SUKU BATAK
Mitologi Batak adalah kepercayaan tradisional akan dewa-dewi yang dianut
oleh orang Batak. Agama Batak tradisional sudah hampir menghilang pada saat ini,
begitu juga dengan mitologi Batak. Kepercayaan Batak tradisional terbentuk
sebelum datangnya agama Islam dan Kristen oleh dua unsur yaitu megalitik kuno
dan unsur Hindu yang membentuk kebudayaan Batak [1].
menggunakan
bahasa
Batak
Karo.
4. Batak Mandailing : mendiami Kabupaten Tapanuli Selatan, Wilayah Pakantan dan
Muara
Sipongi
dan
menggunakan
bahasa
Batak
Mandailing.
5. Batak Pakpak : mendiami Kabupaten Dairi, dan Aceh Selatan dan menggunakan
bahasa Pakpak. Toba PUSUK BUHIT Simalungun Karo Pakpak Mandailing Angkola.
[2]
1.
2.
3.
4.
5.
6.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Orang Batak terdiri dari 5 sub etnis yang secara geografis dibagi sbb: Suku
Nias yang mendiami Kabupaten Nias (Pulau Nias) mengatakan bahwa mereka
bukanlah orang Batak karena nenek moyang mereka bukan berasal dari Tanah
Batak.
Namun demikian, Ada yang berpendapat dan berkeyakinan bahwa etnis
Batak bukan hanya 5, akan tetapi sesungguhnya ada 11 [sebelas], ke 6 etnis batak
tersebut adalah :
Batak Pesisir,[3]
Batak Angkola,
Batak Padang lawas,
Batak Melayu,
Batak Nias,
Batak Alas Gayo.
Sebelas dari sub etnis Batak adalah:
Batak TOBA ,di Kab.Tapanuli Utara, Tengah, Selatan
Batak SIMALUNGUN, di Kab.Simalungun, sebelah Timur danau Toba
Batak KARO,di Kab Karo, Langkat dan sebagian Aceh
Batak PAKPAK [Dairi],di Kab Dairi dan Aceh Selatan
Batak MANDAILING,di Wilayah Pakantan dan Muara Sipongi
Batak PASISIR,di Pantai Barat antara Natal dan Singkil
Batak ANGKOLA,di Wilayah Sipirok dan P. Sidempuan\
Batak PADANGLAWAS ,di Wil. Sibuhuan, A.Godang, Rambe, Harahap
Batak MELAYU,di WiL Pesisir Timur Melayu
Batak NIAS,di Kab Pulau Nias dan sekitarnya
Batak ALAS GAYO,di Aceh Selatan,Tenggara, Tengah Yang disebut wilayah Tanah
Batak atau Tano Batak ialah daerah hunian sekeliling Danau Toba, Sumatera Utara.
Seandainya tidak mengikuti pembagian daerah oleh Belanda (politik devide et
impera) seperti sekarang, Tanah Batak konon masih sampai di Aceh Selatan. [4]
http://id.wikipedia.org/wiki/Mitologi_Batak
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak
www.sihotang.s5.com/adat.html
Gambar 1. PETA ETNIS BATAK
AGAMA DAN KEPERCAYAAN
[1]
[2]
[3]
[4]
I.
1.1.
AGAMA PARMALIM
Sebelum masuknya pengaruh agama Hindu, Islam, dan Kristen ke tanah
Batak, orang Batak pada mulanya belum mengenal nama dan istilah dewa-dewa.
Kepercayaan orang Batak dahulu (kuno) adalah kepercayaan kepada arwah leluhur
serta kepercayaan kepada benda-benda mati. Benda-benda mati dipercayai memiliki
tondi (roh) misalnya: gunung, pohon, batu, dll yang kalau dianggap keramat
dijadikan tempat yang sakral (tempat sembahan). [1]
Orang Batak percaya kepada arwah leluhur yang dapat menyebabkan
beberapa penyakit atau malapetaka kepada manusia. Penghormatan dan
penyembahan dilakukan kepada arwah leluhur akan mendatangkan keselamatan,
kesejahteraan bagi orang tersebut maupun pada keturunan. Kuasa-kuasa inilah
yang paling ditakuti dalam kehidupan orang Batak di dunia ini dan yang sangat dekat
sekali dengan aktifitas manusia.
Sebelum orang Batak mengenal tokoh dewa-dewa orang India dan istilah Debata,
sombaon yang paling besar orang Batak (kuno) disebut Ompu Na Bolon (Kakek/Nenek
Yang Maha Besar). Ompu Nabolon (pada awalnya) bukan salah satu dewa atau tuhan tetapi
dia adalah yang telah dahulu dilahirkan sebagai nenek moyang orang Batak yang memiliki
kemampuan luar biasa dan juga menciptakan adat bagi manusia.
[1]
http://id.wikipedia.org/wiki/Parmalim
TONDI
Tondi adalah jiwa atau roh seseorang yang merupakan kekuatan, oleh karena
itu tondi memberi nyawa kepada manusia. Tondi di dapat sejak seseorang di dalam
kandungan.Bila tondi meninggalkan badan seseorang, maka orang tersebut akan
sakit atau meninggal, maka diadakan upacara mangalap (menjemput) tondi dari
sombaon yang menawannya[1].
SAHALA
Sahala adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang. Semua orang
memiliki tondi, tetapi tidak semua orang memiliki sahala. Sahala sama dengan
sumanta, tuah atau kesaktian yang dimiliki para raja atau hula-hula.
BEGU
Begu adalah tondi orang telah meninggal, yang tingkah lakunya sama dengan
tingkah
laku
manusia,
hanya
muncul
pada
waktu
malam. [2]
I.
Biarpun Rumah Batak itu tidak memiliki kamar/dinding pembatas tetapi ada
wilayah (daerah) yang di atur oleh hukum - hukum. Ruangan Ruma Batak itu
biasanya di bagi atas 4 wilayah (bagian) yaitu:
1. Jabu Bona ialah daerah sudut kanan di sebelah belakang dari pintu masuk rumah,
daerah ini biasa di tempati oleh keluarga tuan rumah.
2. Jabu Soding ialah daerah sudut kiri di belakang pintu rumah. Bahagian ini di
tempati oleh anak anak yang belum akil balik (gadis)
3. Jabu Suhat ialah daerah sudut kiri dibahagian depan dekat pintu masuk. Daerah ini
di tempati oleh anak tertua yang sudah berkeluarga, karena zaman dahulu belum
ada rumah yang di ongkos (kontrak) makanya anak tertua yang belum memiliki
rumah menempati jabu suhat.[4]
4. Jabu Tampar Piring ialah daerah sudut kanan di bahagian depan dekat dengan
pintu masuk. Daerah ini biasa disiapkan untuk para tamu, juga daerah ini sering di
sebut
jabu
tampar
piring
atau
jabu
soding
jolo-jolo.
[5]
Disamping tempat keempat sudut utaman tadi masih ada daerah antara Jabu
Bona dan Jabu Tampar Piring, inilah yang dinamai Jabu Tongatonga Ni Jabu Bona.
Dan wilayah antara Jabu Soding dan Jabu Suhat disebut Jabu Tongatonga Ni Jabu
Soding. Disebut Rumah Bolon karena suku batak toba sangat percaya akan Tuhan
mereka yaitu MULA JADI NA BOLON, jadi rumah bolon berarti rumah Tuhan.
Itulah sebabnya ruangan Ruma Batak itu boleh dibagi 4 (empat) atau 6
(enam), makanya ketika orang batak mengadakan pertemuan (rapat) atau RIA di
dalam rumah sering mengatakan sampai pada saat ini; Marpungu hita di jabunta na
mar Ampang na Marjual on, jabu na marsangap na martua on. [6]
[1]
[2]
[3]
[4]
[5]
[6]
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak#Kepercayaan
http://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Batak#Kepercayaan
http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html
batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
ml.scribd.com/doc/93667475/RUMA-GORGA
[1]
http://batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
[1]
http://batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
ATAP
Atap Rumah Bolon mengambil ide dasar dari punggung kerbau, bentuknya
yang melengkung menambah nilai keaerodinamisannya dalam melawan angin
danau yang kencang.
Atap terbuat dari ijuk, yaitu bahan yang mudah didapat didaerah setempat.
Suku batak menganggap Atap sebagai sesuatu yang suci, sehingga digunakan
untuk
menyimpan
pusaka
mereka.[1]
BADAN RUMAH
Badan rumah terletak dibagian tengah atau dalam mitologi batak disebut
dunia tengah, dunia tengah melambangkan tempat aktivitas manusia seperti masak,
tidur, bersenda gurau. Bagian badan rumah dilengkapi hiasan berupa ipon ipon
untuk menolak bala[2].
PONDASI
Pondasi rumah batak toba menggunakan jenis pondasi cincin, dimana batu sebagai
tumpuan dari kolom kayu yang berdiri diatasnya.
Tiang-tiang berdiameter 42 - 50 cm, berdiri diatas batu ojahan struktur yang
fleksibel, sehingga tahan terhadap gempa
Tiang yang berjumlah 18 mengandung filosofi kebersamaan dan kekokohan
Mengapa memakai pondasi umpak?, karena pada waktu tersebut masih banyaknya
batu ojahan dan kayu gelonggong dalam jumlah yang besar. Dan belum
ditemukannya alat perekat seperti semen
DINDING
Dinding pada rumah batak toba miring, agar angin mudah masuk
Tali-tali pengikat dinding yang miring disebut tali ret-ret, terbuat dari ijuk atau rotan.
Tali pengikat ini membentuk pola seperti cicak yang mempunyai 2 kepala saling
bertolak belakang, maksudnya ialah cicak dikiaskan sebagai penjaga rumah, dan 2
kepala saling bertolak belakang melambangkan semua penghuni rumah mempunyai
peranan yang sama dan saling menghormati.[3]
ORGANISASI RUANG
Bentuk-bentuk ruang ruang dimana posisinya dalam ruang diatur oleh pola
grid, hal ini dapat dilihat dari kolom-kolom yang tersusun secara modular
pada denah.[4]
KESEIMBANGAN
Keseimbangan pada rumah batak toba adalah simetris, baik pada denah
maupun fasade bangunan, hal ini dapat dilihat jika kita menarik garis lurus tepat
pada as gambar denah dan fasade[5]
SIRKULASI RUANG
Sirkulasi Ruang pada rumah batak toba adalah tersamar, karena harus
melewati jalan lurus sebelum berbelok ke bangunan utamanya
Bahan-bahan untuk Gorga ini biasanya kayu lunak yaitu yang mudah
dikorek/dipahat. Biasanya nenek-nenek orang Batak memilih kayu ungil atau ada
juga orang menyebutnya kayu ingul. Kayu Ungil ini mempunyai sifat tertentu yaitu
antara lain tahan terhadap sinar matahari langsung, begitu juga terhadap terpaan air
hujan, yang berarti tidak cepat rusak/lapuk akibat kena sengatan terik matahari dan
terpaan air hujan. Kayu Ungil ini juga biasa dipakai untuk pembuatan bahan-bahan
kapal/ perahu di Danau Toba.[6]
Gorga Sitompi, Sitompi berasal dari kata tompi, salah satu perkakas Petani yang
disangkutkan dileher kerbau pada waktu membajak sawah. Gorga Sitompi termasuk
jenis yang indah di dalam kumpulan Gorga Batak. Disamping keindahannya,
kemungkinan sipemilik rumah sengaja memesankannya kepada tukang Uhir
(Pande) mengingat akan jasa alat tersebut (Tompi) itu kepada kerbau dan kepada
manusia.
Gorga Simataniari (Matahari), Gorga yang menggambarkan matahari, terdapat
disudut kiri dan kanan rumah. Gorga ini diperbuat tukang ukir (Pande) mengingat
jasa matahari yang menerangi dunia ini, karena matahari juga termasuk sumber
segala kehidupan, tanpa matahari takkan ada yang dapat hidup.
Gorga Desa Naualu (Delapan Penjuru Mata Angin), Gorga ini menggambarkan
gambar mata angin yang ditambah hiasan-hiasannya. Orang Batak dahulu sudah
mengetahui/kenal dengan mata angin. Mata angin ini pun sudah mempunyai kaitankaitan erat dengan aktivitas-aktivitas ritual ataupun digunakan di dalam pembuatan
horoscope seseorang/sekeluarga. Sebagai pencerminan perasaan akan pentingnya
mata angina pada suku Batak maka diperbuatlah dan diwujudkan dalam bentuk
Gorga.
Gorga Si Marogung-ogung (Gong), Pada zaman dahulu Ogung (gong)
merupakan sesuatu benda yang sangat berharga. Ogung tidak ada dibuat di dalam
negeri, kabarnya Ogung didatangkan dari India. Sedangkan pemakaiannya sangat
diperlukan pada pesta-pesta adat dan bahkan kepada pemakaian pada upacaraupacara ritual, seperti untuk mengadakan Gondang Malim (Upacara kesucian).
Dengan memiliki seperangkat Ogung pertanda bahwa keluarga tersebut merupakan
keluarga terpandang. Sebagai kenangan akan kebesaran dan nilai Ogung itu
sebagai gambaran/ keadaan pemilik rumah maka dibuatlah Gorga Marogung-ogung.
[9]
Gorga Boras Pati dan Adop Adop (Tetek ), Boras Pati sejenis mahluk yang
menyerupai kadal atau cicak. Boras Pati jarang kelihatan atau menampakkan diri,
biasanya kalau Boras Pati sering nampak, itu menandakan tanam-tanaman menjadi
subur dan panen berhasil baik yang menuju kekayaan (hamoraon). Gorga Boras
Pati dikombinasikan dengan tetek (susu, tarus). Bagi orang Batak pandangan
terhadap susu (tetek) mempunyai arti khusus dimana tetek yang besar dan deras
airnya pertanda anaknya sehat dan banyak atau punya keturunan banyak (gabe).
Jadi kombinasi Boras Pati susu (tetek) adalah perlambang Hagabeon, Hamoraon
sebagai idaman orang Batak.[10]
Gorga Ulu Paung, Ulu Paung terdapat di puncak rumah Gorga Batak. Tanpa Ulu
Paung rumah Gorga Batak menjadi kurang gagah. Pada zaman dahulu Ulu Paung
dibekali (isi) dengan kekuatan metafisik bersifat gaib. Disamping sebagai
memperindah rumah, Ulu Paung juga berfungsi untuk melawan begu ladang (setan)
yang datang dari luar kampung. Zaman dahulu orang Batak sering mendapat
serangan kekuatan hitam dari luar rumah untuk membuat perselisihan di dalam
rumah (keluarga) sehingga tidak akur antara suami dan isteri. Atau membuat
penghuni rumah susah tidur atau rasa takut juga sakit fisik dan berbagai macam
ketidak harmonisan.
Masih banyak lagi gambar-gambar yang terdapat pada dinding atau bahagian muka
dari rumah Batak yang sangat erat hubungannya dengan sejarah kepribadian si
pemilik rumah. Ada juga gambar lembu jantan, pohon cemara, orang sedang
menunggang kuda, orang sedang mengikat kerbau. Gambar Manuk-Manuk (burung)
dan hiasan burung Patia Raja perlambang ilmu pengetahuan dan lain-lain. [11]
[1][2][3][4][5]http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html
[6][7][8][9][10][11]http://batakcom.tumblr.com/post/26554065445/gorga-batak
Pemanfaatan Ruangan
Pada bagian dalam rumah (interior) dibangun lantai yang dalam pangertian
Batak disebut papan. Agar lantai tersebut kokoh dan tidak goyang maka dibuat
galang lantai (halang papan) yang disebut dengan gulang-gulang. Dapat juga
berfungsi untuk memperkokoh bangunan rumah sehingga ada ungkapan yang
mengatakan Hot do jabu i hot margulang-gulang, boru ni ise pe dialap bere i hot do
i boru ni tulang.[1]
Untuk menjaga kebersihan rumah, di bagian tengah agak ke belakang dekat
tungku tempat bertanak ada dibuat lobang yang disebut dengan talaga. Semua
yang kotor seperti debu, pasir karena lantai disapu keluar melalui lobang tersebut.
Karena itu ada falsafah yang mengatakan Talaga panduduran, lubang-lubang
panompasan yang dapat mengartikan bahwa segala perbuatan kawan yang tercela
atau perbuatan yang dapat membuat orang tersinggung harus dapat dilupakan.
Melintang di bagian tengah dibangun para-para sebagai tempat ijuk yang
kegunaannya untuk menyisip atap rumah jika bocor. Dibawah para-para dibuat
parlabian digunakan tempat rotan dan alat-alat pertukangan seperti hortuk, baliung
dan baji-baji dan lain sebagainya. Karena itu ada fatsafah yang mengatakan Ijuk di
para-para, hotang di parlabian, na bisuk bangkit gabe raja ndang adong be na oto tu
pargadisan yang artinya kira-kira jika manusia yang bijak bestari diangkat menjadi
raja maka orang bodoh dan kaum lemah dapat terlindungi karena sudah mendapat
perlakuan yang adil dan selalu diayomi.
Untuk masuk ke dalam rumah dilengkapi dengan tangga yang berada di
sebelah depan rumah dan menempel pada parhongkom. Untuk rumah sopo dan
tangga untuk Ruma dulu kala berada di tampunak. Karena itu ada falsafah yang
berbunyi bahwa Tampunak ni sibaganding, di dolok ni pangiringan. Horas ma na
marhaha-maranggi jala tangkas ma sipairing-iringan.
Ada kalanya keadaan tangga dapat menjadi kebanggaan bagi orang Batak.
Bila tangga yang cepat aus menandakan bahwa tangga tersebut sering dilintasi
orang. Pengertian bahwa yang punya rumah adalah orang yang senang menerima
tamu dan sering dikunjungi orang karena orang tersebut ramah. Tangga tersebut
dinamai dengan Tangga rege-rege.[2]
[1]
[2]
http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html
http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html
Perabot Penting
Berbagai bentuk dan perabotan yang bernilai bagi orang Batak antara lain
adalah ampang yang berguna sebagai alat takaran (pengukur) untuk padi dan
beras. Karena itu ada falsafah yang mengatakan Ampang di jolo-jolo, panguhatan
di pudi-pudi. Adat na hot pinungka ni na parjolo, ihuthononton sian pudi . Pengertian
yang dikandungnya adalah bahwa apa bentuk adat yang telah lazim dilaksanakan
oleh para leluhur hendaknya dapat dilestarikan oleh generasi penerus. Perlu
ditambahkan bahwa panguhatan adalah sebagai tempat air untuk keperluan
memasak.[1]
Di sebelah bagian atas kiri dan kanan yang letaknya berada di atas
pandingdingan dibuat pangumbari yang gunanya sebagai tempat meletakkan
barang-barang yang diperlukan sehari-hari seperti kain, tikar dan lain-lain. Falsafah
hidup yang disuarakannya adalah Ni buat silinjuang ampe tu pangumbari. Jagar do
simanjujung molo ni ampehon tali-tali.
Untuk menyimpan barang-barang yang bernilai tinggi dan mempunyai harga
yang mahal biasanya disimpan dalam hombung, seperti sere (emas), perak, ringgit
(mata uang sebagai alat penukar), ogung, dan ragam ulos seperti ragi hotang, ragi
idup, ragi pangko, ragi harangan, ragi huting, marmjam sisi, runjat, pinunsaan, jugia
so pipot dan beraneka ragam jenis tati-tali seperti tutur-tutur, padang ursa, tumtuman
dan piso halasan, tombuk lada, tutu pege dan lain sebagainya.
Karena orang Batak mempunyai karakter yang mengagungkan keterbukaan
maka di kala penghuni rumah meninggal dunia dalam usia lanjut dan telah
mempunyai cucu maka ada acara yang bersifat kekeluargaan untuk memeriksa isi
hombung. Ini disebut dengan ungkap hombung yang disaksikan oleh pihak hulahula.
Untuk keluarga dengan tingkat ekonomi sederhana, ada tempat menyimpan
barang-barang yang disebut dengan rumbi yang fungsinya hampir sama dengan
hombung hanya saja ukurannya lebih kecil dan tidak semewah hombung.
Sebagai tungku memasak biasanya terdiri dari beberapa buah batu yang
disebut dalihan. Biasanya ini terdiri dari 5 (lima) buah sehingga tungku tempat
memasak menjadi dua, sehingga dapat menanak nasi dan lauk pauk sekaligus.
Banyak julukan yang ditujukan kepada orang yang empunya rumah tentang
kesudiannya untuk menerima tamu dengan hati yang senang yaitu paramak so
balunon yang berarti bahwa amak (tikar) yang berfungsi sebagai tempat duduk
bagi tamu terhormat jarang digulung, karena baru saja tikar tersebut digunakan
sudah datang tamu yang lain lagi.
Partataring so ra mintop menandakan bahwa tungku tempat menanak nasi
selalu mempunyai bara api tidak pernah padam. Menandakan bahwa yang empunya
rumah selalu gesit dan siap sedia dalam menyuguhkan sajian yang perlu untuk
tamu.
Parsangkalan so mahiang menandakan bahwa orang Batak akan berupaya
semaksimal mungkin untuk memikirkan dan memberikan hidangan yang bernilai dan
cukup enak yang biasanya dari daging ternak.
Untuk itu semua maka orang Batak selalu menginginkan penghasilan
mencukupi untuk dapat hidup sejahtera dan kiranya murah rejeki, mempunyai mata
pencaharian yang memadai, sehingga disebut Parrambuan so ra marsik.
Tikar yang disebut amak adalah benda yang penting bagi orang Batak. Berfungsi untuk
alas tidur dan sebagai penghangat badan yang dinamai bulusan. Oleh karena itu ada
falsafah yang mengatakan Amak do bulusan bahul-bahul inganan ni eme. Horas uhum
martulang gabe uhum marbere.[2]
[1]
[2]
http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html
http://adatbatakdavid.blogspot.com/2012/10/rumah-adat-batak-toba.html