Anda di halaman 1dari 3

Peran Dinkes dalam Penanggulangan KLB di Jatim

Penanggulangan KLB

Definisi

Penanggulangan KLB adalah kegiatan yang dilaksanakan untuk menangani


penderita, mencegah timbulnya penderita atau kematian baru pada suatu KLB yang
sedang terjadi.

Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem Kewaspadaan Dini (SKD-


KLB), yang dapat diartikan sebagai suatu upaya pencegahan dalam
penanggulangan KLB secara dini dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi
KLB. Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis dan terus
menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada yang cepat dan tepat terhadap
adanya perubahan suatu status kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan
adalah pengumpulan data kasus baru penyakit-penyakit yang berpotensi terjadi KLB
secara mingguan sebagai upaya SKD-KLB. Data-data yang telah terkumpul
dilakukan pengolahan dan analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan
perbaikan oleh tim epidemiologi.

Upaya penanggulangan KLB

- Penyelidikan epidemiologis
- Pemeriksaan, pengobatan, perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan
karantina
- Pencegahan dan pengendalian
- Pemusnahan penyebab penyakit
- Penanganan jenazah akibat wabah
- Penyuluhan kepada masyarakat
- Upaya penanggulangan lainnya

Indikator Keberhasilan Penanggulangan KLB

- Menurunkan frekuensi KLB


- Menurunnya jumlah kasus pada setiap KLB
- Menurunnya jumlah kematian pada setiap KLB
- Memendeknya periode KLB
- Menyempitnya penyebarluasan wilayah KLB
Tim Penanggulangan KLB

Terdiri dari multi disiplin atau multi lintas sektor, bekerjasama dalam
penanggulangan KLB salah satu anggota tim kesehatan adalah perawat (sebagai
anggota masyarakat maupun sebagai sarana kesehatan). Perawat dapat terlibat
langsung di puskesmas atau rumah sakit.

Peran Dinkes dalam Penanggulangan KLB di Jatim

Difteri merupakan kasus re-emerging disease di Jawa Timur karena kasus


Difteri sebenarnya sudah menurun di tahun 1985, namun kembali meningkat di
tahun 2005 saat terjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) di Kabupaten Bangkalan. Sejak
saat itulah, penyebaran Difteri semakin meluas dan mencapai puncaknya pada
tahun 2012 sebanyak 955 kasus dengan 37 kematian karena Difteri sudah tersebar
di 38 kabupaten/kota. Pada tahun 2015, kasus Difteri mengalami penurunan menjadi
255 kasus dengan 11 kematian karena Difteri. Kota Surabaya memiliki kasus
terbanyak, yakni 27 kasus, diikuti Kabupaten Sidoarjo (24 kasus) dan Kabupaten
Bangkalan (19 kasus). Upaya yang dilakukan untuk menekan kasus Difteri adalah
dengan melakukan imunisasi dasar pada bayi dengan vaksin Difteri-Pertusis-
Tetanus dan Hepatitis B (DPTHB). Vaksin tersebut diberikan 3 (tiga) kali yaitu pada
umur 2 bulan, 3 bulan dan 4 bulan. Selain itu, karena terjadi lonjakan kasus pada
umur anak sekolah maka imunisasi tambahan Tetanus Difteri (TD) juga diberikan
pada anak Sekolah Dasar (SD) dan sederajat kelas 4-6 serta Sekolah Menengah
Pertama (SMP) (Profil kes.2015)
Penyakit difteri adalah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, yang
hanya menyerang manusia, sehingga mestinya bisa dieliminasi. Untuk mengatasi
KLB tersebut telah dilakukan kegiatan-kegiatan berupa sub PIN 3 putaran,
ORI/Outbreak Response Immunization (Pemberian imunisasi tambahan didaerah
kasus difteri ditemukan), pemberian obat profilaksis terhadap kontak erat kasus dan
peningkatan cakupan serta mutu imunisasi rutin. Selanjutnya kasus difteri menurun
tajam, sehingga pada tanggal 20 September 2013 status KLB Difteri tingkat Provinsi
Jawa Timur dinyatakan berhenti.

Situasi kasus Difteri Toxigenik (+) pada 2 tahun terakhir yaitu tahun 2013 s/d
2014 per 10 Oktober berjumlah 67 kasus positif, dimana pada tahun 2013 ada 63
kasus tersebar di semua Kab/kota dengan 4 meninggal, sedangkan di tahun 2014
hanya 4 kasus positif yang tersebar di 3 Kab/kota (Jember, Bojonegoro, Sampang)
dan tidak ada yang meninggal.

Upaya Dinas Kesehatan dalam menanggulangin KLB tersebut meliputi :

Memberikan perlindungan denga imunisasi rutin pada bayi, balita, dan anak
sekolah SD/MI
Sosialisasi pada masyarakat tentang pencegahan dan deteksi dini penyakit
difteri
Menemukan kasus suspek sedini mungkin dengan melibatkan masyarakat
melalui kader PKK dan Ormas
Menetapkan diagnosis kasus dengan pemeriksaan laboratorium BBLK
surabaya
Tatalaksana kasus dan kontak secara adekuat
Melakukan penyelidikan epidemiologi (Perpus)

Anda mungkin juga menyukai