Anda di halaman 1dari 26

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH HIMKA

2010

KURANGI SAMPAH DENGAN


INSINERASI
Diusulkan Oleh:
HANIFIYATUS SAMHAH (115)
FIDAN SAFIRA (112)
BADRIYAH ROSYIDAH (105)
Guru Pembimbing:
H. HABIB, S.Si, Apt, Sp.FRS

MBI AMANATUL UMMAH


PACET MOJOKERTO
2009-2010

LEMBAR PENGESAHAN

A. JUDUL
KURANGI SAMPAH DENGAN INSINERASI

B. BIODATA KETUA KELOMPOK


Nama

: Hanifiyatus Samhah

TTL

: Surabaya, 19 Juli 1993

Alamat

: JL.Dukuh Pesapen 2 kav.7-8 Surabaya

Telp

: 031 77892692

C. BIODATA GURU PEMBIMBING


Nama

: H. Habib, S.Si, Apt, Sp.FRS

TTL

: Mojokerto, 03 April 1977

Alamat

: Jln. Panjang Rum no.06 Pandan Arum-Pacet

Telp

: 085648621086

ii

Mojokerto, 20 Februari 2010


Guru Pebimbing

Ketua Kelompok

H.Habib, S.Si, Apt, Sp.FRS

Hanifiyatus Samhah
Mengetahui,
Koordinator MBI AU

H. Achmad Chudlori, S.S

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah wa syukuru
Segala puji kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan kasih
sayang-Nya kepada kami sehingga, kami dapat menyelesaikan karya ilmiah ini
dengan judul " Kurangi Sampah dengan Insinerasi

" sesuai pada waktunya

dengan harapan pula karya ilmiah ini dapat menjadi pintu gerbang kami untuk
semakin mencintai ilmu, khususnya pada bidang sains . Tidak lupa, kami haturkan
terima kasih sebanyak banyaknya kepada :
1. Bpk. Ahmad Chudlori selaku Koordinator MBI Amanatul Ummah atas
izin beliau kami menjadi delegasi sekolah.
2. Kedua orang tua atas doanya yang tak pernah lepas untuk menuntun
langkah kesuksesan kami
3. Guru pembimbing yang meluangkan banyak waktunya untuk
membimbing kami dalam proses pembuatan karya ilmiah ini.
4. Segenap jajaran MBI Amanatul Ummah yang telah membantu
kelancaran proses pembuatan karya ilmiah ini.
Harapan kami, karya tulis ini dapat bermanfaat untuk ilmu pengetahuan dan
masyarakat. Demikianlah karya tulis ilmiah ini dibuat. Kami memohon maaf
apabila terdapat kesalahan baik yang disengaja maupun tidak disengaja karena
sesungguhnya manusia adalah tempat lupa dan salah dan kesempurnaan itu
hanyalah milik ALLAH.

Mojokerto, 20 Februari 2010

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL. i
LEMBAR PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI..

ABSTRAK. vii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang. 1
1.2 Rumusan Masalah.. 2
1.3 Tujuan. 2
1.4 Manfaat... 2
1.5 Landasan Teori 3
1.6 Sistematika Penulisan.. 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Insinerasi dan Prosesnya. 6
2.2 Pemanfaatan Insinerasi dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan 9
2.2.1 PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah) 9
2.2.2 PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Biogas). 10
2.2.3 Ekosemen.... 11
2.2.4 Kesehatan 13

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan. 15
3.2 Saran.. 15
DAFTAR GAMBAR..... viii
DAFTAR PUSTAKA.... x

vi

ABSTRAK
Peningkatan produktivitas dan aktivitas manusia akan berdampak pada
peningkatan kebutuhan. Sampah merupakan konsekuensi dari peningkatan
kebutuhan manusia. Berdampak pada pencemaran lingkungan dan penyakit
timbulnya sampah tidak dapat dihilangkan, sehingga kita dituntut untuk
menghadapinya. Mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna merupakan
salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam mengurangi penumpukan sampah
oleh makhluk hidup.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup.
Jumlah sampah organik mencapai 70-80%. Pengolahan sampah yang selama ini
dilakukan di indonesia adalah dengan pengomposan, pembakaran, dan
penguburan (sanitary landflil).sedangkan pada sampah anorganik diolah dengan
proses insinerasi. Proses tersebut menggunakan berbagai macam alat antara lain,
piringan bergerak, piringan tetap, rotary kiln fulidized bed .
Dengan mengangkat topik INSINERASI, kita dapat mengetahui bagaimana cara
pengolahan sampah dengan proses tersebut. Agar volume pencemaran udara dan
penumpukan sampah berkurang secara intensif dan masyarakat benar-benar
mengetahui makna serta proses secara signifikan mengenai insinerasi.
Kita dapat mengolah sampah yang melibatkan proses oksidasi bahan organik
menjadi bahan anorganik. Dengan berbagai macam cara yang salah satunya yakni
dengan cara insinerasi. Proses ini, dapat mengurangi volume sampah dalam
jumlah yang signifikan.
Pada sebuah penelitian tahun 1994, Delaware solid waste authority menemukan
bahwa untuk sejumlah energi yang sama dihasilkan, insinerator menghasilkan
hidrokarbon, [(SO2)], HCL, CO dan [(NOx)] lebih sedikit bila dibandingkan
dengan pembangkit listrik berbahan bakar gas alam. Sedangkan pada tahun 2005,
insinerasi sampah menghasilkan 4,8% energi listrik dan 13,7% panas yang
dikonsumsi

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Ekosemen

Gambar 2. Piringan bergerak

viii

Gambar 3.
Rotary Kiln

Gambar 3. Fluidized Bed

Gambar 4. Rotary Klin

ix

DAFTAR PUSTAKA

Hutagaung, Michael.2007.Konsentrasi Teknik Pengolahan dan Pemanfaatan


Limbah Perkotaan.www.Telkom.net. (Diakses 07 Februari 2010).
http://clearwaste.blogspot.com
http://id.wikipedia.org/wiki/
Priyanto eka, deddy.2008.Produksi Semen dari
Sampah.http://majacmagazine.com. (Diakses 10 Februari 2010).
Rusdaniar.2010.Pembangkit Listrik Menggunakan Limbah.www.wordpress.com.
(Diakses 07 Februari 2010).
Setiadi, Tjandra. 2007. Pengolahan Limbah Industri. www.telkom.net. (Diakses
07 Februari 2010)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Peningkatan

produktivitas dan aktivitas manusia akan berdampak pada

peningkatan kebutuhan. Sampah merupakan konsekuensi dari peningkatan


kebutuhan manusia. Berdampak pada pencemaran lingkungan dan penyakit
timbulnya sampah tidak dapat dihilangkan, sehingga kita dituntut untuk
menghadapinya. Mengolah sampah menjadi sesuatu yang berguna merupakan
salah satu solusi yang dapat diterapkan dalam mengurangi penumpukan sampah
oleh makhluk hidup.
Sampah organik merupakan sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup.
Jumlah sampah organik mencapai 70-80%. Pengolahan sampah yang selama ini
dilakukan di indonesia adalah dengan pengomposan, pembakaran, dan
penguburan (sanitary landflil).sedangkan pada sampah anorganik diolah dengan
proses insinerasi. Proses tersebut menggunakan berbagai macam alat; antara lain,
piringan bergerak, piringan tetap, rotary kiln fulidized bed .

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1

Bagaimana proses insinerasi?

1.2.2

Bagaimana pemanfaatan insinerasi?

1.2.3

Bagaimana pengaruh insinerasi terhadap lingkungan?

1.3 TUJUAN

1.3.1

Untuk mengetahui cara pengolahan sampah

1.3.2

Untuk memperkecil pencemaran udara

1.3.3

Untuk menginformasikan kepada masyarakat mengenai


insinerasi

1.3.4

1.4

Untuk memperkecil penumpukan sampah

MANFAAT

1.4.1. Menambah wawasan mengenai insinerasi


1.4.2. Menambah wawasan mgengenai usaha pemanfaatan insinerasi
1.4.3. Meningkatkan usaha dalam menjaga lingkungan
1.4.4. Mengetahui pemanfaatan limbah sampah

1.5

LANDASAN TEORI

Insinerasi adalah teknologi pengolahan sampah yang melibatkan pembakaran


bahan organik. insinerasi dapat mengubah sampah menjadi abu, gas sisa hasil
pembakaran, partikulat, dan panas yang juga dapat digunakan sebagai energi
pembangkit listrik.
Insinerator adalah tempat untuk pembakaran sampah. Insinerator modern
memiliki fasilitas mitigasi polusi seperti pembesihan gas yang didesain untuk
mampu mencapai pembakaran dengan suhu tinggi. Biasanya, dilengkapi dengan
pembakar yang memakai bahan bakar minyak. Terdapat beberapa tipe insinerator
antara lain : piringan bergerak, piringan tetap, rotary klin, fluidized bed.

Piringan Bergerak

Piringan bergerak (moving grate). Insinerator jenis ini memungkinkan


pemindahan sampah ke ruang pembakaran dan memindahkan sisa hasil
pembakaran tanpa mematikan api.

Piringan tetap

Piringan tetap memiliki bukaan pada bagian atas atau samping untuk memasukkan
sampah dan bahan yang tidak terbakar (abu, logam dan sebagainya). Piringan ini
termasuk piringan jenis tua.

Fluidized Bed

Reaktor unggu terfluidakan adalah jenis reaktor kimia yang dapat


digunakan untuk mereaksikan bahan dalam keadaan banyak fasa. Reakton
jenis ini menggunakan fluida baik cairan atau gas yang dialirkan melalui
kaatalis padatan (biasanya berbentuk butiran butiran kecil) dengan
kecepatan yang cukup sehingga katalis akan terolah menjadi seperti fluida.

Rotary Kiln

Rotary Klin adalah proses pengolahan sampah organik menjadi kompos.


Proses yang membutuhkan waktu kurang lebih 14 hari tersebut dibantu
dengan

bakteri

lactobacillus

aktinomycetes

spesies

spesies

delbrueckil,

aktinomycess

bacillus

brevis,

naeslundil,

saccharomyces

cerevisiae, ragi, cellulolytic bacillus sp.

Dalam penelitian tahun 1994, Delaware sollid waste authority menemukan


bahwa untuk sebuah energi yang sama yang dihasilkan, insinerator menghasilkan
hidokarbon, [(SO2)],HCL, CO dan [(Nox)] lebih sedikit dibandingkan
pembangkit listrik dengan bahan bakar gas alam. Sedangkan pada tahun 2005 di
Swedia dan Denmark, insinerasi sampah menghasilkan 4,8% energi listrik dan
13,7% panas yang dikonsumsi oleh negara tersebut.

1.6

SISTEMATIKA PENULISAN

HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
ABSTRAK
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Rumusan Masalah
1.3. Tujuan

1.4. Manfaat
1.5. Landasan Teori
1.6. Sistematika Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Insinerasi dan Prosesnya
2.2 Pemanfaatan Insinerasi dan Pengaruhnya terhadap Lingkungan
2.2.1

PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)

2.2.2

PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Biogas)

2.2.3

Ekosemen

2.2.4

Kesehatan

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan
3.1 Saran
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR PUSTAKA

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 INSINERASI DAN PROSESNYA


Insinerasi

adalah

teknologi

pengolahan

sampah

yang

melibatkan

pembakaran bahan organik. Insinerasi dapat mengubah sampah menjadi abu,


gas sisa hasil pembakaran, partikulat, dan panas yang juga dapat digunakan
sebagai energi pembangkit listrik. Namun pada dasarnya, insinerasi hanya
digunakan untuk membakar sisa-sisa sampah yang tak lagi mampu diolah.
Pengolahan limbah sampah dengan insinerasi dapat menggunakan
insinerator. Insinerator adalah tempat untuk pembakaran sampah. Terdapat
beberapa tipe Insinerator :

Piringan bergerak (moving grate)


Insinerator jenis ini memungkinkan pemindahan sampah
ke ruang pembakaran dan memindahkan sisa hasil
pembakaran tanpa mematikan api. Satu wadah dari piringan
bergerak dapat membakar 35 metrik ton sampah per jam.
Jenis insenerator ini dapat bergerak ribuan jam pertahun
hanya dengan satu kali berhenti, yaitu pada saat inspeksi
dan perawatan.

Sampah diintrodupsi ke mulut insinerator dan pada


lubang

di

dikeluarkan.

ujung
Udara

lainnya.
yang

Sisa

hasil

digunakan

pembakaran

dalam

proses

pembakaran, disuplai melalui celah piringan.

Suplai udara pembakaran sekunder dilakukan dengan


memompa udara menuju bagian atas piringan. Jika
dilakukan dengan kecepatan tinggi, hal ini dapat memicu
turbulensi yang memastikan terjadinya pembakaran yang
lebih baik dan surplus oksigen. Turbulensi ini juga penting
untuk pengolahan gas sisa hasil pembakaran sampah.

Gas tersebut lalu didinginkan. Panas yang ada ditransfer


menjadi uap dengan memaparkannya pada sistem pompa
air. Uap ini lalu digunakan untuk menggerakkan turbin. Gas
yang telah melalui pendinginan di pompakan ke fasilitas
sistem pembersihan.
Fasilitas insinerasi harus didesain untuk memastikan
bahwa gas sisa hasil pembakaran mencapai temperatur 8500
C selama dua detik untuk memecah racun kimia organik.
Untuk lebih memastikan hal tersebut, biasanya dilengkapi
dengan pembakar yang pada umumnya memakai bahan
bakar minyak, yang lalu dibakar ke insinerasi untuk
mendapatkan panas yang memadai.
Panas yang diproduksi oleh insinerator bisa digunakan
untuk

membuat

uap

yang

dapat

dipakai

untuk

menggerakkan turbin dengan maksud mengghasilkan


listrik. Total energi bersih dari satu ton sampah adalah 3
MWh panas dan 2/3 MWh energi listrik.

Piringan Tetap
Ini adalah tipe yang lebih tua dan sederhana. Piringan
tetap pada bagian atas atau samping untuk memasukkan
sampah dan bukaan lainnya untuk memindahkan bahan
yang tidak terbakar (abu, logam, dan sebagainya).

Fluidized Bed
Reaktor unggu terfluidakan adalah jenis reaktor kimia
yang dapat digunakan untuk mereaksikan bahan dalam
keadaan banyak fasa. Reakton jenis ini menggunakan fluida
baik cairan atau gas yang dialirkan melalui katalis padatan
(biasanya berbentuk butiran butiran kecil) dengan
kecepatan yang cukup sehingga katalis akan terolah
sedemikian rupa dan akhirnya katalis tersebut dapat
dianalogikan seperti fluida juga. Proses ini dinamakan
fluidisasi yang memiliki banyak keuntungan dibandingkan
dengan FBR (Fixed Bed Reactor) sehingga proses ini mulai
banyak diterapkan dalam industri.

Rotary Klin
Rotary Klin adalah proses pengolahan sampah organik
menjadi kompos. Proses yang membutuhkan waktu kurang
lebih 14 hari tersebut dibantu dengan bakteri aktinomycetes
spesies aktinomycess naeslundil, lactobacillus spesies
delbrueckil, bacillus brevis, saccharomyces cerevisiae,
ragi, cellulolytic bacillus sp.
Kemudian setelah 1-2 hari akan terjadi reaksi panas, jika
diukur dengan menggunakan termometer, suhunya diatas
500 C, maka dilakukan penggembosan udara (oksigen)
dengan cara memutar aerator (xhaust fan) yang ada sisi alat
mesin ini.
Hingga

pada

hari

ketiga

sampai

kelima,

reaksi

dekomposisi tersebut akan terjadi dengan tanda- tanda


tabung (tube) komposer panas (hingga 700 C) serta
keluarnya sedikit uap, dan lakukan penggembosan udara.
Pada hari kelima sampai hari ketjuh jika diukur suhunya
sudah dibawah 300 C atau dianggap sudah dingin, keluarkan

bahan kompos dari dalam komposter dan simpan ditempat


teduh serta tutup dengan karung kemasan (PE) untuk
diangin-anginkan. Sekitar tujuh hari kemudian, bahan
kompos akan kering dan gembur. Ayak hingga terpisahkan
antara butir lolosmess 100 dengan bahan ukuran besar.

2.2 PEMANFAATAN

DAN

PENGARUH

TERHADAP

LINGKUNGAN
2.2.1 PLTSa (Pembangkit Listrik Tenaga Sampah)

Tujuan dari PLTSa ialah untuk mengkonversi sampah menjadi energi


yang berguna secara efisien dan ekonomis dengan dampak lingkungan
yang minimal. Terdapat dua alternatif pengolahan sampah menjadi energi,
yaitu proses biologis dan proses thermal.
Proses biologis menghasilkan gas bio yang kemudian di barak untuk
menghasilkan tenaga yang akan menggerakkan motor yang dihubungkan
dengan generator listrik.
Proses konversi thermal menghasilkan panas yang dapat digunakan untuk
membangkitkan steam yang kemudian digunakan untuk menggerakkan
turbin uap yang dihubungkan dengan generator listrik.
Proses konverensi thermal yang melalui insinerasi pada dasarnya ialah
proses oksidasi bahan organik menjadi bahan anorganik. Prosesnya
sendiri, reaksi oksidasi cepat antara bahan organik denngan oksigen.
Apabila berlangsung secara sempurna, kandungan bahan organik (H dan
C) dalam sampah akan dikonversi menjadi CO2 dan H2O. Unsur-unsur
yang lainnya seperti belerang (S) dan nitrogren (N) akan dioksidasi
menjadi oksida dalam fasagas (Sox, Nox) yang terbawah di gas produk.

2.2.2 PLTB (Pembangkit Listrik Tenaga Bio Gas)

Pembangkit listrik tenaga limbah sampah ( biogas ). Upaya tersebut


sekaligus pula agar masyarakat terbebas dari halhal yang membahayakan
lingkungan, terutama akibat limbah sampah yang dapat mengeluarkan
gasgas beracun.
Kota Pontianak adalah salah satu kota di Indonesia yang memperoleh
proyek Clean Development Mechanism ( CDM ), suatu mekanisme yang
memberikan kesempatan terjadinya jual beli emisi penyebab gas rumah
kaca. Melalui CDM tersebut, negara berkembang akan mendapatkan
keuntungan finansial dari upayanya mengurangi pelepasan gas rumah kaca
ke udara karena gas ini akan dibeli oleh negara maju. Teknologi yang
digunakan adalah teknologi landfill.
Proses dari teknologi landfill adalah menjadikan biogas yang didapat dari
sampah melalui gas engine dikonservasikan menjadi energi listrik.
Mulamula seluruh sampah ditimbun dengan tanah lalu didekomposisi
oleh mikroba dalam tanah menjadi senyawasenyawa gas dan cair.
Senyawa - senyawa ini berinteraksi dengan air yang dikandung oleh
limbah dan air hujan yang masuk kedalam tanah dan membentuk bahan
cair yang disebut lindih ( leachate ). Jika landfill tidak didesain dengan
baik maka leachate akan mencemari tanah dan masuk kedalam badan
badan air didalam tanah. Karena itu, tanah di landfill harus mempunyai
permeabilitas yang rendah.
Aktivitas mikroba dalam landfill menghasilkan gas CH4 dan CO2 (pada
tahap awal sampai proses aerobik) dan menghasilkan gas methane (pada
proses anaerobiknya). Gas landfill tersebut mempunyai nilai kalor sekitar
450540 Btu/scf. Sistem pengambilan gas hasil biasanya terdiri dari
sejumlah sumursumur dalam pipapipa yang di pasang lateral dan
dihubungkan dengan pompa vakum sentral.

10

Selain itu terdapat juga sistem pengambilan gas dengan pompa


desentralisasi lalu lewat pipa yang dipasang tersebut gas methane
digunakan untuk mengeringkan sampah. Dengan demikian tumpukan
sampah itu akan mengering. Cairan yang keluar selama proses itu
ditampung dan dikelola dalam instalasi khusus ( water treatment ) supaya
tidak menimbulkan pencemaran.
Untuk sampah yang baru, prosesnya dipilah dulu. Sampah basah seperti
kayu, daun, kertas dicacah dulu, kemudian dimasukkan dalam mesin
pengering yang nantinya menghasilkan biogas dan kompos. Teknologi ini
disebut Anaerobik Digestion sedangkan sampah kering semacam plastik
akan diolah dengan teknologi pirolisis dan gassfication, yakni dengan
pemanasan tinggi tanpa oksigen yang menghasilkan gas dan digunakan
untuk menggerakkan turbin.
Gas methane dari sampah adalah gas yang dinilai paling berbahaya bagi
lingkungan, karena kontribusi gas methane terhadap pemanasan global
sekitar 21 kali lebih besar daripada CO2 sehingga pengolahan sampah
mendapat prioritas dalam upaya mengurangi pemanasan global.

2.2.3 Ekosemen
Terminologi ekosemen dibentuk dari kata ekologi dan semen .
diawali penelitian di tahun 1992, para peneliti Jepang telah mempelajari
kemungkinan pemrosesan abu hasil pembakaran sampah dan endapan air
kotor untuk dijadikan bahan membuat semen. Dari hasil penelitian tersebut
diketahui abu hasil pembakaran sampah mengandung unsur yang sama
dengan bahan dasar semen pada umumnya. Jadi, ekosemen adalah
mengubah sampah menjadi produk semen.
Abu dan endapan air kotor mengandung senyawasenyawa yang
diperlukan dalam pembentukan semen konvensional, yaitu senyawa
senyawa oksida seperti CaO, SiO2, Al2O3, dan Fe2O3.

11

Proses pembuatan ekosemen meliputi :


Persiapan
Bahan baku (abu insinerasi, endapan air kotor rumah tangga, dan
residu abu industri) diproses terlebih dahulu melalui pengeringan.
Penghancuran
Setelah dikeringkan, bahan baku tersebut kemudian dihancurkan
pada raw grinder atau drying mill bersamaan dengan batu kapur.
Pencampuran
Setelah dikeringkan dan dihancurkan, umpan dimasukkan kedalam
homogenizing tank bersamaan dengan fly ash (abu yang dihasilkan
oleh pembangkit listrik tenaga batu bara) dan blast furnace slag
(limbah yang dihasilkan industri besi).
Pembakaran
Pada proses pembuatan ekosemen, bahan baku dimasukkan ke
dalam rotary klin dan dibakar pada suhu diatas 13500 C. Dalam
rotary klin, akan terurai menjadi air dan gas klor sehingga aman
bagi lingkungan.
Kemudian gas yang keluar dari rotary klin didinginkan secara
cepat hingga suhu 2000 C untuk mencegah kembali terbentuknya
dioksin. Pada proses ini, logam berat yang masih terkandung
dipisahkan dan dikumpulkan kedalam bag filter sebagai debu yang
masih mengandung klor.
Kemudian debu dialirkan ke heavy metal recovery process. Proses
pembakaran menghasilkan clinker ( intermediate stage pada
industri semen ) yang kemudian dikirim ke clinker tank.

12

Penghancuran produk
Campuran gypsum dan clinker dihancurkan dalam finish mill dan
kemudian akan dihasilkan ekosemen.

Salah satu kendala utama pengembangan ekosemen adalah proses


produksinya yang relatif mahal apabila dibandingkan dengan
produksi semen konvensioal. Hal ini, disebabkan oleh proses
pemisahan klor pada prduksi ekosemen yang memakan banyak
biaya. Keberadaan klor sendiri diakibatkan karena adanya plastik
vinil yang ikut tercampur pada sampah organik. Pada pembuatan
abu insinerasi, plastik vinil akan ikut terurai menjadi klor. Klor
akan menurunkan kekuatan konkrit ekosemen apabila tidak
dipisahkan. Hal tersebut membuat pemisahan plastik dari sampah
mempunyai peluang yang besar untuk melakukan hal yang sama.

Satu faktor utama yang menentukan keberhasilan proses


pengolahan sampah adalah regulasi pemerintah, khususnya
pemerintah kota atau daerah, dalam mengelola sampah dengan
baik. Salah satu cara yang dapat ditempuh ialah melalui
penggalakkan kampanye pemisahan sampah antara sampah
organik, anorganik, sampah botol dan sampah kaleng.

2.2.4 Kesehatan
Gas Nox adalah gas yang harus direduksi dengan katalis amonia
dikonverter katalitik atau dengan reaksi bertemperatur tinggi dengan
amonia. Logam berat diadsorpsi dengan bubuk karbon aktif yang lalu
dikumpulkan difiltarsi parikel. CO2 adalah hasil dari proses pembakaran
sempurna. Bahan beracun lainnya yang keluar dari gas yang dihasilkan
dari sisa pembuangan diantaranya Sulfur dioksida, Asam hidroklorat,
logam berat dan partikel halus. Uap yang terkandung dalam gas
menciptakan bagian yang dapat terlihat dari gas yang umumnya trasparan
sehingga menyebabkan polusi dapat terlihat.

13

Insinerasi juga memproduksi abu ringan yang dapat bercampur dengan


udara di atmosfer dan abu padat, sama seperti ketika batu bara dibakar.
Total abu yang diproduksi berkisar antara 4-10 % volume dan 1520 %
masa sampah sebelum dibakar. Abu ringan berkontribusi lebih pada
potensi gangguan kesehatan karena dapat berbaur pada udara dan berisiko
terhirup paru paru.
Berbeda dengan abu padat, abu ringan mengandung konsentrasi logam
berat (timbel, Kadmium, tembaga, dan seng) lebih banyak dari abu padat,
namun lebih sedikit kandungan dioksin dan furan. Abu padat jarang
mengandung logam berat dan tidak dikategorikan sebagai sampah
sehingga aman untuk di buang ke lahan pembuangan sampah. Namun
perlu diperhatikan agar pembuangan abu padat tidak mengganggu keadaan
air tanah karena abu padat dapat terserap ke dalam tanah.

14

BAB III
PENUTUP

3.1

KESIMPULAN

Kita dapat mengolah sampah yang melibatkan proses oksidasi bahan


organik menjadi bahan anorganik. Dengan berbagai macam cara yang
salah satunya yakni dengan cara insinerasi. Proses ini, dapat
mengurangi volume sampah dalam jumlah yang signifikan.
Pada sebuah penelitian tahun 1994, Delaware solid waste authority
menemukan bahwa untuk sejumlah energi yang sama dihasilkan,
insinerator menghasilkan hidrokarbon, [(SO2)], HCL, CO dan [(NOx)]
lebih sedikit bila dibandingkan dengan pembangkit listrik berbahan
bakar gas alam. Sedangkan pada tahun 2005, insinerasi sampah
menghasilkan 4,8% energi listrik dan 13,7% panas yang dikonsumsi.

A. SARAN

Sebaiknya, sebagai manusia yang masih memerlukan tempat untuk


membuang sesuatu yang tidak berguna, kita juga masih memiliki
tanggung jawab untuk tidak merusak lingkungan dengan cara
memanfaatkan sampah menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat.
Seperti dengan mendaur ulang sampah menjadi sebuah kebutuhan
dan salah satu caranya dengan menggunakan insinerasi.

15

Sekarang, insinerator lebih mudah penggunaannya karena juga


bisa dilakukan di rumah. Untuk mengurangi volume sampah dan
lebih besar lagi dapat digunakan di pabrik besar dengan volume
sampah yang banyak yang memungkinkan menjadi energi listrik.
Ramah lingkungan, pengolahan sampah padat diberbagai TPA
yang

selama

ini

menimbulkan

dampak

negatif

terhadap

lingkungan bio-fisik (pencemaran lingkungan) dan lingkungan


sosial (gejolak sosial) harus diubah menjadi pengolahan sampah
yang ramah lingkungan.
Tanpa menyisakan limbah, pengolahan sampah akhir yang selama
ini dilakukan di TPA ternyata masih menyisakan limbah berupa
timbunan busukan sampah yang suatu saat akan memenuhi semua
ruang yang ada di TPA. Sehingga, perlu dicarikan lokasi baru
pengganti TPA yang sudah penuh. Dengan konsep terpadu
pengolahan sampah tidak mengenal istilah pembuangan sampah.
Karena tidak akan ada sampah yang terbuang dan tertimbun
membusuk di TPA, melainkan pemafaatan ulang sampah sehingga
tidak menyisakan limbah.

16

Anda mungkin juga menyukai