SKRIPSI
MONALISA SEMBIRING
H34076100
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
1
RINGKASAN
MONALISA SEMBIRING. Analisis Pendapatan Pedagang Bakso Di Kota
Bogor Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan
Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah Bimbingan RAHMAT
YANUAR).
Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah
mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya
hidup dan pola konsumsi masyarakat ini melatarbelakangi berkembangnya
produsen pemasar makanan siap saji khususnya pedagang makanan salah satunya
adalah pedagang bakso. Pedagang bakso adalah salah satu jenis lapangan kerja di
sektor informal, kehadirannya sudah lama yakni dari tahun 1970an dan sampai
sekarang dapat dikatakan banyak beroperasi dan cukup popular dimasyarakat
khususnya di perkotaan
Permasalahan yang dihadapi oleh para pedagang bakso yang ada di Kota
Bogor yaitu kualitas sumberdaya manusia yang dimiliki sebagai pelaku usaha
masih rendah, sehingga dalam upaya pengembangan usahanya sendiri mengalami
kesulitan untuk berkembang. Keterbatasan pengetahuan merupakan kelemahan
pelaku usaha bakso, sehingga jika ditanyakan keuntungan yang mereka dapatkan
maka seringkali para pelaku usaha tersebut tidak mengetahui berapa keuntungan
yang telah didapatkan dalam menjalankan usaha tersebut. Dengan demikian,
kondisi saat ini dirasakan telah positif pendapatannya namun belum diketahui
secara rinci pendapatan yang diterima oleh para pelaku usaha bakso tersebut. Hal
ini terkait dengan masalah lemahnya pencatatan serta belum tahu apakah usaha
tersebut sudah efisien atau tidak. Selain itu dengan perekonomian yang terjadi saat
ini, usaha bakso seperti yang dilihat masih begitu menjamur di berbagai tempat.
Akan tetapi usaha tersebut mampu bertahan dalam situasi perekonomian yang
sulit.
Tujuan dalam penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi karakteristik
pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling di Kota Bogor (2)
menganalisis pendapatan dan efisiensi usaha dari pedagang bakso mangkal dan
pedagang bakso keliling di Kota Bogor Proses pengumpulan data dilakukan pada
bulan September hingga November 2009. Responden yang digunakan berjumlah
30 orang pedagang bakso, yakni 15 orang pedagang bakso keliling dan 15 orang
pedagang bakso mangkal. Pendekatan yang digunakan untuk menjawab tujuan
penelitian yaitu menggunakan analisis tabulasi dan deskriptif, analisis keuntungan
dan uji Mann-Whithney.
Dari hasil analisis diketahui bahwa pedagang bakso di Kota Bogor umumnya
adalah laki-laki yang berumur 20 sampai 60 tahun, usia tersebut termasuk kedalam usia
produktif untuk bekerja. Pendidikan formalnya, sebagian besar pedagang bakso sapi
pedagang bakso sapi mangkal berkisar antara satu sampai tiga puluh tahun.
Sebagian besar responden mempunyai pengalaman usaha berkisar antara 0-5
tahun yaitu sebanyak 6 responden (40%). Sedangkan pengalaman usaha
responden sebagai pedagang bakso sapi keliling lebih sedikit disbanding dengan
pelaku usaha bakso mangkal. Pengalaman usaha bakso keliling yang telah
dijalankannya berkisar dari 1-5 tahun yaitu sebanyak 10 responden (67%).
Pedagang bakso sapi mangkal umumnya berasal dari daerah Jawa Tengah (60%).
Sebagian besar pedagang bakso keliling yang ditemui di Kotamadya Bogor
berasal dari daerah sekitar Bogor (60%). Usaha dagang bakso yang mereka
jalankan merupakan pekerjaan pokok karena sulitnya memperoleh lapangan kerja
di daerah perkotaan, walaupun para pedagang bakso tersebut harus bersaing
dengan pedagang bakso sapi dari luar daerah bogor yang sama-sama berprofesi
sebagai pedagang bakso.
Rata-rata pendapatan yang didapatkan pedagang bakso mangkal per bulan
dikelompokkan menjadi tiga skala berdasarkan penerimaannya yakni pedagang
bakso mangkal yang memiliki penerimaan di bawah 25 juta (skala mikro),
penerimaan pedagang bakso mangkal sebesar 25 juta hingga 100 juta (skala kecil)
dan penerimaan di atas 100 juta (skala menengah). Adapun pendapatan yang
didapatkan oleh pedagang skala mikro sebesar Rp 3.440.948, pendapatan skala
kecil Rp 42.780.947 dan skala menengah Rp 74.298.767 dengan R/C Rasio yang
diperoleh sebesar 1,66. Sedangkan rata-rata pendapatan pedagang bakso keliling
sebesar Rp 1.464.322 per bulan dengan R/C rasio 1,23. Perbedaan pendapatan
antara pedagang bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling adalah dari
jumlah penerimaan yang didapatkan oleh pelaku usaha bakso. Harga yang
ditawarkan oleh pelaku usaha tersebut juga memiliki perbedaan. Pedagang bakso
mangkal menawarkan harga kepada konsumen mulai dari harga per mangkok Rp
6.000 hingga Rp 12.000 per mangkok. Sedangkan pedagang bakso keliling
menawarkan harga per mangkok lebih murah dibanding dengan pedagang bakso
mangkal. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 5.000 per mangkok hingga Rp
8.000. Harga kapasitas yang diproduksi juga berbeda sehingga memiliki
perbedaan jumlah yang terjual dalam satu hari tersebut juga berbeda. Dengan uji
Mann-Whithney terhadap R/C rasio yang didapatkan oleh pedagang bakso
mangkal dibandingkan dengan pedagang bakso keliling menunjukkan tingkat
keuntungan 1.66 bagi pedagang bakso mangkal sedangkal tingkat keuntungan
bagi pedagang bakso keliling sebesar 1.23. dengan uji tersebut menunjukkan
keuntungan usaha kedua kelompok pedagang tersebut berbeda nyata, lebih
menguntungkan pedagang bakso mangkal.
MONALISA SEMBIRING
H34076100
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
Judul Skripsi
Nama
: Monalisa Sembiring
NIM
: H34076100
Disetujui,
Pembimbing
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Tanggal Lulus :
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Analisis
Pendapatan Pedagang Bakso di Kota Bogor Jawa Barat adalah karya sendiri dan
belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Monalisa Sembiring
H34076100
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sibuhuan, Kabupaten Padang Lawas, Propinsi
Sumatera Utara pada tanggal 1 Juni 1986. Penulis adalah anak pertama dari
keluarga Bapak Pandai Sembiring dan Ibu Mastianna Simatupang.
Penulis mengawali jenjang pendidikan di SDN 2 Barumun pada tahun
1992 dan lulus tahun 1998. Tahun 2001 penulis lulus dari SLTPN 1 Barumun dan
menyelesaikan pendidikan lanjutan menengah atas di SMA Negeri 1 Barumun
pada tahun 2004.
Pada tahun 2004, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) pada Program Studi Diploma III Teknologi
Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dan
memperoleh gelar Ahli Madya pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis
melanjutkan pendidikan pada jenjang Strata Satu (S1) Program Sarjana
Agribisnis, Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis
Pendapatan Pedagang Bakso di Kota Bogor Jawa Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pedagang bakso,
menganalisis pendapatan pedagang bakso di Kota Bogor serta melihat efisiensi
usaha pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling.
Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena
keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Untuk itu, penulis mengharapkan saran
dan kritik yang membangun kearah penyempurnaan pada skripsi ini sehingga
dapat bermanfaat bagi semua pihak.
UCAPAN TERIMAKASIH
Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak Sebagai
bentuk rasa syukur kepada Tuhan, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan
penghargaan kepada:
1. Rahmat Yanuar, SP. Msi selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, arahan, waktu serta kesabaran yang telah diberikan kepada
penulis selama penyusunan skripsi ini.
2. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen evaluator proposal penelitian serta
masukan-masukannya kepada penulis.
3. Eva Yolynda Aviny, SP, MM selaku dosen penguji utama yang telah
memberikan saran dan masukan dalam menyempurnakan skripsi ini.
4. Ir. Harmini, Msi sebagai dosen penguji dari Komisi Pendidikan dalam sidang
skripsi yang telah memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.
5. Orangtua dan keluarga tercinta untuk setiap dukungan cinta kasih dan doa
yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik
6. Para pedagang bakso yang ada di Kota Bogor yang telah membantu dan
memberikan waktunya dalam wawancara yang telah dilakukan.
7. Para Bapak dan Ibu dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota
Bogor yang telah membantu dan memberi informasi selama penelitian ini.
8. Asri, Nita, Ratih, Albar, Ardian, Rofi sebagai saudara seperjuangan dalam
menata masa depan yang kita mulai bersama.
9. Teman-temanku enin, rendrat, cici, adib, adin, kiki, banghot, bangjulianto,
amli, iqbal, rully, qq, teh ani, k.lerin dan ina atas semangat dan sharing
selama penelitian hingga penulisan skripsi, serta seluruh pihak yang tidak
dapat disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.
10. Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah membantu penulis.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ................................................................................
iv
vi
PENDAHULUAN ..........................................................................
1.1. Latar Belakang ........................................................................
1.2. Perumusan Masalah .................................................................
1.3. Tujuan Penelitian .....................................................................
1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................
1.5. Ruang Lingkup ........................................................................
1
1
3
6
6
6
7
7
8
10
11
12
15
16
20
20
20
21
22
23
25
28
28
28
29
29
30
30
31
32
32
33
37
37
37
38
44
44
45
46
46
47
47
49
49
49
49
54
65
65
65
67
LAMPIRAN .........................................................................................
69
DAFTAR TABEL
Nomor
Halaman
19
30
53
Pedagang
Responden
Penelitian
Berdasarkan
62
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Nomor
1.
27
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Nomor
1.
70
2.
77
78
79
80
3.
4.
5.
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi yang semakin tinggi perlahan-lahan telah
mengubah gaya hidup dan pola konsumsi masyarakat Indonesia. Perubahan gaya
hidup dan pola konsumsi masyarakat ini melatarbelakangi berkembangnya
produsen pemasar makanan siap saji khususnya pedagang makanan salah satunya
adalah pedagang bakso. Pedagang bakso adalah salah satu jenis lapangan kerja di
sektor informal, kehadirannya sudah lama yakni dari tahun 1970an dan sampai
sekarang dapat dikatakan banyak beroperasi dan cukup popular dimasyarakat
khususnya di perkotaan. Pedagang bakso adalah seseorang yang menjual bakso
dengan gerobak yang dilakukan secara keliling atau mangkal. Pelaku usaha bakso
tidak hanya bertindak sebagai penjual, tetapi terlibat dalam proses produksi atau
pengadaan barang dagangan. Pedagang bakso dapat dikategorikan ke dalam
Usaha Kecil Menengah (UKM). Menurut keputusan Presiden RI No.99 tahun
1998 pengertian usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil
dengan bidang usaha secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu
dilindungi untuk mencegah persaingan usaha tidak sehat.
Pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah menjadi sangat strategis,
karena potensi yang dimiliki besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi
masyarakat dan sekaligus menjadi tumpuan sumber pendapatan sebagian besar
masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraannya. Eksistensi dan peran UKM
pada tahun 2007 mencapai 49,84 juta unit usaha, dan merupakan 99,99 persen dari
pelaku usaha nasional1. Eksistensi dalam unit usaha tersebut juga berdampak
terhadap penyerapan tenaga kerja, sehingga kesempatan kerja terbuka untuk
mereka yang kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. UKM memiliki keterkaitan
usaha dalam perkembangan pertumbuhan perekonomian dan perkembangan
pelaku usaha. Perkembangannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perkembangan Jumlah Pelaku Usaha Menurut Skala Usaha Tahun 20062007 di Indonesia.
No
1
2
3
SKALA USAHA
Usaha Mikro
Usaha Kecil (UK)
Usaha Kecil &
Menengah (UKM)
Jumlah (Unit)
2006
2007
46.746.567 47.702.310
1.917.897
2.017.926
48.779.151 49.840.489
Perkembangan
Jumlah
(%)
955.743
2,04
100.029
5,22
1.061.338
2,18
Pada tahun 2006 jumlah UKM mencapai 48,7 juta unit, meningkat 2,18
persen dari tahun sebelumnya. Usaha kecil dan usaha rumah tangga yang terdapat
disemua kategori lapangan usaha ekonomi selain kategori lapangan usaha
pertanian merupakan usaha yang banyak memberikan peluang tersedianya
lapangan kerja atau usaha tanpa harus mempunyai jenjang pendidikan maupun
keahlian khusus, sehingga usaha tersebut memberikan sumbangan yang besar
terhadap pertumbuhan ekonomi baik secara nasional maupun regional.
Kota Bogor memiliki keadaan ekonomi yang relatif stabil dengan
pertumbuhannya yang cukup baik, hal tersebut dikarenakan struktur ekonomi kota
Bogor yang didominasi oleh sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar
30,04% dan sektor sektor industri pengolahan sebesar 28,07 % dimana sektor ini
sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya beli masyarakat (BPS, 2008).
Potensi strategis ini mendukung pertumbuhan ekonomi dalam mengembangkan
Kota Bogor sebagai Kota jasa, perdagangan, pemukiman, pendidikan dan
pariwisata. Sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) Kota Bogor memiliki
potensi yang baik sesuai dengan perkembangan jumlah UKM yang ada di Kota
Bogor. Perkembangan jumlah UKM di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Perkembangan Jumlah Usaha Kecil Menengah (UKM) dan Tenaga
Kerja di Kota Bogor Tahun 2004-2008.
Jumlah
Unit UKM
Tenaga Kerja
2004
22.304
-
2005
24.534
-
Tahun
2006
31.831
2007
32.147
2008
32.256
51.798
54.388
57.107
2.
Bagaimana pendapatan dan efisiensi usaha dari pedagang bakso mangkal dan
pedagang bakso keliling di Kota Bogor?
1.3. Tujuan
1.
2.
1.4. Manfaat
1. Bagi pelaku usaha bakso sebagai masukan dalam pengelolaan usaha
khususnya dalam menjalankan usaha.
2. Bagi penulis sebagai sarana penerapan ilmu dari teori yang telah diperoleh
semasa kuliah.
3. Bagi kalangan umum untuk dapat menjadi tambahan bahan informasi untuk
pihak-pihak yang membutuhkan dan sebagai bahan perbandingan untuk
penelitian selanjutnya yang ada dengan penelitian ini.
1.5. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari penelitian ini adalah meliputi mengidentifikasi
karakteristik pribadi responden pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso
keliling. Mengidentifikasi karakteristik usaha pedagang bakso mangkal dan
pedagang bakso keliling, menganalisis pendapatan yang diperoleh pedagang
bakso mangkal dan pedagang bakso keliling dan melihat tingkat efisiensi dari
masing-masing usaha bakso yang ada di Kota Bogor serta fokus hanya pada
pelaku usaha bakso sapi yang bertempat dipusat keramaian Kotamadya Bogor,
yakni di kawasan perdagangan, terminal, pendidikan dan pemukiman.
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bakso
Bisnis makanan adalah bisnis yang tidak akan pernah mati, karena bersifat
cepat habis dan dibutuhkan orang banyak. Semua orang pasti membutuhkan
makan dan juga hampir rata-rata bisa membuat makanan, apalagi dengan
perkembangan saat ini dapat dengan mudah mendapatkan resep-resep dan caracara dari media komunikasi. Hal tersebut merupakan pendukung untuk memulai
bisnis makanan walaupun tidak sedikit yang gagal, tetapi banyak juga yang
kemudian sukses. Apalagi jika konsep usahanya disesuaikan dengan kemampuan
permodalan dengan menjual beberapa produk saja, dan ditangani sendiri. Salah
satunya adalah usaha bakso. Bakso adalah makanan berupa bola daging dan
berbahan utama daging, baik sapi, ikan, udang, maupun cumi-cumi. Bentuknya
yang menyerupai bola kecil, sehingga orang barat menyebutnya dengan meat ball.
Cita rasa yang khas dan tekstur yang kenyal menyebabkan bakso banyak
disukai, dari anak-anak hingga orang dewasa. Bakso dalam perkembangannya
menjadi popular di seluruh belahan bumi, termasuk Indonesia, dan dipercaya
bakso awalnya berasal dari Republik Rakyat Cina. Sehingga kondisi ini membuka
peluang bisnis bakso yang menjanjikan bagi yang bergerak dalam bisnis tersebut.
Bisnis bakso adalah usaha yang membutuhkan modal yang relatif kecil dan tidak
memerlukan modal terlalu besar. Peralatan yang diperlukan sederhana, proses
pembuatan mudah, dan resiko kegagalan rendah. Hal tersebut memungkinkan
siapa saja bisa melakukannya, baik skala besar maupun industri rumahan. Bisnis
bakso bukanlah bisnis makanan baru, tetapi kebanyakan seperti usaha kuliner
lainnya, prospek usaha bakso sangat popular.
Bakso merupakan produk pangan yang dibuat dari daging yang
dihaluskan, dicampur tepung berkarbohidrat tinggi, dibentuk bulat-bulat sebesar
kelereng atau lebih besar dan dimasak dalam air panas untuk mengkonsumsinya.
Berdasarkan SNI 01-3818-1995, bakso daging didefinisikan sebagai produk
makanan berbentuk bulatan atau lain, yang diperoleh dari campuran daging ternak
(kadar daging tidak kurang dari 50%) dan pati atau serealia dengan atau tanpa
Bahan Tambahan Pangan (BTP) yang diizinkan. Bakso dapat dikelompokkan
22
menurut jenis daging yang digunakan. Bakso yang paling popular di Indonesia
adalah bakso yang terbuat dari daging sapi (Sutomo, 2009).
Bahan-bahan dasar bakso adalah daging, bahan pengisi, garam dapur,
bumbu penyedap dan es atau air es. Daging sapi digunakan karena dagingnya
lebih mudah dibentuk menjadi butiran-butiran kenyal karena kandungan dan
struktur proteinnya lebih kenyal dan kuat. Bakso pada mulanya hanya dikenal dan
dijual didaerah pemukiman orang cina dan dijual di restoran-restoran cina. Namun
akhir-akhir ini setelah tahun 1980, bakso mulai berkembang dan mulai popular
dimasyarakat selain dikota besar juga kota kecil, terutama di pelosok dan daerah
wisata. Bakso dapat dijumpai di restoran mewah, hotel berbintang, warung makan
sederhana, pedagang kaki lima, dan pedagang keliling. Konsumen berasal dari
golongan elit sampai golongan berpenghasilan rendah (Yuliadini, 2000).
2.1.1. Bahan-bahan Pembuatan Bakso
Ada beberapa metode yang dikenal dalam pembuatan bakso, namun secara
garis besar prinsipnya sama, yaitu meliputi tahap penghancuran daging,
pembentukan adonan dan pemasakan. Penghancuran daging dapat dilakukan
dengan mencacah dan mencincang (chopping) ataupun menggiling (grinding).
Bahan-bahan baku bakso terdiri dari bahan utama dan bahan tambahan. Bahan
utamanya adalah daging. Daging yang digunakan tergantung dari selera, yaitu
daging sapi, daging ayam, daging ikan atau udang. Sedangkan bahan tambahan
terdiri dari bahan pengisi berupa tepung, es, garam dan bumbu (Sutomo, 2009).
Daging
Daging didefinisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk
hasil pengolahan jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak
menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang memakannya. Untuk membuat
bakso sapi dapat digunakan semua bagian dari karkas sapi, namun karena
kandungan lemak dari jaringan ikat daging berbeda-beda untuk setiap karkas
maka penggunaannya disesuaikan dengan mutu yang diinginkan. Daging yang
digunakan untuk membuat bakso adalah daging yang sesegar mungkin yaitu
segera setelah pemotongan tanpa mengalami proses penyimpanan sehingga dapat
menghasilkan mutu yang baik.
Bahan Pengisi
Bahan pengisi (fillers) merupakan bahan bukan daging yang ditambahkan
dalam pembuatan bakso.Bahan pengisi yang biasa digunakan pada pembuatan
bakso adalah tepung yang mengandung karbohidrat tinggi misalnya tepung
tapioka, dan pati aren. Tepung-tepung tersebut mempunyai kandungan protein
yang rendah. Penambahan tepung dilakukan sebesar 50 sampai 100 persen dari
berat daging. Tujuan ditambahkan bahan pengisi seperti dalam pembuatan bakso
adalah memperbaiki sifat dan mereduksi penyusutan selama pemasakan,
memperbaiki sifat fisik dan cita rasa dan menurunkan biaya produksi. Jumlah
penambahan tepung pati tergantung pada harga bakso yang dijual, semakin
banyak tepung pati yang digunakan maka harga bakso semakin murah.
Garam Dapur dan Bumbu
Garam merupakan bahan baku yang umumnya ditambahkan pada
pembuatan bakso, yang fungsinya untuk memberi rasa, mengawetkan dan
melarutkan protein dalam daging. Selain garam dapur, bumbu yang biasa
digunakan dalam pembuatan bakso adalah MSG (Monosodium Glutamat),
bawang putih dan bawang merah kadang-kadang juga ditambahkan merica yang
dapat meningkatkan rasa pada produk bakso. Pemakaian garam dapur pada
pembuatan bakso tidak terlalu bervariasi, umumnya berkisar antara 5 sampai 10
persen dari berat daging. Dalam fungsinya sebagai pemberi rasa bakso, maka
penambahan tepung yang tinggi memerlukan pemakaian garam yang lebih banyak
sedangkan pemakaian MSG dalam adonan bakso berkisar antara 1,0 sampai 2,5
persen dari berat daging. Bawang putih mengandung antioksidan yang kuat dan
dapat memperpanjang daya tahan bakso. Bawang putih dapat dipakai sebagai
pengawet karena bersifat bakteriastatik yang disebabkan oleh adanya zat aktif
allicin yang sangat efektif terhadap bakteri.
Es atau Air Es
Fungsi air adalah untuk meningkatkan keempukan dan juice (sari minyak)
daging, melarutkan protein yang mudah larut dalam air, membentuk larutan garam
yang diperlukan untuk melarutkan protein larut garam, berperan sebagai fase
kontinu dari emulsi daging dan menjaga temperature produk. Penambahan air
adanya kebutuhan akan barang dan jasa yang berkembang di masyarakat, dan
kebutuhan itu menuntut untuk segera dilayani (Wahyudin, 1993). Sektor informal
merupakan sektor yang sesungguhnya cukup mampu untuk menghadapi persoalan
dan tantangan ekonomi yang terjadi dalam masyarakat. Ini dapat dipahami karena
sektor informal memiliki tingkat penyesuaian yang baik untuk menghadapi
berbagai perubahan yang terjadi. Sektor informal adalah lapangan kerja yang
menuntut kreativitas dan kemampuan untuk bertahan. Hal ini dapat dilihat dari
kemampuan mereka untuk mencari pasar, menawarkan, mengelola modal usaha
dan menanggung resiko serta melakukan hubungan yang saling menguntungkan.
Menurut
Didik dalam
Wahyudin (1993)
mengemukakan bahwa
penanganan masalah sektor informal diperkotaan masih tidak beranjak dari pola
lama, yakni usir dan gusur demi kebersihan, keamanan dan kenyamanan kota.
Namun perlu diakui adanya beberapa kebijakan yang cukup terpuji seperti
program perbaikan kampung kumuh di Jakarta dan alih profesi pedagang jalanan
di Jakarta dan penarik becak . pembangunan itu pada hakekatnya merupakan suatu
proses perubahan struktural dalam bidang sosial dan ekonomi (Wahyudin, 1993).
Oleh karena itu dalam rangka pengembangan sektor informal di Indonesia ada
beberapa unsur yang perlu diperhatikan, yaitu permodalan, teknologi, sumberdaya
alam, sumberdaya manusia dan kelembagaan. Sektor informal dengan segala
keberadaannya akan senantiasa terus bertahan dan berkembang. Disamping itu,
dalam melakukan aktivitasnya sektor informal disadari atau tidak akan selalu
berhubungan dengan pemerintah setempat. Hubungan ini terutama pada
pemakaian lokasi usaha dan ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan usaha sektor informal.
2.2.2. Karakteristik Sektor Informal
Kajian mengenai kehidupan usaha pedagang bakso, merupakan suatu
tinjauan tentang kondisi dan situasi usaha sektor informal, yang mencerminkan
adanya keterikatan dan keterikatan potensi dan aktivitas usaha sektor informal
yang berlangsung secara dinamis. Menurut wahyudin (1993) Tampak beberapa
hal penting dalam memahami tumbuh dan berkembangnya sektor informal, yaitu :
1. Pertambahan angkatan kerja yang tidak seimbang dengan lapangan kerja yang
tersedia. Keadaan ini tidak hanya menimbulkan pengangguran, tetapi
meliputi bidang
pemerintahan
(pegawai),
swasta
(perbankan,
Sektor
informal
10. Sumber dana untuk modal tetap atau modal kerja kebanyakan berasal dari
tabungan sendiri dan dari sumber-sumber keuangan tidak resmi lainnya.
2.2.3. Usaha Kecil Menengah (UKM)
Usaha Kecil Menengah meliputi usaha industri dan usaha perdagangan.
Defenisi usaha mencakup paling tidak dua aspek, yaitu aspek penyerapan tenaga
kerja dan aspek pengelompokan. Usaha ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang
diserap dalam gugusan atau kelompok usaha tersebut. Menurut undang-undang
tentang usaha mikro, kecil dan menengah tahun 2008, yang dimaksud dengan
Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil adalah usaha
ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan
atau badan usaha yang bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha menengah adalah usaha
ekonomi produktif berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan
yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak
langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau
hasil penjualan tahunan. Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2008
tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah pasal 3 menyatakan bahwa usaha
mikro, kecil, dan menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan
usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan
demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
Adapun kriteria usaha mikro, kecil dan menengah dalam undang-undang
tersebut tercantum pada pasal 6. Kriteria usaha mikro adalah memiliki kekayaan
bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 tidak termasuk tanah dan bangunan
tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp
300.000.000,00. Kriteria usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari
Rp 50.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan
lebih dari Rp 300.000.000,00 sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00.
Kriteria usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari
Statistik
pemisahan yang berlaku terhadap skala usaha didasarkan pada jumlah tenaga
kerja. Apabila tenaga kerja yang dimiliki terdiri atas 1-5 orang digolongkan
kedalam usaha rumah tangga atau usaha skala kecil, usaha skala menengah
mempunyai tenaga kerja antara 6-19 orang, dan usaha skala besar mempunyai
tenaga kerja lebih dari 19 orang. Usaha Kecil Menengah memiliki kendalakendala dalam mempertahankan dan pengembangan usaha (bisnis) baik yang
bersifat internal maupun eksternal, permasalahan-permasalahannya diantaranya
adalah kurangnya pengetahuan pengelolaan usaha (manajemen), kurang modal,
teknologi, lemah di bidang pemasaran dan adanya pungutan. Usaha kecil
menengah memegang peranan penting dan strategis baik di lingkungan domestik,
regional maupun internasional. Usaha kecil menengah mempunyai potensi yang
besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat sehingga perlu
diberdayakan dan dikembangkan agar mampu memberi kontribusi terhadap
peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pendapatan.
2.3. Penelitian Terdahulu
Wahyudin (1993) melakukan penelitian tentang pedagang bakso di
Salatiga, studi kasus tentang sebuah usaha di sektor Informal. Tujuan penelitian
ini adalah mengetahui latar belakang sebelum menjadi pedagang bakso,
mengetahui proses menjadi pedagang bakso, dan menganalisis bentuk dan
mekanisme kegiatan usaha pedagang bakso. Jumlah sampel dalam penelitian 30
pedagang bakso yang beroperasi di Salatiga, terdiri atas 18 orang pedagang
keliling dan 12 orang pedagang kaki lima. Analisis data menggunakan metode
deskriptif kualitatif. Hasil penelitiannya adalah sebagian besar pedagang bakso
berasal dari daerah pedesaan di luar kota Salatiga, kegiatan sebelum menjadi
pedagang bakso ialah sebagai penjual es potong, petani penggarap, menganggur
dan bersekolah sambil rewang. Dalam proses menjadi pedagang bakso seseorang
dapat dengan mudah, murah dan cepat memperoleh keterampilan usaha tanpa
biaya pendidikan atau persyaratan lainnya yang menyusahkan calon pedagang.
provinsi banten. Alat analisis yang digunakan adalah analisis pendapatan, analisis
R/C dan analisis nilai tambah. Berdasarkan alat analisis yang digunakan tersebut
maka hasilnya rata-rata penerimaan pengrajin keripik pisang di desa sawarna
perbulan sebesar Rp 20.670.000,- dengan kapasitas produksi sebesar 1.950 kg
keripik. Rata-rata total pengeluaran pengrajin Rp 17.237.630,- sehingga
pendapatan pengrajin keripik selama sebulan sebesar Rp 3.432.370,-. Rata-rata
penerimaan pengrajin sale pisang selama sebulan sebesar Rp 4.561.440,- dengan
kapasitas produksi sebesar 1.786,9 kg sale. Rata-rata pengeluaran total sebesar Rp
3.922.249,5 perbulan, sehingga pendapatan yang diterima pengrajin atas total
pengeluaran perbulan sebesar Rp 771.970,5. Pada kegiatan pengolahan keripik
pisang, rasio R/C atas biaya tunai sebesar 1,22 dan rasio R/C atas biaya total
sebesar 1,3 dan rasio R/C atas biaya total sebesar 1,2. Nilai R/C rasio dari kedua
kegiatan pengolahan bernilai lebih besar dari satu, dapat dikatakan bahwa kedua
kegiatan pengolahan sudah efisien, menguntungkan dan layak dilaksanakan.
Anggraini (2006) melakukan penelitian tentang analisis pendapatan dan
strategi pemasaran usaha warung tenda pecel lele di sepanjang jalan pajajaran
Bogor dengan tujuan mengidentifikasi profil dan karakteristik pedagang warung
tenda pecel lele, menganalisis pendapatan usaha warung tenda pecel lele dan
memformulasi strategi pemasaran yang dapat diterapkan pada usaha warung tenda
pecel lele. Alat analisis yang digunakan adalah IFE, EFE dan SWOT. Maka hasil
yang didapatkan adalah berdasarkan matrik IFE dan EFE, posisi usaha berada
pada sel V dan strategi yang sesuai adalah hold and maintain. Strategi yang dapat
diterapkan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Berdasarkan matrik
SWOT diperoleh strategi yaitu meningkatkan kualitas produk, fasilitas pesan
antar, promosi yang lebih baik lagi, hubungan yang baik dengan pemasok.
Syukron (2009), melakukan penelitian tentang analisis keuntungan
pedagang martabak manis kaki lima di Kota Bogor,
Judul
Analisis Keuntungan
Pedagang Martabak
Manis Kaki Lima di
Kota Bogor
Alat Analisis
Analisis
deskriptif
R/C Rasio
/ Rasio
Hasil
Usaha martabak manis kaki lima
dilokasi
penelitian
mampu
memberikan manfaat financial bagi
pedagang
R/C ratio atas biaya tunai dan biaya
total lebihbesar daripada 1
Berdasarkan matriks IFE dan EFE,
pososi usaha berada pada sel V dan
strategi yang sesuai adalah hold and
maintain. Strategi yang dapat
diterapkan adalah penetrasi pasar dan
pengembangan produk
Berdasarkan matriks SWOT diperoleh
strategi yaitu meningkatkan kualitas
produk, fasilitas pesan antar, promosi
yang lebih baik lagi, hubungan yang
baik dengan pemasok.
Dian Anggraini
(2006)
Analisis Pendapatan
dan
Strategi
Pengembangan
Pemasaran
Usaha
Warung Tenda Pecel
Lele di Sepanjang
Jalan Pajajaran Bogor
IFE
EFE
SWOT
Analisis Pendapatan
dan Nilai Tambah
Industri Kecil Keripik
dan Sale Hasil Produk
Olahan Pisang
Analisis
Pendapatan
R/C Rasio
Analisis nilai
tambah
Yuliadini
(2000)
Analisis Pendapatan
dan
Faktor
Kewirausahaan
Pedagang Bakso Sapi
Keliling
di Kota
Bogor Jawa Barat
Analisis
Pendapatan
Analisis
Regresi Linier
Berganda
Wahyudin
(1993)
Pedagang Bakso di
Salatiga: Studi Kasus
Tentang
Sebuah
Usaha
di
Sektor
Informal.
Analisis
Deskriptif
34
35
dan tahunan, sedangkan pada usaha bakso tidak ada waktu tertentu, tetapi dalam
kasus ini peneliti menentukan batasan waktu analisis pendapatan dalam satu
periode bulan.
3.1.4. Teori Biaya
Biaya dari perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang adalah nilai
input yang akan digunakan untuk memproduksi outputnya. Sedangkan konsep
biaya adalah suatu pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh suatu barang
ataupun jasa diukur dengan nilai uang, baik itu pengeluaran berupa uang, melalui
tukar-menukar ataupun melalui pemberian jasa. Penggolongan biaya umumnya
ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dari penggolongan biaya.
Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dilakukan oleh
perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah
yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksi
perusahaan tersebut. Apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan selalu
berubah-ubah, biaya produksi yang dikeluarkan juga berubah-ubah nilainya.
Namun, apabila jumlah suatu faktor produksi yang digunakan adalah tetap, biaya
produksi yang dikeluarkan untuk memperolehnya adalah berubah nilainya.
Dengan demikian keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan produsen
dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu biaya tetap dan biaya biya variabel.
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah,
jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang
dilaksanakan. Misalnya gaji tenaga kerja administrasi dan pemasaran, penyusutan
peralatan, dan lain-lain. Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya berubahubah sesuai dengan perubahan kuantitas produksi yang dihasilkan. Biaya variabel
merupakan biaya yang berkaitan langsung dengan output yang bertambah besar
dengan meningkatnya produksi dan berkurang dengan menurunnya produksi.
Yang termasuk dalam biaya ini antara lain adalah biaya bahan baku, biaya tenaga
kerja langsung, dan lain-lain. Perhitungan atas biaya secara umum yaitu:
TB = BT + BV
Keterangan:
TB
BT
BV
Keterangan:
TR
Ns
nilai efisiennya. Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur nilai efisiensi
pendapatan tersebut yaitu penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau
imbangan penerimaan dan biaya atau revenue and Cost Ratio (R/C ratio).
Analisis imbangan penerimaan dan biaya digunakan untuk mengetahui tingkat
keuntungan relatif dari kegiatan usaha bakso berdasarkan perhitungan finansial.
Konsep penerimaan usaha dikemukakan oleh Hernanto dalam Syukron (2009),
sebagai hasil perkalian antara hasil harga jual dengan output produksi. Konsep
tersebut secara matematis sebagai berikut:
TRi = Yi x Pi
Keterangan:
Y = Produksi Usaha
Py = Harga Y
R
C = TC ;
Py x Y
C = FC + VC
Keterangan:
TR = Total penerimaan pedagang bakso
TC = Total biaya pedagang bakso
Nilai R/C total menunjukkan pendapatan kotor yang diterima untuk setiap
rupiah yang dikeluarkan untuk berproduksi. Nilai R/C tidak mempunyai satuan.
Kriteria analisis R/C yaitu rasio R/C = 1, secara teoritis tidak terjadi keuntungan
maupun kerugian pada usaha. Suatu usaha dikatakan menguntungkan jika rasio
R/C lebih besar dari satu (R/C > 1). Apabila rasio R/C lebih kecil dari satu (R/C <
1) menandakan bahwa usaha tersebut tidak menguntungkan.
Nilai R/C yang lebih besar dari satu menunjukkan bahwa penambahan satu
rupiah biaya akan menghasilkan tambahan penerimaan yang lebih besar dari satu.
Semakin besar nilai R/C maka semakin baik kedudukan ekonomi usaha bakso
tersebut. Kedudukan ekonomi tersebut penting, karena dapat dijadikan penilaian
dalam mengambil keputusan (Hernanto dalam Syukron, 2009).
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Usaha bakso dapat menciptakan lapangan usaha bagi para pedagang bakso
sebagai usaha di sektor informal yang cukup berkembang di tengah-tengah
masyarakat. Pedagang bakso tidak hanya sekedar sebagai penjual tetapi juga
terlibat dalam proses produksi atau pengadaan barang. Pedagang bakso yang ada
di Kota Bogor yang banyak dijumpai adalah pedagang bakso mangkal dan
pedagang bakso keliling. Dengan perekonomian yang terjadi saat ini, usaha bakso
seperti yang dilihat masih begitu menjamur di berbagai tempat. Hal ini
Pedagang Bakso
Mangkal
Pedagang Bakso
Keliling
Identifikasi
karakteristik
Identifikasi
karakteristik
Analisis Pendapatan
Usaha
Analisis Pendapatan
Usaha
- Total penerimaan
- Total biaya
- R/C rasio
- Total penerimaan
- Total biaya
- R/C rasio
IV METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan terhadap pedagang bakso mangkal dan pedagang
bakso keliling di Kota Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan dengan
alasan bahwa usaha bakso di Kota Bogor mudah ditemui diberbagai tempat
sehingga memiliki prospek yang baik bagi iklim usaha makanan dengan melihat
banyaknya para pelaku usaha yang bergerak dalam usaha ini baik masih dalam
usaha kecil, menengah dan skala besar, sehingga peneliti berkeinginan
mengetahui karakteristik yang dimiliki pedagang bakso mangkal dan pedagang
bakso keliling serta pendapatan yang dihasilkan oleh pedagang bakso di Kota
Bogor khususnya yang termasuk kriteria Usaha Kecil Menengah. Pengambilan
data dilapang dilakukan pada bulan September-November 2009.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder yang bersifat kualitatif dan kuantitatif. Data primer diperoleh dari
observasi langsung, pengisian kuisioner dan wawancara dengan pedagang bakso.
Pedagang bakso disini terbagi dua, yakni pedagang bakso mangkal dan pedagang
bakso keliling.
Data yang dikumpulkan mencakup data primer dan data sekunder, baik
kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dengan melakukan
pengamatan di lapang, wawancara kepada pihak yang berkepentingan. Data
primer juga diperoleh dengan cara pengisian kuisioner yang akan diisi oleh
pedagang bakso. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan tersebut dapat disifatkan sebagai proses interaksi dan komunikasi,
dimana beberapa unsur yang terkait dengan wawancara dapat mempengaruhi atau
menentukan hasil wawancara. Wawancara yang dilakukan menggunakan
wawancara secara lisan, terbuka, dengan harapan bahwa responden dapat secara
terus-menerus dapat mengungkapkan hal-hal yang ditanyakan serta dengan
beberapa pertanyaan tertutup. Data sekunder diperoleh dari pustaka, literatur,
skripsi, dan buku yang relevan dengan penelitian ini, juga dari Badan Pusat
43
sengaja
Data
Jenis
Sumber
Identifikasi karakteristik Waktu
Survei
pedagang
berdirinya
usaha,umur
pedagang, pasar,
bahan baku,
tenaga kerja,
modal,
manajemen.
Analisis
pendapatan Jumlah produksi, Survei
usaha
biaya produksi,
penerimaan
usaha
Tujuan Penelitian
Metode
Analisis
Tabulasi
&
Deskriptif
- Analisis
Penerimaan
- Total biaya
- R/C rasio
- MannWhithney
b) Biaya variabel (variable cost) yaitu biaya yang besar kecilnya sangat
tergantung kepada biaya skala usaha produksi. Komponen biaya variabel yang
dianalisis pada usaha bakso adalah mie, bihun, bumbu, biaya minyak
tanah/gas, biaya pemeliharaan, biaya transportasi, plastik dan karet.
Biaya penyusutan peralatan yang digunakan dalam suatu usaha dihitung
berdasarkan metode garis lurus (Stright Line Method) atau rata-rata, yaitu nilai
pembelian dikurangi tafsiran nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Nilai akhir
dianggap nol jika barang tersebut tidak laku lagi dijual.
4.4.3. Analisis Pendapatan Usaha
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang
diperoleh dari usaha yang dilakukan. Analisis pendapatan dilakukan dengan
mencatat seluruh penerimaan dan pengeluaran usaha bakso sesuai dengan
kapasitas produksi perpedagang. Analisis pendapatan ini untuk menganalisis
pendapatan pedagang bakso keliling dan pendapatan pedagang bakso mangkal.
Khusus untuk pedagang mangkal dianalisis berdasarkan tiga kategori yaitu
pedagang bakso mangkal dengan pendapatan di bawah 25 juta rupiah, pendapatan
pedagang bakso mangkal dari 25 juta hingga 50 juta rupiah dan pendapatan
pedagang bakso mangkal di atas 50 juta. Total penerimaan adalah nilai produk
total dalam jangka waktu tertentu. Pengeluaran total adalah nilai semua input yang
dikeluarkan dalam proses produksi. Perhitungan keuntungan usaha atas biaya total
secara matematis adalah sebagai berikut:
= TR TB
Keterangan:
= keuntungan
TR
TB
diterima usaha bakso dari setiap rupiah yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Adapun kriterianya adalah sebagai berikut:
Jika total penerimaan > total biaya, usaha untung
Jika total penerimaan = total biaya, usaha tidak untung dan tidak rugi (impas)
Jika total penerimaan < total biaya, usaha tersebut rugi
4.4.4. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)
Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi
karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang
berlebihan, oleh karena itu analisis pendapatan selalu disertai dengan pengukuran
efisiensi. Efisiensi suatu usaha atau kegiatan produksi terhadap penggunaan satu
unit input digambarkan oleh nilai rasio penerimaan dan biaya yang merupakan
perbandingan antara penerimaan kotor yang diterima dari setiap rupiah yang
dikeluarkan dalam proses produksi.
Analisis imbangan antara jumlah penerimaan dengan jumlah biaya
merupakan suatu pengujian keuntungan suatu jenis usaha. Analisis imbangan
penerimaan dan biaya (R/C Ratio) didapat berdasarkan pembagian antara total
penerimaan dengan total biaya. Rumus yang digunakan dalam analisis ini adalah:
R/C rasio =
Kriteria yang digunakan:
R/C > 1 maka usaha bakso tersebut menguntungkan
R/C < 1 maka usaha bakso tersebut tidak menguntungkan
R/C = 1, Usaha tidak untung dan tidak rugi (impas)
4.4.5. Uji Mann-Whithney
Tingkat pendapatan yang berbeda antara pedagang bakso mangkal dengan
pedagang bakso keliling mendapatkan efisiensi yang berbeda. Sehingga peneliti
membandingkan efisiensi yang didapatkan oleh pedagang bakso tersebut dengan
melakukan penilaian perbandingan R/C rasio yang didapatkan oleh pedagang
bakso mangkal dengan pedagang bakso keliling. Metode yang digunakan untuk
membandingkan tingkat R/C rasio pedagang bakso mangkal dengan pedagang
bakso keliling digunakan dengan melakukan uji Mann-Whithney. Tingkat R/C
rasio pedagang mangkal apakah lebih besar dan berbeda nyata dengan pedagang
bakso keliling. Pengujian tersebut dilakukan dengan uji Mann-Whithney. Uji
tersebut menggunakan hipotesis:
H0 = Median Y di kedua populasi tidak berbeda.
H1 = Median Y di populasi 1 > daripada di populasi 2.
Pengambilan keputusan uji Mann-Whithney adalah:
.
Jika Nilai
.(
<
Z =
[(
) (
(
)(
)
)
)]
Dimana:
n1
n2
R1
output SPSS tersaji Exact.Sig (2*(1-tailed Sig), yang mengukur besar peluang
(|Zhit|>Z). untuk taraf nyata , dari Tabel Z, dapat diperoleh nilai Z. Apabila
.
.(
tujuan pokok menciptakan kesempatan kerja dan pendapatan bagi diri sendiri
dan keluarga.
3. Dunia usaha adalah usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah, dan usaha
besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia.
4. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan
usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur
undang-undang
5. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang usaha yang bukan merupakan anak perusahaan
atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi criteria
usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang.
6. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukanmerupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha
besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur undang-undang.
7. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah
daerah, dunia usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan usaha mikro,
kecil, dan menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan,
dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan
dan daya saing usaha mikro, kecil dan menengah.
8. Iklim usaha adalah kondisi yang diupayakan pemerintah dan pemerintah
daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara
sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan
kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan,
dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya.
9. Bahan baku adalah input yang digunakan untuk membuat bakso.
10. Tenaga kerja, jumlah tenaga kerja adalah banyaknya tenaga kerja yang
diperkerjakan dalam usaha bakso per periode. Jumlah tenaga kerja tersebut
diukur dalam satuan orang.
11. Pedagang bakso sapi keliling adalah pedagang bakso sapi di Kota Bogor yang
menjajakan
dagangannya
dengan
berkeliling,
mengunjungi
langsung
18. Pengalaman usaha adalah lamanya pedagang bakso sapi tersebut pernah
bekerja di bidang pekerjaan yang sama yaitu berdagang bakso sapi, satuan
yang digunakan dalam perhitungan adalah tahun.
19. Lokasi usaha adalah tempat dimana pedagang bakso sapi menjual
dagangannya.
bakso
yang
dijalankan pedagang
mangkal sebagian
besar
menggunakan modal sendiri (73 %), dan sebagian lagi modal awal usaha
berasal dari tabungan dan simpanan keluarga pedagang (20 %). Penggunaan
modal sendiri ini menjadikan pedagang lebih leluasa mengembangkan usaha
tanpa ada ikatan hutang dari pihak luar disamping itu untuk memulai usaha
tersebut juga tidak memerlukan modal yang terlalu besar.
Ada beberapa pedagang mangkal yang menggunakan modal pinjaman dan
sistem bagi hasil dengan penanam modal (7 %). Biasanya peminjam modal
merupakan anggota keluarga atau kerabat terdekat pedagang bakso.sedangkan
usaha dagang bakso yang dijalankan pedagang keliling sebagian besar
menggunakan modal sendiri (60 %), dan sebagian lagi modal awal usaha
berasal dari tabungan dan simpanan keluarga pedagang (40 %). Adanya
hubungan kekeluargaan maka usaha bisa dilaksanakan. Berdasarkan
gambaran tersebut, dapat dikatakan bahwa lembaga perbankan belum begitu
dikenal atau belum berperan di dalam kegiatan usaha pedagang bakso di Kota
Bogor. Keadaan ini juga karena kegiatan usaha di sektor informal lainnya
dianggap tidak mempunyai kejelasan usaha dan tidak mempunyai
kemampuan untuk menjaminkan barang atau sesuatu terbatas, dan berbagai
kelemahan lainnya sehingga menambah ketidakpastian, serta beratnya resiko
yang harus ditanggung oleh pihak bank jika mereka beroperasi di lingkungan
pedagang bakso. Usaha dagang bakso merupakan pekerjaan pokok sehari-hari
yang dijalankan untuk menghidupi diri dan keluarga. Pekerjaan sebagai
pedagang bakso mangkal biasanya dilakukan setelah mempunyai pengalaman
berdagang bakso keliling. Pedagang bakso mangkal rata-rata berasal dari
keturunan pedagang bakso juga sehingga pekerjaan ini dilakukan secara turun
temurun. Proses belajar membuat bakso diperoleh dari keluarga yang juga
pedagang bakso. Cara berjualan juga masih tradisional menggunakan gerobak
dan tenda walaupun telah memiliki tempat mangkal semi permanen bahkan
yang
sudah
permanen.
Pedagang
bakso
mangkal
umumnya
juga
agar
konsumen
yang
akan
membeli
mudah
untuk
menjangkaunya. Harga yang berlaku pada usaha ini dimulai dengan harga
terndah Rp 5.000 per porsi hingga Rp 12.000 per porsi. Harga adalah
sejumlah uang sebagai alat tukar untuk memperoleh produk atau jasa.
Penetapan harga untuk produk yang dihasilkan oleh pedagang dipengaruhi
oleh beberapa faktor antara lain rata-rata harga produk sejenis dan biaya yang
dikeluarkan dalam melakukan produksi. Keputusan penetapan harga
sepenuhnya dilakukan oleh pedagang bakso, harga bersaig dengan kualitas
produk yang unggul memrupakan kekuatan yang dimiliki oleh beberapa
pedagang. Jika terjadi kenaikan harga bahan baku di pasar maka pedagang
menetapkan tidak akan langsung menaikkan harga produk. Kenaikan harga
produk akan dihindari selama kenaikan harga bahan baku tidak terlalu besar.
< 20
20-30
30-45
> 45
Jumlah
Tingkat
Pendidikan
a. Tidak
sekolah
b. SD
c. SMP
d. SMA
Jumlah
1
8
6
15
7
53
40
100
4
6
5
15
27
40
33
100
15
100
dengan pedagang bakso sapi dari luar daerah bogor yang sama-sama berprofesi
sebagai pedagang bakso. Beberapa pedagang mengemukakan bahwa kegiatan di
sektor ini tidak memiliki persyaratan yang ketat seperti keahlian, tingkat
pendidikan, dan sebagainya seperti yang berlaku untuk jalur formal, yang penting
memiliki kemauan dan sedikit keterampilan praktis, maka pelaku usaha tersebut
dapat memulai usaha ini.Sebaran responden pedagang bakso keliling berdasarkan
asal daerah dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Sebaran Responden Pedagang Bakso di Kota Bogor Berdasarkan Asal
Daerah Pada Tahun 2009.
Asal Daerah
a. Jawa Barat
b. Jawa Tengah
c. Jawa Timur
Jumlah
yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh dari usaha bakso sapi.
Penghitungan analisis pendapatan ini dilakukan selama satu periode usaha
perbulan dan perhari.
6.2. Analisis Pendapatan
6.2.1. Analisis Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal
Secara umum pendapatan dari kegiatan pedagang bakso mangkal ini
diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan (dalam
jangka waktu tertentu). Penerimaan pedagang bakso diperoleh dari perkalian
antara jumlah yang dijual dengan harga per porsi bakso (mangkok), dengan
demikian besar kecilnya nilai penerimaan usaha bakso sangat ditentukan oleh
harga jual dan jumlah produksi bakso yang dihasilkan oleh pedagang bakso
mangkal. Analisis rata-rata pendapatan pedagang bakso mangkal dapat dilihat
pada lampiran 4.
6.2.1.1. Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal
Penerimaan usaha adalah perkalian antara total produk yang dihasilkan
dengan harga pasar yang berlaku (Soekartawi, 1986). Faktor penentu besarnya
penerimaan adalah jumlah produk yang dihasilkan dan harga dari produk yang
dihasilkan tersebut. Jika dilihat secara umum rata-rata penerimaan pedagang
bakso mangkal sebesar Rp 56.160.000 perbulan, akan tetapi peneliti membuat
pengelompokan penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso tersebut, yakni
pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan di bawah 25 juta (skala
mikro), penerimaan pedagang bakso mangkal yang memiliki penerimaan sebesar
25 juta sampai 100 juta (skala kecil) dan penerimaan pedagang bakso mangkal di
atas 100 juta (skala menengah). Adapun pengelompokannya dapat dilihat pada
Tabel 11 sebagai berikut:
Tabel 11. Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal Per Bulan di Kota Bogor Pada
Tahun 2009
Uraian
Jumlah (Orang)
Persentase (%)
7
5
3
15
47
33
20
100
1
2
3
4
5
6
7
Responden
Pedagang
Mangkal 1
Mangkal 2
Mangkal 6
Mangkal 7
Mangkal 9
Mangkal 13
Mangkal 14
Jumlah
Terjual/hari
(mangkok)
Harga Per
Porsi (Rp)
46
40
65
80
45
65
55
5.000
5.000
8.000
9.000
8.000
9.000
7.000
Jumlah
(Rp)
6.900.000
6.000.000
15.600.000
21.600.000
10.800.000
18.000.000
12.000.000
Tabel 13. Penerimaan Pedagang Bakso Mangkal 25 Juta 100 Juta Rupiah Per
Bulan Pada Tahun 2009.
No
1
2
3
4
5
Responden
Pedagang
Mangkal 4
Mangkal 5
Mangkal 10
Mangkal 12
Mangkal 15
Jumlah
Terjual/hari
(mangkok)
100
70
80
250
135
Harga Per
Porsi (Rp)
Jumlah
(Rp)
9.000
12.000
12.000
12.000
10.000
27.000.000
25.200.000
28.800.000
90.000.000
40.000.000
1
2
3
Responden
Pedagang
Mangkal 3
Mangkal 8
Mangkal 11
Jumlah
Terjual/hari
(mangkok)
450
400
500
Harga Per
Porsi (Rp)
13.000
12.000
12.000
Jumlah
(Rp)
216.000.000
144.000.000
180.000.000
bakso
ini
digolongkan menjadi dua yaitu biaya variabel dan biaya tetap. Biaya variabel
adalah biaya yan dikeluarkan pedagang selama kegiatan produksi berlangsung
sedangkan biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun output berubah,
jumlahnya tidak tergantung atas besar kecilnya kuantitas produksi yang
dilaksanakan. Pendapatan merupakan hasil dari pengurangan penerimaan dengan
pengeluaran biaya perbulan, adapun pengeluaran dan total pendapatan yang
diperoleh pedagang bakso mangkal per bulannya adalah sebagai berikut:
Tabel 15. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal Skala Mikro
Pada Tahun 2009
Pengeluaran
Pendapatan
No
Responden
Pedagang
1
Mangkal 1
5.845.767
1.054.233
2
Mangkal 2
4.407.433
1.592.567
3
Mangkal 6
6.874.350
8.725.650
4
Mangkal 7
15.600.183
5.999.817
5
Mangkal 9
9.473.517
1.326.483
6
Mangkal 13
15.213.017
2.786.983
7
Mangkal 14
9.399.100
2.600.900
Berdasarkan pengeluaran yang terdapat pada pedagang bakso mangkal
tersebut memiliki perbedaan antara pedagang bakso yang satu dengan yang
lainnya hal tersebut dikarenakan lama berusaha yang berbeda. Untuk pendapatan
yang didapatkan juga memiliki perbedaan dikarenakan jumlah produksi yang
dimiliki oleh pedagang berpengaruh terhadap pendapatan yang dimilikinya,
selanjutnya dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 16. Pengeluaran dan Pendapatan Pedagang Bakso Mangkal Skala Kecil
Pada Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
Responden
Pedagang
Mangkal 4
Mangkal 5
Mangkal 10
Mangkal 12
Mangkal 15
Pengeluaran
23.180.217
22.007.100
22.834.117
41.449.317
28.291.183
Pendapatan
3.819.783
3.192.900
5.965.883
48.550.683
12.208.817
Pada Tabel 16 juga memiliki perberdaan dengan tabel 15, pedagang bakso
mangkal yang memiliki pendapatan 5 juta hingga 50 juta memiliki jumlah
produksi yang semakin banyak serta harga yang ditawarkan oleh pedagang bakso
ini juga berbeda dengan pedagang yang mendapatkan pendapatan dibawah 5 juta.
Selanjutnya pendapatan yang paling tinggi terdapat pada tabel 17. Hal tersebut
adalah harga yang ditawarkan tinggi serta pedagang bakso ini juga sudah memiliki
brand tersendiri dan sudah banyak orang yang mengetahui nama pedagang bakso
ini, yakni pedagang bakso Bantolo, Seuseupan serta Boboho. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17.
No
1
2
3
Responden
Pedagang
Mangkal 3
Mangkal 8
Mangkal 11
Pengeluaran
Pendapatan
163.971.483
80.510.800
72.621.417
52.028.517
80.510.300
107.378.983
Responden
Pedagang
Penerimaan
(Rp)
Pengeluaran
(Rp)
Keliling 1
17.400.000
14.567.100
Keliling 2
7.500.000
4.216.517
Keliling 3
6.700.000
5.808.517
Keliling 4
5.400.000
3.378.517
Keliling 5
5.040.000
4.090.017
Keliling 6
9.450.000
8.496.767
Keliling 7
7.800.000
6.285.600
Keliling 8
6.000.000
5.185.017
Keliling 9
7.560.000
6.725.600
10
Keliling 10
4.500.000
3.844.016
11
Keliling 11
10.500.000
7.598.016
12
Keliling 12
9.600.000
8.423.766
13
Keliling 13
5.200.000
4.24.517
14
Keliling 14
9.000.000
7.052.100
15
Keliling 15
6.300.000
6.167.100
Pendapatan
(Rp)
2832900
3283483
941483
2021483
949983
953233
1514400
814983
834400
655983
2901983
1176233
1003483
1947900
132900
didapatkan oleh pedagang bakso keliling tersebut dirata-ratakan dan dapat dilihat
pada Tabel berikut:
Tabel 19.
Rata-rata Biaya Variabel dan Biaya Tetap Pedagang Bakso Keliling Per hari
dan Per bulan Pada Tahun 2009.
Uraian
Biaya Variabel:
Bahan Baku
Daging Sapi
Tepung Tapioka/Aci +
Bumbu
Bahan Pelengkap
Mie
Bihun
Sayur Toge
Sawi
Minyak Goreng
Bawang Goreng Jadi
Seledri
kecap manis
Saos
Cuka
Garam
Penyedap Rasa
Sambel
Pembungkus
Plastik + Karet
Biaya Gas
Biaya Transportasi
Total Biaya Variabel
Biaya Tetap:
Sewa Tempat
Listrik,air,keamanan
dan kebersihan
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Penyusutan
Gerobak
Kompor
Dangdang
Centong
Tabung Gas
Ember
Total Biaya Tetap
Jumlah Total Biaya
Satuan
Kg
Paket
Kg
Kg
Kg
Kg
Kg
Bungkus
Kg
Bungkus
Bungkus
Botol
Kg
Kg
Kg
1,52 5.000
1,07 7.000
1,45 4.000
1,4 4.000
0,17 10.000
0,7 5.000
0,16 8.000
1,1 3.000
2,45 2.000
1,3 1.000
0,32
2000
0,09 20.000
0,26 16.000
Paket
Tabung
Rupiah
1.800
0,48 13.000
2.800
Rp
Rp
0
0
554.000
7.600
7.500
5.800
5.600
1.750
3.500
1.350
3.300
4.900
1.300
650
1.800
4.200
227.000
224.000
174.000
168.000
51.667
104.000
40.000
99.000
147.000
38.200
19.000
53.000
124.000
1.800
54.000
6.250
187.000
2.800
84.000
209.850 6.294.866
0
0
0
0
20.000
Orang
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
18.450
2.800
125
50
25
25
45
2.800
83.333
125
3.750
50
1.167
25
778
25
433
45
1.350
3.700
110.811
213.600 6.405.678
Pada Tabel 19 dapat dilihat rata-rata biaya total variabel yang dikeluarkan
oleh pedagang bakso keliling sebanyak Rp 209.850 per hari dan untuk per
bulannya sebanyak Rp 6.294.866. Hal ini disebabkan karena dalam produksi biaya
yang dikeluarkan untuk biaya variabel ini sesuai dengan jumlah atau kapasitas
yang diproduksi. Biaya bahan baku yang digunakan oleh pedagang bakso keliling
per hari sebesar Rp 131.600, dengan rincian harga perkilogram daging sapi yang
digunakan oleh pedagang bakso adalah dari Rp 45.000 hingga Rp 50.000 dan ratarata para pedagang bakso membeli daging tersebut sebanyak 1,5 kilogram hingga
2,5 kilogram per hari. Biaya bahan baku lainnya yang digunakan adalah tepung
tapioka atau aci dan bumbu untuk pengolahan bahan baku yang digunakan
pedagang bakso keliling
554.000. tepung serta bumbu untuk pengolahan bahan baku tersebut digunakan
sesuai dengan keiinginan pelaku usaha bakso. Perbandingan yang seharusnya
digunakan dalam mengolah bakso mulai dari 0,2 gram banding satu kilogram
daging. Tetapi bagi pelaku usaha bakso keliling jika hal tersebut dilakukan maka
mereka tidak dapat menjual produk mereka dengan harga murah. Sehingga
kebanyakan mereka memakai perbandingan dengan 0,25 gram hingga setengah
kilogram tepung banding satu kilogram daging.
Biaya bahan pelengkap yang digunakan sehari oleh pedagang bakso
keliling bervariasi, biaya rata-rata per hari untuk mie adalah sebesar Rp 7.600
dimana setiap pedagang bervariasi menggunakan jumlah mie setiap harinya.
Pedagang bakso keliling biasanya mengggunakan mie kiloan, yang dibeli
langsung ke pasar tradisional terdekat dengan pemukiman pedagang. Jumlah mie
yang digunakan sehari sebanyak satu kilogram hingga dua kilogram perhari,
dimana harga rata-rata per kilogram mie sebesar Rp 5.000. Biaya rata-rata untuk
bihun yang dikeluarkan per hari sebesar Rp 7.500, jumlah yang digunakan oleh
pedagang per harinya berkisar setengah hingga dua kilogram per hari dengan
harga bihun per kilogram sebesar Rp 8.000.
Bahan pelengkap lainnya yang digunakan sehari-hari adalah sayuran,
sayuran yang digunakan oleh pedagang bakso keliling terdiri dari sayur toge dan
sawi. Biaya rata-rata yang dikeluarkan per hari untuk sayur toge adalah sebesar
Rp 5.800 dan biasanya para pelaku usaha ini menggunakan toge per harinya
sebesar satu hingga dua kilogram per hari dengan harga per kilogram Rp 4000.
Sayur sawi yang digunakan per hari juga berkisar antara satu hingga dua kilogram
per hari dengan harga per kilogram Rp 3.000 dan biaya rata-rata yang dikeluarkan
oleh pedagang setiap harinya sebesar Rp 5.600. Bahan pelengkap lain yang
digunakan adalah seledri, biaya rata-rata per hari untuk seledri sebesar Rp 1.350.
Dimana para pedagang biasanya membeli seledri mulai dari harga Rp 500 hingga
Rp 2.000 perhari. Karena kapasitas produksi pada penjualan bakso keliling sedikit
maka jumlah seledri yang digunakan juga tidak banyak, sehingga membeli dengan
harga Rp 500 hingga Rp 2.000 per hari sudah mencukupi untuk kebutuhan
pedagang per harinya.
Bahan pelengkap yang digunakan juga adalah bawang goreng jadi yang
dibeli langsung dari pasar dengan biaya rata-rata sebesar Rp 3.500 per hari. Para
pedagang menggunakan bawang goreng jadi yang dibeli langsung di pasar dengan
alasan untuk lebih praktis dalam penyajiannya serta tidak membutuhkan waktu
untuk mengolah atau menggoreng lagi jika membeli bawang mentah, dan dari segi
kualitas dan penampilan juga bawang goreng jadi yang dibeli dipasar lebih kriuk
disbanding dengan buatan mereka sendiri. Minyak goreng yang digunakan
perharinya oleh pelaku usaha bakso tidak membutuhkan banyak, sehingga biaya
rata-rata yang dikeluarkan sebesar Rp 1.700 perhari.
Biaya rata-rata yang dibutuhkan pedagang bakso untuk kecap manis per
hari sebesar Rp 3.300 dengan menggunakan kecap yang dibeli di pasar tradisional,
dan pelaku usaha tersebut tidak menghiraukan merek yang digunakan dalam
penjualannya. Para pedagang bakso memilih kecap yang murah dan seringnya
dikemas dalam botolan. Sama seperti saos yang digunakan setiap harinya dibeli di
pasar tradisional dengan tanpa memperhatikan merek atau kualitas yang
digunakan dan biaya rata-rata yang dikeluarkan per hari oleh pedagang bakso
keliling sebesar Rp 4.900. Biaya rata-rata cuka yang digunakan per hari sebesar
Rp 1.300 dan biaya rata-rata garam yang digunakan per hari sebesar Rp 650, dan
penyedap rasa yang digunakan bervariasi dengan biaya rata- rata sebesar Rp
1.800. Kebutuhan sambel yang digunakan sehari-hari sebesar Rp 4.200 per hari.
Biaya rata-rata untuk pembungkus per hari yang dikeluarkan oleh
pedagang bakso keliling adalah sebesar Rp 1.800, dengan rincian plastik dan karet
bakso keliling tidak perlu mengeluarkan biaya sewa tempat per bulannya karena
pedagang bakso keliling menggunakan gerobak dorong untuk menjajakan hasil
jualannya, dan biaya rata-rata yang dikeluarkan oleh pedagang bakso mangkal
untuk listrik, air, keamanan dan kebersihan sebesar Rp 240.700 perbulannya dan
biaya rata-rata yang dikeluarkan untuk tenaga kerja sebesar Rp 5.443.350 per
bulannya.. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat rincian biaya yang dikeluarkan oleh
pedagang bakso keliling pada lampiran 5.
Perbandingan Pedagang Bakso Mangkal Dengan Pedagang Bakso Keliling
Penerimaan yang didapatkan oleh pedagang bakso kemudian dirataratakan dengan melihat rata-rata pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso
keliling. Hasil penjualan bakso sapi sebagai hasil produksi dari total jumlah yang
terjual selama satu periode dengan asumsi waktu analisis adalah 30 hari dalam
satu bulan. Penghitungan penerimaan yang diperoleh pedagang yang dianalisis
adalah penerimaan pedagang bakso mangkal dan penerimaan pedagang bakso
keliling. Adapun hasil analisis yang didapatkan dapat dilihat pada Tabel 20
sebagai berikut:
Tabel 20. Rata-rata Penerimaan Pedagang Bakso di Kota Bogor Pada tahun 2009.
Pedagang
Pedagang Mangkal Skala Mikro
Pedagang Mangkal Skala Kecil
Pedagang Mangkal Skala Menengah
Pedagang Keliling
Penerimaan
per Hari (Rp)
432.857
2.344.000
6.000.000
263.000
Penerimaan per
Bulan (Rp)
12.985.714
70.333.333
180.000.000
7.870.000
1993). Tetapi dengan modal yang besar belum tentu memperoleh pendapatan yang
besar pula, dan ada yang modalnya kecil memperoleh keuntungan yang lebih
besar. Harga yang ditawarkan oleh pelaku usaha tersebut juga memiliki
perbedaan. Pedagang bakso mangkal menawarkan harga kepada konsumen mulai
dari harga per mangkok Rp 6.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Sedangkan
pedagang bakso keliling menawarkan harga per mangkok lebih murah dibanding
dengan pedagang bakso mangkal. Harga yang ditawarkan mulai dari Rp 5.000 per
mangkok hingga Rp.8.000. Harga kapasitas yang diproduksi juga berbeda
sehingga memiliki perbedaan jumlah yang terjual dalam satu hari tersebut juga
berbeda. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 21.
Tabel 21. Rata-rata Penerimaan, Total Biaya, dan Pendapatan Bersih Pedagang
Bakso di Kota Bogor Pada Tahun 2009.
Uraian
Penerimaan
Jumlah Total Biaya
Pendapatan Bersih
R/C Rasio
Pedagang
Keliling
(rupiah/bulan)
7.870.000
6.405.678
1.464.322
1,23
70.333.333
27.552.386
42.780.947
1,66
180.000.000
105.701.233
74.298.767
Selain dilihat dari nilai pendapatannya, usaha ini juga dapat dilihat
efisiensinya dengan membandingkan nilai penerimaan dengan biaya yang
dikeluarkan selama satu periode analisis yaitu satu bulan yakni R/C rasionya. Bila
dilihat dari keuntungan usaha tersebut, usaha tersebut untung jika dilakukan yaitu
nilai R/C lebih besar dari satu. R/C rasio pedagang bakso mangkal lebih besar dari
pedagang bakso sapi keliling, dengan rata-rata R/C rasio pedagang bakso mangkal
sebesar 1,66 dan pedagang bakso sapi keliling sebesar 1,23. Artinya setiap satu
rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso mangkal akan menghasilkan tambahan
penerimaan sebesar 1,66 dan setiap satu rupiah yang dikeluarkan pedagang bakso
sapi keliling akan menghasilkan tambahan penerimaan sebesar 1,23. Dapat
disimpulkan bahwa usaha ini menguntungkan dan layak untuk dijalankan.
Rata-rata usaha pedagang bakso mangkal mencapai R/C rasio sebesar 1,66
dan rata-rata usaha pedagang bakso keliling mencapai R/C rasio sebesar 1,23.
Dengan nilai rasio usaha bakso sebesar 1,66 dan 1,23 termasuk kedalam usaha
yang memberikan tingkat keuntungan usaha yang tinggi. Menurut Sihite (1998)
menyatakan R/C rasio < 1,00 tergolong tingkat R/C rasio yang rendah dan tidak
menguntungkan, R/C rasio 1,00 1,21 tergolong tingkat R/C rasio yang sedang
sehingga usaha tersebut masih layak untuk dijalankan, R/C rasio > 1,21 tergolong
tingkat R/C rasio yang tinggi sehingga usaha yang dijalankan tersebut sangat
menguntungkan. Dengan nilai R/C rasio sebesar 1,66 pada pedagang bakso
mangkal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu
rupiah modal usaha yang digunakan akan menghasilkan keuntungan 66 persen.
Sedangkan nilai R/C rasio pedagang bakso keliling sebesar 1,23 menunjukkan
bahwa tingkat keuntungan yang diperoleh dari tiap satu rupiah modal usaha yang
digunakan akan menghasilkan keuntungan 23 persen. Skala usaha yang dijalankan
pedagang bakso akan mempengaruhi besarnya penerimaan dan besarnya biaya
usaha, sehingga akan menyebabkan adanya perbedaan R/C rasio usaha pada
pedagang bakso yang dilaksanakan. Pengelompokan perbedaan R/C rasio tersebut
dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Pengelompokan Pedagang Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat
R/C Rasio yang Diperoleh Pada Tahun 2009.
Tingkat R/C Rasio
Rendah < 1,00
Sedang 1,00 1,21
Tinggi > 1,21
Jumlah
Pedagang
Mangkal
0
5
10
15
Persentase
(%)
0
33,3
66,7
100,0
Pedagang
Keliling
0
8
7
15
Persentase
(%)
0
53,3
46,7
100,0
Persentase pedagang yang memiliki kriteria tingkat R/C rasio rendah pada
pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling sebanyak nol persen.
Pedagang bakso mangkal dan pedagang bakso keliling memiliki R/C rasio
memiliki R/C rasio lebih dari satu atau termasuk ke dalam kriteria tingkat R/C
sedang dan tinggi. Untuk R/C rasio sedang bagi pedagang bakso mangkal berkisar
sebesar 33,3 persen dan R/C rasio tinggi sebanyak 66,7 persen. Pedagang bakso
keliling yang memiliki kriteria R/C rasio sedang sebesar 53,3 persen dan kriteria
R/C rasio tinggi sebanyak 46,7 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari
kedua usaha bakso tersebut para pedagang bakso mendapatkan keuntungan
sebesar R/C rasio masing-masing yang didapatkan oleh pedagang.
.(
(1.645). rata-rata R/C rasio pedagang bakso mangkal sebesar 1.66 dan rata-rata
R/C rasio pedagang keliling sebesar 1,23. Dengan uji tersebut menunjukkan
pedagang bakso mangkal mendapatkan keuntungan yang lebih besar daripada
pedagang bakso keliling. Maka dari hipotesis yang telah di sebutkan sebelumnya
maka dinyatakan tolak H0 pada taraf nyata . Berdasarkan hasil pengolahan data
dengan Software SPSS V.15 diperoleh hasil:
Ranks
Pedagang
R/C
Rasio
Mean
Rank
Mangkal
Sum of Ranks
15
18.57
278.50
Keliling
15
12.43
186.50
Total
30
Test Statistics(b)
R/C Rasio
Mann-Whitney U
Wilcoxon W
Z
66.500
186.500
-1.910
.056
.056(a)
3. Bagi para pedagang bakso mangkal dapat memperbanyak unit usaha atau
membuka cabang jika unit usaha yang di buka juga sama di tempat yang
dianggap strategis untuk pengembangan usaha, sedangkan untuk pedagang
keliling dapat memperbesar usaha melalui dari pedagang keliling menjadi
pedagang mangkal atau memiliki kios.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2002. Pertumbuhan Pekerja Sektor Informal
Berdasarkan Lapangan Usaha Tahun 1998-2002 . Jakarta: Badan Pusat
Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2007. Perkembangan Jumlah UKM Menurut Sektor
Ekonomi Tahun 2006-2007. Jakarta: Badan Pusat Statistik.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2008. Katalog BPS. Bogor: Badan Pusat Statistik
Kota Bogor.
Anggaraini, D. 2006. Analisis Pendapatan dan Strategi Pemasaran Usaha Warung
Tenda Pecel Lele di Sepanjang Jalan Pajajaran Bogor. [skripsi]. Bogor:
Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Institut Pertanian Bogor.
Daniel, W. Applied Nonparametric Statistics. Thomson Information/Publishing
Group. Boston
Elmi. 2005. Analisis Pendapatan dan Nilai Tambah Industri Kecil Keripik dan
Sale Hasil Produk Olahan Pisang, Kasus Industri Kecil Keripik dan Sale
Pisang di desa Sawarna Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Provinsi
Banten. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Habib S. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan Jahe Merah CV.
Hanabio Bogor. [skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Hijriyah, Ratna. 2004. Perilaku Wirausaha Pedagang Fried Chicken Kaki Lima di
Kota Bogor. [skripsi]. Bogor. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian
Bogor.
Lipsey dan Richard G. 1995. Pengantar mikroekonomi Intermediat. Rajawali
Press. Jakarta.
Nazir M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.
Nurmala. 2009. Strategi Pengembangan Usaha pada Death by Chocolate dan
Spageti Restaurant Kota Bogor Jawa Barat. [skripsi]. Bogor: Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Sihite, E.1998. Keberhasilan Usaha Peternakan Sapi Perah Dalam Kaitannya
Dengan Faktor-Faktor Produksi yang mempengaruhinya di Kecamatan
Sukabumi Kabupaten Sukabumi.[skripsi]. Bogor: Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN
Jenis Usaha
: Bakso Sapi
Tipe Pedagang
Nama responden
Jenis Kelamin
: Laki-laki/Perempuan
Lokasi berjualan
Kecamatan
Kota
: Bogor
Tanggal :
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
Keterangan :
Kuisioner ini berguna bagi penulis dalam melakukan penelitian dalam
rangka menyelesaikan tugas akhir (SKRIPSI) untuk memperoleh gelar sarjana di
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. Adapun penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pendapatan dan pengembangan usaha bakso di kota bogor.
Penulis mengharapkan kesediaan/bantuan bapak/ibu untuk pengisian
kuisioner ini dengan sebenarnya. Atas bantuannya penulis ucapkan terimakasih.
I. Karakteristik Pedagang Bakso
1. Berapa umur bapak/ibu sekarang?......................tahun
2. Pendidikan terakhir yang diperoleh :
a. Formal :
1) Tidak pernah sekolah
2) SD/Sederajat (tamat/tidak tamat)
3) SLTP/Sederajat(tamat/tidak tamat)
4) SLTA/Sederajat(tamat/tidak tamat)
5) Perguruan Tinggi (tamat/tidak tamat)
b. Non Formal
1) Ya, Jika ya sebutkan : kursus/pelatihan
2) Tidak
1. Darimana asal bapak/ibu sebelum menjadi pedagang bakso dan menetap di
Kota Bogor? . . . . . . . . . . . . .
2. Apakah bapak/ibu pernah mengikuti kursus/pelatihan/seminar mengenai usaha
bakso?
a. Tidak pernah
b. Ya, sebutkan berapa kali . . . . . . .
3. Jumlah tanggungan anggota keluarga :
4. Sudah berapa lama bapak/ibu berdagang bakso? . . . . . . . . . tahun
5. Apakah berdagang bakso merupakan mata pencaharian utama? (Ya/Tidak)
c). Karyawan
b). Buruh
a). Petani
b).Buruh
c). Kios
b) Sepeda
b) Beli jadi
4. Jika bekerjasama dengan pihak lain bagaimana dengan hal-hal dibawah ini :
Sistem Usaha
a). Bapak Angkat
b). Kreditur
c). Lainnya, Sebutkan . . . . .
Cara Pengelolaan
a). Bagi hasil
b). Upah
c). Kredit
d). Lainnya, Sebutkan . . . . .
Modal Sendiri
Rp. . . . . . . . .
c). Keluarga
b) Coba-coba
11. Berapakah upah/gaji harian/bulan yang anda bayarkan untuk tenaga kerja?
Rp
b. Usaha
1. Apakah bapak/ibu memiliki catatan perkembangan usaha yang dikelola?
a). Ya, Selalu
b) 50% : 50%
Daging
Tepung tapioca/aci
Bumbu-bumbu
Mie
Bihun
Sayur toge
Sawi
Minyak Goreng
10
Seledri
11
Kecap manis
12
Saos
13
Cuka
14
Garam
15
Penyedap Rasa
16
Sambel
17
Plastik
18
Minyak tanah/gas
19
Transportasi
20
Untuk kuah
21
Tissu
22
...............
23
...............
24
...............
25
...............
Total Biaya
Ketahanan Total
Biaya
Lampiran
No
2.
Jenis
Umur
Kelamin
(tahun)
1
L
2
L
3
L
4
P
5
L
6
L
7
P
8
L
9
L
10
L
11
L
12
L
13
L
14
L
15
L
Keterangan :
L
= Laki-laki
P
= Perempuan
34
36
41
42
40
38
52
60
27
48
60
60
54
45
43
Pendidikan
Asal Daerah
Pedagang
Tanggungan
Bakso
Sapi
Lama Usaha
(Tahun)
3
2
2
2
3
1
2
3
2
3
3
2
2
3
2
Jateng
Jateng
Jateng
Jabar
Jatim
Jabar
Jateng
Jateng
Jabar
Jateng
Jateng
Jateng
Jatim
Jatim
Jateng
0 = Tidak Sekolah
1 = SD
2
2
4
3
2
3
4
6
3
4
6
6
5
3
3
2 = SMP
3 = SMA
1
1
9
2
5
6
30
18
4
4
28
10
26
20
7
Jenis
Umur
Kelamin
(tahun)
1
L
2
L
3
L
4
L
5
L
6
L
7
L
8
L
9
L
10
L
11
L
12
L
13
L
14
L
15
L
Keterangan :
L
= Laki-laki
P
= Perempuan
47
26
32
38
39
44
37
38
38
35
42
35
32
42
27
Pendidikan
Asal
Tanggungan
Lama Usaha
(Tahun)
1
3
1
2
2
2
3
3
3
3
2
2
2
1
1
Jabar
Jateng
Jabar
Jateng
Jateng
Jabar
Jateng
Jabar
Jateng
Jabar
Jabar
Jabar
Jatim
Jabar
Jabar
0 = Tidak Sekolah
1 = SD
4
1
3
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2 = SMP
3 = SMA
17
4
15
8
3
7
1
5
5
4
3
1
3
12
3
Lampiran 4. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Bakso Pada Pedagang Bakso Mangkal Satu Periode (Rp/bulan)
Uraian
Penerimaan Usaha
Biaya Variabel :
Bahan Baku
Daging Sapi
Tepung Tapioka/Aci +
Bumbu
Bahan Pelengkap
Mie
Bihun
Sayur Toge
Sawi
Minyak Goreng
Bawang Goreng Jadi
Seledri
kecap manis
Saos
Cuka
Garam
Penyedap Rasa
Sambel
Pembungkus
Plastik + Karet
Biaya Gas
Biaya Transportasi
Total Biaya Variabel
Biaya Tetap :
Sewa Tempat
Listrik,air,keamanan dan
kebersihan
Biaya Tenaga Kerja
Biaya Penyusutan
Gerobak
Kompor
Dangdang
Centong
Tabung Gas
Ember
Total Biaya Tetap
Jumlah Total Biaya
Pendapatan Usaha
R/C Rasio
10
11
12
13
14
15
6900000
6000000
216000000
27000000
25200000
15600000
21600000
144000000
10800000
28800000
180000000
90000000
18000000
12000000
40500000
3600000
2700000
78000000
9000000
11700000
2700000
7200000
18900000
4950000
9750000
47250000
19500000
7560000
3780000
11700000
390000
390000
3210000
1500000
900000
360000
480000
3000000
570000
750000
900000
1500000
450000
600000
1740000
150000
150000
120000
45000
120000
150000
30000
45000
3750000
3600000
2400000
3000000
600000
450000
240000
270000
450000
480000
360000
450000
255000
300000
120000
300000
300000
450000
120000
90000
600000
1800000
600000
600000
300000
210000
150000
120000
450000
720000
300000
480000
1890000
1440000
450000
450000
945000
1500000
600000
1200000
450000
450000
450000
600000
300000
480000
360000
600000
1350000
450000
450000
720000
75000
150000
45000
105000
90000
15000
15000
90000
240000
45000
75000
30000
105000
60000
30000
15000
90000
120000
1200000
2400000
960000
3600000
12600000
900000
150000
450000
1540000
150000
300000
90000
600000
750000
90000
90000
112500
480000
270000
300000
150000
600000
1470000
270000
30000
225000
960000
75000
150000
60000
150000
180000
90000
15000
60000
300000
270000
300000
60000
210000
600000
180000
60000
300000
900000
300000
1800000
675000
1680000
2400000
90000
150000
450000
1440000
45000
450000
150000
240000
630000
90000
30000
150000
240000
300000
450000
180000
600000
1050000
180000
75000
180000
690000
600000
1200000
720000
1470000
1680000
180000
90000
180000
1800000
300000
600000
360000
630000
1440000
90000
75000
180000
1200000
300000
150000
90000
120000
630000
90000
30000
180000
600000
75000
150000
60000
240000
420000
45000
15000
30000
300000
150000
450000
150000
750000
750000
300000
75000
300000
480000
150000
30000
1350000
150000
150000
60000
300000
300000
30000
150000
30000
90000
150000
150000
150000
195000
150000
5775000
180000
120000
4335000
6840000
3900000
129850000
450000
150000
15472500
450000
300000
19515000
450000
150000
5775000
900000
75000
12795000
4560000
2400000
41745000
360000
120000
8835000
2280000
600000
19185000
2280000
450000
63060000
2280000
600000
33090000
2280000
240000
14820000
450000
750000
8805000
2280000
300000
22545000
2916667
1250000
1000000
600000
50000
2666667
600000
500000
600000
2000000
50000
150000
500000
30000
0
30000
0
1000000
30000000
100000
6300000
100000
1350000
50000
400000
200000
2500000
1000000
18000000
0
0
100000
3000000
500000
8400000
300000
6000000
0
300000
0
400000
200000
5000000
33333
3167
1167
33333
3167
1167
166667
15833
5833
33333
15833
2333
33333
1500
1167
33333
9500
1167
33333
12667
2333
33333
28500
3500
33333
1500
1167
33333
6333
2333
33333
15833
2333
33333
12667
2333
33333
3167
1167
33333
6333
1167
33333
6333
1167
1167
433
583
433
3500
1733
1167
1300
1167
433
1167
433
1167
433
5833
867
583
433
1750
867
1750
2167
1750
1733
1167
433
583
433
1167
433
1500
70766.7
5845767
1054233
1.18
3750
72433
4407433
1592567
1.36
11250
34121483
163971483
52028517
1.32
3750
7707717
23180217
3819783
1.16
4500
2492100
22007100
3192900
1.15
3750
1099350
6874350
8725650
2.27
5250
2805183
15600183
5999817
1.38
6000
21744700
63489700
80510300
2.27
1500
638517
9473517
1326483
1.14
4500
3649117
22834117
5965883
1.26
6000
9561417
72621417
107378583
2.48
7500
8359317
41449317
48550683
2.17
3750
393017
15213017
2786983
1.18
2250
594100
9399100
2600900
1.28
3750
5746183
28291183
12208817
1.43
Lampiran 5. Analisis Biaya dan Pendapatan Usaha Bakso Pada Pedagang Bakso Keliling Satu Periode (Rp/bulan)
Uraian
Penerimaan Usaha
Biaya Variabel :
Bahan Baku
Daging Sapi
Tepung
Tapioka/Aci + Bumbu
Bahan Pelengkap
Mie
Bihun
Sayur Toge
Sawi
Minyak Goreng
Bawang Goreng
Jadi
Seledri
kecap manis
Saos
Cuka
Garam
Penyedap Rasa
Sambel
Pembungkus
Plastik + Karet
17400000
7500000
6750000
5400000
5040000
9450000
7800000
6000000
7560000
4500000
10
10500000
11
9600000
12
5250000
13
9000000
14
6300000
15
9450000
2385000
3750000
1500000
2475000
6000000
3600000
3000000
4050000
2385000
4950000
4770000
2385000
4725000
3780000
1650000
390000
750000
450000
420000
300000
600000
600000
270000
300000
450000
900000
450000
390000
390000
525000
480000
180000
90000
135000
150000
150000
150000
180000
60000
180000
150000
90000
150000
60000
90000
150000
90000
30000
30000
180000
150000
90000
90000
30000
300000
210000
450000
300000
30000
300000
210000
180000
180000
30000
150000
150000
120000
240000
40000
210000
240000
270000
360000
30000
120000
120000
90000
90000
30000
300000
300000
180000
180000
30000
450000
450000
270000
270000
150000
150000
180000
90000
120000
60000
150000
210000
150000
120000
30000
150000
210000
210000
120000
30000
120000
45000
120000
420000
90000
30000
120000
240000
90000
30000
120000
60000
45000
15000
30000
60000
120000
30000
90000
60000
21000
7500
30000
90000
30000
30000
60000
60000
21000
7500
30000
120000
45000
30000
30000
60000
15000
15000
30000
60000
45000
45000
165000
165000
21000
15000
30000
120000
150000
30000
90000
150000
30000
30000
60000
120000
150000
30000
60000
120000
30000
30000
75000
150000
120000
45000
120000
210000
30000
15000
45000
120000
60000
15000
60000
60000
30000
15000
15000
120000
150000
60000
120000
210000
30000
15000
30000
120000
90000
90000
120000
210000
15000
15000
30000
120000
90000
30000
90000
120000
15000
15000
30000
120000
150000
45000
120000
150000
90000
30000
120000
150000
150000
45000
120000
150000
90000
30000
120000
150000
210000
60000
20000
20000
10000
60000
90000
60000
20000
4000
8000
8000
60000
90000
90000
450000
150000
120000
150000
150000
150000
225000
90000
360000
120000
225000
225000
150000
120000
120000
Biaya Gas
Biaya Transportasi
120000
120000
120000
120000
120000
120000
150000
150000
120000
120000
14475000
4125000
5718500
2988500
4000000
8406000
6195000
5095000
6635000
3754000
7508000
8333000
4155000
6960000
6075000
0
0
0
0
0
0
0
300000
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
0
83333
3750
1167
1167
433
2250
92100
14567100
83333
3750
1167
583
433
2250
91516.67
4216517
83333
3750
1167
583
433
750
90016.67
5808517
83333
3750
1167
583
433
750
390016.7
3378517
83333
3750
1167
583
433
750
90016.67
4090017
83333
3750
1167
583
433
1500
90766.67
8496767
83333
3750
1167
1167
433
750
90600
6285600
83333
3750
1167
583
433
750
90016.67
5185017
83333
3750
1167
1167
433
750
90600
6725600
83333
3750
1167
583
433
750
90016.6667
3844016.67
83333
3750
1167
583
433
750
90016.66667
7598016.667
83333
3750
1167
583
433
1500
90766.667
8423766.7
83333
3750
1167
583
433
2250
91516.67
4246517
83333
3750
1167
1167
433
2250
92100
7052100
83333
3750
1167
1167
433
2250
92100
6167100
2832900
3283483
941483
2021483
949983
953233
1514400
814983
834400
655983
2901983
1176233
1003483
1947900
132900
1.19
1.78
1.16
1.60
1.23
1.11
1.24
1.16
1.12
1.17
1.38
1.14
1.24
1.28
1.02
Pendapatan Usaha
R/C Rasio