Case KPD
Case KPD
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Tanggal Masuk RS
Tanggal Keluar RS
No. Rekam Medis
II.
: Ny. R
: 23 tahun
: Perempuan
: Ds. Budur
: Islam
: 19 Februari 2013
: 21 Februari 2013
: 725150
ANAMNESIS
Keluhan Utama
: keluar air- air
Keluhan Tambahan
:Riwayat penyakit sekarang :
Pasien G3P1A1 merasa hamil cukup bulan datang ke IGD RSUD Arjawinangun
dengan keluhan keluar air-air dari jalan lahir sejak pukul 09.00 wib SMRS. Pasien
mengeluh keluar air-air dirasakan sangan banyak dan sekarang masih merembes. Keluar
air-air yang dirasakan pasien berwarna putih beningdan tidak berbau. Keluhan ini juga
tidak disertai dengan adanya mules.
Keluhan adanya demam disangkal pasien. Adanya riwayat berhubungan badan,
trauma keluar lendir ataupun darah dari jalan lahir disangkal pasien. Selama hamil pasien
rutin kontrol dengan Bidan maupun dari rumah sakit tiap bulannya. Pasien masih
merasakan pergerakan janin dan sempat di USG letak presentasi kepala.
Riwayat Kebiasaan
Riwayat Obstetri
HPHT
Riwayat Menstruasi
Riwayat PNC
Riwayat KB
Riwayat Menikah
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat Penyakit Keluarga
III.
:: G3P1A1
: 9 juni 2012
: teratur, siklus 28 hari @4 hari
: bidan 7x
:: 1x
::-
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan Umun
Kesadaran
Tanda Vital
: Baik
: Komposmentis
: - Tekanan Darah
- Nadi
- Suhu
- Frekuensi Nafas
: 110/80 mmHg
: 84 x/menit
: 36,7 oC
: 22 x/menit
1
Pemeriksaan Sistematis
Kepala
: Normocephal
Mata
Leher
Thorak
Abdomen
Ekstermitas
Status Obstetri
TFU
: 30 cm
Letak anak
His
:-
TBBA
: 2635 gr
Auskultasi
: 128 x/menit
Pemeriksaan Dalam
IV.
V.
Vulva/Vagina
Portio
: Tebal, lunak
Pembukaan
:2
Ketuban
: (-)
Letak rendah
: kepala
DIAGNOSIS MASUK
G3P1A1 parturient aterm 37 minggu kala I fase laten denga ketuban pecah dini
OBSERVASI (Terlampir)
VI.
VII.
VIII.
IX.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
HB
11,4 g/dl
HT
35,8 %
Leukosit
7200/mm3
HbsAg
0,593
Nitrazin Tes biru
(17,00 g/dl)
(55%)
(12000mm3)
(< 1 N reac)
(pink)
TERAPI
Infus RL 20 tpm
Inj. Cefotaxime 3 x 1
DIAGNOSIS KELUAR
P2A1 partus spontan dengan ketuban pecah dini. Lahir bayi laki-laki, tunggal hidup, BBL
2800, PBL 48 cm
PROGNOSIS
Quo ad vitam
: bonam
Quo ad functionam
: bonam
Observasi
Tanggal
19/02/1
3
pukul
20.00
His
-
Djj
13
8
Terapi
PD/
v/v : t.a.k
pembukaan : 2 cm
Td
120/7
0
P
74
N
20
S
37,
2
portio : tebal,lunak
ketuban: (-)
letak rendah : kepala
DM/
G3P1A1 parturient aterm 37
minggu kala I fase laten dengan
ketuban pecah dini 13 jam yang
lalu
Th/
Rencana
USG,obs
his,
DJJ,TTV,infus RL 20 tpm,
antibiotic 3x1.
08.00
20/02.13
4x/10
80
14
0
13.00
5x10
13
2
20
PD/
120/8
v/v : t.a.k
0
pembukaan : 5 cm
portio : tebal,lunak
ketuban: (-)
letak rendah : kepala
DM/
G3P1A1 parturient aterm 37
minggu kala I fase laten dengan
ketuban pecah dini 25 jam yang
lalu
Th/
Rencana
USG,obs
his,
DJJ,TTV,infus RL 20 tpm,
antibiotic 3x1.
PD/
v/v : t.a.k
pembukaan : 7 cm
120/8
portio : tipis
0
ketuban: (-)
letak rendah : kepala
DM/
G3P1A1 parturient aterm 37
minggu kala I fase laten dengan
ketuban pecah dini 30 jam yang
37,
0
82
20
36,
6
lalu
Th/
Hasil USG : janin tunggal
hidup,
djj
(+),
plasenta
difundus,ketuban sedikit, usia
kehamilan 37-38 minggu, TBJ :
2800 gr obs his, DJJ,TTV,infus
RL 20 tpm, antibiotic.
15.00
6x10
14
0
15.30
PD/
v/v : t.a.k
pembukaan : lengkap
portio : tak teraba
ketuban: (-)
letak rendah : kepala
DM/
G3P1A1 parturient aterm 37
minggu kala I fase laten dengan
ketuban pecah dini 32 jam yang
lalu
Th/
Hasil USG : rencana persalinan
pervaginam, observasi his, DJJ,
pasien dipimpin mengedan.
Lahir bayi laki-laki, tunggal
hiduup, BBL 2800 gr, PBL 48
cm, APGAR = 8/8/9
80
20
120/7
0
36,
5
15.45
Plasenta lahir
PP
84
24
2 jam
PP
20
36,
5
120/8
5
36,
5
PEMBAHASAN
KETUBAN PECAH DINI
DEFINISI
Adalah pecahnya kulit ketuban secara spontan sebelum timbulnya tanda-tanda persalinan. Dapat
terjadi setiap saat dalam kehamilan. Yang dimaksud dengan periode laten adalah interval antara
pecahnya ketuban dengan onset persalinan. Lamanya periode laten bervariasi, berbanding
terbalik dengan usia kehamilan.
ETIOLOGI :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.
Pemeriksaan vaginal sebaiknya dihindari, oleh karena meningkatkan risiko infeksi asenden.
Diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan speculum secara steril, akan didapatkan :
Terlihat keluarnya amnion melalui canalis servikalis pada pemeriksaan inspekulo.
Nitrazine test memberikan hasil positif (Hasil false positif sekitar 25%; hasil false positif dapat
disebabkan oleh kontaminasi darah atau cairan seminalis).
Gambaran ferning pada pemeriksaan cairan amnion dengan mikroskop (Tidak selalu dikerjakan).
Gambaran oligohidramnion pada USG sangat mendukung diagnosis, apabila terdapat riwayat
keluar cairan dari vagina.
DIAGNOSIS BANDING:
3. Pemberian antibiotika profilaksis : Injeksi Ampicillin 2 gram dan eritromisin 250 mg keduanya
secara IV setiap 6 jam untuk 48 jam, kemudian diikuti pemberian secara oral 5 hari lagi dapat
memperbaiki luaran neonatal. Apabila terdapat tanda korioamnionitis, berikan spectrum
antibiotika yang lebih luas. Pada klinikal korioamninitis dapat diberikan Ampicilin 2 gram IV
setiap 6 jam, ditambah Gentamisin 1,5 mg / kg BB diberikan IV setiap 8 jam.
4. Pemberian tokolitik untuk menghentikan kontraksi uterus: Drip Terbutaline (Bricasma R) 1 ampul
dalam D5% mulai 10 tetes/menit. Boleh dinaikkan setiap 30 menit 10 tetes/menit sampai
maksimal 40 tetes/menit atau ditemukan tanda-tanda: Nadi > 120 x/menit, Tekanan darah sistolik
< 90 mmHg, atau ibu mengeluh berdebar-debar. Bila kontraksi stop: pertahankan tetesan sampai
minimal 12 jam setelah kontraksi hilang. Maintenance dapat diberikan secara per oral.
5. Pengawasan penderita, terutama apabila terdapat tanda-tanda infeksi. (Monitor terhadap: Nadi
ibu, temperature rektal ibu, denyut jantung janin, adanya nyeri tekan uterus, PPV berbau,
Lekositosis).
6. Apabila pengelolaan konservatif berhasil, usia kehamilan kurang dari 34 minggu penderita boleh
rawat jalan dengan pesan: apabila demam atau keluar cairan lagi kembali ke rumah sakit, tidak
boleh coitus, tidak boleh manipulasi vaginal.
7. Apabila penderita tidak menghendaki pengelolaan konservatif, berikan informed consent yang
jelas (risiko terhadap bayi yang lahir, risiko kegagalan tindakan,dsb), kemudian lakukan induksi
persalinan sesuai protap yang ada.
KOMPLIKASI:
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
DAFTAR PUSTAKA:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Saifuddin AB, Rachimhadi T. Buku acuan nasional: Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Ed.1. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta,2001.
Anonim. Alarm International: A program to reduce maternal mortality and morbidity. Jakarta,
2003.
Leveno K.J; Cunningham F.G; Alexander J.M; et al. Williams Manual of obstetrics pregnancy
complications. 22nd Ed. Preterm ruptured membranes. McGraw Hill, 2007.
Myers VS. Premature rupture of membranes at or near term. In: Berghella V. Obstetric evidence
based guidelines. Series in maternal fetal medicine. Informa heathcare. Informa UK Ltd, 2007.
Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL, Hauth JC, Rouse DJ, Spong CY. Premature Birth. In:
Williams Obstetric. 23rd Ed. McGrawHill Medical, New York, 2010.
Bergehella V. Prevention of preterm burth. In: Berghella V. Obstetric evidence based guidelines.
Series in maternal fetal medicine. Informa heathcare. Informa UK Ltd, 2007.
Locatelli A, Andreani M, Vergani P. Preterm premature rupture of membranes (PPROM). In:
Berghella V. Obstetric evidence based guidelines. Series in maternal fetal medicine. Informa
heathcare. Informa UK Ltd, 2007.