Anda di halaman 1dari 10

Dehidrasi pada anak,bayi

adalah kondisi tubuh yang kekurangan cairan, merupakan akibat dari cairan yang keluar lebih banyak dari yang masuk. Dehidrasi dapat berakibat fatal pada bayi. Bayi yang mengalami dehidrasi, dapat mengalami berbagai kerusakan organ tubuh, juga renjatan atau syok, bahkan kematian. Mengapa bisa begitu? Seperti halnya orang dewasa, dehidrasi pada bayi terjadi karena tubuhnya kehilangan banyak cairan. Padahal sekitar 70% tubuh manusia berisi cairan yang bermanfaat bagi kelancaran aliran darah. Bila cairan itu berkurang maka aliran darah ke seluruh tubuh akan mengalami gangguan. Padahal fungsi utama darah membawa oksigen dan bahan makanan ke seluruh tubuh, terutama ke otak dan paru-paru sebagai organ pengatur metabolisme tubuh. Pernah ada kasus mengenai bayi 10 bulan yang mengalami regresi (kemunduran perkembangan) hingga ke titik nol, karena mengalami dehidrasi yang tidak cepat tertangani. Padahal sebelumnya bayi itu normal dan sehat. Namun akibat diare yang disusul dehidrasi, perkembangan keterampilan motorik halus dan kasarnya harus kembali seperti bayi baru lahir. Bahkan ia harus kembali belajar mengisap ASI. Kalau tubuh ibu hamil kekurangan cairan, ia akan mengalami pengenceran darah (hemodilusi), yang membuat sirkulasi darah serta suplai oksigen ke plasenta dan janin terganggu. Selain itu, dehidrasi yang disebabkan diare, demam atau penguapan tubuh yang berlebihan, juga membuat mekanisme pertahanan tubuh jadi terganggu.Awalnya, mungkin hanya dehidrasi ringan yang ditandai dengan rasa haus yang sangat, sehingga merangsang penderita untuk minum lebih banyak. Tapi bila rasa haus ini diabaikan, dehidrasi akan bertambah berat. Tandatandanya, mata cekung dan kulit menjadi tidak elastis (bila dicubit, bekas cubitan tidak cepat kembali). Bila kondisi ini tidak segera dipulihkan, kesadaran akan menurun, bahkan mengalami shock. Kondisi ini bisa mengakibatkan kematian. Gejala dehidrasi pada bayi Kondisi dehidrasi pada bayi dibagi menjadi tiga: dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Berikut ciri-cirinya: 1. Dehidrasi ringan * Menangis tanpa air mata Pada umumnya bayi menangis disertai air mata. Segera waspadai bila ia menangis tetapi air matanya tidak kunjung keluar. * Mulut dan bibir kering Kekurangan cairan akan membuat hampir seluruh tubuh menjadi kering. Yang terlihat jelas adalah bagian mulut dan bibir yang kering. * Turun berat badan

Karena sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat seharusnya berat badan (BB) bayi terus meningkat. Namun jika yang terjadi malah sebaliknya, waspadalah. Tanda dari gejala dehidrasi ringan yaitu BB bayi turun sampai 5 persen BB asalnya. 2. Dehidrasi sedang * Ubun-ubun cekung Patokan lain untuk mengenali dehidrasi pada bayi adalah dengan melihat ubun-ubunnya. Bila cekung, padahal sebelumnya normal-normal saja dan saat itu bayi sedang diare, mungkin ia sedang mengalami dehidrasi. * Jarang buang air kecil (BAK) Frekuensi BAK bayi cukup banyak, yakni di atas 3 cc/kg BB setiap jamnya. Namun bayi yang mengalami dehidrasi akan jarang mengeluarkan air seni. Bilapun BAK, air seni yang keluar sangat sedikit dan berwarna gelap. * Mata cekung Kekurangan cairan pun bisa membuat mata bayi tampak cekung dan seakan terbenam. * Lemas dan mengantuk Tak hanya orang dewasa yang merasa lemas ketika haus, bayi pun demikian. Dia akan lemas bahkan mengantuk ketika mengalami dehidrasi. Namun karena bayi tidak bisa mengungkapkannya hal ini lalu ditunjukkan dengan perilakunya yang sering tidur. Bilapun terbangun dia hanya tergolek di tempat tidur tanpa aktivitas berarti. * Kulit pucat dan tidak elastis Cairan di dalam tubuh berfungsi juga untuk melembabkan kulit. Bila cairan tersebut sangat minim, maka kulit tampak kering dan terlihat pucat. Untuk lebih memastikan cobalah mencubit kulit bayi secara perlahan. Bayi positif mengalami dehidrasi jika setelah dicubit, kulitnya tidak cepat kembali normal. Ini disebabkan kulitnya menjadi tidak elastis dan kekenyalan tubuhnya berkurang. * Demam Seperti layaknya orang dewasa, gejala dehidrasi pada bayi dapat ditandai dengan peningkatan suhu tubuhnya. Jika diukur, suhunya bisa mencapai sekitar 38 derajat Celsius karena jumlah cairan yang dibutuhkan tubuhnya tidak terpenuhi. * Berat badan turun Bila BB bayi turun semakin banyak, yaitu 5-10 persen dari BB asalnya, berarti dehidrasi bayi sudah meningkat ke taraf sedang. 3. Dehidrasi berat * Napas dan denyut jantung cepat Pada dehidrasi berat, gejala fisik yang terlihat merupakan kelanjutan dari gejala dehidrasi sedang. Gejala itu akan lebih nyata seluruhnya disusul kesadaran anak menurun, napas jadi cepat, dan denyut jantung meningkat.

* Hilang kesadaran Karena cairan yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh berkurang, maka seluruh sistem kerja organ tubuh, terutama otak yang mengatur pola kerja tubuh akan terganggu. Kala otak tak berfungsi sempurna maka banyak bayi hilang kesadarannya. * Berat badan turun drastis Dalam waktu 24 jam, bayi butuh cairan sebanyak 100 cc/kg BB-nya. Namun ketika mengalami dehidrasi berat, pengeluaran cairan makin tidak sebanding dengan kebutuhan saat itu, yakni bisa mencapai 200-250 cc/kg BB dalam sehari. Hal inilah yang membuat BB bayi bisa turun drastis, yaitu lebih dari 10 persen BB asalnya. Penanganan dehidrasi pada bayi Bayi yang mengalami dehidrasi harus ditangani dengan tepat dan cepat. Bila tidak, dapat membahayakan nyawanya. Yang harus dilakukan saat menemukan gejala dehidrasi pada bayi: * Banyak minumMemberi banyak cairan pada bayi merupakan pertolongan pertama saat bayi mengalami dehidrasi. Oralit dapat diberikan dengan takaran yang tepat. Misalnya, 1 sachet kecil dicampur dengan 200 gr air putih. Tanpa takaran akurat, oralit justru membahayakan karena kandungan garamnya yang masih kental dikhawatirkan malah akan meningkatkan dehidrasi. Pasalnya garam yang pekat akan menarik air dari dalam sel-sel tubuh. Pemberian cairan lain seperti susu, jus buah, atau sup, boleh dilakukan. Begitu juga cara tradisional berupa pemberian air tajin. Berdasarkan penelitian, air tajin mengandung glukosa polimer, yaitu gula yang mudah diserap dan dicerna tubuh. Protein poliglukosa yang dikandung dalam tepung tajin pun dapat membuat feses lebih padat. Cara tradisional lain, seperti memberikan larutan gula garam, bisa dicoba. Buatlah dengan perbandingan dua sendok teh gula pasir dan setengah sendok teh garam untuk segelas air putih. Berikan setengah gelas setiap kali bayi muntah atau buang air besar atau berikan satu sendok makan setiap lima menit sampai fesesnya normal. * Segera ke DokterSegera membawa bayi ke dokter merupakan tindakan bijaksana untuk mendapatkan penanganan lebih intensif. Bila terjadi kegawatan, seperti bayi hilang kesadaran, semakin kurus, pucat, napas cepat, detak jantung cepat, larikan segera ke unit gawat darurat rumah sakit agar penanganan yang lebih intensif bisa segera dilakukan.

Pencegahan dehidrasi pada bayi Diare, yang menjadi penyebab utama dehidrasi, bisa dicegah. Caranya dengan menjaga kebersihan, baik makanan, peralatan makan, mainan, dan lingkungan di mana bayi berada juga dengan memberikan bayi gizi yang seimbang. Pencegahan dehidrasi pada Ibu hamil Jaga jangan sampai tubuh kehausan serta jangan malas minum, apalagi dengan alasan malas pipis. Minum sesuai kebutuhan (8-12 gelas/hari), atau paling tidak minum setiap 15 menit sekali. Bentuknya bisa air putih, sari buah, jus atau buahbuahan serta sayuran berkuah. Namun, sebaiknya tidak terlalu banyak minumminuman bersoda, teh atau kopi, karena minuman ini mengandung kafein yang bersifat diuretik (meningkatkan frekuensi buang air kecil). Selain itu, bila hendak beraktivitas di luar ruangan, gunakan pakaian yang menyerap keringat, misalnya dari katun. Pakaian yang menyerap keringat bisa membantu mengurangi penguapan tubuh. Bila Ibu hamil sudah terlanjur mengalami dehidrasi sebaiknya ibu hamil diberi cairan berupa larutan garam elektrolit, misalnya oralit. Bila oralit tidak tersedia, dapat dipakai larutan gula dan garam yang dibuat sendiri. Tapi, bila tidak juga pulih, ibu hamil dehidrasi perlu diberi cairan melalui infus di rumah sakit.

Apa yang dapat dilakukan di rumah jika anak diare tanpa dehidrasi? Ibu dapat mengingat 4 aturan perawatan di rumah untuk anak diare tanpa dehidrasi: 1. Beri cairan tambahan sebanyak yang anak mau

Dalam hal ini, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

Pada bayi muda, pemberian ASI merupakan pemberian cairan tambahan yang utama. Beri ASI lebih sering dan lebih lama pada setiap kali pemberian. Jika anak memperoleh ASI eksklusif, beri oralit atau air matang sebagai carian tambahan. Jika anak tidak memperoleh ASI eksklusif, beri satu atau lebih cairan berikut : Oralit, caran makanan (kuah sayur, air tajin) atau air matang. Beri minum sedikit-sedikit tapi sering dari mangkuk/cangkir/gelas. Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih lambat. Lanjutkan pemberian cairan tambahan sampai diare berhenti.

Berikut jumlah caran Oralit yang harus diberikan sebagai tambahan kebutuhan cairan sehari-hari: Kurang dari 2 tahun : 50 sampai 100 ml setiap kali BAB 2 tahun keatas : 100 sampai 200 ml setiap BAB

2. Beri tablet Zinc selama 10 hari Umur 2 6 bulan : tablet (10 mg) per hari Umur 6 bulan keatas : 1 tablet (20 mg) per hari Pada bayi, larutkan tablet Zinc pada sendok dengan sedikit air matang, ASI perah, atau larutan Oralit. Pada anak yang lebih besar, tablet dapat dikunyah atau dilarutkan. 3. Lanjutkan pemberian makanan/ASI Tetap berikan makanan atau ASI jika anak meminta. Kecuali jika kita curiga diare anak akibat dari makanan yang dikonsumsi. 4. Ingat!!! Kapan harus ke Dokter / tempat pelayanan kesehatan Anak sebaiknya dibawa ke dokter/tempat pelayanan kesehatan jika: - Bertambah parah - Tidak minum/menyusu/malas minum - Timbul demam - Ada darah dalam tinja/feses Jika tidak menunjukkan salah satu dari tanda di atas, anak dapat di bawah ke fasilitas kesehatan pada hari ke-5. Apa yang dapat dilakukan jika anak diare dengan dehidrasi ringan sedang? Prinsip penanganan dehidrasi adalah dengan rehidrasi baik lewat oral (mulut) atau melalui pembuluh darah (infus). Pada keadaan diare dengan dehidrasi ringan-sedang, walaupun rehidrasi yang dilakukan masih lewat oral (oralit atau larutan lainnya), sebaiknya anak ditangani di tempat pelayanan kesehatan (Rumah sakit, Klinik, atau Puskesmas) karena keadaan anak harus betulbetul dipantau, apakah bertambah baik atau tidak, atau apakah rehidrasi yang dilakukan sudah harus melalui pembuluh darah. Jika karena pertimbangan tertentu anak belum dapat di bawa ke tempat pelayanan kesehatan, berikut sedikit gambaran yang dapat dilakukan: - Pastikan derajat dehidrasi anak (menggunakan skor diatas). Hal ini untuk menilai bahwa anak belum jatuh ke dehidrasi berat. - Dalam 3 jam pertama, berikan oralit sebanyak 75 ml/kg berat badan dari anak. Misalkan berat badan anak 10 kg, maka dalam tiga jam pertama cairan oralit yang harus diberikan sebanyak 750 ml (+ 3 gelas). Atau dapat menggunakan tabel berikut:

Umur Berat badan

Sampai 4 bulan < 6 kg

4-12 bulan 6-10 kg 400-700 ml

12-24 bulan 10-12 kg 700-900 ml

2-5 tahun 12-19 kg 900-1400 ml

200-400 ml Jumlah cairan yang diberi dalam 3 jam pertama

(Sumber: Pelayanan kesehatan anak di rumah sakit WHO) - Untuk anak yang kurang dari 6 bulan yang tidak menyusu, beri juga 100 200 air matang selama

periode ini. - Evaluasi setelah 3 jam, untuk menilai dan mengklasifikasi kembali derajat dehidrasinya dan menentukan tindakan selanjutnya. - Mulai meberi makan setelah anak mau makan. - Lanjutkan pemberian ASI. - Beri tablet Zinc sesuai aturan diatas. - Jika ibu ragu atau keadaan anak tidak lebih baik, jangan tunda lagi, segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan. Catatan : - Jangan lupakan DOA karena tidak ada kesembuhan melainkan dengan izin-Nya - Diare pada anak dapat merupakan gejala umum dari segala penyakit, sehingga tidak semua kasus diare diberi obat diare (anti diare) apalagi antibiotik. - Terkadang anak bayi yang diare, penyebabnya adalah dari Ibu yang menyusui. Dimana Ibu mengkonsumsi makanan yang tidak tidak cocok oleh bayinya, seperti lombok atau merica. - Penanganan dehidrasi terutama dehidrasi berat harus sesegera mungkin karena salah satu komplikasi dari dehidrasi adalah gagal ginjal.

DIAREDEHIDRASI Meskipun dengan penyebab yang bermacam-macam seperti karena: malabsorbsi (gangguan penyerapan), alergi, keracunan maupun infeksi dari bakteri, virus dan parasit; diare mempunyai manifestasi yang sama pada penderitanya yaitu ditandai dengan buang air besar cair/ lembek dengan frekuensi yang lebih sering dari biasanya (3 kali lebih dalam sehari). Diare akut berlangsung selama kurang dari 14 hari sementara diare persisten berlangsung lebih lama dari itu. Pengeluaran cairan yang berlebihan saat diare inilah penyebab utama terjadinya dehidrasi (kurang cairan pada tubuh) Anak-anak adalah kelompok rentan, selain lansia; ibu hamil dan ibu menyusui; yang harus diwaspadai pada setiap perubahan kondisi kesehatanya. Berbeda dengan orang dewasa yang komposisi air dalam tubuhnya hanya sekitar 50-60%, pada anak-anak yang 75-80% tubuhnya mayoritas terdiri dari air, perubahan kadar air dalam tubuhnya meskipun hanya sedikit saja akan sangat mempengaruhi kondisi anak tersebut. Diare dapat menyebabkan kematian pada bayi akibat dehidrasi. Diare juga termasuk salah satu penyebab terbesar kematian pada bayi, selain pneumonia/ infeksi pada penyakit paru-paru. Oleh karena itu deteksi dini dan penanganan dehidrasi secara cepat sangat diperlukan sebagai upaya pencegahan pemburukan pada saat terjadi diare. Tingkat dehidrasi dibagi menjadi tanpa dehidrasi, dehidrasi ringan-sedang dan dehidrasi berat. Ada beberapa hal yang dapat dilihat sebagai tanda terjadinya dehidrasi pada anak. Penggolongan tingkat dehidrsi dapat dilihat dari gejala yang ada :

Satu, lihat kondisi umum Apakah anak mengantuk, lesu, lunglai dan tidak sadar? Apakah anak gelisah dan rewel? Ataukah anak dalam kondisi baik dan sadar? Pada anak gelisah dan rewel bisa menandakan ia mengalami dehidrasi ringan-sedang sementara pada anak apatis dengan tanda-tanda mengantuk, lesu, lunglai justru menandakan anak mengalami dehidrasi berat dan pada anak yang tanpa dehidrsi, kondisi umunya masih terlihat baik dan sadar. Dua, amati mata Bagaimana kondisi anak saat menangis? Apakah anak dapat mengeluarkan air mata saat mengangis? Apakah matanya normal ataukah cekung? Pada anak dengan mata cekung dan kering menandakan ia mengalami dehidrasi berat, cekung saja menandakan dehidrasi ringan-sedang sementara anak tanpa dehidrasi, mata masih terlihat normal. Selain itu pada anak dehidrrasi sedang dan dehidrasi berat, tidak terdapat air mata ketika anak menangis Tiga, mulut dan lidah Pada anak dengan dehidrasi sedang dan berat, lidah akan teraba kering. Sementara pada anak tanpa dehidrasi, mulut dan lidahnya masih basah Empat, beri minum Amati ketika anak sedang minum. Apakah anak minum dengan biasa dan tidak tampak haus? Apakah anak terlihat haus dan minum banyak? Apakah anak justru malas minum, minum sedikit atau tidak bisa minum? Anak yang minum dengan biasa kemungkinan tanpa dehidrasi, anak yang terlihat kehausan berada dalam kondisi dehidrasi ringan-sedang, sementara anak yang minum sedikit/ malas justru dalam keadaan dehidrasi berat. Sebagai pencegahan awal dehidrasi saat diare, anak bisa diberikan cairan rumah tangga seperti air tajin, kuah sayur, air sup sampai sekedar air matang saja bila tidak terdapat oralit.

saat Anak Dehidrasi


Dibandingkan orang dewasa, bayi dan balita lebih rentan mengalami dehidrasi atau kekurangan cairan. Jika tidak mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat, anak yang mengalami dehidrasi akan mengalami berbagai kerusakan organ tubuh serta mengalami syok yang dapat berujung pada kematian. Ngeri bukan?

Penyebab dehidrasi Diare atau Muntaber .Pada saat mengalami diare atau muntaber, anak kerap kehilangan nafsu makan dan seringkali tidak mau minum. Akibatnya, cairan yang masuk dan keluar dari tubuh tidak seimbang. Tak hanya itu, sejumlah mineral penting, seperti sodium, potasium, dan klorida juga ikut terbuang.

Pneumonia Bayi atau balita yang mengalami pneumonia atau radang paru-paru biasanya mengalami demam tinggi dan napas terengah-engah. Hal ini akan membuat cairan, berupa uap air, yang keluar dari paru-paru juga meningkat. Penanganan yang terlambat atau tidak tepat bisa mengakibatkan dehidrasi. Kurang makan dan minum Kondisi ini jarang terjadi, pasalnya kalau lapar atau haus umumnya bayi akan menangis minta makan atau minum. Namun mungkin saja saat anak sedang sakit, ia kehilangan nafsu makan dan minum. Jika hal ini terjadi selama 3 - 5 hari maka dehidrasi bisa terjadi.

Gejala Jeli mengenali gejala dehidrasi pada anak, baik yang ringan, sedang maupun yang berat bisa membantu si kecil Anda terhindar dari akibat yang fatal. Berikut gejalanya:

Gejala dehidrasi ringan hingga sedang Segera waspadai jika anak menangis tapi air mata. Mulut dan bibir kering. Jika tubuh kekurangan cairan hampir seluruh tubuh akan menjadi kering. Kondisi ini biasanya ditandai bagian mulut dan bibir yang kering. Penurunan berat badan. Waspadalah jika berat badan bayi turun sampai 5% dari berat badan asalnya. Lihat ubun-ubunnya. Bila cekung, atau lebih cekung dari biasanya waspadai mungkin ia sedang mengalami dehidrasi. Jarang buang air kecil (BAK). Waspadai jika air seni yang keluar sangat sedikit dan berwarna gelap. Normalnya, bayi buang BAK di atas 3cc/kg BB setiap jamnya. Mata bayi tampak cekung dan seakan terbenam. Tidak bergairah, lemas dan selalu mengantuk, seperti; hanya tergolek di tempat tidur tanpa aktivitas yang berarti. Kulit tampak pucat, kering dan tidak elastis. Untuk lebih memastikan cobalah mencubit kulit bayi secara perlahan. Bayi yang mengalami dehidrasi, setelah dicubit, kulitnya tidak akan cepat kembali normal. Demam. Terjadi peningkatan suhu tubuh sampai 38 derajat celcius bahkan lebih.

Gejala dehidrasi berat Kesadaran si kecil menurun, napas jadi cepat dan denyut jantung meningkat. Hilang kesadaran. Hal ini karena cairan yang sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh berkurang, maka seluruh sistem kerja organ tubuh menjadi terganggu dan otak tidak berfungsi secara sempurna.

Pengeluaran cairan makin tidak sebanding dengan kebutuhan tubuh, yakni bisa mencapai 200-250 cc/kg BB dalam sehari. Kondisi ini membuat berat badan si kecil turun secara drastis, yaitu lebih dari 10 persen BB asalnya.

Solusi dan penanganan Inilah langkah yang dapat dilakukan saat menemukan gejala dehidrasi pada bayi:

Sebagai pertolongan pertama, berikan banyak cairan pada anak. Boleh berupa seperti teh manis hangat atau sup. Begitu juga cara tradisional berupa pemberian air tajin (air rebusan beras). Berdasarkan penelitian, air tajin mengandung glukosa polimer, yaitu gula yang mudah diserap dan dicerna tubuh. Protein poliglukosa yang dikandung dalam tepung tajin pun dapat membuat feses lebih padat. Jangan memberikan air putih saja untuk si kecil yang sedang muntah, diare atau dehidrasi. Karena air putih tidak mengandung elektrolit yang diperlukan tubuh saat dehidrasi terjadi, dan ini bisa membahayakan khususnya untuk si kecil. Jangan memberikan cairan yang manis, seperti; sari buah saat diare, karena akan memperburuk kondisi diare anak. Berikan oralit dengan takaran yang tepat. Misalnya, 1 sachet kecil dicampur 200 gr air putih. Tanpa takaran akurat, oralit justru membahayakan karena kandungan garamnya yang masih kental dikhawatirkan akan meningkatkan dehidrasi. Pasalnya garam yang pekat akan "menyerap" air dari sel-sel tubuh. Jika gejala dehidrasi terlihat semakin berat, segera bawa anak ke dokter atau rumah sakit terdekat. Saat ini penanganan yang paling tepat adalah pemberian cairan melalui infus, sebelum keadaannya menjadi semakin tidak teratasi.

Anda mungkin juga menyukai