuhan instansi.
Penulis berpendapat bahwa keberhasilan sasaran kegiatan diklat (outcomes)
dapat diukur dengan indikator ketercapaiannya adalah !ersentase alumni Diklat yang
memperoleh nilai kelulusan dengan predikat sangat baik dan memuaskan mencapai 17
persen pada tahun 2010. Apabila kita sepakat dengan pernyatan ini, maka berikutnya
kita dengan mudah dapat mengukur kinerja Balai Diklat Keagamaan Medan.
Kesempatan Mengikuti DikIat di BDK Medan

Anda mungkin juga menyukai