oleh :
Aisyah Ratna Saputri
Siti Maysaroh
Niken Dyah
Silvi Rizqi
Istiqomah Agustin
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1.
2.
3.
4.
5.
yang relative bersamaan sehingga tidak terjadi antrian yang bisa memboroskan
waktu istirahat jam makan karyawan. (Novita Kusumawati, 2012 )
Penyelenggaraan makanan di pesantren merupakan salah satu contoh
institusi yang menerapkan manajemen system penyelenggaraan makanan yang
tidak mengambil keuntungan dalam menetapkan harganya karena bersifat non
komersial. Alasan kelompok kami mengadakan pengamatan di pesantren
mahasiswa KH Mas Mansyur adalah untuk mengetahui bagaimana system
penyelenggaraan makanan yang digunakan, apakah system penyelenggaraan
makanan yang dilakukan sesuai dengan tujuannya, apakah makanan yang
diadakan bervariasi dan seimbang, perencanaan menu, food cost dan tentunya
masalah haigine sanitasi baik personal maupun lingkunannya.
Pelayanan makanan yang cepat dan menyenangkan berkaitan dengan
distribusi makanan yang dikelola dengan prinsip kecepatan dan keakuratan,
didukung oleh fasilitas yang layak seperti alat makan dan alat distribusi
makanan. Untuk kepentingan ini perlu pengembangan cara-cara pendistribusian
makanan yang efisien dalam menjamu jumlah minimal 50 orang pada waktu
yang relative bersamaan sehingga tidak terjadi antrian yang bisa memboroskan
waktu istirahat jam makan karyawan. Model Cafetaria pada umumnya
diterapkan oleh institusi yang memberikan makan bagi komunitas yang
memiliki waktu istirahat jam makan siang terbatas
Mekanismenya adalah dengan absen terlebih dahulu kepada petugas,
tujuannya agar dapat mengontrol makanan dapat terbagi rata sesuai jumlah yang
ditetapkan dan agar terpantau kedisplinan santri, system prasmanan digunakan
dengan tujuan agar sesuai dengan porsi masing-masing santri dan mengurangi
antrian.
Menu yang seimbang dan bervariasi perlu mendapat tekanan dari pihak
penyelenggara makanan. Pedoman umum yang dianjurkan oleh Departemen
Kesehatan RI bagi pengelola makanan institusi adalah ada dalam lembar
Anjuran Makan Satu Hari yang disertai pedoman penukaran bahan pangan,
dengan pola menu 4 sehat. Menu untuk Makanan Institusi dibuat berdasarkan
Rotasi menu dalam jarak 10 hari yang bertujuan meminimalkan rasa bosan
mengkonsumsi makanan yang sejenis secara berulang. Syarat menyusun menu
perlu memperhatikan variasi bahan makanan yang digunakan, musim bahan
makanan, variasi rasa masakan, variasi warna- aroma- tekstur- dan konsistensi
makanan, serta kemampuan tenaga pelaksana dan pesawat dapur yang memadai
untuk mengejar jam waktu makan yang tepat. Harga yang layak dalam makanan
institusi menjadi pertimbangan penting lainnya meningat pemberian makan
dalam periode waktu yang cukup lama bahkan hampr sepanjang waktu dimana
karyawan itu berada di lembaganya. Sanitasi itu sendiri bermakna memutus
mata rantai kerusakan dan keracunan makanan oleh mikroorganisme pathogen
dan lainnya penyebab infeksi, dan keracunan makanan pada manusia. Untuk
3.
Metode Pelaksanaan
Metode yang digunakan adalah wawancara kepada kepala konsumsi karyawan
dan mahasiswa yaitu ibu Sri Lestari dan observasi terhadap sistem
penyelenggaraan makanan di institusi pesma.
D. Manfaat
1. Untuk institusi
Dapat dijadikan evaluasi penyelenggaraan makanan yang sesuai dengan standar
system penyelenggaraan makanan
2. Untuk peneliti
Dapat mengetahui system penyelenggaraan yang ada dalam suatu institusi.
3. Bagi pembaca
Memberikan informasi dan pengetahuan pada pembaca tentang perlunya
memperhatikan manajemen sistem penyelenggaraan makanan yang baik dan
benar
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tipe, karakteristik pelayanan gizi institusi
a.
Tipe
Penyelenggaraan makanan merupakan proses pengelolaan makanan untuk
orang banyak. Pada hakekatnya penyelenggaraan makanan merupakan program
kegiatan di dapur, yang mencangkup perencanaan anggaran belanja,
perencanaan menu, perencanaan bahan makanan, persiapan, pengolahan,
penyajian makanan.
Penyelenggaraan makanan banyak mempunyai prinsip yaitu menyediakan
makanan yang berkualitas baik, cita rasa yang tinggi, yang sesuai dengan selera
konsumen, dengan pelayanan yang wajar dan tingkat sanitasi yang tinggi.
(Mukrie, 1993)
Berdasarkan aspek penggunaan bahan makanan terdapat 4 (empat) tipe
penyelenggaraan makanan institusi, yaitu penyelenggaraan makanan
konvensional, penyelenggaraan makanan yang terpusat (Commissary),
penyelenggaraan
makanan
siap
dimasak
(Ready-Prepared),
dan
penyelenggaraan makanan olahan yang siap dipanaskan (Assembly-serve
System).
Model Cafetaria pada umumnya diterapkan oleh institusi yang memberikan
makan bagi komunitas yang memiliki waktu istirahat jam makan siang terbatas.
Mekanismenya setiap client memiliki kupon makan atau kartu makan yang
ditunjukan pada staf pramusaji kemudian mereka mengambil jatah makanan
dalam plater atau alat makan lainnya yang telah diporsi oleh pihak pengelola
kafetaria, langsung menuju ruang makan yang telah disiapkan
b.
Karakteristik
Sedangkan sifat penyelenggaraan makanan dapat dikelompokkan menjadi 2
(dua), yaitu penyelenggaraan makanan komersial dan non komersial.
Penyelenggaraan makanan komersial didirikan untuk umum dan beroperasi
untuk mendapat keuntungan, institusi ini mensuplai makanan umum secara
teratur. Penyelenggaraan makanan non komersial yang meliputi organisasi
sekolah, industri, pemerintahan, rumah sakit, dan lain-lain merupakan institusi
yang mengoperasikan penyelenggaraan makanan sendiri sebagai pelayanan
untuk melengkapi aktivitas mereka dalam mencapai tujuan organisasi dan
kelompok ini mungkin dapat atau tidak mencari keuntungan dari
penyelenggaraan makanan setidaknya impas. Secara umum tujuan
penyelenggaraan makanan pada kelompok komersial dan non komersial
mempunyai kesamaan yaitu tersedianya makanan yang memuaskan klien,
dengan manfaat setinggi-tingginya bagi institusi (Mukrie, 1996).
Menu yang seimbang dan bervariasi perlu mendapat tekanan dari pihak
penyelenggara makanan. Menu untuk Makanan Institusi dibuat berdasarkan
Rotasi menu dalam jarak 10 hari yang bertujuan meminimalkan rasa bosan
mengkonsumsi makanan yang sejenis secara berulang. Syarat menyusun menu
perlu memperhatikan variasi bahan makanan yang digunakan, musim bahan
makanan, variasi rasa masakan, variasi warna- aroma- tekstur- dan konsistensi
makanan, serta kemampuan tenaga pelaksana dan pesawat dapur yang memadai
untuk mengejar jam waktu makan yang tepat. Harga yang layak dalam makanan
institusi menjadi pertimbangan penting lainnya meningat pemberian makan
dalam periode waktu yang cukup lama bahkan hampr sepanjang waktu dimana
karyawan itu berada di lembaganya. Sanitasi itu sendiri bermakna memutus
mata rantai kerusakan dan keracunan makanan oleh mikroorganisme pathogen
dan lainnya penyebab infeksi, dan keracunan makanan pada manusia. Untuk
kepentingan kesehatan makanan pihak pelaksana produksi dan distribusi
makanan perlu memiliki kemampuan yang berkaitan dengan sanitasi dan
hygiene makanan.
B. Tujuan Pelayanan Gizi Institusi
Tujuan penyelenggaran makanan Institusi adalah tersedianya makanan yang
memuaskan bagi klien, dengan manfaat yang optimal bagi Institusi. Secara
khusus penyelenggara makanan Institusi dituntut untk :
1. Menghasilkan makanan berkualitas yang baik dipersiapkan dan dimasak
dengan layak.
2. Pelayanan yang cepat , akurat dan menyenangkan.
3. Menu seimbang dan bervariasi
4. Harga layak serasi dengan pelayanan yang diberikan
5.
C. Ketenagaan
1. Jenis dan Jumlah tenaga
Jumlah kualifikasi dan keterampilan tenaga pemasak makanan perlu
dipertimbangkan sesuai macam dan jumlah hidangan yang direncanakan
2. Higiene dan Keselamatan Kerja
Higiene pangan adalah semua kondisi dan ukuran yang diperlukan untuk
menjamin keamanan dan kesesuaian pangan pada semua tahap rantai makanan
(Codex Alimentarius Commission,1997). Higiene ada 2 yaitu :
a. Higiene personal
Higiene personal mengacu pada kebersihan tubuh seseorang. Kesehatan
pekerja atau penjamah makanan memegang peranan penting dalam sanitasi
makanan. Manusia merupakan sumber potensial mikrobia penyebab penyakit
yang dipindahkan pada orang lain melalui makanan. Upaya yang paling utama
menghindari kontaminasi pada makanan adalah menerapkan standar tinggi
terhadap hygiene personal.
b. Higiene peralatan
Pemilihan peralatan yang digunakan dalam pengolahan pangan dengan
mempertimbangkan bahan yang digunakan dan kemudahan pembersihan. Bahan
yang digunakan untuk peralatan pengolahan pangan merupakan bahan yang
tidak bereaksi dengan bahan pangan. Pertimbangan kemudahan pembersihan
peralatan tergantung pada konstruksi alat tersebut.
Logam seperti besi dan tembaga cukup baik digunakan sebagai kerangka
peralatan pengolahan pangan, namun tidak dapat digunakan sebagai peralatan
yang bersentuhan langsung dengan bahan pangan. Kedua jenis logam tersebut,
meskipun konstruksinya cukup kuat, namun dapat mengoksidasi zat gizi bahan
pangan khususnya minyak, sehingga menghasilkan komponen radikal yang
berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan bahan ini masih banyak ditemukan
seperti pada wajan.
3.
Pembinaan Tenaga
Pembinaan tenaga kerja dapat dilakukan melalui beberapa cara seperti
dengan memberikan pelatihan bersertifikat (sertifikasi), pendidikan lanjutan,
kursus, mengikuti symposium/ seminar yang bertujuan untuk untuk memberi,
memperoleh, meningkatkan serta mengembangkan kompetensi kerja,
produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja pada tingkat keterampilan dan
keahlian tetertentu, sesuai dengan jenjang dan kualifikasi jabatan atau
pekerjaan.
Pendidikan dan Pelatihan Berjenjang dan Berlanjut. Tujuan pendidikan dan
pelatihan berjenjang dan berlanjut bagi tenaga gizi adalah: Peningkatan
a.
b.
c.
d.
e.
3.
4.
Standar makanan
Standar adalah suatu acuan yang bersifat khusus/teknis dan dibakukan,
digunakan sebagai dasar atau patokan untuk melakukan tindakan lebih lanjut.
Standar makanan adalah suatu acuan atau pedoman penggunaan bahan makanan
dan pemberian makanan yang memenuhi persyaratan sesuai dengan acuan,
sehingga dapat digunakan sebagai kriteria pemberian makanan pada satu
kondisi pasien/klien tertentu. Dan menu atau makanan yang diberikan dapat
memenuhi kebutahan klien.
5.
Contoh pengadaan standar makanan : Makanan harus cukup energy, protein
dan zat-zat gizi lain. Salah satu standar makanan biasa yang mengandung antara
1100-2500 kilokalori sehari dapat diberikan. Makanan yang tidak boleh
diberikan adalah makanan yang terlalu merangsaang saluran pencernaan
misalnya makanan yang mengandung tinggi lemak, terlalu manis, terlalu
berbumbu, dan minuman yang mengandung alcohol.(PGRS,2013)
e.
f.
2.
a.
maka dalam 1 bulan (30 hari) berlaku 3 kali siklus. Bila 1 bulan adalah 31 hari,
maka berlaku 3 kali siklus ditambah 1 menu untuk tanggal 31.
Hitung kebutuhan macam dan jumlah bahan makanan untuk kurun waktu
yang ditetapkan (1 bulan, 3 bulan, 6 bulan atau 1 tahun).
Masukkan dalam formulir kebutuhan bahan makanan yan telah dilengkapi
dengan spesifikasinya.
Secara umum dapat pula dihitung secara sederhana dengan rumus sebagai
berikut (contoh menu 10 hari)
Rumus kebutuhan bahan makanan untuk 1 tahun :
(365 hari/10) x konsumen rata-rata x total macam dan makanan 10 hari)
Perhitungan kebutuhan bahan makanan dilakukan terhadap semua bahan
makanan satu persatu. Contoh perhitungan:
Misalnya: menu daging
Dalam siklus menu 10 hari terdapat 5 x menu daging
Standar porsi : 50 gram
Jumlah klien : 80 orang
Maka kebutuhan daging dalam 1 siklus menu 10 hari: 5x50gr x 80 orang= 20
kg.
Standar kebutuhan bahan makanan didasarkan pada data klien yang dilayani
(umur, jenis kelamin, data antropometri) dan data kecukupan gizi klien yang
dilayanai berdasarkan pada anjuran kecukupan gizi sehari (AKG). (Muchatob,
1991)
Pembelian bahan makanan
Pembelian bahan makanan merupakan keharusan dalam penyelenggaraan
makanan. mengingat pembelian bahan makanan ini adalah langkah penting
dalam pengawasan harga makanan, maka sebaiknya semua pembelian dilakukan
secara resmi atau sah dengan saksi-saksi yang tepat sehingga pengeluaran biaya
untuk pelaksanaannya benarbenar dapat dipertanggungjawabkan.
Sebelum memulai pembelian bahan makanan secara lelang dan kontrak,
hendaknya pembeli menyiapkan semua peraturan dan prosedur yang
menyangkut soal pembelian bahan makanan. Peraturan lelang, peraturan
kontrak, sangsi bila melanggar peraturan dan spesifikasi bahan makanan harus
dijelaskan pada penjual yang bersangkutan dengan hal pembelian bahan
makanan. (Mukrie, 1980)
Pembelian bahan makanan (termasuk barang dan jasa lainnya) pada semua
Instansi pemerintah diatur oleh keppres No. 80 tahun 2003 tentang pedoman
pelaksanaan barang pemerintah (tentang pengadaan barang dan jasa).
Pelaksanaan pembelian bahan makanan dapat dilakukan melalui pelelangan
umum, pelelangan tebatas, pemilihan langsung dan penunjukan langsung.
Pelelangan Umum
Menurut PGRS , 2013 Sistem pembelian yang sering dilakukan antara lain :
1.
Pembelian langsung kepasar
2.
Pembelian dengan musyawarah
3.
Pembelian yang akan datang
4.
Pembelian tanpa tanda tangan
5.
Pembelian melalui pelelangan
3. Penerimaan bahan makanan
Penerimaan bahan makanan adalah rangkaian kegiatan meneliti, memeriksa,
mencatat dan melaporkan bahan makanan yang diperiksa sesuai dengan
spesifikasi yang telah ditetapkan dalam kontrak. Oleh karena itu dalam kegiatan
penerimaan bahan makanan diperlukan tenaga yang bertugas menerima bahan
makanan dengan syarat harus mempunyai tanggung jawab, mampu mengambil
keputusan dengan tepat, cepat dan teliti, mempunyai pengalaman memilih dan
menilai spesifikasi bahan makanan yang digunakan dalam penyelenggaraan
makanan (Mukrie, 1990).
Merupakan kegiatan yang meliputi memeriksa, meneliti, mencatat,
memutuskan dan melaporkan tentang macam dan jumlah bahan makanan sesuai
dengan pesanan dan spesifikasi yang telah ditetapkan, serta waktu
penerimaannya. Tujuannya adalah diterimanya bahan makanan sesuai dengan
daftar pesanan, waktu pesan dan spesifikasi yang ditetapkan. Langkah
penerimaan bahan makanan adalah sebagai berikut :
a.
Bahan makanan diperiksa, sesuai dengan pesanan dan ketentuan spesifikasi
bahan makanan yang dipesan.
b.
Bahan makanan dikirim ke gudang penyimpanan sesuai dengan jenis barang
atau dapat langsung ke tempat pengolahan makanan.(PGRS,2013)
4.
b.
3.
Sanitasi makanan
Sanitasi makanan adalah untuk mencegah kontaminasi makanan dengan zatzat yang dapat mengakibatkan gangguan kesehatan diperlukan penerapan
sanitasi makanan. Sanitasi makanan adalah usaha untuk mengamankan dan
menyelamatkan makanan agar tetap bersih, sehat dan aman (Ricki M. Mulia,
2005).
Makanan dan minuman termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat
esensial dalam kehidupan manusia karena merupakan sumber energi satusatunya. Sehingga apapun yang akan disajikan sebagai makanan maupun
minuman manusia haruslah memenuhi syarat utama, yaitu citra rasa makanan
dan keamanan makanan dalam arti makanan tidak mengandung zat atau
mikroorganisme yang dapat menggangu kesehatan tubuh yang memakan
(Moehyi, 1992).
Makanan dan minuman adalah kebutuhan pokok manusia yang diperlukan
setiap saat dan harus ditangani dan dikelola dengan baik dan benar agar
bermanfaat bagi tubuh. Pengelolaan yang baik dan benar pada dasarnya adalah
mengelola makanan dan minuman berdasarkan kaidah-kaidah dari prinsip
hygiene sanitasi makanan (Depkes RI, 2004).
Hygiene sanitasi makanan dan minuman adalah upaya mengendalikan
faktor makanan, orang, tempat dan perlengkapannya yang dapat atau mungkin
dapat menimbulkan penyakit atau gangguan kesehatan. Persyaratan hygiene
sanitasi adalah ketentuan-ketentuan teknis yang ditetapkan terhadap produk
rumah makan dan restoran, personel dan perlengkapannya yang meliputi
persyaratan bakteriologis, kimia dan fisika (Depkes RI, 2003).
5.
Penyajian rangsum atau catu yaitu semua makanan disajikan langsung untuk
masing-masing klien pada satu piring atau alat makanlainnya yang sudah
ditentukan besar porsinya. Cara ini biasanya dipakai pada pelayanan makanan
dalam keadaan darurat atau pada pelayanan makanan dengan biaya yang lebih
murah. Family service merupakan cara yang biasanya dilakukan di hotel,
restaurant atau untuk acara-acara tertentu. Semua makanan dan alat-alat makan
disajikan pada meja makan untuk sejumlah orang, misalnya 4 6 orang.
Makanan dan alat-alat makan diatur sedemikian rupa, sehingga setiap klien
yang makan mendapatpelayanan yang sama. (Muchatob, 1991)
G. Dapur institusi
1. Tata letak, tata alur, macam dan syarat dapur
Dapur adalah tempat yang menentukan maju mundurnya institusi
perusahaan, maka harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Syarat tersebut antara
lain adalah dapur harus dalam keadaan bersih, mempunyai cukup ventilasi,
mempunyai cukup persediaan air bersih, mempunyai saluran pembuangan air
kotor, mempunyai bak pencuci tangan, mempunyai tempat sampah, alat dapur
dalam keadaan bersih.
a. Tata letak, alur, macam dan syarat dapur
Tata letak peralatan dapur yang baik pada dasarnya harus memenuhi 2 tuntutan
yaitu:
1) Memungkinkan dilakukan pekerjaan pengolahan makanan secara runtut
dan efisien.
2) Terhindar kontaminasi silang produk makanan dari bahan mentah, peralatan
kotor, dan limbah pengolahan.
b. Perlengkapan penanganan sampah dan limbah
Sebagaimana yang telah penulis sarikan dari buku Bartono,dkk, (2007), yaitu:
1) Tujuan Pembuangan Sampah
Tujuan pembuangan sampah adalah untuk mengumpulkan sampah di setiap unit
kerja, misalnya ruang penerimaan, persiapan dan lain-lain, dengan
menggunakan alat berupa tong atau drum yang dilapisi plastik setiap kali
pekerjaan selesai, plastik harus diangkat. Harus dipisahkan antara sampah basah
dan kering yang dapat atau tidak dapat di daur ulang.
2) Mesin Sampah Mekanik
Tujuannya adalah untuk melakukan tindakan tertentu terhadap sampah, yaitu
menghancurkan, memadatkan dan membakar sampah. Alat yang digunakan
adalah Incinerator yaitu alat pembakar sampah, rubbish compactor adalah alat
untuk memadatkan sampah, bottle crusher yaitu alat penghancur botol dan
kaleng.
3) Ruangan Pembuangan Sampah
Tujuannya adalah untuk menyimpan sampah harian dari seluruh unit kerja,
menunggu waktu atau jadwal pembuangan sampah, kadang-kadang dilengkapi
dengan refrigator untuk menghindari pembusukan sampah sebelum dibuang.
4) Prinsip dalam Penambahan Sampah
Tempat sampah yang harus segera dijauhkan dari area produksi. Tempat
pembuangan sampah (container) harus tahan terhadap bahan buangan, dan
mudah dibersihkan, terlindung dari binatang pengerat, mudah ditutupi, kedap
air, sampah sebaiknya jangan tersimpan dimana-mana, akan tetapi pada
container yang telah ditetapkan.
5) Air Limbah
Air limbah berasal dari tempat cuci, dapur dan kamar mandi, air limbah dari
jasa boga umumnya banyak mengandung lemak, oleh karena itu tidak boleh
dibuang ke dalam saluran langsung.
6) Asap Dapur
Asap dapur harus segera dikeluarkan di dapur, sebelum dibuang asap dapur
disaring dengan saringan lemak (grase filter).
c. Peralatan dapur
Faktor perlengkapan dan peralatan memegang peranan penting selain
letaknya, bentuk serta konstruksi alat-alat juga berpengaruh terhadap timbulnya
kecelakaan di tempat kerja. Oleh karena itu tempat untuk penyelenggaraan
makanan hendaknya ruang dapur cukup luas untuk peralatan dan manusia serta
lalu lintas bahan makanan. Manusia ataupun alat perlengkapan kecil yang cukup
disertai tempat penyimpanan yang praktis, serta tersedianya ruang istirahat
pegawai merupakan faktor lain yang perlu dipertimbangkan di dalam ruang
dapur selain penerangan dan ventilasi harus cukup (Mukrie, 1996).
d. Perlengkapan kesehatan dan keselamatan kerja
Suatu varietas yang besar bagi peralatan perlindungan bagi pekerja yang
dibutuhkan pekerja pada pekerjaannya. Perlindungan dengan plastik tangan atau
menset sangat diperlukan dimana sering terjadi masalah terhadap benda-benda
yang butuh tingkat stirilisasi tinggi. Penutup rambut seperti topi koki dapat
digunakan untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang mungkin berasal
dari rambut, maupun mencegah aroma yang tajam melekat di rambut (Mukrie,
1996).
H. Prosedur pengawasan penyelenggaraan makanan institusi
1. Pengertian pengawasan mutu
Pengawasan mutu adalah penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan
manajerial dalam penanganan mutu pada proses produksi, perdagangan dan
distribusi komoditas (Soekarto, 1990).
2. Tujuan pengawasan mutu
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran umum institusi
1. Sejarah
PESMA K.H Mas Mansyur didirikan pada tanggal 29 Maret 2008, didirikan
oleh oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Prof. Bambang Setiaji,
sedangkan nama KH. Mas Mansur merujuk kepada salah seorang pimpinan
Muhammadiyah yang patut ditiru dan muslim yang tauladan bagi umat Muslim.
Pengelolaan PESMA dipercayakan kepada seorang direktur atau Kyai PESMA
yaitu Dr. Supriyono sebagai Direktur/Kyai pertama sampai akhir tahun 2011,
dan dilanjutkan oleh Dr. Agus Ulinuha hingga sekarang pada tahun 2010. Pada
tahun pertama untuk biaya perbulan makan, loundry, dan hunian Rp.
392.000,-/bulan (2010), pada tahun berikutnya Rp. 365.000,- untuk makan dan
loundry + Rp. 400.000,- untuk hunian/semester (2012).pada tahun 2014 untuk
biaya makan dan loundry Rp. 362.000,- dan untuk biaya hunian
Rp.550.000/semester.
2. Visi misi falsafah
a. Visi
Pesantren Mahasiswa sebagai center of excellence/pusat keunggulan dan
sarana pembinaan kader pejuang dalam menghadapi dinamika dunia islam baik
secara lokal maupun global
b. Misi
1) Membekali mahasiswa dengan pemahaman (manhaj) yang lurus dan
komperenhensif mengenai Al-Quran dan Al-Hadist.
2) Membuka Cakrawala Mahasiswa mengenai perkembangan dunia Islam baik
secara lokal maupun internasional dalam interaksinya dengan dunia
kontemporer.
3) Membekali mahasiswa dengan skill bahasa asing (Arab dan Inggris).
3. Struktur organisasi (tugas pokok, fungsi, kegiatan)
a. Bidang sarana bertugas dalam pengadaan, perbaikan fasilitas, peralatan
PESMA.
b. Koordinasi Konsumsi bertugas atas segala sesuatu yang berkaitan dengan
penyelenggaraan makan di PESMA.
c. Bidang Kemahasiswaan bertugas dalam pelayanan akademik, bahasa,
memantau waktu jamaah dan bimbingan karakter.
d. Bendahara bertugas dalam segala sesuatu yang berkaiatan dengan keuangan
baik pengeluaran maupun pemasukan di PESMA.
4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tipe, karakteristik pelayanan gizi institusi
Pada pengamatan kali ini kelompok kami mendapatkan kesempatan untuk
melakukan observasi di pesantren mahasiswa. Dalam observasi yang kami
lakukan kami mendapatkan data tipe pelayanan yang diterapan adalah
pelayanan gizi asrama. Yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Dikelola oleh pihak kampus untuk memenuhi fasilitas kampus yang bertaraf
internasional.
2. Standar gizi disesuaikan menurut kebutuhan golongan yang diasramakan serta
disesuaikan dengan sumber daya yang ada.
3. Melayani berbagai glongan umur ataupun sekelmpok usia tertentu.
4. Dapat bersifat komersial, memperhitungkan laba rugi Institusi, bila dipandang
perlu dan terletak dilingkungan kampus.
5. Frekuensi makan 2-3 kali, tanpa tambahan makanan selingan.
6. Macam pelayanan makanan tergantung peraturan asrama.
7. Tujuan penyediaan makanan lebih diarahkan untuk pencapaian status
kesehatan penghuni.
B. Tujuan pelayanan gizi institusi
Tujuan penyelenggaran makanan Institusi adalah tersedianya makanan yang
memuaskan bagi konsumen, dengan manfaat yang optimal bagi Institusi. Secara
khusus penyelenggara makanan Institusi dituntut untk :
1. Menghasilkan makanan berkualitas yang baik dipersiapkan dan dimasak
dengan layak.
2. Pelayanan yang cepat , akurat dan menyenangkan.
3. Menu seimbang dan bervariasi
4. Harga layak serasi dengan pelayanan yang diberikan
5. Standar kebersiahan dan sanitasi yang tinggi.
diisi dengan air mengalir dari kran dan pipa plastik. Dalam pencucian
digunakan sabun cuci. Menurut Bartono dkk (2007), air limbah yang berasal
dari tempat cuci, dapur dan kamar mandi, air limbah dari jasa boga umumnya
banyak mengandung lemak, oleh karena itu tidak boleh dibuang secara
langsung. Tetapi, air limbah hasil pencucian di dapur PESMA KH. Mas
Mansyur masih dibuang ke dalam saluran limbah secara langsung.
Kotak sampah sudah disediakan untuk membuang sisa-sisa proses
pengolahan makanan. Letak dari kotak sampah ini terletak di samping pintu
antara dapur dengan tempat pencucian. Kotak sampah yang digunakan termasuk
tempat sampah yang mudah dibersihkan, terlindung dari binatang pengerat,
kedap air dan pembuangan sampah dilakukan secara berkala.
Untuk peralatan keselamatan kerja yang digunakan oleh penjamah makanan
di dapur PESMA KH. Mas Mansyur adalah berupa celemek dan sandal. Namun
begitu, masih ada beberapa pekerja yang tidak menggunakan celemek.
Layout dapur PESMA KH. Mas Mansyur belum baik untuk sistem
penyelenggaraan makanan karena tidak cukup luas dan kurang kebersihan.
H. Pengkajian menu
Menu yang ada di PESMA KH. Mas Mansyur disesuaikan dengan master
menu yang telah dibuat oleh kepala bagian konsumsi, Ibu Sri Lestari. Makanan
yang disajikan setiap hari dibuat berbeda agar mahasiswa tidak merasa bosan
dengan makanan yang ada di PESMA KH. Mas Mansyur.
Siklus menu yang digunakan di PESMA KH. Mas Mansyur menggunakan
siklus menu 8 hari dan dengan periode siklus menu 2 bulan.
I.
Pengendalian biaya
Pengendalian biaya dilakukan oleh 1 orang, yaitu Ibu Sri Lestari dengan
cara cash bon sebanyak Rp. 10.000.000,- untuk anggaran selama 3 hari.
Anggaran belanja yang dikeluarkan setiap harinya tidak selalu sama dan
disesuaikan dengan menu makanan yang akan disediakan pada hari itu. Jika
terjadi kekurangan bahan makanan, dapur PESMA KH. Mas Mansyur
menyediakan persediaan beras dan telur lebih dari kebutuhan bahan makanan.
Hal ini untuk mengatasi jika terjadi kehabisan menu makanan. Bahan yang
dipilih adalah telur karena telur dianggap mudah untuk disajikan dalam waktu
yang singkat dan umur simpannya yang lama.
J.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan pada PESMA KH. Mas Mansyur
dapat diambil kesimpulan seperti di bawah ini.
1. Penyelenggaraan makanan di PESMA KH. Mas Mansyur merupakan
penyelenggaraan makanan dengan tipe prasmanan.
2. Tujuan dari pelayanan gizi di PESMA KH. Mas Mansyur yaitu agar santri
tidak makan sembarangan diluar dan membantu ekonomi santri agar lebih
hemat namun makan sesuai dengan kebutuhan gizinya.
3. Jumlah karyawan di dapur PESMA KH. Mas Mansyur sebanyak 11 orang,
terdiri dari 10 tenaga penjamah makanan dan 1 orang cleaning service.
4. Penyimpanan bahan makanan dilakukan secara terpisah namun ada beberapa
bahan makanan yang diletakkan dengan tidak semestinya.
5. Tidak ada pengawasan mutu secara khusus.
6. Peralatan dapur cukup memadai namun tempat penyimpanan peralatan masih
kurang baik. Kondisi dapur juga kurang baik karena tidak luas dan
kebersihannya kurang.
7. Menu yang digunakan adalah menggunakan siklus menu 8 hari dengan
periode siklus menu 2 bulan.
8. Pengendalian biaya dilakukan oleh 1 orang dengan cara cash bon dan
dibelanjakan sesuai dengan kebutuhan perhari.
B. SARAN
1. Untuk dapur diperluas lagi dan untuk alurnya dibuat berurutan tidak bolakbalik
2. Penataan layout sebaiknya ditata lebih rapi lagi.
3. Rak penyimpanan peralatan ditata rapi.
4. Penyimpanan bahan tidak ada yang diletakkan di lantai dan tidak diletakkan di
sembarang tempat.
5. Disediakan gudang penyimpanan bahan makanan kering dan mentah
6. Kebersihan pekerja, dapur dan peralatan perlu ditingkatkan.
7.
Untuk menu diusahakan ada perevisian atau pergantian dalam siklus setiap 3
bulan sekali.