Anda di halaman 1dari 19

KARAKTERISASI KOMPOSIT ECENG GONDOK DENGAN

MATRIKS PHENOL FORMALDEHID RESIN

Disusun oleh:

1. HABIB ABDULLAH

4213010013

2. ICHSAN S. POHAN

4213010015

3. LARAS AYU A.

4213010017

4. NURDIANSYAH

4213010026

KELAS 7Q
PROGRAM STUDI TEKNIK MANUFAKTUR
JURUSAN TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
AGUSTUS 2016

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

RINGKASAN

ii

BAB I

BAB II

BAB III

BAB IV

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

1.2

Tujuan Khusus Penelitian

1.3

Urgensi Penelitian

1.4

Perumusan Masalah

1.5

Permasalahan

1.6

Hipotesis Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA
2.1

Eceng Gondok

2.2

Komposit

2.3

Phenol Formaldehid Resin

2.4

Review Journal Komposit Eceng Gondok

2.5

Peta Perjalanan Penelitian Komposit Eceng Gondok

2.6

State of the Art

10

METODE PENELITIAN
3.1.

Metode Penelitian

11

3.2.

Metode Analisis

12

3.3.

Pendataan

13

3.4.

Pengelola Data

13

3.5.

Peralatan Pengujian

14

JUDUL PENELITIAN
4.1.

Jadual Penelitian Selama Satu Periode

DAFTAR PUSTAKA

15

RINGKASAN
Penelitian ini menggunakan bahan dari serbuk eceng gondok yang telah dikeringkan
dengan cara dijemur selama sepuluh hari pada kondisi rata-rata temperatur 28oC. Serbuk eceng
gondok berfungsi sebagai penguat dalam matriks polimer resin phenolic. Hasil dari penelitian
ini akan menghasilkan serbuk komposit yang dapat dicetak. Penelitian berbahan karbon ini
diajukan dalam konsep penelitian sebagai berikut: Karakteristik komposit eceng gondok
dengan matriks phenolik dan variasi kekerasan butir.
Berdasarkan konsep diatas, dapat diidentifikasikan beberapa tujuan umum dari penelitian
ini, antara lain: meningkatkan nilai tambah bagi eceng gondok, memanfaatkan bahan resin
phenolic sebagai matriks dalam bahan komposit, menghasilkan bahan komposit untuk
keperluan spare parts body plastik pada motor dan mobil. Sedangkan tujuan khusus dari
penelitian ini adalah sebagai berikut: mengasilkan material rekayasa serbuk komposit dari
bahan eceng gondok yang memiliki ketahanan terhadap air dan memiliki permukaan yang
halus berbahan dasar eceng gondok.
Penelitian ini menggunakan batang eceng gondok yang didapat pada perairan indonesia.
Batang eceng gondok tersebut kemudian dijemur selama sepuluh hari pada kondisi rata-rata
suhu 28oC. Setelah pengeringan, batang eceng gondok dihancurkan memakai mesin atau diblander, kemudian dilakukan variasi pengayakan pada ayakan 60;80;100mesh. Serbuk eceng
gondok hasil pengayakan dicampur dengan resin phenolic, lalu di hot press.
Pengajuan dilakukan untuk mengetahui karakteristik fisik pada bahan komposit ini
terhadap uji impak, kuat tarik, konduktivitas. Uji SEM dilakukan untuk mengetahui stuktur
mikro dari serbuk komposit yang telah dicetak. Pengujian SEM dilakukan untuk mengetahui
ikatan antar karbon yang terkandung dalam bahan tersebut. Analisis dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara komposisi campuran dan diameter ayakan terhadap sifat fisik dari
bahan serbuk komposit hasil rekayasa. Diharapkan dari hasil rekayasa material ini didapatkan
material baru yang memiliki karakteristik yang lebih maju dibandingkan bahan yang telah ada.
Hasil dari tiap pengujian akan dibandingkan dengan material yang telah ada. Penelitian
akan dilakukan terhadap variabel komposisi campuran dan ayakan yang berbeda agar
didapatkan serbuk komposit yang ideal sebagai bahan komposit baru dan dapat diterapkan pada
aplikasi spare parts body plastik pada motor dan mobil.

Kata kunci: komposit, eceng gondok, resin phenolic

ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan rekayasa material untuk keperluan produksi front fender pada sepeda motor di
Indonesia belum banyak dilakukan oleh pabrikan motor di Indonesia. Pengetahuan akan
material di pabrik masih dilakukan dalam tahap pencampuran. Oleh karena itu, rekayasa
material dianggap perlu untuk industri otomotif dan pelaku industri lain agar dapat
menghemat anggaran dana untuk import bahan. Serbuk komposit hasil rekyasa harus
memenuhi syarat fisik tahan terhadap air, memiliki ketahanan impak yang tinggi, tahan
terhadap panas, memiliki bobot yang ringan tapi kuat, dan diuji densitas / porositasnya untuk
mengetahui masa jenis dan kepadatan material komposit tersebut.
Bahan dasar dari material rekayasa ini adalah batang eceng gondok yang banyak dijumpai di
perairan Indonesia. Eceng gondok merupakan tanaman perairan yang tumbuh secara cepat
dan sulit dikontrol pertumbuhannya, sehingga dapat menganggu ekosistem lingkungan bawah
perairan ataupun aktifitas manusia. Pertumbuhan eceng gondok mencapai 3% perhari.
Pesatnya pertumbuhan eceng gondok mengakibatkan berbagai kesulitan seperti terganggunya
transportasi, penyempitan sungai, dan masalah lainnya. Serat yang terdapat dalam eceng
gondok sebanyak 20% dari berat eceng gondok tersebut yang memungkinkan eceng gondok
diolah menjadi bahan penguat dari komposit matriks. Proses yang dilakukan adalah
pencampuran serbuk eceng gondok dengan phenolic, kemudian dicetak dengan proses hot
press.
Penelitian ini memanfaatkan serat alami eceng gondok yang dijadikan serbuk setelah
mengalami proses penyaringan dengan ukuran ayakan yang bervariasi untuk kemudian
dicampurkan dengan polimer resin phenolic thermoset yang sering disebut resol yang
berfungsi sebagai matriks dalam komposit. Hasil akhir berbentuk serbuk komposit yang dapat
dicetak dengan hot press.
Berdasarkan penjelasan diatas, maka penelitian ini akan diajukan dan dilakukan dengan
konsep penelitian berbasis serat eceng gondok sebagai penguat matriks resin phenolic,
dengan judul sebagai berikut: Karakteristik Komposit Eceng Gondok dengan Matriks
Phenolik dan Variasi Kekasaran Butir.

1.2. Tujuan Khusus Penelitian


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat diidentifikasikan
beberapa tujuan umum penelitian ini, antara lain:
a. Meningkatkan nilai tambah dari eceng gondok yang sering dianggap sebagai
tumbuhan pengganggu.
b. Merekayasa material komposit baru untuk keperluan spare parts front fender pada
sepeda motor
c. Memperdayakan polimer resin phenolic
d. Menciptakan bahan komposit untuk keperluan manufaktur otomotif berbahan dasar
eceng gondok.
Berdasarkan tujuan umum diatas, maka secara khusus tujuan umum dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
Menghasilkan sebuah material rekayasa berbahan dasar eceng gondok yang memiliki
ketahanan terhadap air, tahan memiliki ketahanan impak yang tinggi, tahan terhadap panas,
memiliki bobot yang ringan tapi relative kuat.

1.3. Urgensi Penelitian


a. Mendayagunakan bahan organik yang ketersediaanya melimpah dan dianggap
mengganggu, yaitu eceng gondok.
b. Meningkatkan nilai kegunaan serat eceng gondok.
c. Menjadi alternative pemanfaatan tanaman eceng gondok yang pertumbuhannya sulit
dikontrol.
d. Mencoba membuat material plastik yang dikuatkan untuk dapat diaplikasikan dalam
pecetakan berbagai produk plastik.
e. Mencoba membuat material plastik

yang

dikuatkan dengan

kemampuan

penghantaran panas yang lebih baik.


f. Mencoba membuat material komposit yang tidak membutuhkan pemanasan dalam
proses pencampurannya, sehingga dapat menghemat biaya produksi dari bahan
komposit baru.
g. Mencoba membuat material baru yang memiliki proses produksi yang mudah dan
cepat, bahan dasar yang mudah didapatkan, serta biaya produksi yang lebih murah.

1.4. Perumusan Masalah


Material serbuk komposit hasil rekayasa terbentuk dari dua bahan dasar, yaitu batang eceng
gondok yang telah dikeringkan dan diolah menjadi serbuk yang berfungsi sebagai bahan
penguat dalam matriks dasar polimer phenolic (PF). Proses pembuatan serbuk komposit
dilakukan dengan cara mengeringkan batang eceng gondok selama sepuluh hari dengan ratarata temperatur matahari 28oC. Kemudian batang eceng gondok dihancurkan menggunakan
mesin penghancur atau blender. Serbuk eceng gondok lalu disaring mengunakan ayakan
dengan variasi diameter ayak 60;80;100 mesh. Proses pencampuran menggunakan mesin
pengaduk yang bertujuan untuk mencampurkan resin phenolic dengan serbuk eceng gondok
dengan komposisi 80:20.
Berdasarkan konsep di atas, maka peralatan yang harus dipersiapkan dalan penelitian adalah:
1. Batang eceng gondok yang telah dikeringkan selama sepuruh hari dengan rata-rata
temperatur matahari 28oC.
2. Mesin pencacah / blender.
3. Serbuk polimer resin phenolic (PF) dalam bentuk thermoset (resol)
4. Mesin pengayak dengan diameter saringan 60;80;100mesh.
5. Mesin pengaduk
6. Mesin hot press
Terdapat tiga variasi ukuran serbuk batang eceng gondok dengan satu proses pemadatan
dengan menggunakan panas, lalu timbul permasalahan sebagai berikut:
1. Berapa suhu ideal penjemuran batang eceng gondok berserta pengaruhnya terhadap
kandungan air?
2. Berapa banyak massa batang eceng gondok untuk mendapatkan 1kg serbuk
komposit?
3. Berapa banyak masa polimer resin phenolic untuk mendapatkan 1kg serbuk
komposit?
4. Berapa suhu pemadatan untuk mendapatkan material dengan densitas yang tinggi?
5. Mengapa penelitian ini menggunakan bahan dasar eceng gondok sebagai bahan
penguat dalam matriks resin?
6. Bagaimana pengaruh variasi ayakan dan komposisi serta suhu peng-press-an
terhadap karakteristik material komposit hasil rekayasa?
Untuk menjawab rumusan masalah yang telah dijabarkan diatas, perlu dilakukan penelitian
dan pengujian agar data yang dihasilkan dapat digunakan.

1.5. Permasalahan
Permasalahan penelitian akan dipilih berdasarkan hasil diskusi antara tim penelitian dengan
mempertimbangkan beberapa kemungkinan, berdasarkan:
Biaya penelitian
Ketersediaan peralatan proses fabrikasi sampel
Ketersediaan peralatan alat uji
Ketersediaan referensi
Pengalaman peneliti
Beberapa masalah yang diungkapkan dari hasil diskusi tim peneliti:
1. Bagaimana menentukan lama penjemuran batang eceng gondok?
2. Bagaimana pengaruh komposisi massa batang eceng gondok dan polimer resin
phenolic terhadap sifat fisik maupun mekanik?
3. Bagaimana pengaruh ukuran ayakan terhadap sifat fisik maupun mekanik?
4. Bagaimana pengaruh suhu penge-press-an terhadap sifat mekanik komposit yang
telah dicetak?
5. Bagaimana menentukan kadar air yang terkandung dalam batang eceng gondok yang
telah dijemur?

1.6. Hipotesis Penelitian


Hipotesa yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Berdasarkan proses
pengeringan dengan suhu yang divariasikan, hipotesanya adalah :
1. Semakin tinggi suhu pengeringan serat eceng gondok, maka semakin besar
kekerasan material komposit.
Berdasarkan teori pengerasan material, maka hipotesanya adalah :
2. Semakin kecil nilai kekasaran butir serbuk eceng gondok, maka semakin besar
kekerasan material komposit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Eceng Gondok
Eceng gondok (Eichornia crossipes) merupakan tumbuhan air yang tumbuh di rawa-rawa,
danau, waduk, dan sungai yang alirannya tenang.
Eceng gondok yang berada di perairan Indonesia, mempunyai bentuk dan ukuran yang
beraneka ragam, mulai dari ketiggian beberapa sentimeter sampai dengan 1,5 meter, dengan
diameter mulai dari 0,9 sentimeter sampai 1,9 sentimeter. Eceng gondok dewasa, terdiri dari
akar, bakal tunas, tunas atau stolon, daun, petiole, dan bunga. Daun-daun eceng gondok
berwarna hijau terang berbentuk telur yang melebar atau hampir bulat dengan garis tengah
sampai 15 sentimeter. Pada bagian tangkai daun terdapat massa yang menggelembung yang
berisi serat seperti karet busa. Kelopak bunga berwarna ungu muda agak kebiruan. Setiap
kelapak putik dapat menghasilkan sekitar 500 bakal biji atau 5000 biji setiap tangkai bunga.
Pertumbuhan eceng gondok yang sangat cepat (3% per hari0 menimbulkan berbagai masalah,
antara lain mempercepat pendangkalan sungai atau danau, menurunkan produksi ikan,
mempersulit saluran irigasi, dan menyebabkan penguapan air 3 sampai 7 kali lebih besar
daripada penguapan air di perairan terbuka (Soemarwoto, 1977).

2.2. Komposit
Bahan komposit (atau komposit) adalah suatu jenis bahan baru hasil rekayasa yang terdiri
dari dua atau lebih bahan dimana sifat masing-masing bahan berbeda satu sama lainnya baik
itu sifat kimia maupun fisikanya dan tetap terpisah dalam hasil akhir bahan tersebut (bahan
komposit).
Pada umumnya konsep material komposit yang dibuat dapat dibagi kedalam tiga kelompok
utama:
1. Komposit Matrik Polimer (Polymer Matrix Composites PMC)
Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan disebut, Polimer
Berpenguatan Serat (FRP Fibre Reinforced Polymers or Plastics) bahan ini
menggunakan suatu polimer-berdasar resin sebagai matriknya, dan suatu jenis serat
seperti kaca, karbon dan aramid (Kevlar) sebagai penguatannya.
2. Komposit Matrik Logam (Metal Matrix Composites MMC)
Ditemukan berkembang pada industri otomotif, bahan ini menggunakan suatu logam
seperti aluminium sebagai matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.
5

3. Komposit Matrik Keramik (Ceramic Matrix Composites CMC)


Digunakan pada lingkungan bertemperatur sangat tinggi, bahan ini menggunakan
keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan serat pendek, atau serabut-serabut
(whiskers) dimana terbuat dari silikon karbida atau boron nitride.

2.3. Phenol Formaldehid Resin


Phenol formaldehid merupakan resin sintetis yang pertama kali digunakan secara komersial
baik dalam industri plastik maupun cat (surface coating).
Phenol formaldehid termasuk kelompok resin sintetis yang dihasilkan dari reaksi polimerisasi
antara phenol dengan formaldehid. Reaksi terjadi antara phenol pada posisi ortho maupun
para dengan formaldehid untuk membentuk rantai yang crosslinking dan pada akhirnya akan
membentuk jaringan tiga dimensi (Hesse, 1991).
Ada dua jenis resin phenol formaldehid yaitu : novolak yang bersifat termoplast dan resol
yang bersifat termoset.
- Novalak
Novolacs adalah resin fenol-formaldehida dengan formaldehida untuk fenol rasio molar
kurang dari satu. polimerisasi tersebut disempurnakan menggunakan asam-katalis
seperti asam oksalat, asam klorida dan asam sulfonat. Unit fenol dihubungkan dengan
methylene

dan

atau

kelompok

lainnya. Novolacs

biasanya

digunakan

sebagai photoresists . juga pada photolithography . Berat molekul berada di bawah


ribuan, sesuai dengan sekitar 10-20 unit fenol.
- Resol
Fenol-formaldehida resin dasar-katalis yang dibuat dengan formaldehida untuk rasio
fenol yang lebih besar dari satu (biasanya sekitar 1,5). resin ini disebut resoles. Fenol,
formaldehida, air dan katalis dicampur dalam jumlah yang diinginkan, tergantung pada
resin yang akan dibentuk, dan kemudian dipanaskan. Bagian pertama dari reaksi,
sekitar 70 C, membentuk bahan rekat coklat kemerahan yang tebal, yang kaya
hidroksimetil dan kelompok eter benzilik.

2.4. Review Journal Komposit Eceng Gondok


Berdasarkan tinjauan referensi jurnal berikut ini adalah beberapa penelitian yang telah
dilakukan untuk meneliti komposit material dengan bahan dasar eceng gondok pada 5 tahun
terakhir, antara lain sebagai berikut : Penelitian ini bertujuan menentukan kualitas fisik dan
6

mekanik yang baik dalam pembuatan komposit serat dengan bahan baku eceng gondok.
Dalam penelitian ini ditemukan bahwa semakin panjang serat maka harga impak akan
semakin menurun, kekuatan impak maksimum terjadi pada panjang serat 50 mm, dengan
kekuatan harga impak 0,002344 J/mm.[1]. Penelitian komposit diperkuat serat eceng gondok
ini bertujuan mengetahui kekuatan tarik, kekuatan impak, kekuatan bending komposit serat
eceng gondok dengan panjang 25 mm, 50 mm dan 100 mm dengan fraksi volume 80% matrik
polyesterdan 20% serat eceng gondok. Dari hasil pengujian didapat harga kekuatan tarik
tertinggi dimiliki oleh komposit dengan panjang serat 100 mm yaitu 11,02 MPa, dengan
modulus elastisitas 11023,33 MPa, Harga impak tertinggi dimiliki oleh komposit dengan
panjang serat 50 mm yaitu 0,002344 j/mm2.[2]. Penelitian ini bertujuan untuk melihat
sejauh mana sifat mekanis dari serat eceng gondok sebagai penguat material komposit serat
karbon dalam pembuatan cooling pad. Material penelitian berupa serat eceng gondok, serbuk
eceng gondok, cairan resin sebagai pengikat. hasil pengujian temperature dan pengujian
impak memiliki perbedaan yang beragam dengan 5 macam variasi yaitu serat 10 gr, serat 20
gr, serbuk 20 gr, serbuk 40 gr dan tanpa adanya penambahan serat dan serbuk sama
sekali.Nilai terbaik dari dari produk NOTE PAD dari ke 5 macam variasi tersebut terdapat
pada variasi serbuk 40 gr dan resin 0,5 gr yaitu sebesar max 1,8 mm [3]. Untuk penelitian ini,
beberapa komposit dari serat dan polyester resin eceng gondok disusun dengan menggunakan
larutan impregnasi dan metode pemanasan. Komposit dibuat dengan berbagai persentase
serat (5, 10, 15, dan 20% berat). Lalu ditandai dengan FTIR dan DSC analisis. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa serat eceng gondok disajikan dengan kualitas penguatan
kompetitif ketika mereka dibandingkan dengan serat alami lainnya, seperti rami , abaca, dan
jerami padi.[4]. penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan analisa teknis berupa kekuatan
tarik dan impak dari komposit berpenguat serat ampas tebu (baggase) dengan perlakuan pola
anyaman variasi arah serat sudut arah serat sudut searah 0 dan bersilangan 45, sebagai
penguat matrik resin polyester. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kekuatan tarik dan
modulus elastisitas dari komposit berpenguat serat ampas tebu belum dapat memenuhi
standar kekuatan tarik dan modulus elastisitas yang disyaratkan BKI yakni : untuk arah serat
sudut searah 0 kekuatan tariknya sebesar 1.69 kg/mm2 dan modulus elastisitasnya sebesar
115.85 kg/mm2, untuk arah serat sudut bersilangan 45 kekuatan tariknya sebesar 1.34
kg/mm dan modulus elastisitasnya sebesar 108.40 kg/mm2.[5]. Penelitian ini meneliti
stabilitas termal dari serat eceng gondok meningkat setelah pengobatan kimia; ini
dikonfirmasi dengan analisis termogravimetri (TGA). nanofibers yang disintesis berada di
kisaran diameter 20-100 nm dari SEM dan 25 nm dari analisis TEM.[6]. Dalam penelitian ini
7

analisis unsur dari cairan getah eceng gondok menunjukkan bahwa terdapat jumlah atom
oksigen yang signifikan. analisis GC-MS menunjukkan bahwa cairan getah eceng gondok
merupakan prekursor yang cocok untuk persiapan bahan perantara untuk karbon serat karena
mempunyai kandungan tinggi senyawa fenolik. Analisis XRD mengungkapkan bahwa karbon
serat adalah non-graphitic di alam. Suhu pirolisis tidak memiliki efek pada sifat-sifat karbon
fibers. Aksial modulus dan kekuatan tarik dari serat-serat karbon dihasilkan dari getah eceng
gondok sekitar 42 GPa dan 600 Mpa.[7]. Dalam penelitian ini untuk mengatasi ikatan antar
muka yang buruk antara kain karbon dan matriks fenolik, serat karbon bubuk (CFPs)
diperoleh dengan teknik bola-penggilingan kering dan kemudian komposit kain karbon /
fenolik diisi dengan 0% berat (C0), 1% berat ( C1) dan 2% berat (C2).[8]. Hasil pemanasan
yang lebih tinggi dari produk hydrochar adalah 16,83 MJ / kg untuk 20,63 MJ / kg.
pemanasan tersebut memberikan sedikit efek pada sifat-sifat kimia dari sampel hydrochar
setelah 4 jam. Ketika waktu tinggal lebih dari 4 jam, produk hydrochar mempunyai perilaku
pirolisis yang sama di bawah TGA (analisis termogravimetri). Perkembangan Hydrochar
akan lebih baik jika karakterisasi struktur dengan waktu yang terus meningkat.[9]. Penelitian
dilakukan dengan mereaksikan phenol dan formaldehid dengan pH dan perbandingan mol
bervariasi. Jenis novolak dibuat pada suasana asam dengan penambahan HCl, suhu 90C, dan
waktu reaksi 5 jam, sedangkan jenis resol dibuat pada suasana basa dengan penambahan
NaOH, suhu 80C dan waktu reaksi 3 jam. Hasil resin phenol formaldehid diaplikasikan
sebagai vernis pada kayu jati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan bertambahnya pH
dan perbandingan reaktan, waktu kering semakin lama. Kondisi optimum jenis novolak
diperoleh pada pH 2,5 dan perbandingan reaktan 1 : 0,8, sedangkan untuk jenis resol dicapai
pada pH 10 dan perbandingan mol reaktan 1 : 2.[10].

2.5. Peta Perjalanan Penelitian Komposit Eceng Gondok


Berdasarakan tinjauan referensi jornal maka berikut ini adalah peta perjalanan penelitian komposit eceng gondok yang disusun berdasarakan penelitian yang diakukan selama 5 tahun terakhir.

OPTIMASI PROSES PEMBUATAN SERAT ECENG


GONDOK UNTUK MENGHASILKAN KOMPOSIT
SERAT DENGAN KUALITAS FISIK DAN MEKANIK
YANG TINGGI 2009 :
semakin panjang serat maka harga impak akan semakin
menurun, kekuatan impak maksimum terjadi pada
panjang serat 50 mm, dengan kekuatan harga impak
0,002344 J/mm.

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP


KEKUATAN IMPAK KOMPOSIT ECENG
GONDOK DENGAN MATRIKS POLIESTER 2006
:
harga kekuatan tarik tertinggi dimiliki oleh komposit
dengan panjang serat 100 mm yaitu 11,02 MPa,
dengan modulus elastisitas 11023,33 MPa, Harga
impak tertinggi dimiliki oleh komposit dengan
panjang serat 50 mm yaitu 0,002344 j/mm2.

Composites from water hyacinth (Eichhornea crassipe) and polyester


resin 2015 :
serat eceng gondok disajikan dengan kualitas penguatan kompetitif
ketika mereka dibandingkan dengan serat alami lainnya, seperti rami
, abaca, dan jerami padi.

ANALISA TEKNIS KEKUATAN MEKANIS


MATERIAL KOMPOSIT BERPENGUAT SERAT
AMPAS TEBU (BAGGASE) DITINJAU DARI
KEKUATAN TARIK DAN IMPAK 2008 :
kekuatan tarik dan modulus elastisitas dari komposit
berpenguat serat ampas tebu belum dapat memenuhi standar
kekuatan tarik dan modulus elastisitas yang disyaratkan
BKI yakni : untuk arah serat sudut searah 0 kekuatan
tariknya sebesar 1.69 kg/mm2 dan modulus elastisitasnya
sebesar 115.85 kg/mm2, untuk arah serat sudut bersilangan
45 kekuatan tariknya sebesar 1.34 kg/mm dan modulus
elastisitasnya sebesar 108.40 kg/mm2

PEMANFAATAN SERAT ECENG GONDOK SEBAGAI


PENGUAT MATERIAL KOMPOSIT PENGGANTI SERAT
KARBON DALAM PEMBUATAN COOLING PAD 2012 :
hasil pengujian temperature dan pengujian impak memiliki
perbedaan yang beragam dengan 5 macam variasi yaitu serat 10 gr,
serat 20 gr, serbuk 20 gr, serbuk 40 gr dan tanpa adanya
penambahan serat dan serbuk sama sekali.Nilai terbaik dari dari
produk NOTE PAD dari ke 5 macam variasi tersebut terdapat pada
variasi serbuk 40 gr dan resin 0,5 gr yaitu sebesar max 1,8 mm

KOMPOSIT ECENG GONDOK

Isolation and characterization of cellulose nanofibers


from the aquatic weed water hyacinthEichhornia
crassipes 2012 :
stabilitas termal dari serat meningkat setelah
pengobatan kimia; ini dikonfirmasi dengan analisis
termogravimetri (TGA). nanofibers yang disintesis
berada di kisaran diameter 20-100 nm dari SEM dan
25 nm dari analisis TEM.

Preparation of carbon ber from water hyacinth liquid


tar 2015 :
Suhu pirolisis tidak memiliki efek pada sifat-sifat
karbon fibers. Aksial modulus dan kekuatan tarik dari
serat-serat karbon dihasilkan dari eceng gondok tar
sekitar 42 GPa dan 600 Mpa.

Influence of surfactant-free ionic liquid microemulsions pretreatment on the composition,


structure and enzymatic hydrolysis of water hyacinth 2016 :
Analisis ulang eceng gondok menunjukkan bahwa kandungan komposisi lignoselulosa
berubah, dan permukaan menjadi lebih berpori. Setelah pra-perawatan dengan ILMa (rasio
massa toluena: etanol: 1-etil-3-methylimidazolium asetat ([Emim] Ac) = 0,35: 0,3: 0,35)
pada 70 C selama 12 jam diamati, delignifikasi maksimumnya 63,6% . Selulosa dari
eceng gondok baik dilindungi dan dipertahankan selama proses pretreatment. Setelah
secara enzimatik untuk 48 jam, hasil gula pereduksi dari eceng gondok pra-perawatan
dengan suhu 70 C selama 6 jam adalah 563,7 mg / g, dan hasil hidrolisis (86,1%) hampir
empat setengah kali dari satu tidak diobati (20,2%).

A novel preparation approach for improving the


mechanical and wet tribological properties of carbon
fabric/phenolic composites 2016 :
penggabungan CFPs jelas meningkatkan ikatan antar
muka dan lebih lanjut meningkatkan sifat mekanik.
Sementara itu, pengenalan CFPs meningkatkan koefisien
gesekan dan meningkatkan ketahanan aus.

Effect of residence time on chemical and structural


properties of hydrochar obtained by hydrothermal
carbonization of water hyacinth 2013 :
Hasil pemanasan yang lebih tinggi dari produk hydrochar
adalah 16,83 MJ / kg untuk 20,63 MJ / kg. pemanasan
tersebut memberikan sedikit efek pada sifat-sifat kimia
dari sampel hydrochar setelah 4 jam. Ketika waktu tinggal
lebih dari 4 jam, produk hydrochar mempunyai perilaku
pirolisis yang sama di bawah TGA (analisis
termogravimetri). Perkembangan Hydrochar akan lebih
baik jika karakterisasi struktur dengan waktu yang terus
meningkat

KARAKTERISASI KOMPOSIT ECENG GONDOK DENGAN MATRIKS PHENOLDEHID RESIN

Ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Road Map Penelitian Komposit Eceng Gondok

2.6. State of the Art


Berdasarkan pengkajian terhadap jurnal-jurnal penelitian tentang komposit berbahan dasar
eceng gondok yang telah banyak dilakukan peneliti lain selama sepuluh tahun terakhir, belum
ada penelitian tentang serbuk komposit berbasis serbuk eceng gondok yang memiliki
karakteristik fisik pada bahan komposit ini terhadap uji impak, kuat tarik, konduktivitas.
Perbedaan penelitian ini juga berdasarkan variasi diameter ayak.
Untuk itulah maka dalam penelitian ini akan dicoba merekayasa material menjadi material
sebuk komposit yang siap cetak untuk keperluan industri plastik, industri otomotif dan
beberapa industri manufaktur yang memproduksi komponen plastik. Penelitian ini memiliki
judul sebagai berikut:
Karakterisasi Komposit Enceng Gondok dengan Matriks Phenol Formaldehid Resin

10

BAB III METODE PENELITIAN


3.1. Metode Penelitian
Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental (percobaan) dengan cara melakukan
pengujian. Penlitiann yang dilakukan dengan cara memvariasikan besarnya butir dari serbuk
eceng gondok dengan matrik resin phenolic.

Dijemur 10 hari

Pengeringan eceng gondok

Sikat Kawat

Pemisahan serat

Ukuran serat 2cm

Pemotongan serat

Blender 2menit

Pembuatan serbuk

Pengayakan 60, 80, 100 mesh

Pembuatan Cetakan

Pencampuran dengan resin

Penimbangan

80% resin dari berat

Mixer
Pencetakan hot press

Pendinginan

Uji Tarik

Uji Tarik

Uji impak

Uji Densitas

Uji Konduktivitas panas

Hasil dan pembahasan

Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan dengan mencampurkan serbuk eceng gondok yang memiliki
kekasaran 60,80, dan 100 mesh dan resin phenolic. Serbuk tersebut didapat dari penghalusan
serat eceng gondok kering yang kemudian di ayak hingga mencapai mesh yang diperlukan.
Serbuk yang didapat tersebut kemudian dicampurkan dengan resin phenolic dengan
komposisi 1 : 5. Pengujian dilakukan untuk mengetahui data kuantitatif dari kekuatan bahan
11

dan konduktifitas panas, serta data kualitatif dari struktur mikro dari komposit eceng gondok
dan resin tersebut. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
hubungan kekasaran butir serbuk eceng gondok terhadap kekuatan Tarik, elastisitas,
densitas/porositas dan konduktifitas panas. Sementara analisa kualitatif akan menjelaskan
struktur mikro dari komposit tersebut.
Metode pembuatan komposit serbuk eceng gondok matriks resin adalah:
1. Pengeringan
Eceng gondok yang telah dicuci, kemudian dikeringkan selama 10 hari hingga
berwarna kecokelatan.
2. Pembuatan cetakan
Cetakan yang dibuat mempunyai dimensi 220 x 150x5mm tiap satu sampel.
3. Pemisahan serat
Pemisahan serat eceng gondok menggunakan sikat kawat, dengan cara disikat
membujur searah sikat kawat tersebut. Kemudian di potong hingga berukuran 2cm.
4. Pembuatan serbuk
Serat yang telah dipotong kemudian diblender selama 1 menit kemudian diambil
serbuknya dan diayak dengan ukuran 60, 80, dan 100 mesh.
5. Pencampuran dengan Resin
Serbuk yang telah diayak berdasarkan ukuran mesh masing-masing ditimbang seberat
30gr. Kemudian dicampur dengan resin sebanyak 150gr dengan menggunakan mixer
selama 3 menit.
6. Pencetakan
Material yang telah dicampur kemudian dimasukan dalam cetakan dan di press dengan
menggunakan hot press machine pada temperatur 40C dan didinginkan pada
temperatur ruangan selama 10 jam.

3.2. Metode Analisis


a. Analisa konduktifitas panas
Konduktifitas panas pada material komposit serbuk eceng gondok matriks resin
dilakukan menggunakan metode laser flash yang akan memanaskan material pada satu
sisi kemudian mendeteksi panas yang merambat pada sisi lainnya. Material dengan
kekasaran serbuk campuran yang berbeda akan diuji satu per satu guna mengetahui
kekasaran serbuk yang memiliki pengaruh paling baik bagi konduktfitas panas material
komposit tersebut. Pengujian ini mengacu pada standar ASTM D5470-06.
12

b. Analisa kekuatan Tarik


Kekuatan Tarik pada material komposit serbuk eceng gondok matriks resin diuji
menggunakan mesin uji Tarik. Material dengan kekasaran dan suhu pengeringan serbuk
campuran yang berbeda akan diuji satu per satu guna mengetahui komposisi sampel
yang memiliki pengaruh paling baik bagi kekerasan material komposit tersebut.
Pengujian ini mengacu pada standar ASTM D638-0
c. Analisa struktur mikro
Struktur mikro diambil gambarnya menggunakan mesin SEM untuk melihat bentuk
interface antara serbuk eceng gondok dengan dan matriknya. Tiap sampel material
diambil gambar struktur mikronya untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan oleh
variasi kekasaran dan suhu pengeringan serbuk eceng gondok yang digunakan.
d. Analisa kekuatan Impak
Kekuatan Impak pada material komposit serbuk eceng gondok matriks resin diuji
menggunakan mesin uji Impak. Material dengan kekasaran dan suhu pengeringan
serbuk campuran yang berbeda akan diuji satu per satu guna mengetahui komposisi
sampel yang memiliki pengaruh paling baik bagi kekerasan material komposit tersebut.
Pengujian ini mengacu pada standar ASTM D256-03
e. Analisa densitas dan porositas
Densitas dan porositas material dianalisa menggunakan hukum Archimedes mengacu
pada standar ASTM D792.

3.3. Pendataan
Pendataan dibagi ke dalam dua jenis:
a. Data kualitatif; berupa pengambilan foto stuktur mikro dengan mesin SEM.
b. Data kuantitatif; berupa angka-angka hasil dari pengujian dan angka yang diolah
dengan persamaan tertentu, antara lain:
- Kekuatan Tarik
- Kekuatan impak
- Konduktivitas panas
- Densitas/porositas

3.4. Pengolahan Data


Data hasil penelitian diolah secara kuantitatif dan kualitatif, sesuai sample yang dibuat. Hasil
data kuantitatif diperbandingan untuk mengetahui karakteristik yang terbaik dari komposit
13

dan hasil data kualitatif diperbandingkan dengan material yang telah ada sebelumnnya
sehingga dapat diaplikasikan pada pembuatan berbagai produk yang sesuai.

3.5. Peralatan Pengujian


a. Laser Flash
Untuk menguji konduktifits panas pada material komposit dengan memanaskan
material pada satu sisi kemudian mendeteksi panas yang merambat pada sisi lainnya,
berdasarkan standar astm D5470-06
b. SEM
Untuk mengetahui bentuk mikrostrukur dari material komposit terutama bentuk
interface antara serbuk eceng gondok dan matriknya
c. Tensile Testing Machine
Untuk mengetahui kekuatan tarik dari komposit berdasarkan standar pengujian ASTM
D638-0
d. Impact Testing Machine
Untuk mengetahui kekuatan impak dari komposit berdasarkan standar pengujian ASTM
D256-03
e. Densitas dan Porositas
Untuk mengetahui tingkat densitas dan porositas dari komposit berdasarkan standar
pengujian ASTM D792

14

BAB VI JADUAL PENELITIAN


4.1. Jadual Penelitian Selama Satu Periode

15

DAFTAR PUSTAKA
[1]

A. Prasetyaningrum, N. Rokhati, and K. Rahayu, Optimasi proses pembuatan serat


eceng gondok untuk menghasilkan komposit serat dengan kualitas fisik dan mekanik
yang tinggi, Riptek, vol. 3, no. 1, pp. 4550, 2009.

[2]

P. I. Purboputro, Pengaruh panjang serat terhadap kekuatan impak komposit eceng


gondok dengan matriks poliester, Media Mesin, vol. 7, no. 2, pp. 7076, 2006.

[3]

N. Achmad, Pemanfaatan serat eceng gondok sebagai penguat material komposit


pengganti serat karbon dalam pembuatan cooling pad, Gardan, vol. 1, no. 1, pp. 81
90, 2012.

[4]

N. F. Ramirez, Y. S. Hernandez, J. C. de Leon, S. R. V. Garcia, D. va Lvova, and L. G.


Gonzalez, Composites from water hyacinth (Eichhornea crassipe) and polyester
resin, Fiber Polym., vol. 16, no. 1, pp. 196200, 2015.

[5]

H. Yudo and S. Jatmiko, Analisa teknis kekuatan mekanis material komposit


berpenguat serat ampas tebu (baggase) ditinjau dari kekuatan tarik dan impak, Kapal,
vol. 5, no. 2, pp. 95101, 2008.

[6]

M. T. Sundari and A. Ramesh, Isolation and characterization of cellulose nanofibers


from the aquatic weed water hyacinthEichhornia crassipes, Carbohydrat e Polym.,
vol. 87, no. 2, pp. 17011705, 2012.

[7]

S. A. Soenjaya, N. Handoyo, F. E. Soetaredjo, A. E. Angkawijaya, Y. H. Ju, and S.


Ismadji, Preparation of carbon fiber from water hyacinth liquid tar, Int. J. Ind.
Chem., vol. 6, no. 1, pp. 17, 2015.

[8]

L. Wenbina, H. Jianfenga, F. Jiea, L. Zhenhaic, C. Liyuna, and Y. Chunyanb, A novel


preparation approach for improving the mechanical and wet tribological properties of
carbon fabric/phenolic composites, Mater. Des., vol. 103, pp. 356364, 2016.

[9]

Y. Gao, X. Wang, J. Wang, X. Li, J. Cheng, H. Yang, and H. Chen, Effect of


residence time on chemical and structural properties of hydrochar obtained by
hydrothermal carbonization of water hyacinth, Energy, vol. 58, pp. 376383, 2013.

[10] N. Rokhati and A. Prasetyaningrum, Pembuatan resin phenol formaldehid terhadap


aplikasinya sebagai vernis, Reaktor, vol. 12, no. 1, pp. 4247, 2008.

Anda mungkin juga menyukai