MEMBAWA PIDATO
1. Berpidato Dengan atau Tanpa Teks
Terdapat tiga macam kemungkinan-kemungkinan dalam membawakan suatu pidato,
semua orang, sebab hampir tidak ada orang yang selalu berada dalam keadaan siap batin untuk
dapat berbicara baik di depan suatu publikum. Hampir semua ahli pidato terkenal dalam sejarah
dunia, selalu mempersiapkan pidato dan dirinya dengan teliti sebelum tampil.
c.
mempergunakan skema atau berdasarkan kata-kata penting dari pidato, yang dicatat pada secarik
kertas. Dalam membawakan pidato dengan cara ini, pembicara berfikir selama berbicara. Karena
tidak terikat pada teks, maka ia dapat membina kontak mata dengan para pendengarnya. Reaksi
pendengar dapat dibacanya, dan hal itu mendorong untuk membawakan pidatonya secara lebih
hidup dan menarik. Orang dapat melatih diri untuk membawakan pidato dengan cara ini.
2. Latihan Menjelang Pidato
Pembicara tidak hanya menyiapkan dirinya dengan mengumpulkan bahan dan menulis
pidatonya. Dia juga harus melakukan latihan membaca dan membawakan pidatonya. Latihanlatihan yang dapat dilakukan sebelum membawakan pidato adalah sebagai berikut:
a.
Menguasai Pidato
Pembicara harus menguasai pidatonya. Bukan saja bahan pidato yang harus diingat dengan
baik dalam susunan yang logis teratur, tetap bahwa ia pun harus melatih membaca sedemikian
rupa, sehingga bisa menghafal bagian-bagian yang terpenting. Ini bukan berarti bahwa
menghafal seluruh pidatonya, lalu membawakannya, sebab bahaya yang bisa timbul karena
menghafal pidato ialah bahwa pembicara dapat berbicara secara otomatis, tanpa kesadaran batin.
Oleh karena itu, kalimat penutup sebaiknya dirumuskan dengan jelas, dan pembicara dapat
b.
membicarakan dengan bebas, sambil secara cepat melihat rumusan itu di dalam kertas.
Membaca Cepat
Pembicara harus dapat membaca cepat supaya bisa mengimbangi bicaranya. Bila pidato
sudah dikuasai, maka akan mempermudah pembicara dalam membaca. Bila ia sudah membaca
kata-kata permulaan dari satu kalimat, maka kata-kata yang lain dapat diucapkan tanpa melihat
teks, supaya dapat mengarahkan pandangan kepada pendengar. Dengan cara ini komunikasi
c.
e.
Mencoba Membawakan Pidato
Banyak ahli pidato yang mencoba membawakan pidatonya, sebelum penampilan yang
sesungguhnya. Sangat dianjurkan supaya pembicara sendiri membuat latihan membawakan
pidatonya yang sudah dikuasai dan teks yang sudah diberi tanda, untuk mengontrol. Latihan ini
dapat dibuat di depan cermin dengan pertolongan alat video atau di depan orang.
3. Disiplin Retoris
Setiap pembicara harus tahu bahwa pendengar memperhatikan dua hal yakni sikap
a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
4. Mimbar
Mimbar pidato itu bukan musuh, tetapi asisten dan sahabat dari si pembicara. Hal ini harus
a.
b.
c.
d.
e.
5. Persiapan Psikosomatis
Ada beberapa anjuran dan nasihat untuk menyiapkan fisik dan psikis sebelum tampil untuk
membawakan pidato, antara lain sebagai berikut:
a. Yakinkan diri Anda bahwa Anda sungguh-sungguh sudah menyiapkan diri Anda. Yakinlah
bahwa Anda memang sudah menguasai bahan; dan Anda sendiri sanggup.
b. Jangan makan atau minum terlalu banyak sebelum tampil untuk berbicara, karena mencerna
adalah pekerjaan yang berat dan memayahkan. Apabila tubuh masih bekerja berat, kesanggupan
berfikir akan menurun.
c. Jangan pernah naik mimbar untuk berpidato dengan perut kosong. Sekurang-kurangnya harus
makan atau minum sedikit, sebab pekerjaan psikis yang berat membutuhkan juga banyak kalori
dan tenaga.
d. Jangan minum terlalu banyak alkohol atau kopi yang terlalu keras sebelumnya, karena dapat
menyebabkan Anda menjadi pusing atau mabuk.
e. Jangan lupa untuk pergi ke toilet (WC) sebelum tampil untuk berpidato.
f. Kalau di toilet ada cermin, telitilah sekali lagi pakaian Anda, baju, dasi, jas, celana panjang,
sepatu dan lain-lain.
g. Ambil kesempatan berjalan-jalan diluar untuk menghirup udara segar. Tariklah dan hembuskan
nafas yang dalam. Buatlah sedikit gerakan-gerakan kecil dengan kaki, tangan, goyangkan kepala,
gerakkan mulut dan bibir, supaya saraf-saraf tidak menjadi kaku atau kejang.
h. Jangan pernah menelan tablet penenang, kalau Anda tidak pernah mencoba semacam itu untuk
mengetahui reaksinya, meskipun barangkali Anda dinasihati oleh teman-teman yang
berpengalaman.
i. Sekurang-kurangnya seperempat jam sebelum tampil, jangan pikirkan lagi mengenai tema yang
akan dibicarakan dalam ceramah.
j. Bergembiralah bahwa Anda mendapat kesempatan untuk boleh berbicara di depan umum.
6. Sebelum Tampil di Tempat Pidato
Terdapat beberapa hal yang perlu dikontrol sebelum Anda tampil untuk berbicara:
a)
Mengontrol Waktu
a. Kapan pendengar-pendengar pertama sudah datang ke tempat ceramah?
b. Apakah juga direncanakan istirahat di tengah ceramah untuk minum?
c. Apakah orang boleh merokok di tempat ceramah dan selama ceramah?
b)
Apa yang Harus Dibawa Serta?
a. Bawalah prospek yang cukup atau perlengkapan cermah lain dalam jumlah yang cukup.
b. Siapkan dan simpanlah satu salinan dari teks pidato Anda.
c. Siapkanlah alat-alat tulis yang cukup untuk membuat catatan.
d. Siapkan alat peraga yang dibutuhkan.
c)
Hal-hal yang Berhubungan dengan Pribadi Pembicara
a. Perhatikanlah penampilan dan penampakan lahiriah Anda.
b. Berkonsentrasilah sebelum berpidato.
c. Anda harus memancarkan ketenangan dan kepastian pada awal pembicaraan.
d. Anda harus mengontrol keadaan lahiriah Anda sebelum masuk ke ruang pidato, bukan hanya
dalam perjalanan dari tempat duduk ke mimbar.
e. Berjalanlah dengan langkah yang pelan tetapi pasti, sambil menunjukkan senyum kepada para
hadirin sekitarnya; sedapat mungkin jauhkanlah segala kesan bahwa Anda tergesa-gesa.
f. Salamilah pendengar-pendengar yang lebih dahulu datang dengan menjabat tangan mereka.
d)
Masalah-masalah Teknik
a. Berusahalah mencari tahu apakah suara Anda cukup terang didengar oleh semua orang di dalam
ruangan itu.
b. Bagaimana keadaan listrik dan alat-alat teknik lainnya, seperti mike, pembesar suara dan
sebagainya.
c. Beberapa menit sebelum mulai, sebaiknya mengontrol seluruh alat teknik sekali lagi.
e)
Masalah ruangan
Sebelum berpidato, sebaiknya pembicara mencoba berbicara dari depan dalam ruangan
yang sama untuk mengontrol apakah semua orang dapat mengerti dia.
7. Membawakan Pidato
a)
Penampilan dan Teknik Penampilan
Sebelum berbicara di depan umum, pembicara harus memeriksa pakaiannya di depan
cermin, setelah itu pembicara tinggal dan menanti bersama pengacara di luar ruangan. Ia
memperhatikan para pendengar yang melangkah masuk ke dalam ruangan ceramah. Tetapi
bersama pengacara dia harus memperhatikan supaya memulai pidato tepat seperti sudah
direncanakan. Tepat pada waktu yang ditentukan pembicara bersama pengacara memasuki
ruangan ceramah. Ia mengangkat muka dan mengangguk-angguk kepada para pendengar, lalu
melangkah dengan pasti dan tenang ke mimbar. Kemudian majulah ke mimbar dan mengatur
teks pidato di atas mimbar, sebelum memandangi pendengar. Lalu mundurlah dari mimbar kirakira satu langkah untuk memandangi publikum dengan wajah tersenyum. Pembicara baru boleh
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
dipandangi).
k. Tidak boleh berbicara sebelum seluruh ruangan tenang.
l. Sapaan yang kuat pasti tenang dan memikat.
m. Pause sejenak sesudah sapaan.
c)
Sapaan
Bagi banyak ahli pidato sapaan pada awal pidato sudah merupakan satu masalah yang
harus sungguh-sungguh dipertimbangkan, sebab sapaan ini dapat menciptakan kontak dengan
atau simpati dari para pendengar, atau sebaliknya menghancurkan. Adapun jenis sapaan akan
a.
b.
Sapaan-sapaan Lokal
Sapaan lokal berarti sapaan yang diberikan kepada pendengar sesuai dengan nama tempat,
dari mana mereka berasal atau di mana mereka berada dan sedang mendengarkan pidato.
c.
Misalnya:
Warga kota Maumere yang saya cintai!
Warga desa Mitha yang saya muliakan!
Sapaan yang Menekankan Aspek Kebersamaan
Ada juga sapaan-sapaan terhadap kelompok tertentu yang dapat menciptakan dan
memupuk rasa kebersamaan. Misalnya:
Sesama warga desa Bloro yang saya kasihi!
Sesama karyawan yang saya kasihi!
Saudara-saudariku sekalian!
d.
Sapaan pada Kesempatan-kesempatan Khusus
Pada kesempatan-kesempatan khusus pembicara harus memperhatikan juga kebiasaan
sapaan-sapaan yang dipergunakan oleh umum. Misalnya pada pesta pernikahan, ulang tahun atau
waktu pemakaman. Pembicara hendaknya menyapa juga orang-orang yang terlibat langsung atau
yang terkena langsung peristiwa itu.
e.
Tamu atau Undangan yang Terhormat
Sering di dalam satu perayaan, ada juga tamu/undangan yang terhormat. Sebaiknya
sebelum berpidato, pembicara mencari tahu siap-siapa tamu istimewa yang ada, supaya ia dapat
menyapa mereka. Kalau tamu/undangan terhormat harus disapa, maka harus disapa dengan tepat
(termasuk pangkat, gelar, dan tugasnya). Misalnya:
Bapak Dr. Ir. Waepelikowski, kepala atase kebudayaan kerajaan Tikus-tikus di Pulau Kera
yang saya muliakan
Kalau memang tidak ada kesempatan untuk mencari tahu, maka semuanya dapat disapa
secara umum, misalnya:
Para tamu yang saya muliakan,
Saudara-saudari sekalian yang terhormat!
f.
kamu. Tetapi bila ada wakil orang tua, maka ia harus memisahkan sapaan itu kepada kelompok
masing-masing, atau seluruhnya memakai sapaan-sapaan terhormat saja.
d)
Kalimat Pertama
Sebelum mulai berbicara, bernafaslah sedalam dan seperlahan mungkin. Mulailah
mengucapkan kalimat pertama dari pidato Anda, bila seluruh hadirin sudah tenang. Kalimat
pertama dari seluruh pidato adalah penting. Kalimat pertama itu dapat diperagakan dengan satu
media visual. Kalimat pertama itu dapat mengundang simpati dari para pendengar.
e)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
f)
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Bicaralah dengan perasaan dan perubahan suara yang bervariasi untuk menghindarkan
kekeringan.
g. Demosthenes mengatakan, Pembicara tidak bisa meyakinkan dan mempengaruhi para
pendengar, kalau orang hanya mengajar di mana seharusnya bercakap-cakap.
g)
membawa efek yang menakjubkan bagi para pendengar dan pembicara sendiri. Prasyarat dalam
mempergunakan teknik pause ialah bahwa waktu atau lamanya pidato atau ceramah yang sudah
ditetapkan tidak boleh dilanggar dan bahwa oleh pause ini pembicara tidak boleh kehilangan
kontak mata dengan pendengar. Ada berbagai macam pause seperti berikut ini:
a.
Pause Untuk Bernafas dan Mengurangi Ketegangan
Berbicara terus tanpa pause akan menegangkan pembicara sendiri. Pembicara harus
membuat pause, istirahat singkat di tengah pembicaraan itu. Kesempatan itu untuk menarik nafas
panjang dan menimba kekuatan. Kesempatan untuk pause yang singkat ini.
(a)
Sesudah titik
(b)
Dan sesudah satu penggal, sebelum memulai alinea baru
b.
Pause Untuk Berpikir dan Membuat Kontrol
Bahan yang dibicarakan terlalu banyak dan luas maka dari itu perlu sekali membuat pause
untuk mempertinggi efek berbicara. Pada waktu pause ini pembicara dapat memikirkan bahan
yang sudah dibawakan, merangkumkan dan menghubungkan secara logis dengan bahan yang
akan menyusul. Kesempatan untuk pause semacam ini adalah:
(a) Sesudah satu titik
(b) Dan sesudah satu penggalan pidato sebelum memulai alinea atau pokok baru.
c.
pendengar, sehingga merasa terdorong untuk mengatakan sesuatu. Maka, pause yang dibuat di
tengah pembicaraan dapat mendorong mereka untuk mengatakan sesuatu.
d.
Pause Dramaturgis
Pause ini dimaksudkan untuk menimbulkan ketegangan dan rasa ingin tahu pendengar
untuk masuk ke dalam titik puncak pidato. Oleh karena itu, pembicara harus menyiapkan titik
puncak pidatonya. Waktu untuk membuat pause adalah:
(a) Langsung sebelum titik puncak
(b) Sebelum satu penjelasan yang penting
(c) Sebelum satu bagian yang penting dan paling menentukan
e.
Pause ini untuk mempertinggi daya efek pidato pada pendengar. Acapkali efektivitas suatu
pidato itu lenyap, karena pembicara langsung melanjutkan pidatonya. Pause semacam ini dibuat:
(a)
Sesudah satu titik puncak
(b)
Sesudah satu penjelasan yang penting
(c)
Sesudah satu bagian yang paling penting dan menentukan
f.
semacam ini terjadi di luar rencana, karena pembicara kehilangan benang merah dari seluruh
pidatonya.
h)
Lamanya Berpidato
Setiap pembicara harus sadar akan nilai dari waktu. Pendengar harus tahu berapa lama
berlangsungnya sidang atau konferensi atau diskusi, berapa lama mereka harus mendengarkan.
Di dalam diskusi televise, sering sudah ditetapkan bahwa setiap pembicara hanya harus boleh
berbicara 3-4 menit, dan mereka harus menaati aturan ini. Dalam kelompok-kelompok latihan
biasanya lamanya bicara diukur dengan Stopwatch. Beberapa ajaran dalam mempergunakan
waktu:
a. Seorang pembicara yang sebelumnya sudah melatih diri dengan menggunakan waktu, tidak akan
mendapat kesulitan dalam menentukan panjang pidatonya secara tepat.
b. Setiap orang akan membagi sendiri waktunya.
c. Jangan berbicara terlalu lama diluar waktu yang ditetapkan.
d. Sebagai pembicara perhatikanlah waktu baik-baik, kalau tidak pendengar akan meninggalkan
Anda sebelum waktunya.
e. Satu pidato tidak boleh terlalu pendek atau terlalu panjang.
i)
harus sesuai dengan isi kalimat dan konteksnya. Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan,
bilamana harus mempergunakan kata-kata asing:
a. Kata-kata asing hanya boleh dipergunakan, kalau memang sangat perlu dan tidak bisa
dihindarkan.
b. Kata-kata asing hanya boleh dipergunakan, kalau pembicara sendiri tahu dengan tepat arti
makna yang dimaksudkan.
c. Kata-kata asing boleh dipergunakan, kalau pembicara tahu pasti bahwa dapat dimengerti oleh
pendengar, maka perlu dijelaskan.
d. Pembicara sebelumnya mencari tahu mengenai ucapan dan tekanan yang tepat dari kata-kata
asing tersebut.
B.
5)
Kesalahan dalam Hubungan dengan Pendengar
a) Terlalu sedikit visualisasi.
b) Terlalu sedikit contoh yang memberi kesegaran.
c) Terlalu sedikit pause diantaranya.
d) Kurang mempertimbangkan harapan dan keinginan pendengar.
e) Tidak cukup menanggapi keberatan-keberatan yang dikemukakan.
f) Tidak cukup awal mengenali masalah yang membuat pendengar merasa payah.
g) Mengandaikan nivo pendidikan pendengar terlalu tinggi.
h) Tidak berbicara dengan bahasa pendengar.
i) Menceritakan lelucon yang tidak pada tempatnya.
6)
Kesalahan dalam Hubungan dengan Teks atau Manuskrip
a) Terlalu banyak pikiran asing-terlalu sedikit pikiran sendiri.
b) Menggunakan rumusan yang terlalu sulit dimengerti.
c) Kalimat-kalimat terlalu panjang.
d) Skema/outline yang tidak jelas.
e) Bahan kurang umum dan terlalu mendetil.
f) Teks dicetak terlalu rapat dan dengan huruf kecil.
g) Bagian yang penting dan mempunyai arti khusus tidak diperhatikan.
h) Tidak ada benang merah.
i) Kekurangan diagram dan grafik.
j) Terlalu banyak bahan yang dibicarakan (terlalu luas).
k) Terlalu menyimpang dari tema yang ditetapkan.
l) Seruan akhir yang tidak tepat sasar.
m) Tidak ada rangkuman pada akhir uraian.
7)
Kesalahan dalam Membawakan Pidato
a) Terlalu jelas menunjukkan rasa takut dan cemas.
b) Kurang konsentrasi terhadap warta/pesan yang mau disampaikan, karena terlalu banyak
berkecimpung dengan masalah pribadi.
c) Membuka halaman pidato terlalu keras (apalagi kalau mikrofon peka).
d) Terlalu terikat pada teks, tanpa kadang-kadang bicara bebas.
e) Dalam pembeberan kurang ada selingan seperti anekdot, lelucon, atau visualisasi.
f) Pidato diawali dengan permintaan maaf.
g) Sudah mulai berbicara, meskipun suasana belum tenang.
h) Kesulitan waktu memberi salam kepada para pendengar.
i) Pidato itu terlalu sempurna sehingga menjadi steril.
j) Ketiadaan pertanyaan-pertanyaan retoris.
k) Berdiri terlalu jauh dari mikrofon, sehingga suara tidak jelas.
l) Gerak-gerik dan mimik kurang menyokong ucapan-ucapan.
m) Kekurangan teknik untuk menurunkan rasa tegang pada pendengar.
8)
Kekurangan-kekurangan Pribadi
a) Pandangan mata yang tidak terkontrol, sarkastis, terlalu sungguh-sungguh, selalu tertawa, dahi
selalu berkerut dan lain-lain.
b) Memukul podium terlalu kuat.
c) Kelihatan mengantuk, nervus dan tegang.
d) Cepat gugup dan cemas kalau ada seruan di tengah pidato.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
berikut:
Datangilah terlebih dahulu ke tempat pidato untuk melihat situasi.
Sebelum mulai berpidato cobalah sekali lagi segala macam perlengkapan.
Pengecekan yang terakhir ini akan menghindarkan anda dari kemacetan dan kegagalan.
Waktu membawakan pidato pendengar harus bisa melihat anda.
Kalau harus duduk jagalah supaya sikap tidak menjadi kaku.
Jangan terlalu banyak bergerak kesan kemari waktu bicara.
Bersikaplah asli dan rileks.
Buatlah pause yang cukup ketika edang membawakan pidato.
Kalau harus menggunakan papan tulis, jangan berbicara dengan mengarahkan pandangan ke
18.
19.
20.
21.
22.
DAFTAR PUSTAKA