Anda di halaman 1dari 7

Page

Workshop Majelis Pertimbangan Etik Bidan :


Alur Penanganan dugaan Malpraktik oleh Bidan

Penanganan Dugaan Malpraktik Pelayanan Kesehatan


Melalui Mediasi
Drg. Suryono,SH, Ph.D*
Pusat Mediasi Indonesia, Sekolah Pascasarjana,Universitas Gadjah Mada
Unit Etik dan Advokasi, Fakultas kedokteran Gigi,Universitas Gadjah Mada
Bagian Periodonsia, Fakultas kedokteran Gigi,Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
Perubahan paradigma dalam pelayanan kesehatan dari sosial-kemanusiaan (charity)
menjadi sosial-ekonomi (profit oriented) membawa konsekuensi peubahan pola
hubungan antara tenaga kesehatan dengan pasien, yaitu dari paternalistic yang
menempatkan posisi pasien pada kondisi lemah menjadi pola simetris yang mempunyai
posisi berimbang. Komunikasi yang tidak efektif antara tenaga kesehatan dengan pasien
sering menjadi faktor pencetus terjadinya konflik atau sengketa yang tidak jarang
berkembang menjadi permasalahan hukum.
Dugaan malpraktik yang sering dituduhkan oleh pasien kepada tenaga kesehatan
muncul karena harapan hasil dari perawatan atau pengobatan yang diinginkan oleh pasien
tidak bisa diwujudkan oleh tenaga kesehatan. Ilmu kedokteran bukanlah ilmu pasti
sehingga upaya maksimal yang dilakukan kadang membuahkan hasil yang tidak
diinginkan dan bahkan merugikan pasien. Hasil yang tidak diinginkan bisa berupa
penyakit tidak sembuh, kecacatan bahkan kematian. Kondisi inilah yang memicu
dilaporkannya tenaga kesehatan dengan tuduhan melakukan tindakan malpraktik.
Dugaan malpraktik dalam pelayanan kesehatan dapat diselesaikan melalui jalur litigasi
dan non litigasi. Melalui litigasi dilakukan dengan prosedur beracara, melalui
pemeriksaan bukti,saksi di Pengadilan dengan hasil menang atau kalah untuk kasus
perdata, dan dinyatakan tidak bersalah atau bersalah dengan pemberian sanksi pidana
pada kasus pelanggaran/kejahatan dibidang kesehatan. Prosedur non litigasi dapat
digunakan untuk menyelesaikan sengketa yang ada yaitu melalui mediasi dengan
bantuan pihak ketiga yang netral yaitu mediator. Dengan berprinsip bahwa pelayanan
kesehatan memiliki motivasi untuk menolong maka pada umumnya hasil yang tidak
diinginkan dari proses pengobatan bukanlah tindak kejahatan oleh karena itu pendekatan
mediasi masih bisa dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh
parapihak. Akhir dari proses mediasi yang sukses adalah nota perdamaian yang
menguntungkan parapihak, dan nota perdamaian bisa dikuatkan di Pengadilan menjadi
akta perdamaian yang bersifat akhir dan mengikat bagi parapihak.
Kata kunci : Sengketa Kesehatan, Pelayanan kesehatan, Mediasi

www.drgsuryono.com

winsuryo@hotmail.com

Yogyakarta 30-03-2013

Page

Workshop Majelis Pertimbangan Etik Bidan :


Alur Penanganan dugaan Malpraktik oleh Bidan

Pengantar

Perubahan budaya dan tingkat pendidikan di masyarakat menuntut perubahan system


yang berlaku. Gaya hidup modern, individualisme, semakin mendominasi kehidupan di
masyarakat. Dalam pelayanan kesehatan pola hubungan tenaga kesehatan dan pasien pun
menjadi setara atau simetris, pasien diberikan keleluasaan untuk memilih dokter, bahkan
keputusan untuk dilakukan perawatan atau tidaknya tergantung dari pihak pasien dan
tenaga kesehatan tidak boleh memaksakan kehendaknya, keputusan tersebut dibuat oleh
pihak pasien tentu setelah diberikan penjelasan oleh tenaga kesehatan tentang hal-hal
yang terkait dengan penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
Dalam masyarakat modern pelayanan yang memuaskan, hasil yang optimal menjadi
harapan bagi setiap orang yang melakukan pengobatan di rumah sakit atau tempat
penyelenggara layanan kesehatan lainya seperti praktik swasta, dokter, dokter gigi
maupun bidan. Kemajuan ilmu dan teknologi kedokteran dapat mendekatkan apa yang
menjadi harapan dari orang yang berobat, namun sekali lagi bahwa pengobatan bukanlah
sesuatu yang bisa dipastikan hasilnya.
Unwanted result atau hasil yang tidak diinginkan bisa muncul kapan saja, keadaan ini
sangat dipengaruhi oleh variasi biologi dari masing-masing pasien dan kadang tidak bisa
diduga sebelumnya oleh tenaga kesehatan yang menanganinya. Hasil yang tidak
dinginkan sebenarnya tidak hanya merugikan pasien tetapi juga merugikan tenaga
kesehatan yang melakukan perawatan. Hasil yang tidak diingkan bisa berupa penyakit
tidak kunjung sembuh, sakit berkembang, efek samping pengobatan, reaksi alergi,
kecacatan, atau kematian. Semua kondisi tersebut sangatlah tidak dinginkan oleh pasien
atau keluarga pasien, termasuk tenaga kesehatan yang melakukan perawatan karena
keadaan tersebut bukanlah tujuan dari perawatan yang dilakukan.
Sengketa dalam Pelayanan Kesehatan

www.drgsuryono.com

winsuryo@hotmail.com

Yogyakarta 30-03-2013

Workshop Majelis Pertimbangan Etik Bidan :


Alur Penanganan dugaan Malpraktik oleh Bidan

Page

Komunikasi yang tidak efektif sering menjadi akar permasalahan munculnya laporan,
pengaduan, gugatan atau tuntutan kepada tenaga kesehatan. Hasil yang tidak diinginkan
bisa muncul karena proses perkembangan penyakit atau dari risiko proses pengobatan
yang dilakukan. Oleh karena itu dalam komunikasi dengan pasien sangatlah penting
diberikan penjelasan risiko dari penyakit bila tidak diobati, dan risiko yang mungkin bisa
muncul karena proses pengobatannya sebelum tindakan dilakukan oleh tenaga kesehatan.
Bila pasien menolak dilakukan perawatan maka pasien menerima resiko yang muncul
dari penyakitnya, dan bila pasien memutuskan untuk dilakukan tindakan berarti
menerima resiko yang mungkin muncul dari proses pengobatannya itu sendiri.
Kejadian yang sering ada dilapangan tenaga kesehatan tidak berani memberikan
penjelasan tentang risiko medis dan risiko penyakitnya karena ada kekhawatiran pasien
ketakutan. Keadaan inilah yang bisa menyebabkan hubungan menjadi tidak baik bila
perawatan atau pengobatan yang dilakukan berakhir dengan hasil yang tidak diinginkan.
Harapan yang tinggi dari pasien yang berobat ke sarana pelayanan kesehatan dengan
membayar sejumlah uang yaitu hidup sehat dan sembuh dari penyakit kadang tidak bisa
diwujudkan oleh upaya yang telah dilakukan tenaga kesehatan, bahkan kadang berakhir
dengan hasil yang tidak diinginkan. Munculnya hasil yang tidak diinginkan ini oleh
pihak pasien sering dianggap bahwa tenaga kesehatan melakukan tindakan praktik yang
tidak baik (malpraktik) yang berakhir dengan munculnya somasi, laporan, pengaduan,
gugatan, atau tuntutan .
Penyelesaian Dugaan Malpraktik dalam Pelayanan Kesehatan
Dugaan malpraktik dalam pelayanan kesehatan yang masuk dalam lembaga peradilan
akan diproses berdasarkan jenis perkaranya , untuk kasus tindak pidana dilakukan melalui
proses penuntutan oleh kejaksaan pada persidangan di pengadilan, dan hakim mengadili
tenaga kesehatn untuk diputuskan bersalah atau tidaknya mendasarkan pada alat bukti
dan barang bukti yang ada. Pada kasus Perdata / gugatan dapat diselesaikan melalui
proses litigasi dan non litigasi, pada proses litigasi dilakukan melalui pemeriksaan
perkara

dan persidangan dan hakim memutus berdasarkan bukti materiil dengan

keputusan menang atau kalah sesuai dengan gugatan pemohon, sedangkan non litigasi

www.drgsuryono.com

winsuryo@hotmail.com

Yogyakarta 30-03-2013

Workshop Majelis Pertimbangan Etik Bidan :


Alur Penanganan dugaan Malpraktik oleh Bidan

Page

bisa dilakukan melalui mediasi dengan bantuan mediator, dengan hasil akhir adalah nota
perdamaian atau akta perdamaian. Nota perdamainan, tidak berisi tentang menang atau
kalah, namun berisi kesepakatan dari parapihak untuk saling menguntungkan dalam
rangka menyelesaikan sengketa yang mereka hadapi. Nota perdamaian yang dibuat oleh
parapihak dengan bantuan mediator, dapat dikuatkan melalui keputusan hakim dengan
jalan mengajukan gugatan di pengadilan dengan dilampiri dokumen yang pendukung
yang mengindikasikan bahwa perkara telah selesai dengan proses mediasi
Ranah Sengketa Kesehatan
Sengketa kesehatan dapat muncul dalam berbagai ranah yaitu ranah etik, ranah
disiplin kedokteran, maupun ranah hukum. Sengketa dalam ranah etik akan diselesaikan
oleh

ikatan profesi melalui majelis etik yaitu Majelis kehormatan etika kedokteran

(MKEK), Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Gigi(MKEKG), Majelis Etik Tenaga


Kesehatan (METK), Majelis Pertimbangan Etik Kebidanan(MPEB). Untuk pelanggaran
disiplin oleh tenaga kesehatan penyelesaian dilakukan melalui lembaga independen yang
dibentuk untuk kepentingan tersebut misal untuk kedokteran oleh MKDKI(Majelis
Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia), dan untuk tenaga kesehatan melalui
MDTK(Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan). Pelanggaran dalam ranah hukum, bisa
berupa ranah hukum pidana, ranah hukum perdata , dan ranah hukum administratif.
Sengketa dalam pelayanan kesehatan pada umumnya adalah ranah perdata walaupun
kadang untuk melakukan tuntutan perdata orang cenderung membawa kepada ranah
pidana melalui laporan ke pihak berwajib tenaga kesehatan melakukan tindak pidana
malpraktik.
Motivasi utama dalam pemberian pelayanan kesehatan adalah memberikan
pertolongan pada pasien agar penyakit yang diderita bisa ringan atau sembuh, bukan
motif jahat/kriminal untuk merugikan pihak pasien, oleh karena itu bila terjadi sesuatu
kejadian yang tidak diharapkan (unwanted result) pada pasien bukanlah pemidaan yang
diutamakan tetapi lebih pada pertanggungan atas pekerjaan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan (tort liability). Mengacu pada tort liability maka Perbuatan Melanggar Hukum
(PMH) dan zaakwarneming (mengikatkan diri secara sukarela)

www.drgsuryono.com

winsuryo@hotmail.com

merupakan bentuk

Yogyakarta 30-03-2013

Workshop Majelis Pertimbangan Etik Bidan :


Alur Penanganan dugaan Malpraktik oleh Bidan

Page

gugatan perdata yang bisa dilakukan oleh pihak pasien, dan jarang sekali gugatan
berdasarkan pada perjanjian karena wanprestasi. Walaupun tidak menutup kemungkinan
kedepan akan muncul banyak gugatan wanprestasi terkait pada pelayanan yang tidak
memiliki indikasi medis.
Mediasi dalam Penyelesaian sengketa Kesehatan
Mediasi dalam penyelesaian sengketa kesehatan merupakan amanah dari Undang
Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 29, yang menyebutkan Dalam hal
tenaga kesehatan diduga melakukan kelalaian dalam menjalankan profesinya,kelalaian
tersebut harus diselesaikan terlebih dahulu melalui mediasi. Sejalan dengan undangundang tersebut Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur
mediasi di pengadilan

pada Pasal 4 juga memberika penekanan pada penyelesaian

sengketa melalui proses mediasi yaitu .....semua sengketa perdata yang diajukan ke
pengadilan wajib lebih dahulu diupayakan penyelesaian melalui perdamaian dengan
bantuan mediator.

Begitu juga bila sengketa itu terjadi di institusi rumah sakit

berdasarkan Undang Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit Pasal 60(f)
mewajibkan pada Badan Pengawas Rumah Sakit untuk menerima pengaduan dan
melakukan upaya penyelesaian sengketa dengan cara mediasi.
Mediasi pada para pihak dilakukan melalui bantuan pihak ke tiga yang netral yaitu
mediator, proses mediasi bersifat tertutup, fleksibel dari sisi waktu dan prosedur, dan
mengupayakan musyawarah mufakat dengan win-win solution, dan

mengupayakan

untuk tetap mempertahankan hubungan baik parapihak dalam menyelesaikan


sengketanya.
Pada proses mediasi tidak ada kewajiban parapihak untuk didampingi pengacara, bila
didampingi pengacara maka pengacara bersifat pasif hanya bertindak sebagai konsultan
dari parapihak. Kuasa hukum diperkenankan untuk mewakili parapihak dengan ijin
tertulis, dan kesepakatan yang diperoleh juga harus dimintakan persetujuan oleh kuasa
hukum pada parapihak.
Proses negosiasi diperantarai oleh mediator, dan hasil negosiasi yang disepakati
parapihak akan dijadikan dasar dalam pembuatan nota perdamaian. Atas permintaan

www.drgsuryono.com

winsuryo@hotmail.com

Yogyakarta 30-03-2013

Workshop Majelis Pertimbangan Etik Bidan :


Alur Penanganan dugaan Malpraktik oleh Bidan

Page

parapihak nota perdamaian bisa dikuatkan menjadi akta perdamaian oleh hakim
pengadilan melalui pendaftaran gugatan di pengadilan tingkat pertama.
Kontribusi Pusat Mediasi Indonesia dalam pengembangan dan pelayanan mediasi
Pusat Mediasi Indonesia (PMI), Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada
merupakan salah satu lembaga penyelenggara pendidikan dan pelatihan mediasi yang
terakreditasi oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia. Dalam bidang kesehatan PMI
telah mendidik mediator kesehatan dan menginisiasi terbentuknya Ikatan Mediator
Kesehatan Indonesia (IMKI) yang berpusat di Yogyakarta.
Disamping mendidik mediator bersertifikat, PMI juga memberikan bantuan pelayanan
dalam penyelesaian sengketa dipelbagai bidang, termasuk bidang kesehatan yang
meliputi konsultasi oleh mediator, penyediaan tenaga mediator, ataupun konsultasi oleh
parapihak terkait dengan sengketa yang dihadapinya.
Alur Kerja dalam penyelesaian sengketa di PMI dibawah Divisi Penyelesaian Sengketa
yang terbagi dalam beberapa sub divisi, salah satu diantaranya adalah subdivisi
penyelesaian sengketa kesehatan. Perkara yang masuk akan dilakukan review oleh tim ,
kemudian tim menugaskan mediator untuk selanjutnya mengundang parapihak untuk
dilakukan proses mediasi, bila hasil proses mediasi tidak mencapai perdamaian makan
mediator menyatakan proses mediasi telah gagal, dan tindaklanjut dikembalikan pada
parapihak, sedang bila perkara berakhir dengan perdamaian, maka mediator akan
membantu

merumuskan nota perdamaian yang poin utamanya telah disepakati

parapihak. Untuk selanjutnya parapihak bila dipandang perlu bisa meminta bantuan
mediator untuk menguatkan nota perdamaian menjadi akta perdamaian di pengadilan.
Penutup
Mediasi sebagai alternatif penyelesaian sengketa yang diakui oleh sistem peradilan di
Indonesia perlu dibudayakan dan disosialisasikan,

dalam hal penyelesaian sengketa

kesehatan, mediasi merupakan amanah dari undang-undang.

Penyelesaian sengketa

melalui mediasi memberikan keuntungan bagi parapihak karena sifatnya tertutup,


fleksibel, murah dan mengutamakan perdamaian untuk tetap mempertahankan hubungan
baik parapihak dan bukan pada menang atau kalah berdasarkan bukti material.

www.drgsuryono.com

winsuryo@hotmail.com

Yogyakarta 30-03-2013

Page

Workshop Majelis Pertimbangan Etik Bidan :


Alur Penanganan dugaan Malpraktik oleh Bidan

Referensi:
Buku dan sumber lainnya

Indrabastian dan Suryono, 2010, Penyelesaian Sengketa Kesehatan, Jakarta: Penerbit


Salemba Medika
Susanti AN, 2009, Mediasi sebagai alternatif Penyelesaian Sengketa , Jakarta; Graha
Anugerah
Karmaya,2008, Beberapa aspek hubungan dokter ODHA, Jakarta: spirita
Suryono, 2011, Praktik Kebidanan dalam Tinjauan Hukum Indonesia, Proseding seminar
IBI Yogyakarta
Undang Undang dan Peraturan lainnya
Undang Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Undang undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di
Pengadilan
Permenkes Nomor 1464/Menkes/Per/I/2010 tentang Praktik Bidan
Permenkes Nomor 161/Menkes/Per/I/2010 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan

www.drgsuryono.com

winsuryo@hotmail.com

Yogyakarta 30-03-2013

Anda mungkin juga menyukai