Anda di halaman 1dari 13

TUGAS PRAKTIKUM

MANAJEMEN RISIKO (AUDIT CODING)

Oleh:
Dewandi Setyawan

(G41131272)

Ayu Siti Hartinah

(G41131211)

Novita Dwi Rahmawati

(G41131184)

Viki Novan Rizaldy

(G41131225)

Khoirun Nisa .H. I

(G41131232)

Windiastri Wahyu Diwanti

(G41131237)

GOLONGAN C
PROGRAM STUDI D-IV REKAM MEDIK
JURUSAN KESEHATAN
POLITEKNIK NEGERI JEMBER
2016

Root Cause Analysis


McWilliams dari departemen of Industrial Technology College of
Technology Purdue University, dalam bukunya Introduction to Root Cause
Analysis, (2010) menjelaskan tentang Root Cause Analysis sebagai berikut. Root
Cause Analysis (RCA) atau Analisis Akar Penyebab adalah alat pengukur kualitas
yang digunakan untuk membedakan sumber cacat atau masalah yang pasti dari
masalah atau kondisi.
Root Cause Analysis (RCA) dilakukan untuk membantu organisasi
mengidentifikasi titik-titik resiko atau titik-titik kelemahan dalam proses,
penyebab yang mendasari atau yang terkait sistem dan tindakan perbaikan.
Organisasi secara teratur melakukan RCA bagi proses yang sedang berlangsung
dan proaktif melakukan kajian sistem dan proses sehingga secara signifikan
mengurangi kemungkinan kesalahan yang serupa. Root Cause Analysis (RCA)
dapat digolongkan menjadi empat kelompok yang didefinisikan secara luas yaitu :
1. RCA berbasis keamanan, diturunkan dari bidang investigasi kecelakaan
serta keselamatan dan kesehatan kerja. Akar penyebab cenderung
dipandang sebagai kegagalan atau hilangnya perlindungan keamanan,
resiko atau bahaya yan belum diketahui.
2. RCA berbasis produksi, berasal dari bidang pengontrolan kualitas untuk
industri manufaktur. Kelompok RCA ini cenderung untuk melihat akar
penyebab sebagai asal penyebab ketidaksesuaian, yang konsisten dengan
gagasan dari alur produksi yang terdiri dari banyak langkah-langkah
berurutan, satu atau lebih dari langkah tersebut kemungkinan tidak
berfungsi dengan baik atau keluar dari toleransi yang ditetapkan.
3. RCA berbasis proses, pada dasarnya merupakan kelanjutan dari RCA
produksi, namun dengan jangkauan yang telah diperluas termasuk prosesproses bisnis diluar manufaktur. Pendapat dasar dari kelompok RCA ini
adalah bahwa kegagalan satu individual proses merupakan sumber dari
masalah.

4. RCA berbasis sistem, telah muncul sebagai suatu penggabungan dari


kelompok-kelompok

RCA

sebelumnya

yang

berkaitan

dibidang

manajemen perubahan, manajemen risiko dan sistem-sistem berfikir. Akar


penyebabnya pada tingkat organisasi dan manajemen strategis.
Kelompok penyebab utama adalah masalah pada peralatan atau material,
prosedur kerja, kesalahan perancangan sumber daya manusia, kurangnya
pelatihan, manajemen dan fenomena eksternal. Terdapat berbagai metode evaluasi
terstruktur untuk mengidentifikasi akar penyebab (root cause) suatu kejadiaan
yang tidak diharapkan (undesired outcome). Jing (2008) menjelaskan lima metode
yang populer untuk mengidentifikasi akar penyebab (root cause) suatu kejadiaan
yang tidak diharapkan (undesired outcome) dari yang sederhana sampai dengan
komplek yaitu :
1. Is/Is not comparative analysis merupakan metode komparatif yang
digunakan untuk permasalahan sederhana, dapat memberikan gambaran
detil apa yang terjadi dan telah sering digunakan untuk menginvestigasi
akar masalah.
2. 5 Why methods merupakan alat analisis sederhana yang memungkinkan
untuk menginvestigasi suatu masalah secara mendalam.
3. Diagram Tulang Ikan (Fish Bone Diagram) merupakan alat analisis yang
populer, yag sangat baik untuk menginvestigasi penyebab dalam jumlah
besar. Kelemahan utamanya adalah hubungan antar penyebab tidak
langsung terlihat, dan interaksi antar komponen tidak dapat teridentifikasi.
4. Cause and effect matrix merupakan matrik sebab akibat yang dituliskan
dalam bentuk tabel dan memberikan bobot pada setiap faktor penyebab
masalah.
5. Root Cause Tree merupakan alat analisis sebab-akibat yang paling sesuai
untuk permasalahan yang kompleks. Manfaat utama dari alat analisis
tersebut yaitu memungkinkan untuk mengidentifikasi hubungan diantara
penyebab masalah.

Langkah-Langkah MAAMS (Manajemen Analisis Akar Masalah dan Solusi)

Berikut

ini adalah langkah-langkah menjalankan MAAMS:

a. Rumuskan suatu masalah (sosial dan kemanusiaan) dalam bentuk yang


dapat diajukan pertanyaan apa sebab-sebabnya. Misalnya, mengapa
kualitas SDM kita rendah. Jenis pertanyaan yang mengarah pada solusi ini
harus didukung fakta. Jika dari judul (artikel, makalah, skripsi, tesis,
disertasi) tidak dapat diajukan pertanyaan (Apa Sebabnya atau
Mengapa), identifikasi lebih dulu alasan-alasan atau fakta-fakta yang
biasanya ditulis sebagai latar belakang masalah. Terhadap alasan-alasan
atau fakta-fakta inilah diajukan pertanyaan mengapa atau apa sebabsebabnya.
b. Identifikasi sebab-sebab negatif yang paling langsung dari X. Misalnya
ada 4 faktor, ditandai dengan Sa1, Sb1, Sc1, Sd1. (S=sebab; abcd=masingmasing faktor; angka 1=tahap pertama penelusuran sebab). Sebab negatif
yaitu suatu keadaan salah-buruk yang perlu diatasi atau diperbaiki;
sedangkan paling langsung yaitu sebab yang tidak diantarai oleh sebab
lain. Dalam fenomena sosial hampir tidak ditemukan adanya satu faktor
yang menyebabkan satu fakta lain, melainkan beberapa faktor sekaligus,
baik secara kausal maupun korelasional. Di sinilah muncul kebutuhan
untuk berpikir dan berkerjasama secara interdisiplin, multidisiplin, atau
transdisiplin.
c. Terhadap masing-masing sebab (faktor) diajukan pertanyaan benarkah?
dalam arti apakah ia memang menjadi sebab dari masalah X. Untuk itu
lebih dulu dilakukan pengkajian atau penelitian, baik secara logis (formal)
ataupun empiris (material), kualitatif maupun kuantitatif, induktif maupun
deduktif (Hayon, 2005). Jika hasilnya benar, tahap kedua dari penelusuran
sebab dapat dilakukan, yang berarti mencari sebab-sebab dari setiap sebab
pada tahap pertama (Sa1, Sb1 dan seterusnya). Jika hasilnya salah, sebab
tersebut diabaikan dan kembali ke awal dengan mengidentifikasi
kemungkinan sebab lainnya. Pada langkah ketiga inilah keseluruhan
pengetahuan tentang kebenaran dan pendekatan terhadap masalah
diterapkan secara kritis.

d. Tahap kedua dan seterusnya (tahap ke n) caranya sama seperti tahap


pertama. Bedanya adalah bahwa kemungkinan sebab (faktor) yang
diidentifikasi menjadi semakin sedikit karena adanya kesamaan sehingga
bukan a,b,c,d lagi tapi a,b,c, dan pada akhirnya a dan b sebagai sebab
terdalam atau akar masalah (a dan b menunjukkan bahwa sebab dasar
terdiri lebih dari satu sebab).
Catatan: Pertama, sangat mungkin bahwa penyebab Sa1 (atau Sb1) lebih
dari satu sehingga bukan hanya Sa2 tapi Sa2.1 dan Sa2.2; identifikasi lebih
dari satu sebab ini penting dilakukan sebelum menetapkan salah satu atau
semuanya untuk ditelusuri. Dalam hal ini untuk penelusuran tahap ketiga
(Sa3) bisa saja dipilih satu yang paling relevan atau yang menunjukkan
kesamaan dengan Sb3, Sc3, atau Sd3. Kedua, sebab-sebab yang sudah
ditulis dengan sendirinya tidak dapat ditulis lagi pada tahap berikutnya; hal
ini untuk menghindari alur pikir melingkar atau lingkaran setan. Ketiga,
rumusan kalimat secara keseluruhan harus bermakna hal negatif, bukan
positif, kecuali pada jenis masalah yang sifatnya hanya demi peningkatan
untuk lebih baik lagi, bukan pemulihan. Keempat, rumusan kalimat untuk
setiap sebab tidak menggunakan kata-kata seperti karena, sehingga, maka,
akibatnya, dsb. Kelima, sebab yang ditulis pada urutan berikutnya bukan
sekedar penjabaran atau ungkapan lain dari sebab sebelumnya. Penjabaran
atau rincian yang panjang dapat disampaikan dalam bentuk catatan kaki.
e. Penelusuran dapat dihentikan dengan memperhatikan dua syarat. Pertama,
apa yang dipandang sebagai akar masalah tersebut dapat secara sekaligus
dicarikan solusi individual/ personal/mentalistik berupa imbauan pada
nurani

atau

niat

seseorang

maupun

solusi

sistemik/

struktural/institusional/legalistic berupa UU atau peraturan dengan sanksi


hukum. Solusi individual relatif mudah dilaksanakan, sedangkan solusi
sistemik lebih sulit dilaksanakan. Oleh karena itu untuk memenuhi syarat
solusi sistemik ini, rumusan sebab atau akar masalah hendaknya
memperlihatkan perilaku nyata yang cukup mudah diamati, dan tentu saja
layak untuk dijatuhi sanksi hukum. Jika syarat ini tidak terpenuhi, proses

diulang dari tahap sebelumnya atau dari awal lagi. Kedua, terdapat
persetujuan dari peserta yang terlibat perbincangan.
Catatan: Cukup sering terjadi, penelusuran sebab berhenti sebelum
sampai pada akar masalah/akar penyebab. Mungkin ini terjadi karena
keengganan, kemalasan, kurang mampu, atau kurang jujur.

f. Mengenai solusi, di dalam flow chart dibedakan menjadi tiga:


darurat/permukaan/jangka

pendek, tanggung/jangka menengah, dan

dasar/jangka panjang. Jika identifikasi sebab-sebab dilakukan hanya


sampai permukaan saja, maka solusinya pun bersifat permukaan, demikian
pula bila tanggung (Dua tahap inilah yang sering terjadi sehingga
menimbulkan perbincangan yang berkepanjangan, dan lalu dipotongpotong menjadi kemasan topik-topik kecil yang sangat banyak jumlahnya.
Analisis yang tidak tuntas ini, secara sadar atau tidak, dimanfaatkan oleh
media massa secara komersial komodifikasi masalah berupa talk show
dan rubrik opini. Kalangan akademis pun bisa tanpa sadar melakukan hal

yang sama dengan mengemasnya sebagai topik-topik penelitian dan


diskusi, dan tema jurnal yang mungkin sekadar menambah penghasilan,
publikasi, dan angka kredit kenaikan pangkat. tetapi tidak mengatasi
masalah secara tuntas. Kerjasama media massa dan ilmuwan bisa
tergelincir melakukan play acting at science yang memunculkan
ilmuwan selebritis). Hanya bila akar masalah teridentifikasi maka solusi
yang mendasar dapat dirumuskan. Selanjutnya, solusi dasar ditindaklanjuti
lagi dengan evaluasi, termasuk dengan penelusuran ulang sebab-sebab.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MORBIDITAS BALITA


DI DESA KLAMPAR KEC.PROPPO KAB.PAMEKASAN

Latar Belakang
Morbiditas merupakan derajat sakit yang biasanya dinyatakan dalam
angka prevalensi atau insidensi yang umum. Angka kesakitan merupakan
indikator penting dalam rangka penilaian dan perencanaan program untuk
menurunkan kesakitan dan kematian di suatu wilayah. Angka kesakitan
merupakan masalah kesehatan penting terutama bagi anak-anak dibawah umur 5
tahun (balita) karena kesakitan paling sering ditemukan pada golongan anak usia
dini, dimana pada usia tersebut balita sangatlah rentan terserang penyakit. Angka
kesakitan ialah jumlah kejadian suatu penyakit yang dirumuskan sebagai jumlah
anak yang sakit per 1000 anak yang bisa terkena penyakit (Kardjati, 1985:32-33).
Angka tingkat sakit mempunyai peranan penting yang lebih penting
dibandingkan dengan angka kematian. Karena apabila angka kesakitan tinggi
maka akan memicu kematian sehingga menyebabkan angka kematian juga tinggi.
Angka kesakitan lebih mencerminkan keadaan kesehatan yang sesungguhnya
sebab mempunyai hubungan yang erat dengan faktor lingkungan seperti
kemiskinan, kurang gizi, penyakit infeksi, perumahan, air minum yang sehat,
kebersihan lingkungan dan pelayanan kesehatan (Kardjati, 1985).
Status kesehatan juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan tingkat
pendidikan masyarakat.

Pendidikan, terutama pendidikan ibu erat kaitannya

dengan tingkat pengertiannya terhadap perawatan kesehatan, higiene, perlunya


pemeriksaan kehamilan, dan pasca persalinan, serta kesadarannya terhadap
kesehatan anak-anak dan keluarganya (Kardjati, 1985:9). Sehingga semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu maka semakin tinggi pula pengertiannya terhadap
kesehatannya baik itu kesehatan dirinya maupun kesehatan lingkungan tempat ia
tinggal. Masyarakat di desa Klampar khususnya para ibu sampai saat ini
mayoritas hanya menempuh bangku Sekolah Dasar (SD) saja sehingga tingkat
keperdulian akan kesehatan terutama kesehatan lingkungan sangat minim.

Kondisi lingkungan yang tidak sehat juga merupakan faktor yang menyebabkan
tingginya morbiditas atau angka kesakitan di suatu wilayah. Lingkungan biofisik
merupakan keadaan rumah dengan segala sarana dan prasarana pendukung
kebersihan dan kesehatan yang dimilki oleh keluarga yang meliputi kondisi fisik
rumah, MCK, sumber air bersih, tempat pembuangan sampah dan tempat
pembuangan limbah rumah tangga (Shobirin, 2012:20). Lingkungan biofisik
sangat

mempengaruhi

terhadap

kesehatan

masyarakat

khusunya

balita.

Lingkungan yang sehat dan bersih menjadikan orang yang tinggal dilingkungan
tersebut menjadi sehat.
Karakteristik rumah merupakan salah satu faktor yang menyebabbkan tingginya
morbiditas balita. Di desa Klampar masih cukup banyak masyarakat yang dapat
dikatakan memiliki rumah yang kurang memenuhi kriteria rumah sehat. Dimana
dari delapan persyaratan rumah sehat yang dikemukan oleh Komaruddin (1997)
ada beberapa persyaratan yang belum terpenuhi oleh masyarakat yaitu kondisi
dinding dan lantai harus kering dan tidak lembab dan jarak kandang ternak
terpisah paling tidak 10 meter dari jarak rumah.
Selain karakteristik rumah, sumber air bersih juga menjadi faktor penyebab
morbiditas balita. Pemanfaatan air sungai yang sudah tercemar oleh limbah batik
untuk

kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, dan

pertanian

untuk kebutuhan

oleh masyarakat menyebabkan tingginya morbiditas balita di Desa

Klampar. Jenis penyakit yang diderita oleh balita yaitu: demam (panas), gatalgatal, diare,asma dan alergi. Hal tersebut karena lingkungan memiliki hubungan
yang sangat erat dengan keadaan kesehatan, begitu pula dengan kesehatan yang
dapat dijadikan indikasi keadaan suatu lingkungan.

Variabel
1. Tingkat Pendidikan Ibu
2. Perawatan Balita
3. Gizi
4. Lingkungan Biofisik

Tabel 1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Morbiditas Balita di Desa Klampar


Kec.Proppo Kab.Pamekasan
Sebab sa1
Tingkat
pendidikan ibu
Sebab sa2
Semakin tinggi
pengertian
terhadap
kesehatan
Sebab sa3
Kesadaran
terhadap
kesehatan
Sebab sa4
Tidak hanya
menempuh
pendidikan SD/MI
namun lebih tinggi

Sebab sb1
Perawatan balita

Sebab sc1
Keterkaitan gizi

Sebab sb2
Intensitas
pemeriksaan
kesehatan balita

Sebab sc2
Pemberian ASI

Sebab sb3
Tempat
pemeriksaan
kesehatan balita
Sebab sb4

Sebab sc3
Jenis makanan
tambahan yang
diberikan
Sebab sc4
Menu makanan

Sebab sd1
Lingkungan
biofisik
Sebab sd2
Sumber air bersih
yang digunakan
Sebab sd3
Fasilitas MCK
Sebab sd4
Karakteristik
rumah

DAFTAR PUSTAKA
1. http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/5873/
Bab%202.pdf?sequence=10 diakses tanggal 8 Desember 2016
2. http://repository.ui.ac.id/contents/koleksi/2/741d4916d9a9c47741daed340
15bfec1af6385ed.pdf diakses tanggal 8 Desember 2016
3. http://jurnalonline.um.ac.id/data/artikel/artikel2E7909369EE3352E0B35A8BF151B5
B8F.pdf diakses tanggal 8 Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai