Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN KEDOKTERAN KELUARGA

PENDERITA RHEUMATOID ARTHRITIS


PUSKESMAS PAYANGAN GIANYAR

I.

Nama Mahasiswa

Dokter Pembimbing

Pembimbing Puskesmas

PROFIL KELUARGA
a. Penderita:
Nama

: I Ketut Nantra

Umur

: 80 tahun

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Suku / Bangsa

: Bali / Indonesia

Agama

: Hindu

Pendidikan

: Tamat SD

Pekerjaan

: Petani

Status

: Menikah

Alamat

: Banjar Susut, Desa Buahan, Kecamatan Payangan,


Kabupaten Gianyar

b. Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan penderita


N
o
1
2

Nama
I Wayan
Sungkem
Ni Ngh
Rukmini

Umur

Jenis
Kel.

57 th

55 th

I Putu Arnawa

32 th

4.

Ni Made

32 th

Hubungan
dengan
Penderita
Anak I
penderita
Menantu
penderita
Cucu
penderita
Menantu

Pendidika
n
SMP
SMA

Pekerjaan

Status

Petani

Menikah

Ibu Rumah
Tangga

Menikah

Sarjana

PNS

Menikah

SMA

Pedagang

Menikah

Ratnawati
5.
6.
7.
8.
9.

I Putu Adi
Sucipta
I Nyoman
Suartana
Ni Luh Supad
I Gede Bayu
Suastika
I Kadek Wisnu
Sutrisna

penderita
10 th

51 th

50 th

25 th

20 th

Cicit
penderita
Anak III
penderita
Menantu
penderita
Cucu
penderita
Cucu
penderita

SD

Pelajar

Sarjana

PNS

SMA
Sarjana
SMA

Ibu Rumah
Tangga
Pegawai
swasta
Pelajar

Belum
menikah
Menikah
Menikah
Belum
menikah
Belum
menikah

II. ALUR KUNJUNGAN LAPANGAN


1. Penentuan Penderita di Puskesmas Payangan (29 Agustus 2014)
Tujuannya adalah sebagai usaha untuk mengidentifikasi masalah yang ada pada
penderita. Pada saat pertama kali bertemu dengan penderita, penulis tidak
langsung melakukan kunjungan ke rumah penderita, melainkan melakukan
wawancara sekilas kepada penderita yang pada saat itu dilakukan di Puskesmas
Payangan. Hal ini dilakukan sebagai langkah perkenalan kepada penderita dan
meminta ijin untuk melakukan kunjungan ke rumah penderita.
2. Kunjungan Pertama (30 Agustus 2014)
Berdasarkan wawancara yang dilakukan di Puskesmas, maka pada kunjungan
pertama kami mencoba memberikan jawaban dari permasalahan yang dialami
oleh penderita. Adapun intervensi yang kami lakukan adalah:
a. Edukasi pada penderita mengenai penyakit yang dideritanya, mencakup
perjalanan penyakit, komplikasi, hingga penatalaksanaan.
b. Edukasi mengenai faktor resiko yang menyebabkan penderita memperoleh
penyakit ini.
c. Edukasi mengenai cara mengatasi nyeri dan pencegahan yang dapat
dilakukan untuk mengurangi frekuensi kekambuhan nyeri di lutut.
3. Kunjungan Kedua (4 September 2014)

Tujuannya adalah untuk mengevaluasi perjalanan dan perkembangan penyakit


penderita dan upaya yang sudah dilakukan dalam penanggulangan nyeri.
III.

KEGIATAN DALAM GEDUNG (29 Agustus 2014)


A. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Nyeri di kedua lutut
Riwayat Penyakit Sekarang:
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Pengobatan:
Riwayat Keluarga:
Riwayat Sosial:
Penderita datang ke balai pengobatan Puskesmas Payangan pada hari Kamis
tanggal 28 Agustus 2014 dengan .
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status Present
Tekanan Darah

: 120/70 mmHg

Nadi

: 84 kali/menit

Respirasi

: 20 kali/menit

Temperatur

: 36,3C

TB

: 140 cm

BB

: 45 kg

BMI

Status General:
Kepala

: Normocephali

Mata

: Anemia -/-, Ikterus -/-, RP +/+ isokor


3

THT

: Dalam batas normal

Thorax

: Cor

: S1S2 Tunggal, Regular, Murmur (-)

Pulmo : Vesikular +/+, Rhonci -/-, Wheezing -/Abdomen

: Distensi -/-, nyeri tekan -/-, Bising usus (+) normal

Ekstremitas : hangat (-/-), edema (+/+)


C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
D. DIAGNOSIS

E. PENGOBATAN

F. PROGNOSIS
IV.

KUNJUNGAN RUMAH PERTAMA (30 Agustus 2014)


Keluhan utama:
Nyeri kedua lutut
Riwayat Penyakit Sekarang:
Riwayat Penyakit Dahulu:
Riwayat Pengobatan:
Riwayat Keluarga:
Riwayat Sosial:
Kondisi Rumah Penderita:

V. KUNJUNGAN RUMAH KEDUA (4 September 2014)


Pada kunjungan rumah kedua, penderita mengaku nyeri lutut sudah berkurang.
Kondisi kesehatan penderita juga dirasakan membaik setelah melakukan saran yang
diberikan kepadanya untuk .
VI. DAFTAR PERMASALAHAN
Adapun permasalahan yang kami dapatkan adalah sebagai berikut :

Penderita belum sepenuhnya mengerti tentang penyakit yang dideritanya, antara

lain mengenai:
a. Arti dari penyakit yang dideritanya yaitu Rheumatoid Arthrtitis.
b. Pemakaian obat dan fungsi obat yang diberikan oleh dokter.
Komplikasi yang dapat ditimbulkan dari penyakit yang dideritanya. Penderita
banyak mendengar cerita tentang penyakitnya dari kerabat yang malah
menimbulkan kebingungan pada penderita, bahkan penderita sempat ketakutan
karena salah satu mengalami kelumpuhan. Kakak penderita yang sudah

meninggal juga pernah mengeluh nyeri di kedua lutut.


Penderita belum mengerti tentang pentingnya arti dari pengaturan jumlah, jenis

dan jadwal makan pada penatalaksanaan penyakitnya.


Penderita belum mengerti mengenai cara pencegahan dan aktivitas fisik yang
dianjurkan untuk penderita Rheumatoid Arthrtritis.

VII.

ANALISIS FAKTOR RESIKO

Genetik

Perilaku

Pelayanan kesehatan masyarakat


Penyakit

Lingkungan

A. Genetik
Pada penderita terdapat faktor genetik yang mempengaruhi penyakit penderita.
Almarhum kakak penderita yang kedua (meninggal tahun 2012) juga memiliki keluhan
nyeri lutut dan pinggul sejak kurang lebih 6 tahun yang lalu dan dikatakan penderita
memang menderita nyeri lutut sejak dulu. Hal ini sesuai dengan teori yang mengatakan
bahwa Rheumatoid Arthritis juga dipengaruhi oleh predisposisi genetik.

B. Perilaku
Perilaku memiliki peranan penting dalam penyakit Rheumatoid Arthritis. Pada kasus ini,
penderita sering pergi bekerja ke sawah berjalan kaki pada pagi hari sambil menjinjing
barang-barang berat seperti cangkul maupun hasil panen, sehingga sering memberatkan
lututnya. Saat jari kakinya bengkak, pasien juga sering mengacuhkan untuk beristirahat
dan melanjutkan untuk bekerja. Pasien mengaku sehari-hari jarang berolah raga ataupun
melakukan peregangan sebelum melakukan aktivitas berat. Hal inilah juga yang
memudahkan munculnya penyakit pada pasien.
C. Lingkungan
Faktor lingkungan juga sangat berpengaruh terhadap penyakit penderita. Lingkungan
tempat tinggal penderita yang berada di daerah dataran tinggi sehingga bersuhu dingin
merupakan salah satu faktor resiko yang menyebabkan terjadinya kekakuan dan nyeri di
sendi. Lingkungan tempat tinggal pasien yang merupakan daerah pedesaan juga
memegang peranan dalam pengobatan penyakitnya. Pasien lebih senang menggunakan
pengobatan tradisional yang sudah turun-temurun di desanya daripada memeriksakan
diri ke dokter / tenaga kesehatan.
D. Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Dalam hal ini, pelayanan kesehatan masyarakat berperan dalam edukasi penderita
tentang penyakitnya. Melalui edukasi terhadap penderita, maka pemahaman tentang
penyebab dan pencegahan Rheumatoid Arthritis akan meningkat. Akses rumah pasien
ke Puskesmas ataupun Puskesmas pembantu terbilang cukup jauh, sehingga pada
awalnya ketika muncul gejala-gejala ringan, pasien hanya mengobatinya sendiri
menggunakan boreh. Persepsi penderita mengenai harga pengobatan yang mahal juga
pernah mengurungkan niat penderita untuk memeriksakan diri ke dokter / tenaga
kesehatan lainnya.
VIII. PEMECAHAN MASALAH MELALUI PENDEKATAN KEDOKTERAN
KELUARGA
Sebagai dokter keluarga, langkah-langkah yang diambil adalah sesuai dengan
prinsip-prinsip kedokteran keluarga adalah sebagai berikut:

A. PERSONAL
Mengobati penderita dengan memberikan perlakuan sebagai manusia
seutuhnya, bukan hanya sekadar mengobati sakit Rheumatoid Arthritis saja.
Dalam artian penderita ditangani secara holistik dari semua aspek
kehidupannya, baik secara biologis, psikologis, sosial, ekonomi, kultur dan
spiritualnya. Secara biologis, penderita diberikan penyuluhan mengenai cara
merawat diri, menjaga kebersihan dan kesehatan dirinya, serta memberikan
pengobatan yang optimal kepada penderita. Sebaiknya dilakukan monitoring
secara berkelanjutan mengenai pengobatan penderita baik itu dari petugas
kesehatan ataupun dari keluarga penderita sendiri. Secara psikologis, dengan
memperbaiki kondisi mental penderita yaitu dengan cara meningkatkan kasih
sayang, keharmonisan dalam keluarga dan perhatian kepada penderita serta
tidak mengucilkan penderita. Secara sosial ekonomi, sebaiknya pengobatan
yang diberikan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi yang dimiliki oleh
keluarga penderita, dimana untuk pengobatan Rheumatoid Arthritis sudah
terdapat keringanan biaya pengobatan di Puskesmas menggunakan jaminan
kesehatan. Secara kultural dan spiritual, pengobatan yang diberikan
disesuaikan dengan budaya setempat serta selama pengobatan disarankan agar
penderita dan keluarga tetap menjalankan ibadah sebagaimana mestinya.
B. KOMPREHENSIF
Pencegahan Primer
-

Memberikan penjelasan kepada penderita termasuk seluruh anggota


keluarga penderita tentang penyakit Rheumatoid Arthritis, penyebabnya,
gejala-gejalanya, dan cara pengobatan penyakit Rheumatoid Arthritis
tersebut.

Menyarankan kepada penderita agar berisitirahat dan tidak bekerja ketika


lutut sedang nyeri, manjaga pola makan dengan makan makanan yang
bergizi serta tidur dalam waktu yang cukup untuk meningkatkan daya
tahan tubuh.

Memberikan penjelasan mengenai pengobatan yang sedang dijalani


sekarang oleh penderita. Apa jenis obatnya, tujuan pengobatannya, efek
sampingnya, dan akibatnya apabila tidak patuh dalam menjalani
pengobatan.

Pencegahan Sekunder
-

Memberikan pengobatan yang tepat dan mengingatkan untuk tetap rajin


minum obat walaupun keluhan telah berkurang.

Memeriksakan diri secara teratur ke dokter, untuk mengetahui adanya


komplikasi yang terjadi seperti kecacatan.

Mengingatkan keluarga penderita apabila terdapat anggota keluarga yang


mengalami gejala yang sama untuk segera memeriksakan diri ke dokter.

Dianjurkan agar keluarga mengawasi dan memotivasi penderita untuk


minum obat.

Pencegahan Tersier
-

Mencegah disabilitas pada pasien dengan melakukan pemeriksaan dan


pengobatan rutin untuk mengetahui perkembangan penyakit pada pasien.

Apabila penderita mengalami penyakit yang lain, sebaiknya cepat


memeriksakan penyakitnya dan mengobatinya untuk menghindari
timbulnya komplikasi yang akan memperberat penyakit Rheumatoid
Arthritis.

Menjaga hubungan yang harmonis dan selalu mendukung kesembuhan


penderita. Dengan hubungan yang harmonis dan tidak adanya
pertengkaran dalam keluarga maka penderita akan tidak stress dan
membuat semangat penderita bertambah. Juga membuat psikologis
penderita menjadi lebih baik.

C. BERKESINAMBUNGAN
-

Memantau perkembangan penyakit penderita dengan rutin mengadakan


kunjungan rumah.

Pengobatan dilakukan secara teratur dan kontinyu untuk kesembuhan


penderita. Dalam prakteknya diperlukan seorang anggota keluarga yang
berperan sebagai pengawas minum obat sehingga kegiatan minum obat
penderita dapat dipantau.

D. KOORDINATIF DAN KOLABORATIF


-

Menyarankan kepada keluarga penderita untuk ikut berpartisipasi aktif


dalam pengobatan penderita. Misalnya selalu mengantarkan penderita
setiap kali mengambil obat ke Puskesmas, mengawasai pola kerja dan
pola makan penderita untuk mencegah perburukan dari kondisi
penderita, dan ikut membantu mengawasi penderita dalam minum obat.
Selain itu, lingkungan yang kondusif serta menjaga keharmonisan
hubungan keluarga untuk mengurangi stres yang dialami oleh penderita
sangat diperlukan untuk mendukung kesembuhan penderita.

Meningkatkan koordinasi dan kerja sama dengan balai pengobatan dan


bagian farmasi di Puskesmas atau dengan instansi lain yang terkait dalam
rangka peningkatan kesehatan dan penyediaan obat untuk penderita
Rheumatoid Arthritis.

E. PENGUTAMAAN PENCEGAHAN
-

Menjelaskan kepada penderita dan keluarga bahwa penyakit Rheumatoid


Arthtritis

merupakan penyakit kronis progresif yang akan semakin

bertambah berat dan muncul seiring bertambahnya usia.


-

Menyarankan kepada penderita dan anggota keluarganya agar makan


makanan yang cukup bergizi, tidur dan istirahat yang cukup, dan
menjaga stamina tubuh agar tidak mudah terkena penyakit.

Mengingatkan penderita untuk tetap rajin minum obat walaupun keluhan


telah berkurang untuk mencegah timbulnya kecacatan.

Mengingatkan penderita dan keluarganya apabila terdapat anggota


keluarga yang mengalami gejala yang sama seperti penderita untuk cepat
memeriksakan diri ke Puskesmas.

F. MENIMBANG KELUARGA DAN KOMUNITAS


-

Memberikan penjelasan mengenai kondisi penderita saat ini kepada


keluarga. Diberikan penjelasan bahwa penyakit penderita bisa sembuh,
tetapi dengan syarat harus patuh menjalani pengobatan yang lama,
sehingga peran keluarga disini sangatlah besar yaitu dalam mengawasi
penderita dalam minum obat dan penanggulangan nyeri.

Memberikan penjelasan kepada anggota keluarga penderita tentang


pentingnya kebersihan lingkungan baik itu di halaman rumah ataupun di
dalam kamar penderita sendiri. Pentingnya membiarkan ventilasi kamar
dan pintu kamar terbuka sesering mungkin bila anggota keluarga ada di
rumah dengan tujuan agar sinar matahari dapat masuk ke dalam kamar
sehingga pertukaran udara di dalam kamar menjadi lebih baik dan kamar
tidak lembab. Selain itu kebersihan diri penderita juga perlu dijaga
dengan baik dengan mandi menggunakan fasilitas air bersih yang telah
tersedia.

IX. SILSILAH KELUARGA (GENOGRAM)

X. DENAH BANGUNAN DAN PEKARANGAN RUMAH

10

XI.

KESIMPULAN
Praktek Kedokteran Keluarga mencangkup enam aspek utama dalam pelayanannya,
meliputi aspek personal, komprehensif, berkesinambungan, koordinatif dan
kolaboratif, mengutamakan pencegahan, serta menimbang keluarga dan komunitas.
Adapun yang telah kami kerjakan dalam Praktek Kedokteran Keluarga ini, meliputi
kegiatan:
Dalam gedung:
-

Penemuan kasus I Ketut Nantra dengan diagnosis Rheumatoid Arthrtitis

Anamnesis untuk mengidentifikasi gejala dan faktor resikonya.

Pemeriksaan fisik umum maupun khusus sesuai dengan kapasitas dan sarana
yang tersedia di Puskesmas Payangan.

Melakukan kunjungan rumah:


-

Komunikasi dengan keluarga I Ketut Nantra untuk mengidentifikasi faktor


resiko, observasi tentang gambaran kesehatan keluarga, dan gambaran tempat
tinggal penderita dan keluarga.

Memberikan penjelasan tentang hasil analisa terhadap faktor resiko yang


mengambil peran dalam penyakit yang diderita I Ketut Nantra, antara lain
faktor genetik, perilaku, lingkungan dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Melakukan intervensi berupa saran-saran yang harus dilaksanakan untuk


mengatasi gejala yang timbul saat ini dan memberikan pemahaman tentang
pencegahan

primer,

sekunder,

dan

tersier

serta

bagaimana

harus

11

melakukannya, sehingga diharapkan terjadi perubahan perilaku agar kasus


yang sama di lingkungan keluarga tersebut tidak terulang lagi.

XII.

DOKUMENTASI

12

Anda mungkin juga menyukai