Anda di halaman 1dari 13

MEMBAWAKAN PIDATO, ANALISIS KESALAHAN-KESALAHAN

PEMBICARA, NASIHAT BAGI PEMBICARA

MEMBAWAKAN PIDATO, ANALISIS KESALAHAN-KESALAHAN PEMBICARA,


NASIHAT BAGI PEMBICARA
Pada umumnya, seorang pembicara di depan publik selalu menjadi pusat perhatian karena
semua pandangan dan perhatian tertuju kepadanya. Apalagi bagi orang yang suka
memperhatikan keistimewaan dan kelemahan orang lain. Perhatian yang bersifat negatif akan
hilang apabila ia menawan hati pendengar karena memancarkan kekuatan, kejelasan, kehalusan,
sikap yang penuh pertimbangan dan manusiawi. Perhatian pendengar terhadap pembicara
tergantung pada keterampilan berbicara, ketepatan berargumentasi dan daya meyakinkan yang
dipancarkannya. Pada bagian ini akan dibahas mengenai cara membawakan pidato, analisis
kesalahan pembicara, dan nasihat bagi pembicara.
A.

MEMBAWA PIDATO
1. Berpidato Dengan atau Tanpa Teks
Terdapat tiga macam kemungkinan-kemungkinan dalam membawakan suatu pidato,

kemungkinan-kemungkinan itu adalah sebagai berikut:


a.
Pidato yang Terikat pada Teks
Pidato ini dibawakan dengan membacakan teks yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Cara
podato ini pada umumnya dipakai oleh para politisi. Ini adalah cara yang paling buruk dalam
membawakan pidato, sebab pembicara menjadi hamba dari teks yang ditulis (oleh orang lain). Ia
tidak memiliki kontak yang hidup dengan para pendengarnya. Pidato semacam ini dapat menjadi
sangat monoton, sehingga mengurangi daya untuk meyakinkan. Pembicara berbicara melampaui
kepala pendengar, ia tidak menyetuh hati penengar.
b.

Pidato Tanpa Teks


Pidato ini dibawakan tanpa teks, tanpa persiapan. Cara ini tidak dapat dianjurkan untuk

semua orang, sebab hampir tidak ada orang yang selalu berada dalam keadaan siap batin untuk
dapat berbicara baik di depan suatu publikum. Hampir semua ahli pidato terkenal dalam sejarah
dunia, selalu mempersiapkan pidato dan dirinya dengan teliti sebelum tampil.

c.

Pidato yang Berdasarkan Skema


Ini adalah jalan tengah dari kedua kemungkinan di atas. Menurut bentuk ini, pembicara

mempergunakan skema atau berdasarkan kata-kata penting dari pidato, yang dicatat pada secarik
kertas. Dalam membawakan pidato dengan cara ini, pembicara berfikir selama berbicara. Karena
tidak terikat pada teks, maka ia dapat membina kontak mata dengan para pendengarnya. Reaksi
pendengar dapat dibacanya, dan hal itu mendorong untuk membawakan pidatonya secara lebih
hidup dan menarik. Orang dapat melatih diri untuk membawakan pidato dengan cara ini.
2. Latihan Menjelang Pidato
Pembicara tidak hanya menyiapkan dirinya dengan mengumpulkan bahan dan menulis
pidatonya. Dia juga harus melakukan latihan membaca dan membawakan pidatonya. Latihanlatihan yang dapat dilakukan sebelum membawakan pidato adalah sebagai berikut:
a.
Menguasai Pidato
Pembicara harus menguasai pidatonya. Bukan saja bahan pidato yang harus diingat dengan
baik dalam susunan yang logis teratur, tetap bahwa ia pun harus melatih membaca sedemikian
rupa, sehingga bisa menghafal bagian-bagian yang terpenting. Ini bukan berarti bahwa
menghafal seluruh pidatonya, lalu membawakannya, sebab bahaya yang bisa timbul karena
menghafal pidato ialah bahwa pembicara dapat berbicara secara otomatis, tanpa kesadaran batin.
Oleh karena itu, kalimat penutup sebaiknya dirumuskan dengan jelas, dan pembicara dapat
b.

membicarakan dengan bebas, sambil secara cepat melihat rumusan itu di dalam kertas.
Membaca Cepat
Pembicara harus dapat membaca cepat supaya bisa mengimbangi bicaranya. Bila pidato
sudah dikuasai, maka akan mempermudah pembicara dalam membaca. Bila ia sudah membaca
kata-kata permulaan dari satu kalimat, maka kata-kata yang lain dapat diucapkan tanpa melihat
teks, supaya dapat mengarahkan pandangan kepada pendengar. Dengan cara ini komunikasi

c.

dengan pendengar senantiasa terjalin.


Memberi Tanda pada Teks
Pembicara dapat mengembangkan satu sistem dalam memberikan tanda pada teks. Tanda
untuk memberi tekanan yang tepat, tanda untuk menunjukkan kapan atau di mana suara turun
atau naik, atau harus ditekankan, atau diucapkan perlahan-lahan. Dalam hal ini, pensil atau bullpoint warna sangat berguna.
d.
Memperhatikan Artikulasi dan Waktu pidato
Dalam menguasai pidato, pembicara harus juga memperhatikan artikulasi dan
memperhatikan lamanya pembicaraan.

e.
Mencoba Membawakan Pidato
Banyak ahli pidato yang mencoba membawakan pidatonya, sebelum penampilan yang
sesungguhnya. Sangat dianjurkan supaya pembicara sendiri membuat latihan membawakan
pidatonya yang sudah dikuasai dan teks yang sudah diberi tanda, untuk mengontrol. Latihan ini
dapat dibuat di depan cermin dengan pertolongan alat video atau di depan orang.
3. Disiplin Retoris
Setiap pembicara harus tahu bahwa pendengar memperhatikan dua hal yakni sikap

a.
b.
c.
d.
a.
b.
c.
d.
e.
f.

bathiniah atau sikap hidup pembicara dan ketertiban lahiriahnya.


a)
Termasuk ketertiban batiniah adalah:
Menepati janji atau apa yang sudah diucapkan.
Taat kepada waktu yang sudah ditetapkan.
Tidak mengedepankan ucapan yang bertentangan.
Menyerukan tuntutan disiplin di tengah situasi yang kurang menghargai disiplin.
b)
Termasuk ketertiban lahiriah adalah:
Sikap dan gerak badan yang baik.
Teks pidato yang terketik dan tersusun rapi.
Tulisan di papan yang mudah dibaca.
Gambar atau lukisan yang jelas dipandang.
Tidak bertingkah yang ganjil.
Memperbanyak teks pidato secara bersih lalu membagikannya kepada para peserta.

4. Mimbar
Mimbar pidato itu bukan musuh, tetapi asisten dan sahabat dari si pembicara. Hal ini harus
a.
b.
c.
d.
e.

diyakini oleh pembicara. Pembicara mencoba meyakinkan diri dengan:


Bebaskan diri dari bayangan yang bukan-bukan.
Lihatlah mimbar sebagai asisten atau penolong.
Tidak mengucapkan satu kata seni atau akademis yang tidak cocok dengan Anda.
Berbicara seasli mungkin.
Tidak takut terhadap mimbar.

5. Persiapan Psikosomatis
Ada beberapa anjuran dan nasihat untuk menyiapkan fisik dan psikis sebelum tampil untuk
membawakan pidato, antara lain sebagai berikut:
a. Yakinkan diri Anda bahwa Anda sungguh-sungguh sudah menyiapkan diri Anda. Yakinlah
bahwa Anda memang sudah menguasai bahan; dan Anda sendiri sanggup.
b. Jangan makan atau minum terlalu banyak sebelum tampil untuk berbicara, karena mencerna
adalah pekerjaan yang berat dan memayahkan. Apabila tubuh masih bekerja berat, kesanggupan
berfikir akan menurun.

c. Jangan pernah naik mimbar untuk berpidato dengan perut kosong. Sekurang-kurangnya harus
makan atau minum sedikit, sebab pekerjaan psikis yang berat membutuhkan juga banyak kalori
dan tenaga.
d. Jangan minum terlalu banyak alkohol atau kopi yang terlalu keras sebelumnya, karena dapat
menyebabkan Anda menjadi pusing atau mabuk.
e. Jangan lupa untuk pergi ke toilet (WC) sebelum tampil untuk berpidato.
f. Kalau di toilet ada cermin, telitilah sekali lagi pakaian Anda, baju, dasi, jas, celana panjang,
sepatu dan lain-lain.
g. Ambil kesempatan berjalan-jalan diluar untuk menghirup udara segar. Tariklah dan hembuskan
nafas yang dalam. Buatlah sedikit gerakan-gerakan kecil dengan kaki, tangan, goyangkan kepala,
gerakkan mulut dan bibir, supaya saraf-saraf tidak menjadi kaku atau kejang.
h. Jangan pernah menelan tablet penenang, kalau Anda tidak pernah mencoba semacam itu untuk
mengetahui reaksinya, meskipun barangkali Anda dinasihati oleh teman-teman yang
berpengalaman.
i. Sekurang-kurangnya seperempat jam sebelum tampil, jangan pikirkan lagi mengenai tema yang
akan dibicarakan dalam ceramah.
j. Bergembiralah bahwa Anda mendapat kesempatan untuk boleh berbicara di depan umum.
6. Sebelum Tampil di Tempat Pidato
Terdapat beberapa hal yang perlu dikontrol sebelum Anda tampil untuk berbicara:
a)
Mengontrol Waktu
a. Kapan pendengar-pendengar pertama sudah datang ke tempat ceramah?
b. Apakah juga direncanakan istirahat di tengah ceramah untuk minum?
c. Apakah orang boleh merokok di tempat ceramah dan selama ceramah?
b)
Apa yang Harus Dibawa Serta?
a. Bawalah prospek yang cukup atau perlengkapan cermah lain dalam jumlah yang cukup.
b. Siapkan dan simpanlah satu salinan dari teks pidato Anda.
c. Siapkanlah alat-alat tulis yang cukup untuk membuat catatan.
d. Siapkan alat peraga yang dibutuhkan.
c)
Hal-hal yang Berhubungan dengan Pribadi Pembicara
a. Perhatikanlah penampilan dan penampakan lahiriah Anda.
b. Berkonsentrasilah sebelum berpidato.
c. Anda harus memancarkan ketenangan dan kepastian pada awal pembicaraan.
d. Anda harus mengontrol keadaan lahiriah Anda sebelum masuk ke ruang pidato, bukan hanya
dalam perjalanan dari tempat duduk ke mimbar.
e. Berjalanlah dengan langkah yang pelan tetapi pasti, sambil menunjukkan senyum kepada para
hadirin sekitarnya; sedapat mungkin jauhkanlah segala kesan bahwa Anda tergesa-gesa.
f. Salamilah pendengar-pendengar yang lebih dahulu datang dengan menjabat tangan mereka.
d)
Masalah-masalah Teknik

a. Berusahalah mencari tahu apakah suara Anda cukup terang didengar oleh semua orang di dalam
ruangan itu.
b. Bagaimana keadaan listrik dan alat-alat teknik lainnya, seperti mike, pembesar suara dan
sebagainya.
c. Beberapa menit sebelum mulai, sebaiknya mengontrol seluruh alat teknik sekali lagi.
e)
Masalah ruangan
Sebelum berpidato, sebaiknya pembicara mencoba berbicara dari depan dalam ruangan
yang sama untuk mengontrol apakah semua orang dapat mengerti dia.
7. Membawakan Pidato
a)
Penampilan dan Teknik Penampilan
Sebelum berbicara di depan umum, pembicara harus memeriksa pakaiannya di depan
cermin, setelah itu pembicara tinggal dan menanti bersama pengacara di luar ruangan. Ia
memperhatikan para pendengar yang melangkah masuk ke dalam ruangan ceramah. Tetapi
bersama pengacara dia harus memperhatikan supaya memulai pidato tepat seperti sudah
direncanakan. Tepat pada waktu yang ditentukan pembicara bersama pengacara memasuki
ruangan ceramah. Ia mengangkat muka dan mengangguk-angguk kepada para pendengar, lalu
melangkah dengan pasti dan tenang ke mimbar. Kemudian majulah ke mimbar dan mengatur
teks pidato di atas mimbar, sebelum memandangi pendengar. Lalu mundurlah dari mimbar kirakira satu langkah untuk memandangi publikum dengan wajah tersenyum. Pembicara baru boleh

a.
b.
c.
d.
e.
f.

mulai berbicara kalau seluruh ruangan sudah tenang.


b)
Aturan-aturan Penampilan
Menanti di luar ruangan ceramah.
Menanti bersama pengacara dan bersama dia menentukan saat mulai ceramah.
Mengamati dan memperhatikan para pendengar yang tengah memasuki ruangan.
Jaga supaya tidak melewati saat mulai yang sudah ditetapkan.
Kalu toh harus menunda tidak boleh lebih dari 5 atau 10 menit.
Melangkah masuk ke dalam ruangan ceramah sementara melihat dan mengangguk-angguk

g.
h.
i.
j.

kepada para pendengar.


Melangkah pasti dan tenang ke mimbar tanpa memandangi para pendengar.
Naik ke mimbar dan mengatur teks pidato/ceramah.
Mundur satu langkah dari mimbar.
Mengambil kontak mata dengan publik memandangi mereka secara cepat (seluruh publik harus

dipandangi).
k. Tidak boleh berbicara sebelum seluruh ruangan tenang.
l. Sapaan yang kuat pasti tenang dan memikat.
m. Pause sejenak sesudah sapaan.
c)

Sapaan

Bagi banyak ahli pidato sapaan pada awal pidato sudah merupakan satu masalah yang
harus sungguh-sungguh dipertimbangkan, sebab sapaan ini dapat menciptakan kontak dengan
atau simpati dari para pendengar, atau sebaliknya menghancurkan. Adapun jenis sapaan akan
a.

dijelaskan sebagai berikut:


Sapaan yang Umum
Yang umum dipakai dan terkenal ialah: Saudara-saudari sekalian yang terhormat; saudarasaudari sekalian yang saya muliakan!. Sapaan ini baik, tetapi tidak personal, bahkan
menimbulkan jarak di antara pembicara dan pendengarnya. Sapaan ini sesuai bila dipakai dalam
ceramah mengenai satu masalah ilmiah, atau dalam peryaan pesta.

b.

Sapaan-sapaan Lokal
Sapaan lokal berarti sapaan yang diberikan kepada pendengar sesuai dengan nama tempat,
dari mana mereka berasal atau di mana mereka berada dan sedang mendengarkan pidato.

c.

Misalnya:
Warga kota Maumere yang saya cintai!
Warga desa Mitha yang saya muliakan!
Sapaan yang Menekankan Aspek Kebersamaan
Ada juga sapaan-sapaan terhadap kelompok tertentu yang dapat menciptakan dan
memupuk rasa kebersamaan. Misalnya:
Sesama warga desa Bloro yang saya kasihi!
Sesama karyawan yang saya kasihi!
Saudara-saudariku sekalian!
d.
Sapaan pada Kesempatan-kesempatan Khusus
Pada kesempatan-kesempatan khusus pembicara harus memperhatikan juga kebiasaan
sapaan-sapaan yang dipergunakan oleh umum. Misalnya pada pesta pernikahan, ulang tahun atau
waktu pemakaman. Pembicara hendaknya menyapa juga orang-orang yang terlibat langsung atau
yang terkena langsung peristiwa itu.
e.
Tamu atau Undangan yang Terhormat
Sering di dalam satu perayaan, ada juga tamu/undangan yang terhormat. Sebaiknya
sebelum berpidato, pembicara mencari tahu siap-siapa tamu istimewa yang ada, supaya ia dapat
menyapa mereka. Kalau tamu/undangan terhormat harus disapa, maka harus disapa dengan tepat
(termasuk pangkat, gelar, dan tugasnya). Misalnya:
Bapak Dr. Ir. Waepelikowski, kepala atase kebudayaan kerajaan Tikus-tikus di Pulau Kera
yang saya muliakan
Kalau memang tidak ada kesempatan untuk mencari tahu, maka semuanya dapat disapa
secara umum, misalnya:
Para tamu yang saya muliakan,
Saudara-saudari sekalian yang terhormat!

f.

Bila Kebanyakan Pendengar adalah Orang yang dikenal


Bila yang hadir hanya anak-anak sekolah, maka dia boleh menyapa mereka dengan

kamu. Tetapi bila ada wakil orang tua, maka ia harus memisahkan sapaan itu kepada kelompok
masing-masing, atau seluruhnya memakai sapaan-sapaan terhormat saja.
d)

Kalimat Pertama
Sebelum mulai berbicara, bernafaslah sedalam dan seperlahan mungkin. Mulailah

mengucapkan kalimat pertama dari pidato Anda, bila seluruh hadirin sudah tenang. Kalimat
pertama dari seluruh pidato adalah penting. Kalimat pertama itu dapat diperagakan dengan satu
media visual. Kalimat pertama itu dapat mengundang simpati dari para pendengar.
e)

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
f)

Bunyi EEH... EEH


Sering kali di tengah pembicaraan terdengar bunyi eeh..eeh. Bunyi ini sangat mengganggu

waktu berbicara. Bunyi semacam ini dapat disebabkan oleh:


Rasa tidak pasti
Persiapan yang tidak cukup
Pernafasan yang salah
Keadaan kesehatan yang buruk
Kurangnya konsentrasi (kesanggupan untuk berkonsentrasi)
Teks yang sulit (karena banyak kata-kata asing)
Suatu kebiasaan
Untuk mengatasinya orang dapat:
Berlatih sebaik mungkin sebelumnya
Menggunakan kalimat yang pendek
Bernafas secara mendalam
Lebih keras dan dalam menghembuskan nafas
Menghindari kata-kata asing
Mengatur kontak yang baik dengan pendengar
Menyelingi dengan ungkapan yang lucu dan segar.
Membina Kontak dengan Pendengar
Selama pidato pembicara harus tetap membina kontak dengan pendengar, karena pidato
atau ceramah adalah satu proses komunikasi antara pembicara yang memberi dan pendengar
yang menerima. Hal-hal yang dapat membantu untuk membina kontak antara pendengar dan

a.
b.
c.
d.
e.

pembicara selama berpidato:


Penampilan yang meyakinkan dan dapat dipercayai.
Mengolah dan membeberkan bahan secara jelas, logis dan teliti.
Masalah yang digubris diperindah dengan warna dan hal-hal yang menarik.
Mengkonkretisasi bahan yang dibeberkan dengan mempergunakan fakta, angka dan statistik.
Mengurangkan ketegangan dalam mendengar dengan memberikan contoh konkret dan menarik.

f.

Bicaralah dengan perasaan dan perubahan suara yang bervariasi untuk menghindarkan

kekeringan.
g. Demosthenes mengatakan, Pembicara tidak bisa meyakinkan dan mempengaruhi para
pendengar, kalau orang hanya mengajar di mana seharusnya bercakap-cakap.
g)

Teknik Pause Selama Berpidato


Pause dalam berpidato harus diatur secara tepat dan harus cocok dengan situasi sehingga

membawa efek yang menakjubkan bagi para pendengar dan pembicara sendiri. Prasyarat dalam
mempergunakan teknik pause ialah bahwa waktu atau lamanya pidato atau ceramah yang sudah
ditetapkan tidak boleh dilanggar dan bahwa oleh pause ini pembicara tidak boleh kehilangan
kontak mata dengan pendengar. Ada berbagai macam pause seperti berikut ini:
a.
Pause Untuk Bernafas dan Mengurangi Ketegangan
Berbicara terus tanpa pause akan menegangkan pembicara sendiri. Pembicara harus
membuat pause, istirahat singkat di tengah pembicaraan itu. Kesempatan itu untuk menarik nafas
panjang dan menimba kekuatan. Kesempatan untuk pause yang singkat ini.
(a)
Sesudah titik
(b)
Dan sesudah satu penggal, sebelum memulai alinea baru
b.
Pause Untuk Berpikir dan Membuat Kontrol
Bahan yang dibicarakan terlalu banyak dan luas maka dari itu perlu sekali membuat pause
untuk mempertinggi efek berbicara. Pada waktu pause ini pembicara dapat memikirkan bahan
yang sudah dibawakan, merangkumkan dan menghubungkan secara logis dengan bahan yang
akan menyusul. Kesempatan untuk pause semacam ini adalah:
(a) Sesudah satu titik
(b) Dan sesudah satu penggalan pidato sebelum memulai alinea atau pokok baru.
c.

Pause Untuk Menjebak atau Memberi Sugesti


Pada waktu pause sejenak ini pembicara mengarahkan pandangannya yang sugestif ke arah

pendengar, sehingga merasa terdorong untuk mengatakan sesuatu. Maka, pause yang dibuat di
tengah pembicaraan dapat mendorong mereka untuk mengatakan sesuatu.
d.

Pause Dramaturgis
Pause ini dimaksudkan untuk menimbulkan ketegangan dan rasa ingin tahu pendengar

untuk masuk ke dalam titik puncak pidato. Oleh karena itu, pembicara harus menyiapkan titik
puncak pidatonya. Waktu untuk membuat pause adalah:
(a) Langsung sebelum titik puncak
(b) Sebelum satu penjelasan yang penting
(c) Sebelum satu bagian yang penting dan paling menentukan
e.

Pause Untuk Mempertinggi Efektivitas

Pause ini untuk mempertinggi daya efek pidato pada pendengar. Acapkali efektivitas suatu
pidato itu lenyap, karena pembicara langsung melanjutkan pidatonya. Pause semacam ini dibuat:
(a)
Sesudah satu titik puncak
(b)
Sesudah satu penjelasan yang penting
(c)
Sesudah satu bagian yang paling penting dan menentukan
f.

Pause Berdasarkan disiplin


Pause ini dibuat bila pembicara membawakan pidato di dalam satu konferensi atau

seminar, di mana para peserta belum tenang, situasi masih ribut.


g.

Pause Karena Kehilangan Jalan Pikiran


Dapat terjadi pembicara kehilangan jalan pikiran di tengah pidato. Ia menjadi diam. Pause

semacam ini terjadi di luar rencana, karena pembicara kehilangan benang merah dari seluruh
pidatonya.
h)

Lamanya Berpidato
Setiap pembicara harus sadar akan nilai dari waktu. Pendengar harus tahu berapa lama

berlangsungnya sidang atau konferensi atau diskusi, berapa lama mereka harus mendengarkan.
Di dalam diskusi televise, sering sudah ditetapkan bahwa setiap pembicara hanya harus boleh
berbicara 3-4 menit, dan mereka harus menaati aturan ini. Dalam kelompok-kelompok latihan
biasanya lamanya bicara diukur dengan Stopwatch. Beberapa ajaran dalam mempergunakan
waktu:
a. Seorang pembicara yang sebelumnya sudah melatih diri dengan menggunakan waktu, tidak akan
mendapat kesulitan dalam menentukan panjang pidatonya secara tepat.
b. Setiap orang akan membagi sendiri waktunya.
c. Jangan berbicara terlalu lama diluar waktu yang ditetapkan.
d. Sebagai pembicara perhatikanlah waktu baik-baik, kalau tidak pendengar akan meninggalkan
Anda sebelum waktunya.
e. Satu pidato tidak boleh terlalu pendek atau terlalu panjang.
i)

Mempergunakan Kata-kata Asing


Kata-kata asing sebaiknya dipergunakan secara berhati-hati, tidak boleh terlalu sering,

harus sesuai dengan isi kalimat dan konteksnya. Ada beberapa aturan yang perlu diperhatikan,
bilamana harus mempergunakan kata-kata asing:
a. Kata-kata asing hanya boleh dipergunakan, kalau memang sangat perlu dan tidak bisa
dihindarkan.
b. Kata-kata asing hanya boleh dipergunakan, kalau pembicara sendiri tahu dengan tepat arti
makna yang dimaksudkan.

c. Kata-kata asing boleh dipergunakan, kalau pembicara tahu pasti bahwa dapat dimengerti oleh
pendengar, maka perlu dijelaskan.
d. Pembicara sebelumnya mencari tahu mengenai ucapan dan tekanan yang tepat dari kata-kata
asing tersebut.
B.

ANALISIS KESALAHAN-KESALAHAN SEORANG PEMBICARA


Kesalahan-kesalahan yang dapat dilakukan oleh pembicara dalam mengucapkan suatu

pidato di depan umum, yaitu sebagai berikut:


1)
Kesalahan dalam Mengolah Pidato
a) Pidato tidak cukup menjelaskan pokok-pokok penting.
b) Kekurangan informasi sebelumnya mengenai situasi pendengar.
c) Faktor-faktor yang menimbulkan keributan tidak diperhitungkan sebelumnya.
2)
Kesalahan Organisatoris
a) Media-media pembantu tidak direncanakan secara optimal.
b) Tidak mengambil kesempatan sebelum ceramah untuk berkontrak dengan para pendengar.
c) Tidak menyiapkan teks yang cukup bagi para pendengar.
d) Tidak memperhatikan keadaan terang dan ventilasi udara di dalam ruangan ceramah.
e) Tidak mencoba dan mengecek alat-alat teknis sebelum berpidato.
3)
Kesalahan dalam Penampilan dan Sikap
a) Penampilan yang tidak bersemangat.
b) Kurang ada kontrak mata dengan para pendengar.
c) Hanya mengarahkan mata dan perhatian pada satu titik/ tempat di dalam ruangan.
d) Gerak-gerik yang tidak terkontrol.
e) Tangan dimasukkan ke dalam jaket atau saku celana.
f) Berdiri sambil memeluk perut pada mimbar.
g) Penampilan yang sombong dan pongah.
h) Tidak tenang, melenggang ke sana ke mari.
i) Penampilan yang sombong.
j) Menunjukkan kejenuhan dan kebosanan atau tanpa perhatian.
k) Pengantar yang salah ke dalam tema.
4)
Kesalahan dalam Berbicara
a) Terlalu banyak mengulang.
b) Tempo bicara yang terlalu cepat.
c) Mengkopi kebiasaan pembicara lain.
d) Teknik bicara yang buruk (suara, tekanan, ritme, dan lain-lain).
e) Suara yang monoton, tidak ada tinggi rendahnya.
f) Bicara tidak jelas (artikulasi tidak jelas, menelan suku kata).
g) Terlalu banyak bunyi antara yang mengganggu, sebagai tanda bahwa orang tidak menguasai
h)
i)
j)
k)

bahan. Misalnya: eh, a, e..


Kurang terampil mengatasi kesulitan bila kehilangan jalan pikiran.
Terlalu sering menegur atau menyinggung seorang wanita.
Tekanan yang salah atau buruk pada kata-kata.
Penggunaan dan penerapan kata-kata asing yang salah.

5)
Kesalahan dalam Hubungan dengan Pendengar
a) Terlalu sedikit visualisasi.
b) Terlalu sedikit contoh yang memberi kesegaran.
c) Terlalu sedikit pause diantaranya.
d) Kurang mempertimbangkan harapan dan keinginan pendengar.
e) Tidak cukup menanggapi keberatan-keberatan yang dikemukakan.
f) Tidak cukup awal mengenali masalah yang membuat pendengar merasa payah.
g) Mengandaikan nivo pendidikan pendengar terlalu tinggi.
h) Tidak berbicara dengan bahasa pendengar.
i) Menceritakan lelucon yang tidak pada tempatnya.
6)
Kesalahan dalam Hubungan dengan Teks atau Manuskrip
a) Terlalu banyak pikiran asing-terlalu sedikit pikiran sendiri.
b) Menggunakan rumusan yang terlalu sulit dimengerti.
c) Kalimat-kalimat terlalu panjang.
d) Skema/outline yang tidak jelas.
e) Bahan kurang umum dan terlalu mendetil.
f) Teks dicetak terlalu rapat dan dengan huruf kecil.
g) Bagian yang penting dan mempunyai arti khusus tidak diperhatikan.
h) Tidak ada benang merah.
i) Kekurangan diagram dan grafik.
j) Terlalu banyak bahan yang dibicarakan (terlalu luas).
k) Terlalu menyimpang dari tema yang ditetapkan.
l) Seruan akhir yang tidak tepat sasar.
m) Tidak ada rangkuman pada akhir uraian.
7)
Kesalahan dalam Membawakan Pidato
a) Terlalu jelas menunjukkan rasa takut dan cemas.
b) Kurang konsentrasi terhadap warta/pesan yang mau disampaikan, karena terlalu banyak
berkecimpung dengan masalah pribadi.
c) Membuka halaman pidato terlalu keras (apalagi kalau mikrofon peka).
d) Terlalu terikat pada teks, tanpa kadang-kadang bicara bebas.
e) Dalam pembeberan kurang ada selingan seperti anekdot, lelucon, atau visualisasi.
f) Pidato diawali dengan permintaan maaf.
g) Sudah mulai berbicara, meskipun suasana belum tenang.
h) Kesulitan waktu memberi salam kepada para pendengar.
i) Pidato itu terlalu sempurna sehingga menjadi steril.
j) Ketiadaan pertanyaan-pertanyaan retoris.
k) Berdiri terlalu jauh dari mikrofon, sehingga suara tidak jelas.
l) Gerak-gerik dan mimik kurang menyokong ucapan-ucapan.
m) Kekurangan teknik untuk menurunkan rasa tegang pada pendengar.
8)
Kekurangan-kekurangan Pribadi
a) Pandangan mata yang tidak terkontrol, sarkastis, terlalu sungguh-sungguh, selalu tertawa, dahi
selalu berkerut dan lain-lain.
b) Memukul podium terlalu kuat.
c) Kelihatan mengantuk, nervus dan tegang.
d) Cepat gugup dan cemas kalau ada seruan di tengah pidato.

e) Tidak ada dinamika.


f) Berbicara membosankan.
g) Menunjukkan kelainan pada diri seperti menggaruk-garuk telinga, menggaruk-garuk kumis atau
janggut, menggigit bibir, mempermainkan kancing baju dan lain-lain.
C.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

NASIHAT BAGI PARA PEMBICARA


Ada beberapa nasihat yang diberikan bagi para pembicara, nasihat-nasihatnya yaitu sebagai

berikut:
Datangilah terlebih dahulu ke tempat pidato untuk melihat situasi.
Sebelum mulai berpidato cobalah sekali lagi segala macam perlengkapan.
Pengecekan yang terakhir ini akan menghindarkan anda dari kemacetan dan kegagalan.
Waktu membawakan pidato pendengar harus bisa melihat anda.
Kalau harus duduk jagalah supaya sikap tidak menjadi kaku.
Jangan terlalu banyak bergerak kesan kemari waktu bicara.
Bersikaplah asli dan rileks.
Buatlah pause yang cukup ketika edang membawakan pidato.
Kalau harus menggunakan papan tulis, jangan berbicara dengan mengarahkan pandangan ke

papan tetapi ke pendengar.


10. Pertimbangkan apakah anda harus membagi manuskrip bahan pidato anda kepada pendengar
sebelum atau sesudah ceramah.
11. Sementara berpidato jangan melihat keluar lewat jendela.
12. Perhatikanlah sikap tubuh waktu berdiri atau duduk.
13. Kalau menggunakan proyektor maka janganlah berdiri di depan gambar atau layar tetapi
disamping.
14. Apabila ada jawaban yang benar dari para pendengar maka tegaskanlah apa yang benar dan
pujilah kerja sama yang diberikannya.
15. Hati-hati! Jangan memarahi seseorang atau menelanjanginya di depan umum.
16. Panggillah dan tegurlah setiap peserta dengan namanya kalau tidak dikenal maka gunakanlah
17.

rumusan terhormat untuk untuk orang ketiga.


Sampaikan dan hubungi seorang pemimpin kelompok tempatkan tempatkan dia kedalam

18.
19.
20.
21.
22.

kelompok yang berpihak dengan anda.


Pergunakanlah juga humor dalam pidato.
Jauhkanlah bahasa yang mengandung sarkasme ironi dan menimbulkan rasa benci.
Usahakan supaya para pendengar juga turut berpartisipasi dan turut bekerja.
Perhatikanlah ventilasi dalam ruangan.
Kalau para pendengar menguap mengusap-usap matanya dan melihat-lihat ke jam tangan berarti

anda berbicara terlalu lama dan membosankan.


23. Pergunakanlah sebanyak dan sesering mungkin teknik bertanya.
24. Pujilah setiap sumbangan yang diberikan oleh setiap peserta, karena hal itu sangat
menyenangkan hatinya.

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai