Anda di halaman 1dari 11

Bioteknologi farmasi

Genetic Engineering and Biotechnology of Growth Hormones


(Martinez dan Saldana, 2012: 173-195)

Disusun oleh
Hanny Setyowati
Hananun Zharfa H
Ie Febby Angela
Jessica Novia E. S.
Joe Agnes K. S.

(1041111063)
(1041111062)
(1041111068)
(1041111073)
(1041111074)

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI


Jl. Letjen Sarwo Edie Wibowo Km. 1 Plamongansari Semarang
Telp. (024) 6706147 / 6725272 Fax (024) 6706148
BAB I
PENDAHULUAN

Bioteknologi terutama teknik rekayasa genetika dengan memanfaatkan mikrooganisme,


tumbuhan, atau hewan telah dilakukan untuk menghasilkan produk komersial yang
menguntungkan bagi manusia. Teknik ini disebut juga sebagai DNA rekombinan dengan
mengembangkan dan memanipulasi gen spesifik untuk memproduksi vaksin, enzim, dan
hormon (Martinez dan Saldana, 2012: 173).
Produk DNA rekombinan bertujuan untuk pengobatan pada manusia. Prosedur yang
digunakan berupa kloning dengan menggunakan plasmid dari bakteri Eschericia coli atau
ragi. Sel kultur (E.coli, ragi, atau sel - sel mamalia) bergabung dengan gen manusia untuk
menghasilkan protein tersebut. Beberapa contoh penggunaan DNA rekombinan untuk
pengobatan manusia diantaranya: (1) Insulin untuk diabetes, (2) Faktor VIII untuk pria yang
menderita hemophilia A dan faktor IX untuk hemophilia B, (3) Eritropoitin untuk mengobati
anemia, (4) Tiga tipe interferon dan interleukin, (5) Faktor Granulosis Makrofag usus besar
- (GM-CSF) untuk merangsang sumsum tulang setelah transplantasi sumsum tulang, (6)
Faktor Granulosit usus besar - (G-CSF) untuk merangsang produksi neutrofil, misalnya,
setelah kemoterapi dan untuk memobilisasi sel-sel induk hematopoietik dari sumsum tulang
ke dalam darah, (7) Protein yang bertanggung jawab pada pemecahan bekuan darah (TPA),
(8) Adenosin deaminase (ADA) untuk mengobati gabungan gangguan kekebalan tubuh yang
parah (SCID), (9) Angiostatin dan endostatin untuk uji obat anti kanker, (10) Leptin, (11)
Antigen permukaan hepatitis B (HbsAg) untuk vaksinasi terhadap virus hepatitis B, dan (12)
Hormon pertumbuhan seperti Somatotropin (Shivanand dan Noopur, 2010: 43).
Hormon pertumbuhan merupakan produk kedua setelah insulin dalam bidang
bioteknologi. Produk ini dikembangkan dan dikomersialkan pertama kali oleh Genentech
serta digunakan secara klinis untuk pengobatan pada kelainan pertumbuhan dan dwarfisme
(Martinez dan Saldana, 2012: 173).

BAB II
PEMBAHASAN

Hormon pertumbuhan manusia (Human Growth Hormone- HGH) merupakan untaian


rantai tunggal polipeptida dengan berat molekul 22 kDalton yang disintesis dan disimpan
pada sel somatotropin di dalam kelenjar pituitari anterior. Hormon ini bekerja baik langsung
maupun tidak langsung pada berbagai jaringan dan sistem fisiologis seperti tulang panjang,
otot skeletal, hati, keseimbangan total nitrogen tubuh, dan lain-lain. Ekspresi polipeptida
HGH ditemukan pada Escherichia coli sehingga bakteri ini sering digunakan dalam teknik
rekayasa genetika untuk menghasilkan HGH (Lan dkk, 2010: 1).

Gambar 1. Struktur HGH dalam Tiga Dimensi (Martinez dan Saldana, 2012: 174)

HGH berasal dari gen GH aktif (HGH- N) di untaian gen yang terletak pada kromosom
17q2224. Ada beberapa bentuk HGH, tetapi yang dominan mengandung 191 residu asam
amino, dua ikatan disulfida, dan berat molekul 22kDa. HGH disintesis lokal oleh sel limfoid
di dalam nodus limfa. Hormon ini dilepaskan ke dalam sirkulasi darah dan bertanggung
jawab secara luas terhadap berbagai fungsi biologis tubuh seperti sintesis protein, proliferasi
sel, laktasi, regulasi imun, serta metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak. Selain itu juga,
HGH telah diaplikasikan untuk pengobatan pada dwarfisme, patah tulang, luka terbakar
dikulit, pendarahan lambung, dan sindrom genetik pada Down's syndrome, Noonan's
syndrome, dan Prader-Willi syndrome (Rezaei dan Esfahani, 2012: 681).

Gambar 2. HGH dalam Kromosom 17 (Martinez dan Saldana, 2012: 177)

2.1 HGH22k
HGH22k (atau HGHN) adalah produk utama dari gen GH aktif (HGH-N) pada kelenjar
hipofisis dan bertanggung jawab terhadap pertumbuhan pasca kelahiran karena peran
pentingnya sebagai modulator metabolisme karbohidrat, lipid, nitrogen, dan mineral. Jenis ini
yang paling dikenal dan satu-satunya dari keluarga GH yang dikomersialkan. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, disamping untuk pengobatan dwarfisme, HGH22k juga dapat
berfungsi sebagai anabolik pada atlet untuk perawatan trauma karena karakteristik regeneratif
yang ditimbulkannya (Martinez dan Saldana, 2012: 174).
2.2 HGH20k
Setelah HGH22k, jalur alternatif dari transkripsi pertama HGH-N gen menghasilkan
generasi kedua mRNA yang bertanggung jawab terhadap produksi isoform 20k dari HGH
atau HGH20k. Hormon ini berukuran kecil karena terjadi eliminasi 45 nukleotida pada exon
ketiga dari mRNA dan asam amino pada posisi 32-46. Pemberian HGH20k dari luar dapat
menekan sekresi HGH22k dari dalam yang mengindikasikan bahwa regulasi sekresi kedua
hormon mirip secara fisilogis. Penelitian secara in vitro menyatakan bahwa kedua hormon
dapat menstimulasi perbaikan tulang dan efek anabolik jaringan otot skeletal pada hewan uji
(Martinez dan Saldana, 2012: 174).
2.3 HGHV
Beberapa isoform juga diturunkan dari gen GH yang diekspresikan pada plasenta
(HGH-V). Kelimpahan mRNA dari gen ini di dalam plasenta pada tahap terminasi
menghasilkan 22kDa isoform sedangkan isoform yang sedikit menghasilkan 4 intron

(HGHV2). Protein 25 kDa juga didapatkan dari glikosilasi residu 140 asparagine dari 22 kDa
isoform seperti terlihat pada tabel dibawah:
Tabel 1. Isoform HGH-V (Martinez dan Saldana, 2012: 175)

Hormon pertumbuhan pertama kali dikloning dan diekspresikan dengan menggunakan


bakteri Escherichia coli. Hasil HGH rekombinan berupa protropin (Genentech), yang diikuti
dengan munculnya humatrope (Lily), biotropin (Biotech), norditropin (Novo Nordisk),
serostim (Serono) (Martinez dan Saldana, 2012: 180).
Proses rekombinan DNA dilakukan dengan mengeluarkan plasmid dari sel bakteri
Eschericia coli, selanjutnya plasmid dibuka rantainya oleh enzim retriksi. Di sisi lain,
dilakukan pengambilan untai DNA pada sel-sel pembentuk HGH dengan menggunakan
enzim retriksi, selanjutnya untai DNA tersebut digabungkan ke dalam plasmid bakteri
Eschericia coli dengan menggunakan enzim ligase. Plasmid rekombinan tersebut dimasukkan
ke dalam sel bakteri Eschericia coli. Ketika bakteri bereproduksi (membelah), maka plasmid
bakteri juga ikut membelah sehingga otomatis HGH juga diproduksi dalam jumlah besar
(Shivanand dan Noopur, 2010: 44).
Seiring dengan munculnya beberapa kekurangan bakteri Eschericia coli seperti extra
metionin, kesalahan pembacaan kode protein, bentuk agregat, dan kontaminasi dengan
substansi pirogen, maka diperlukan pemurnian lebih lanjut untuk memperoleh aktivitas
biologis yang maksimal. Oleh karena itu, Martinez dan Saldana (2012) mengembangkan
teknik rekayasa genetika dengan memanfaatkan yeast Pichia pastoris untuk menghasilkan
HGH 22kDa.
P. pastoris merupakan ragi (yeast) bertipe metilotropik karena dapat hidup dalam media
metanol yang hanya mengandung karbon. Ragi ini dapat menghasilkan protein heteologik ke
dalam kultur media dan tumbuh dengan densitas lebih dari 100 g/L berat kering (Martinez
dan Saldana, 2012: 181).

Martinez dan Saldana (2012) menggunakan Pichia pastoris sebagai host untuk
memproduksi HGH. Tahap awal dimulai dengen memotong gen GH dengan enzim retriksi
yang kemudian disisipkan ke dalam plasmid bakteri Eschericia coli. Plasmid rekombinan
tersebut dianalisis secara elektroforesis untuk memastikan adanya gen GH, kemudian
dimasukkan ke dalam sel Eschericia coli untuk dibaca hasil plasmid rekombinan tersebut.
Bagian plasmid rekombinan yang homolog dengan gen pada Pichia pastoris dimasukkan
pada sel Pichia pastoris tersebut sehingga terbentuk transgenik Pichia pastoris seperti terlihat
pada gambar 4. A.

Gambar 3. Strategi Umum untuk Rekonstruksi Strain Yeast dan Produksi Hormon Rekombinan.
(A) Fase Rekayasa Genetika. Tahapan Rekonstruksi dan Karakterisasi Strain GH dalam Pichia pastoris.
(B) Fase Bioteknologi. Tahapan Produksi, Pemurnian, dan Analisis Hormon Rekombinan.
(Martinez dan Saldana, 2012: 183)

Transgenik Pichia pastoris diinokulasikan pada Biomass Producing Culture Medium


(BMGY) dan diinkubasi pada suhu 30C selama 24- 48 jam. Hasil inkubasi dimasukkan
dalam bioreaktor untuk memaksimalkan proses produksi HGH. Media kultur yang berisi
hormon rekombinan disentrifuge kemudian dilakukan ultra-dialyzed dan ultraconcentrated
dengan pori membran berukuran 14 kDa. Sampel tersebut dimurnikan dengan kromatografi
kolom afinitas dan kromatografi penukar ion, selanjutnya dianalisis dengan SDS-PAGE
(Sodium Dodecyl Sulfate- Polyacrylamide Gel Electrophoresis) untuk memastikan kemurnian
hormon HGH yang didapatkan.

Gambar 4. Proses Pemurnian dan Analisis Rekombinan Hormon HGH (Martinez dan Saldana,
2012: 189)

Hormon HGH yang sudah murni diuji aktivitas lactogenic dan somatogenic. Aktivitas
lactogenic berkaitan dengan kemampuan menginisiasi proliferasi sel Nb2 pada limfoma tikus
sedangkan somatogenic berhubungan dengan diferensiasi sel adiposit pada manusia. Respon
memuaskan diperoleh pada kedua uji aktivitas tersebut di mana terjadi peningkatan
proliferasi sel Nb2 yang ditandai dengan banyaknya jumlah sel Nb2 yang terbentuk beserta
produk metabolisme yang dihasilkan, serta produksi sel adiposit yang meningkat jika
dibandingkan dengan GH dari hewan (Martinez dan Saldana, 2012: 191).

Berikut adalah lisensi WHO tentang Somatrophin yang merupakan salah satu jenis
HGH:

BAB III
KESIMPULAN

Rekayasa genetika dan bioteknologi dengan memanfaatkan transgenik Pichia pastoris


untuk menghasilkan HGH telah berhasil dengan baik. Hormon hasil rekombinan ini memiliki
aktivitas yang sama dengan hormon endogen yang diproduksi dari dalam tubuh serta
bermanfaat dalam terapi dwarfisme dan sindrom genetik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Lan, H., Nie, Z., Liu, Y., Lv, Z., Liu, Y., Quan, Y., Chen, J., Zhen, Q., Chen, Q., Wang, D.,
Sheng, Q., Yu, W., Chen, J., Wu, J., Zhang Y. 2010. In Vivo Bioassay of Recombinant
Human Growth Hormone Synthesized in B. mori Pupae. Journal of Biomedicine and
Biotechnology. Hindawi Publishing Corporation.
Martinez, A. dan Saldana, B. 2012. Genetic Engineering and Biotechnology of Growth
Hormones. Genetic Engineering - Basics, New Applications and Responsibilities.
ISBN 978-953-307-790-1. Hard cover, 256 pages. www. intech.com.
Rezaei, M. dan Esfahani, Z. 2012. Optimization of Production of Recombinant Human
Growth Hormone in Escherichia coli. Journal of Research Medical Sciences. Volume
17(7): 681685.
Shivanand, P. dan Noopur, S. 2010. Recombinant DNA Technology: Application in the Field
of Biotechnology and Crime Sciences. International Journal of Pharmaceutical
Sciences Review and Research. Volume 1 (1): 43-49.
WHO. 2008. Somatrophin (Recombinant DNA-Derived Human Growth Hormone). National
Institute for Biological Standards and Control (NIBSC code: 98/574).

Anda mungkin juga menyukai