Anda di halaman 1dari 6

Self-Esteem (Harga Diri)

Definisi Harga Diri

Coopersmith (dalam Ainur, 1997) menjelaskan bahwa harga diri adalah evaluasi yang
dibuat individu mengenai sesuatu yang berkaitan dengan dirinya, yang diekspresikan
dalam suatu bentuk sikap setuju atau tidak setuju dan menunjukkan bahwa individu
tersebut meyakini dirinya sendiri sebagai individu yang mampu, penting, dan berharga.

Santrock (1998) Harga diri merupakan evaluasi individu tentang dirinya sendiri secara
positif atau negatif. Evaluasi ini memperlihatkan bagaimana individu menilai dirinya
sendiri dan diakui atau tidaknya kemampuan dan keberhasilan yang diperolehnya.
Penilaian tersebut terlihat dari penghargaan mereka terhadap keberadaan dan
keberartian dirinya sendiri apa adanya.

Rosenberg (1965) menyatakan definisi harga-diri (self-esteem) merupakan suatu evaluasi


positif ataupun
negatif terhadap diri sendiri (self).

Robinson (1991) Harga diri adalah salah satu komponen yang lebih spesifik dari konsep
diri, yang
melibatkan unsur evaluasi atau penilaian terhadap diri.

Byron & Byrne (1994) Konsep diri adalah kerangka kognitif yang mengorganisir
bagaimana kita mengetahui
diri kita dan bagaimana kita memproses informasi-informasi yang relevan dengan diri.
Konsep diri, termasuk harga diri, merupakan aspek yang sangat penting dalam
berfungsinya manusia, sebagian karena manusia memang sangat memperhatikan berbagai
hal tentang diri, termasuk siapa dirinya, seberapa positif atau negatif seorang individu
memandang dirinya, bagaimana citra yang ditampilkan pada orang lain, dan lain-lain.

Stuart dan Sundeen (1998) mengatakan definisi harga diri (self-esteem) adalah penilaian
individu terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku
memenuhi ideal dirinya.

Burn (1978) memberikan definisi harga diri (self esteem) sebagai penilaian individu
terhadap dirinya sendiri, yang sifatnya implisit dan tidak diverbalisasikan.

Maslow (dalam Alwisol, 2002) menyebutkan bahwa harga diri adalah satu bagian dari
hirarki kebutuhan manusia. Harga diri ini perlu dipenuhi, sebelum beranjak memenuhi
kebutuhan yang lebih tinggi.

Dari teori-teori di atas, bisa disimpulkan bahwa harga diri adalah penilaian seseorang
terhadap dirinya sendiri. Harga diri ini bisa tinggi atau rendah.
Bila harga dirinya tinggi, berarti seseorang ini menganggap bahwa dirinya baik. Dia merasa
berharga, layak untuk terus berusaha. Harga diri kayak gini bisa membantu individu
berkembang.

Faktor-faktor Pembentuk Harga Diri

Usia
Setiap manusia punya fase perkembangan dari anak, remaja, dewasa awal, dewasa madya,
sampe lanjut usia. Setiap fase ini punya rentang usia, dan rentang usia ini berperan dalam self
esteem.
Dari sebuah penelitian tentang hubungan self esteem dengan usia, disebutkan bahwa harga
diri cenderung menurun di masa remaja, meningkat di usia 20 tahun, mendatar di usia
30, meningkat di rentang 50-60 tahun dan menurun di usia 70 dan 80 tahun. Penelitian ini
dilakukan dengan melibatkan 326.641 responden, dengan rentang usia 9 hingga 90 tahun.

fluktuasi harga diri sesuai usia. Sumber: journal of psychology and aging.

Jenis Kelamin
Lebih lanjut, harga diri juga dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Grafik di atas menyebutkan bahwa secara rata-rata harga diri pria lebih positif dibandingkan
wanita.
Penelitian ini juga diperkuat oleh temuan Erol dan Orth (2011) yang menyebutkan bahwa jenis
kelamin adalah salah satu dari tujuh faktor penentu harga diri seseorang.
Tapi, Major dkk (dalam Baron, Branscombe, & Byrne, 2008) menekankan bahwa perbedaan
harga diri pada laki-laki dan perempuan lebih signifikan pada kelas sosial menengah ke bawah.
Untuk kelas profesional atau menengah ke atas, perbedaan harga diri ini kurang signifikan.

Keluarga
DeHart, Pelham, dan Tenne (dalam Baron, Branscombe, & Byrne, 2008)
menyatakan bahwa dewasa muda yang dibesarkan dalam keluarga dengan kasih sayang yang
besar, memiliki harga diri yang lebih positif dibandingkan dewasa muda yang dibesarkan dengan
kasih sayang yang sedikit.
Penelitian lain dari Lian dan Yusoof (2009) menyebutkan bahwa keluarga yang kohesif (dekat)
memberikan peningkatan pada harga diri anak. Ketika kohesivitas keluarga tinggi, maka harga
diri anak akan lebih baik.
Sejumlah penelitian juga menyebutkan pentingnya peran ayah dalam memengaruhi harga diri
seseorang. Anak-anak dari keluarga tanpa ayah cenderung mengalami masalah dengan harga
diri, masalah akademis, dan masalah perilaku (ONeill, 2002). Anak yang tidak memiliki
seseorang dengan peran ayah cenderung bermasalah dengan prestasi di sekolah, dan mengalami
kesulitan belajar (Allen dan Daly, 2002).
Dari sini, bisa kita lihat bahwa keluarga punya pengaruh terhadap harga diri seseorang. Bila
keluarganya lengkap dan dekat, maka harga diri seseorang akan meningkat.

Kondisi Fisik
Coopersmith (1967) menyatakan bahwa orang dengan daya tarik fisik tinggi cenderung memiliki
harga diri lebih baik dibandingkan orang dengan kondisi fisik kurang menarik.

Tingkat Pendidikan
Penelitian yang dilakukan oleh Bulut, Gurkan, dan Sevil (dalam Ilmaz dan Baran, 2010)
menyebutkan bahwa semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, semakin rendah pula harga
diri yang dia miliki.
Sebaliknya, sikap yang positif terhadap pendidikan akan menghasilkan kepercayaan diri pada
seseorang. Tingginya kepercayaan diri ini berimbas pada harga diri yang meningkat.

Penghasilan
Menurut Baruch, Barnett, & Rivers (1983), penghasilan yang sesuai dengan pekerjaan seseorang
akan meningkatkan harga dirinya. Penelitian lain dari Aro dan Nurmi (2007) juga menyebutkan
bahwa harga diri yang tinggi terlihat pada seseorang yang memiliki pekerjaan permanen dan
berpenghasilan tinggi.
Dari sini terlihat bahwa penghasilan yang stabil bisa meningkatkan penilaian seseorang terhadap
dirinya sendiri.
Sedikit tambahan, Crocker dan Woldfe (2000) mengemukakan bahwa harga diri dipengaruhi
beberapa hal lain:
a. dukungan keluarga
b. kompetisi
c. penampilan
d. anugerah Tuhan
e. kompetensi akademis
f. nilai moral
g. penghargaan dari orang lain

Aspek-Aspek Harga Diri


Menurut Michinton (1993), ada tiga aspek harga diri.

Perasaan Terhadap Diri Sendiri


Orang dengan harga diri tinggi akan nyaman terhadap dirinya. Dia menerima kelebihan dan
kekurangan dirinya sendiri. Dia juga tidak mudah terpengaruh oleh pendapat orang lain atas
dirinya.

Perasaan terhadap Hidup


Orang dengan harga diri tinggi adalah orang yang hidup dalam realita. Mereka menerima
kenyataan yang terjadi dalam hidupnya.
Orang dengan harga diri tinggi sadar bahwa semuanya terjadi karena pilihan dan keputusannya
sendiri, bukan karena faktor orang lain.
Ada beberapa kemiripan harga diri tinggi dengan locus of control (lokus kendali) internal.
Locus of control bisa Anda segera baca di sini.
Orang dengan harga diri tinggi cenderung realistis, mereka memasang cita-cita sesuai dengan
kapasitasnya.

Hubungan dengan Orang Lain


Orang dengan harga diri tinggi memiliki toleransi dan menghargai orang lain. Alih-alih
menjelekkan orang lain, mereka memilih melihat potensi dan kebaikan yang orang lain punya.
Mereka percaya, kalo semua orang punya hak yang sama dan patut dihormati.

Artikel ini adalah versi singkat dari post di https://psikologihore.com/definisi-harga-diri/


Untuk mengetahui versi lengkap, contoh skala, dan potensi penelitian, Anda bisa akses di
https://psikologihore.com/definisi-harga-diri/

sumber:

Kamila, Ismi I. (2013). Perbedaan Harga Diri (Self-Esteem) Remaja Ditinjau dari Keberadaan Ayah. Jurnal Psikologi Volume 9
Nomor 2.

Maulana, Imam (2013). Perbedaan Harga Diri Antara Siswa yang Mengikuti dengan yang Tidak Mengikuti Ekstrakurikuler Olahraga
di SMAN 4 Kotamadya Magelang. Universitas Negeri Yogyakarta: Yogyakarta.

Paskahandriati, R., & Kuswardani, I. Hubungan antara Harga Diri dan Prestasi Belajar Fisika pada Siswa STM. Universitas Setia
Budi Surakarta: Surakarta.

Aditomo, A., & Retnowati, S. 2004. Perfeksionisme, Harga Diri, dan Kecenderungan Depresi pada Remaja Akhir. Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta.

Srisayekti, W., dkk. 2015. Harga-diri (Self-esteem) Terancam dan Perilaku Menghindar. Jurnal Psikologi volume 42.

Khalid, I. 2011. Pengaruh Self Esteem dan Dukungan Sosial terhadap Optimisime Hidup Penderita HIV/AIDS. UIN Syarif
Hidayatullah: Jakarta.

Pratiwi, L.R. 2011. Hubungan Kebermaknaan Hidup dengan Self Esteem pada Penghuni Pusat Rehabilitas Narkoba Rumah
Damai. Universitas Negeri Semarang: Semarang.

Anda mungkin juga menyukai