63 194 1 PB PDF
63 194 1 PB PDF
Abstrak
Nanas merupakan buah yang segar dan mudah didapatkan, selama ini pemanfaatannya hanya terbatas pada
daging buahnya saja padahal kulit dan bonggol nanas diperkirakan masih memiliki manfaat salah satunya
untuk membantu membuat pH air rendaman kedelai menjadi lebih asam yaitu berkisar 4 5 yang
mengakibatkan waktu fermentasi tempe menjadi lebih singkat yaitu berkisar 35 jam. Perbandingan ekstrak
kulit atau bonggol nanas dan air yang digunakan adalah 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, dan 3:1. Perendaman kedelai
dilakukan selama 12 jam setelah direndam lalu dicuci bersih baru kemudian direbus sampai mendidih.
Angin-anginkan untuk beberapa saat sampai cukup dingin yang kemudian dilakukan peragian sebanyak 0.5
g, 1 g dan 1.5 g. Dari percobaan yang dilakukan terbukti bahwa dengan penambahan ekstrak kulit dan
bonggol nanas yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan kadar air, pH menjadi lebih asam dan
menghasilkan waktu fermentasi yang jauh lebih singkat, serta rasa dan aroma nanas . Hasil ini berlaku untuk
semua perbandingan ekstrak kulit dan bonggol nanas.
Kata kunci : kedelai, ekstrak nanas, ragi, air
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tempe adalah makanan yang enak, sehat
dan banyak digemari oleh semua lapisan
masyarakat di desa maupun di kota. Kendala yang
masih sering dihadapi para pengusaha tempe saat
ini adalah lamanya proses fermentasi, yaitu sekitar
72 jam. Fermentasi yang lama akan menghambat
produktifitas tempe. Nanas merupakan buah yang
sangat Selama ini pemanfaatan buah nanas
terbatas pada daging buahnya saja, sementara kulit
dan bonggolnya dibuang. Padahal, kulit dan
bonggol nanas tersebut diperkirakan masih
memiliki manfaat. Oleh karena itu, penyusun ingin
mencoba memanfaatkan ekstrak kulit dan bonggol
nanas tersebut dalam proses perendaman kedelai
pada proses fermentasi tempe.
1.2.
Perumusan Masalah
Kedelai akan direndam dengan bantuan
ekstrak kulit atau bonggol nanas dengan
perbandingan ekstrak tertentu serta pengaruhnya
terhadap waktu fermentasi dan kadar protein
tempe tersebut.
1.3.
18
Tujuan
1.
2.
3.
4.
1.4.
Hipotesis
Kualitas dan kecepatan dalam proses
produksi tempe dipengaruhi oleh kondisi
fermentasi seperti pH (derajat keasaman) dan
temperatur. Pada kondisi fermentasi yang optimal,
pertumbuhan jamur tempe akan meningkat
sehingga proses akan berlangsung lebih cepat dan
kualitas tempe seperti rasa dan aroma yang
dihasilkan juga lebih baik. Pemanfaatannya
berprinsip pada kemampuan kulit dan bonggol
nanas untuk membuat suasana asam yang sesuai
bagi pertumbuhan jamur tempe yaitu pada pH 4
5 dan pada temperatur ambient atau suhu ruang.
Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009
1.5.
Manfaat
1. Menambah ilmu pengetahuan.
2. Meminimalisasi limbah nanas.
3. Membuka lapangan pekerjaan sehingga
mengurangi jumlah pengangguran.
1.6.
Ruang Lingkup
1. Laboratorium
Penelitian
Jurusan
Teknik Kimia Universitas Sriwijaya.
2. Penelitian ini menitikberatkan pada
pengaruh ekstrak kulit dan bonggol
nanas terhadap waktu fermentasi dan
kadar protein tempe.
3. Kedelai yang digunakan untuk tiap
sample 30 gr, dengan perbandingan
ekstrak kulit atau bonggol nanas dan
air : 1:1, 1:2, 1:3, 2:1, 3:1 serta jumlah
ragi 0,5 gr, 1 gr, dan 1,5 gr.
II. FUNDAMENTAL
Tempe adalah campuran biji
kedelai dengan massa kapang. Hifa kapang
tumbuh dengan intensif dan membentuk jalinan
yang mengikat biji kedelai yang satu dengan biji
yang lain sehingga menjadi masa yang kompak
dan kuat.
Ragi tempe
KEDELAI --------------> TEMPE
Nanas
Nanas merupakan buah yang sangat
familiar bagi masyarakat Indonesia. Selama ini
pemanfaatan nanas terbatas pada daging buahnya
saja, sementara kulit dan bonggolnya dibuang.
Padahal, kulit dan bonggol nanas tersebut
diperkirakan masih memiliki manfaat. Salah satu
manfaatnya adalah kemampuannya mempercepat
proses fermentasi tempe. Untuk melihat manfaat
kulit dan bonggol nanas tersebut pada proses
fermentasi tempe, akan terlihat pada waktu
terbentuknya tempe nanti.
Tahapan membuat tempe :
a) Mencuci kedelai
Mencuci merupakan salah satu hal
penting dalam proses pembuatan makanan,
begitupula dalam pembuatan tempe. Selain
mencuci kedelai, kita juga membuang kotoran
dan menyortir kedelai. Kedelai yang rusak
atau tidak ada isinya biasanya akan
mengambang dan sebaiknya dibuang.
b) Perebusan
Setelah bersih, kedelai kemudian direbus
dalam panci. Perebusan kedelai sebaiknya
Jurnal Teknik Kimia, No. 1, Vol. 16, Januari 2009
2.
3.
4.
5.
6.
3.2.2.
Pembuatan tempe :
Bersihkan kacang kedelai dari kotoran
dan bahan-bahan lainnya.
2. Selanjutnya dilakukan perendaman
selama 12 jam dengan ekstrak bonggol
atau
kulit
nanas
berdasarkan
perbandingan yang telah ditetapkan
diatas, agar menjadi lunak dan lebih
asam.
3. Setelah perendaman selama 12 jam,
kedelai dicuci bersih lalu direbus,
tiriskan dan biarkan sampai suhunya
tidak terlalu panas lagi baru kemudian
dilakukan peragian.
4. Kemudian masukkan kedelai ke dalam
kantung plastik yang telah diberi
lubang kecil dengan jarum, ujung
kantung plastik diratakan sehingga
terbentuk lempengan yang cukup tebal.
Hindarkan terlalu banyaknya sentuhan
tangan pada kantung plastik yang telah
diberi isi bahan. Inokulasikan pada
suhu ambient. Diamkan sampai hangat,
di tempat yang terlindung atau ditutup
dengan kain kasa.
5. Saat hifa tersebut menyelimuti seluruh
tubuh kedelai, proses fermentasi tempe
dikatakan telah mencapai akhir.
4.5
pH
0.5
gr
1 gr
1.5
0
s1
s2
s3
s4
sampel
s5
s6
1.
3.3.
pH
4.5
3
0.5 gr
1.5
1 gr
1.5 gr
0
s1
s2
s3
s4
sampel
s5
s6
60
40
0.5 gr
1 gr
1.5 gr
20
0
s1
22
s2
s3
s4
sampel
s5
s6
0.5 gr
1 gr
1.5 gr
60
40
20
0
s1
s2
s3
s4
s5
s6
sampel
2.
3.
4.
5.2.
Saran
Diharapkan para pengusaha tempe dapat
menggunakan ekstrak nanas ini dalam pembuatan
tempe dimana waktu fermentasinya jauh lebih
singkat dan mempunyai aroma dan rasa yang lebih
baik bila dibandingkan dengan pembuatan tempe
secara konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Alcamo Ph,D. I Edward. Fundamentals of
microbiology. Fifth edition. University of New
York. 1996.
Homeblog. Manfaat Limbah Nanas Dalam
Pembuatan Tempe @ yahoo.com. 28 Mei 2008 :
14.56.
Kelly M.S., Ph.D., M.d. Florence C and Hite,
Ph.D., M.D, K Eileen. Microbiology. Second
edition. University of Chicago. 1949.
PERSAGI Jateng, DPD. Daftar Komposisi Bahan
Makanan (DKBM). Edisi 3. Persatuan Ahli Gizi
Indonesia (PERSAGI). Jakarta. 2005.
Purwadaksi. Membuat tahu dan tempe. Agromedia
Pustaka. Jakarta. 2007.
Suprapti, M. Lies. Pembuatan Tempe. Kanisius.
Jogyakarta. 2003.
23