Anda di halaman 1dari 18

laporan ekologi suksesi sekunder

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan-perubahan yang terjadi dalam komunitas dapat dengan mudah
diamati dan seringkali perubahan itu berupa pergantian satu komunitas oleh
komunitas lain. Dapat kita lihat misalnya pada sebidang kebun jagung yang
setelah panen ditinggalkan dan tidak ditanami lagi. Disitu akan bermunculan
berbagai jenis tumbuhan gulma yang membentuk komunitas. Apabila lahan itu
dibiarkan cukup lama, dalam komunitas yang terbentuk dari waktu ke waktu
akan terjadi pergantian komposisi jenis (Resosoedarmo,1990).
Pada masa awal dapat saja komunitas yang terbentuk tersusun oleh tumbuhan
terna seperti badotan, rumput pahit, rumput teki, dan sebagainya. Tetapi
beberapa tahun kemudian di tempat yang sama, yang terlihat adalah komunitas
yang sebagian besar tersusun oleh tumbuhan perdu dan pohon seperti kirinyu,
senduduk, laban, dan sebagainya, atau dapat pula hanya terdiri atas alang-
alang. Bila tidak terjadi gangguan apa pun selama proses tersebut berjalan akan
terlihat bahwa perubahan itu berlangsung ke satu arah (Irwan, 1992).
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah
secara teratur disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi
lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir
dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimaks. Dikatakan
bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini
dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan
internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari
komponen-komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang
cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu
komunitas telah mencapai klimaks, perubahan yang searah tidak terjadi lagi
( Resosoedarmo,1990).
Suksesi tumbuhan adalah penggantian suatu komunitas tumbuh-tumbuhan oleh
yang lain. Hal ini dapat terjadi pada tahap integrasi lambat ketika tempat
tumbuh mula-mula sangat keras sehingga sedikit tumbuhan dapat tumbuh
diatasnya, atau suksesi tersebut dapat terjadi sangat cepat ketika suatu
komunitas dirusak oleh suatu faktor seperti api, banjir, atau epidemi serangga
dan diganti oleh yang lain (Daniel, et al, 1992).
Suksesi sebagai suatu studi orientasi yang memperhatikan semua perubahan
dalam vegetasi yang terjadi pada habitat sama dalam suatu perjalanan waktu
(Mueller-Dombois and Ellenberg, 1974). Selanjutnya dikatakan bahwa suksesi
ada dua tipe, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder. Perbedaaan dua tipe
suksesi ini terletak pada kondisi habitat awal proses suksesi terjadi. Suksesi
primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini mengakibatkan
hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di tempat komunitas
asal, terbentuk habitat baru.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum suksesi tumbuhan, dalam hal ini adalah suksesi
sekunder yaitu: Untuk mengetahui suksesi alami pada lahan garapan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Seorang ahli biologi menyatakan bahwa suksesi adalah perubahan yang terjadi
pada suatu ekosistem yang berlangsung bertahap- tahap dalam waktu yang
lama. Namun yang dianut oleh ahli- ahli ekologi sekarang adalah pandangan
yang mengatakan bahwa suatu komunitas adalah merupakan suatu gabungan
dari beberapa organisme. Organisme dalam suatu komunitas saling
berhubungan, karena melalui proses- proses kehidupan yang saling berinteraksi.
Lingkungan disekitarnya sangat penting karena mempengaruhi kehidupan
organisme.
Jika organisme tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya, maka akan
berakibat fatal bagi organisme itu. Misalnya, tanah penting untuk tumbuhan
hidup karena mengandung mineral juga merupakan media bagi air dan sebagai
tempat tumbuhnya akar. Sebaliknya tanah juga dapat dipengaruhi oleh
tumbuhan, dapat mengurangi jumlah mineral dalam tanah dengan akar- akar
tanaman yang menembus tanah yang hanya mengandung beberapa zat organik
(Irwan, 1992).
Para ahli biologi mencoba memberi nama pada berbagai komunitas. Nama ini
harus dapat memberikan keterangan mengenai sifat komunitas itu. Mungkin cara
yang sederhana adalah memberi nama dengan menggunakan kata-kata yang
dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas itu. Kebanyakan orang dapat
membayangkan apa yang dimaksud jika kita berbicara mengenai hutan atau
padang rumput. Nama ini menunjukkan bentuk dan wujud komunitas ini dalam
keseluruhannya. Sering kali di dalam suatu komunitas terdapat satu atau dua
tumbuhan dalam jumlah yang banyak, sehingga tumbuhan ini merupakan wujud
yang khas daripada komunitas ini. Organisme yang memberi wujud khas kepada
suatu komunitas dinamakan suatu spesies dominan dalam komunitas ini
(Sastrodinoto, 1980).
Di antara banyak organisme yang membentuk suatu komunitas, hanya beberapa
spesies atau grup yang memperlihatkan pengendalian yang nyata dalam
memfungsikan keseluruhan komunitas. Kepentingan relatif organisme dalam
suatu komunitas tidak ditentukan oleh posisi taksonominya, namun oleh jumlah,
ukuran, produksi dan hubungan lainnya. Tingkat kepentingan suatu spesies
biasanya dinyatakan oleh indeks keunggulannya. Komunitas diberi nama dan
digolongkan menurut spesies atau bentuk hidup yang dominan, habitat fisik atau
kekhasan fungsional. Analisis komunitas dapat dilakukan pada setiap lokasi
tertentu berdasarkan perbedaan zone atau gradien yang terdapat dalam daerah
tersebut. Umumnya semakin curam gradien lingkungan, makin beragam
komunitasnya karena batas yang tajam terbentuk oleh perubahan yang
mendadak dalam sifat fisik lingkungannya (Michael, 1994).
Secara subjektif siapapun akan menyadari bahwa komunitas hutan itu berbeda
dengan komunitas padang rumput dalam komposisi jenis dan struktur vegetasi.
Agar suatu komunitas menjadi kenyataan yang objektif sebagai koleksi yang
nyata dari suatu populasi, harapannya adalah bahwa kelompok populasi tertentu
cenderung untuk terjadi berulang- ulang dalam lingkungan yang serupa, dan
bahwa kelompok-kelompok ini berbeda dengan komunitas yang bersebelahan.
Harapan ini dapat diuji analisis gradasi, yang dalam analisis ini dengan distribusi
sepanjang gradasi lingkungan untuk mengetahui kisaran jenis yang membentuk
komunitas (Desmukh, 1992).
Kebanyakan komunitas memperlihatkan pola dan struktur dalam tanan bagian
komponen. Struktur suatu komunitas terdapat dalam bentuk stratifikasi tegak
(misalnya komunitas hutan), zona mendatar (komunitas laut) atau dalam pola-
pola fungsional yang berkaitan dengan aktivitas, jaring makanan, perilaku
reproduksi, atau perilaku sosial dari organisme. Zona peralihan dari suatu
komunitas dinamakan ekoton. Zona-zona ini memiliki organisme yang khas,
demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan. Jumlah dan banyaknya
spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton daripada komunitas
tetangganya (Michael, 1994).
Vegetasi yang terdapat di alam kebanyakan komunitas hutan mempunyai suatu
pola yang jelas. Di dalam komunitas hutan, daun-daun, cabang-cabang dan
bagian lain dari bermacam- macam pohon, semak dan lain-lain tumbuhan
membentuk beberapa lapisan. Masing-masing lapisan memiliki produsen,
konsumen dan makhluk pembusuk lain yang khas. Mikroklimat tiap lapisan pun
berlainan. Hal ini dapat dipahami karena cahaya, angin, dan hujan yang diterima
lapisan ini juga berbeda. Selain dari lapisan tumbuhan, permukaan tanah hutan
juga merupakan tempat hidup. Pada permukaan tanah hutan terdapat daun-
daun, ranting- ranting dan kayu yang membusuk. Zona-zona ini memiliki
organisme yang khas, demikian juga organisme yang ditemukan diperbatasan.
Jumlah dan banyaknya spesies sering kali lebih besar dalam suatu ekoton
daripada komunitas tetangganya. Disini terdapat suatu komunitas yang terdiri
dari mikroorganisme, lumut dan paku- pakuan. Juga terdapat bermacam-macam
kumbang, kutu daun, belalang dan mungkin ular ( Sastrodinoto, 1980).
Disamping habitat tersebut, masih banyak terdapat kehidupan yang lebih kecil
lagi dinamakan mikrohabitat, umpamanya celah-celah pada kulit pohon pinus,
ruang antara daun-daunan, di dalam buah-buahan ,dan diantara partikel tanah.
Mikrohabitat merupakan sebagian dari habitat yang luas dapat mempunyai iklim
yang berlainan dari iklim habitat tadi. Didalam mikrohabitat terdapat komunitas
kecil-kecil dan di dalam mikrohabitat tertentu mungkin terdapat mikroorganisme,
yang tidak ada di tempat lain. Komunitas kecil ini membentuk komuntas hutan
(Ewusie, 1990).
Dalam setiap komunitas setiap individu selalu dikelilingi oleh berbagai
organisme, yaitu organisme satu spesies atau spesies lain. Organisme dalam
suatu komunitas saling berhubungan. Hubungan antara spesies di dalam
komunitas mempunyai pengaruh besar terhadap berbagai spesies yang
membentuk komunitas (Sastrodinoto, 1980).
Organisme individu atau populasi yang terbentuk sebagai kumpulan populasi
spesies dalam daerah tertentu, yang membentuk suatu komunitas, suatu
komunitas dapat berada dalam berbagai ukuran, misalnya komunitas hutan
besar, laut atau komunitas kayu busuk. Para ahli tumbuhan dan hewan
memerikan komunitas secara beragam. Semua definisi komunitas memiliki
pandangan tertentu secara umum. Ini adalah beberapa spesies hadir dalam
daerah yang sama dimungkinkan untuk mengenali satu jenis komunitas karena
kelompok spesies yang sama dengan komposisi kurang lebih tetap hadir dalam
ruang dan waktu.
BAB III
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A.Waktu dan Tempat
Waktu pelaksanaan praktikum yaitu pada hari rabu, tanggal 13 april
2011.Tempat pelaksanaan praktikum yaitu di areal perkebunan Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

B. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum suksesi tumbuhan
meliputi:
1. Tali Rafia
2. Meteran
3. Parang
4. Cangkul

C. Cara Kerja
1. Bersihkan lahan garapan dengan cangkul dari rumput dan tumbuhan lain yang
ada, seluas 25 m2.
2. Bagi lahan tersebut menjadi petak kecil yang berukuran 1 x 1 m 2 dengan
menggunakan meteran dan dibatasi oleh tali rafia. Selanjutnya biarkan petak
tersebut selama satu minggu.
3. Setelah satu minggu, amati jenis tumbuhan yang tumbuh pada masing
masing petak 1 x 1 m2 dan catat jumlah, serta masing masing tumbuhan.
4. Pengamatan dilakukan terus setiap minggu hingga minggu ke 8
5. Catat perubahan komposisi tumbuhan tersebut dan bandingkan hasil
pengamatan setiap minggu.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Tabel hasil pengamatan suksesi tumbuhan :
Minggu ke-1
Hari/ Tanggal Jenis Tanaman Jumlah Tanaman Tinggi Tanaman

Selasa26 Leguminoceae 40 3 cm
Maret

Putri Malu 5 5 cm

b. minggu ke-2

Hari / Tanggal Jenis Tanaman Jumlah Tanaman Tinggi Tanaman


Selasa April Kacang- 100 10 cm
2013 Kacangan

Rumput Teki 120 20cm

Putri Malu 100 15 cm

Senduduk 130 30 cm

Rerumputan 170 25 cm
c. Pengamatan minggu ke-3
Hari / Tanggal Jenis Tanaman Jumlah Tanaman Tinggi Tanaman
Selasa April
2013 Kacang- 170 17 cm
Kacangan

Rumput Teki 200 30cm

Putri Malu 150 15 cm

Senduduk 260 40 cm

Rerumputan 200 30 cm

d.Pengamatan Minggu ke-4


Hari / Tanggal Jenis Tanaman Jumlah Tanaman Tinggi Tanaman
Selasa April Kacang- 200 35 cm
2013 Kacangan

Rumput Teki 175 20cm

Putri Malu 170 35 cm

Senduduk 500 50 cm

Rerumputan 170 30 cm

e..Pengamatan Minggu ke-5


Hari / Tanggal Jenis Tanaman Jumlah Tanaman Tinggi Tanaman
Selasa April Kacang- 280 55 cm
2013 Kacangan

Rumput Teki 225 40 cm

Putri Malu 250 60 cm

Senduduk 500 70 cm

Rerumputan 210 40 cm

B. Pembahasan
Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas
atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau
ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis). Di alam
ini terdapat dua macam suksesi, yaitu suksesi primer dan suksesi sekunder.
Suksesi primer terjadi bila komunitas asal terganggu. Gangguan ini
mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total sehingga di
tempat komunitas asal terbentuk habitat baru. Gangguan ini dapat terjadi secara
alami, misalnya tanah longsor, letusan gunung berapi, endapan Lumpur yang
baru di muara sungai, dan endapan pasir di pantai. Gangguan dapat pula karena
perbuatan manusia misalnya penambangan timah, batubara, dan minyak bumi.
Contoh yang terdapat di Indonesia adalah terbentuknya suksesi di Gunung
Krakatau yang pernah meletus pada tahun 1883. Di daerah bekas letusan
gunung Krakatau mula-mula muncul pioner berupa lumut kerak (liken) serta
tumbuhan lumut yang tahan terhadap penyinaran matahari dan kekeringan.
Tumbuhan perintis itu mulai mengadakan pelapukan pada daerah permukaan
lahan, sehingga terbentuk tanah sederhana. Bila tumbuhan perintis mati maka
akan mengundang datangnya pengurai.
Zat yang terbentuk karma aktivitas penguraian bercampur dengan hasil
pelapukan lahan membentuk tanah yang lebih kompleks susunannya. Dengan
adanya tanah ini, biji yang datang dari luar daerah dapat tumbuh dengan subur.
Kemudian rumput yang tahan kekeringan tumbuh. Bersamaan dengan itu
tumbuhan herba pun tumbuh menggantikan tanaman pioner dengan
menaunginya. Kondisi demikian tidak menjadikan pioner subur tapi sebaliknya.
Sementara itu, rumput dan belukar dengan akarnya yang kuat terus
mengadakan pelapukan lahan.Bagian tumbuhan yang mati diuraikan oleh jamur
sehingga keadaan tanah menjadi lebih tebal. Kemudian semak tumbuh.
Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah kompetisi.
Lama kelamaan semak menjadi dominan kemudian pohon mendesak tumbuhan
belukar sehingga terbentuklah hutan. Saat itulah ekosistem disebut mencapai
kesetimbangan atau dikatakan ekosistem mencapai klimaks, yakni perubahan
yang terjadi sangat kecil sehingga tidak banyak mengubah ekosistem itu.
Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk secara
alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh
organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan kehidupan
masih ada. Contohnya, gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut,
kebakaran, angin kencang, dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan
pembakaran padang rumput dengan sengaja.
Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-
tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang
ditinggalkan tak terurus

Deskripsi
Terna rumput, berumur panjang (perenial), tumbuh berumpun, tinggi 30 - 180 cm. Akar rimpang, menjalar,
berbuku-buku, keras dan liat, berwarna putih. Batang berbentuk silindris, diameter 2 - 3 mm, beruas-ruas.
Daun warna hijau, bentuk pita (ligulatus), panjang 12 - 80 cm, lebar 2 - 5 cm, helaian daun tipis tegar, ujung
meruncing (acuminatus), tepi rata, pertulangan sejajar (parallel), permukaan atas halus, permukaan bawah
kasap (scaber). Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), bertangkai panjang, setiap bulir berekor puluhan helai
rambut putih sepanjang 8 - 14 mm, mudah diterbangkan angin. Buah bentuk biji jorong, panjang +/- 1 mm,
berwarna cokelat tua. Perbanyaan vegetatif (akar rimpang)
Putri Malu
Mimosa pudica Duchass. & Walp
Nama umum
Indonesia: Putri malu, si kejut, riyud,
Inggris: shame plant, puahilahila
Pilipina: Makahiya
Cina: han xiu cao

Putri Malu

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Fabales
Famili: Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus: Mimosa
Spesies: Mimosa pudica Duchass. & Walp

Bandotan
Ageratum conyzoides L.Nama umum
Indonesia: Bandotan, babandotan (Sunda), badotan, wedusan (Jawa)
Inggris: maile-hohono, chick weed
Cina: sheng hong ji

Bandotan
Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Asteridae
Ordo: Asterales
Famili: Asteraceae
Genus: Ageratum
Spesies: Ageratum conyzoides L.
Teki
Cyperus rotundus L.
Nama umum
Indonesia: Teki
Inggris: nut grass
Pilipina: Mutha
Cina: xiang fu zi

Teki

Kerabat Dekat
Bayam Tanah, Kastoyan, Senggang Itik, Bayam Cabut, Bayam Tahun
Meniran
Phyllanthus niruri L.
Sinonim
Phyllanthus urinaria L.

Nama umum
Indonesia: Meniran
Melayu: Dukung anak
Pilipina: Sampa sampalukan

Klasifikasi
Kingdom: Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom: Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas: Rosidae
Ordo: Euphorbiales
Famili: Euphorbiaceae
Genus: Phyllanthus
Spesies: Phyllanthus niruri L.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
1. Suksesi sekunder terjadi bila suatu komunitas mengalami gangguan, balk
secara alami maupun buatan. Gangguan tersebut tidak merusak total tempat
tumbuh organisme sehingga dalam komunitas tersebut substrat lama dan
kehidupan masih ada.
2. Tumbuhan semak menaungi rumput dan belukar maka terjadilah
kompetisi,dan kemudian Lama kelamaan semak menjadi dominan.
3. Suksesi primer terjadi apabila komunitas asal terganggu atau di garap.
Gangguan ini mengakibatkan hilangnya komunitas asal tersebut secara total
sehingga di tempat komunitas asal terbentuk habitat baru.
4. gangguan alami misalnya banjir, gelombang taut, kebakaran, angin kencang,
dan gangguan buatan seperti penebangan hutan dan pembakaran padang
rumput dengan sengaja.
5. Contoh komunitas yang menimbulkan suksesi di Indonesia antara lain tegalan-
tegalan, padang alang-alang, belukar bekas ladang, dan kebun karet yang
ditinggalkan tak terurus

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
Desmukh, I.1992. Ekologi dan Biologi Tropika. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Hal: 237-242

Ewusie, J. Y. 1990. Pengantar Ekologi Tropika. Bandung: ITB. Hal: 47-82

Irwan, Z. O.1990. Prinsip-prinsip Ekologi dan Organisasi Ekosistem, Komunitas,


Dan Lingkungan. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 85-90

Michael, P.1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan


Laboratorium. Jakarta: UI Press. Hal: 267-272

Resosoedarmo, R. S.1989. Pengantar Ekologi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.


Hal: 69-74

Sastrodinoto,S.1980. Biologi Umum I. PT. Gramedia.Jakarta .Hal: 52-57

LAMPIRAN
Diposkan 5th October 2013 oleh Umiyah UNSRI
Lokasi: Indonesia
0
Tambahkan komentar

Umiyah agroekoteknologi12 unsri

Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis

Oct
6

LAPORAN SUKSESI
Diposkan oleh Thyni di 04.15

Judul : Suksesi
Tujuan : Untuk Mengetahui Proses suksesi Alami dari Lahan
Garapan dan Lokasi yang Mengalami Pengurasan
Tempat / Tanggal : Samping Gudang Suzuki Andonohu/ 13 November 2011
Na
ma / Stambuk : Martini / A1C2 08 31
A. Kajian Pustaka
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem
yang disebut klimaks. Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai
homeostatis. Ini dapat diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan
internalnya sebagai akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-
komponennya terhadap setiap kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi
atau fungsi normal komunitas. Jadi bila suatu komunitas telah mencapai klimaks, perubahan
yang searah tidak terjadi lagi (Resosoedarmo, 1990. Pengantar Ekologi: 69-74 ).
Perubahan komposisi dan struktur komunitas adalah yang paling jelas terlihat setelah
beberapa gangguan, yang menyebabkan hilangnya vegetasi yang ada. Daerah yang terganggu
itu bisa dikolonisasi oleh berbagai varietas spesies, yang secara perlahan-lahan digantikan
oleh suatu suksesi spesies lain. Peralihan seperti itu dalam komposisi spesies selama waktu
ekologis menunjukan suatu proses yang disebut suksesi. Proses itu disebut suksesi primer,
jika dimulai di suatu daerah yang hampir tidak memiliki kehidupan, dimana tanah masih
belum terbentuk. Suksesi sekunder terjadi dimana suatu komunitas yang ada saat itu telah
hilang oleh beberapa gangguan, yang hanya meningalkan tanah yang tetap utuh (Campbell,
2004. Biologi Jilid 3: 379).
Proses suksesi tumbuhan dimulai segera setelah terbentuknya area daratan yang mampu
menunjang tumbuhan yang dibentuk. Kecenderungan untuk semua suksesi tumbuhan
berakhir dalam komunitas klimaks yang disebut konvergensi. Pada umumnya, proses suksesi
tumbuhan merupakan refleksi dari efisiensi komunitas yang meningkat terhadap energi
matahari yang ditangkap dan mengubahnya menjadi energi kimia (Kimball, 1999. Biologi
Jilid 3: 974).
B. Prosedur Kerja
Langkah-langkah yang dilakukan pada praktikum ini yaitu:
1. Memilih lokasi pengamatan yang dianggap telah mengalami proses suksesi
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Mengambil tumbuhan yang ada dilokasi itu melalui metode penjelajahan
4. Mengidentifikasi dan mengklasifikasikan jenis tumbuhan yang diperoleh
5. Membuat data hasil pengamatan

C. Data dan Pengolahan Data


1. Data Hasil Pengamatan
1) Alang-alang (Imperata cylindrica L. Raenschel)
Regnum : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica L. Raenschel
2) Komba-komba (Eupatorium inulifolium H.B.K)
Regnum : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia : Compositae
Genus : Eupatorium
Spesies : Eupatorium inulifolium H.B.K
3) Rumput Papaitan (Axonopus compressus P.B.)
Regnum : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledonae
Ordo : Glumiflorae
Familia : Graminiae
Genus : Axonopus
Spesies : Axonopus compressus P.B.
4) Putri malu (Mimosa pudica Duchass. & Walp)
Regnum : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Mimosa
Spesies : Mimosa pudica Duchass. & Walp
5) Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Regnum : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.

6) Kirinyuh (Eupatorium inulifolium Kunth.)


Regnum : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Eupatorium
Spesies : Eupatorium inulifolium Kunth.
7) Beluntas (Pluchea indica Less.)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Pluchea
Species : Pluchea indica Less.
8) Sawi Langit (Vernonia cinerea (L.) Less.)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophytha
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia : Compositae (Asteraceae)
Genus : Vernonia
Species : Vernonia cinerea (L.) Less.
9) Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis [L.] Vahl.)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Solanales
Familia :Verbenaceae
Genus : Stachytarpheta
Species : Stachytarpheta jamaicensis [L.]
10) Wenggo mewulu (Suku Tolaki) Ipomoea purpurea
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Tubiflorales
Familia :Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Species : Ipomoea purpurea
11) Teki Rawa (Cyperus Javanicus)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Cyperales
Familia : Cyperaceae
Genus : Cyperus
Species : Cyperus javanicus
12) Urang Aring (Eclipta alba Hassk.)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia :Asteraceae
Genus : Eclipta
Species : Eclipta alba Hassk.
13) Tempuyung (Sonchus arvensis L.)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraccae
Genus : Sonchus
Species : Sonchus arvensis L.

14) Rumput gajah (Pennisetum purpurium Schumacher)


Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Pennisetum
Species : Pennisetum purpurium Schumacher
15) Kersen (Muntingia calabura L.)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Elaeocarpaceae
Genus : Muntingia
Species : Muntingia calabura L.
16) Jambu biji (Psidium guajava, Linn)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Myrtales
Familia :Myrtaceae
Genus : Psidium
Species : Psidium guajava, Linn
17) Johar (Cassia siamea Lamk)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Familia :Caesalpiniceae
Genus : Cassia
Species : Cassia siamea Lamk.
18) Waru (Hibiscus macrophyllus Roxb. ex Hornem)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Species : Hibiscus macrophyllus Roxb. ex Hornem
19) Pulutan (Urena lobata Linn.)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Urena
Species : Urena lobata Linn.
20) Babadotan (Ageratum conyzoides L).
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Ageratum
Spesies : Ageratum conyzoides L
21) Longkida (Nauclea orientalis L.)
Kingdom : Plantarum
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo :
Famili :
Genus : Nauclea
Spesies : Nauclea orientalis L.

22) Semanggi
Regnum : Plantae
Divicio : Pterydophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Salviniales
Familia : Marsileaceae
Genus : Marsilea
Species : Marsilea crenata Presl
23) Paku Harupat
Regnum : Plantae
Divicio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Dryoteridaceae
Genus : Neprolephis
Species : Neprolephis bisserata (Sw) Scott
24) Ubi Jalar
Regnum : Plantae
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Solanales
Familia : Convulvolaceae
Genus : Ipomea
Species : Ipomea batatas L.
25) Lamtoro
Regnum : Plantae
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Fabales
Familia : Fabaceae
Genus : Leucaena
Species : Leucaena leucocphala (Lamk) de wit
26) Paku Tanah
Regnum : Plantae
Divicio : Pteridophyta
Classis : Polipodiopsida
Ordo : Pteriales
Familia : Pteridaceae
Genus : Pteris
Species : Pteris sp.
27) Jati (Tectona grandis L.f.)
Regnum :Plantarum
Divicio :Magnoliophyta
Classis :Magnoliopsida
Ordo Lamiales
Familia Lamiaceae
Genus Tectona
Species : Tectona grandis L.f
28) Gamal (Gliricidia maculata L.)
Regnum : Plantae
Divicio : Magnoliophyta
Classis : Magnoliopsida
Ordo : Rosales
Familia : Gliricidiacedae
Genus : Gliricidia
Species : Gliricidia maculata L.
29) Paku Kinca (Nephrolepis sp.)
Regnum : Plantae
Divicio : Pteridophyta
Classis : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Familia : Polypodiaceae
Genus : Nephrolepis
Spesies : Nephrolepis sp.

30) Rumput pahitan (Paspalum conjugatum)


Regnum : Plantae
Divicio : Spermatophyta
Classis : Monocotyledoneae
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Paspalum
Species : Paspalum conjugatum
31) Kembang telekan (Lantana camara)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Solanales
Familia : Verbenaceae
Genus : Lantana
Species : Lantana Camara
32) Meniran (Phyllanthus niruri L.)
Regnum : Plantarum
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.
33) Baru cina (Artemisia vulgaris Linn.)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Asterales
Familia : Asteraceae
Genus : Artemisia
Species : Artemisia vulgaris Linn.
34) Brotowali (Tinospora rumphii)
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Ranunculales
Familia : Menispermaceae
Genus : Tinospora
Species : Tinospora rumphii
35) Petikan kebo (Euphorbia hirta L. )
Regnum : Plantarum
Divicio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Familia : Euphorbiaceae
Genus : Euphorbia
Species : Euphorbia hirta L.
36) Rumput Jarum (Andropogon aciculatus)
Kingdom : Plantae
Divicio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Poales
Familia : Poaceae
Genus : Andropogon
Spesies : Andropogon aciculatus
D. Pembahasan
Komposisi spesies dalam komunitas akan bervariasi sepanjang waktu dimana di beberapa
tempat kelimpahan spesiesnya menurun, sedangkan yang lain meningkat. Beberapa gangguan
mungkin hanya merupakan fluktuasi lokal yang kecil sifatnya, sehingga tidak memberikan
arti yang penting. Gangguan yang lainya mungkin sangat besar /kuat sehingga mempengaruhi
sistem secara keseluruhan, yang dapat menimbulkan perubahan pada komunitas awal.
Proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah secara teratur
disebut suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam
komunitas atau ekosistem. Proses perubahan ini akan membentuk suatu komunitas baru yang
akan mengganti komunitas lama yang telah rusak karena adanya gangguan tadi. Proses
suksesi tumbuhan dimulai segera setelah terbentuknya area daratan yang mampu menunjang
tumbuhan yang dibentuk. Kecenderungan untuk semua suksesi tumbuhan berakhir dalam
komunitas klimaks yang disebut konvergensi.
Dikatakan bahwa dalam tingkat klimaks ini komunitas telah mencapai homeostatis. Ini dapat
diartikan bahwa komunitas sudah dapat mempertahankan kestabilan internalnya sebagai
akibat dari tanggap (respon) yang terkoordinasi dari komponen-komponennya terhadap setiap
kondisi atau rangsangan yang cenderung mengganggu kondisi atau fungsi normal komunitas.
Suksesi merupakan proses yang menyeluruh dan kompleks dengan adanya permulaan,
perkembangan dan akhirnya mencapai kestabilan pada fase klimaks. Klimaks merupakan fase
kematangan yang final, stabil memelihara diri dan berproduksi sendiri dari suatu
perkembangan vegetasi dalam suatu iklim.
Ada dua jenis suksesi di alam yaitu suksesi primer terjadi ketika komunitas awal terganggu
dan mengakibatkan hilangnya komunitas awal tersebut secara total sehingga di tempat
komunitas asal tersebut akan terbentuk substrat dan habitat baru, serta suksesi sekunder
apabila dalam suatu ekosistem alami mengalami gangguan, baik secara alami ataupun buatan
(karena manusia), dan gangguan tersebut tidak merusak total tempat tumbuh organisme yang
ada sehingga dalam ekosistem tersebut substrat lama dan kehidupan lama masih ada.
Pada tempat praktikum kali ini merupakan contoh suksesi sekunder, dimana adanya campur
tangan manusia yang menyebabkan adanya kerusakan komunitas awal, karena proses
penimbunan. Penimbunan ini tidak menimbulkan kerusakan secara total pada komunitas awal
di tempat itu, sehingga msih dapat ditemukan adanya jenis tumbuhan lama pada tempat itu
seperti alang-alang (Imperata cylindrica), yang kembali tumbuh dan hidup pada komunitas
yang baru terbentuk pada tempat semula. Namun, ditemukan juga adanya berbagai jenis
tumbuhan baru misalnya rumpu-rumputan, gulma dan paku-pakuan.
Munculnya berbagai jenis tumbuhan baru pada komunitas ini disebabkan oleh adanya jenis
bibit tumbuhan yang sedang dalam masa dorman terdapat pada tanah yang digunakan untuk
menimbun komunitas awal, sehingga lama-kelamaan biji tumbuhan itu akan tumbuh dan
memenuhi komunitas baru.
Faktor yang mempengaruhi proses suksesi, yaitu: luasnya habitat asal yang mengalami
kerusakan, jenis-jenis tumbuhan di sekitar ekosistem yang terganggu,
kecepatan pemencaran biji atau benih dalam ekosistem tersebut,
iklim, terutama arah dan kecepatan angin yang membawa biji, spora. dan benih lain serta
curah hujan yang sangat berpengaruh dalam proses perkecambahan, serta jenis substrat baru
yang terbentuk. Dapat pula disebabkan oleh faktor penyebaran bibit tanaman dengan bantuan
angin sehingga dapat tumbuh di tempat itu.
Selain faktor tadi, masih ada berbagai faktor lain yang turut menentukan rentan suksesi
misalnya kompetisi Kompetisi antar spesies tunggal untuk mendapatkan sumber daya yang
tersedia sangat menentukan jenis spesies baru yang menghuni komunitas baru. Pada tempat
pengamatan ini lebih banyak ditemukan alang-alang (Imperata cylindrica) yang memiliki
daya kompetisi tinggi dibanding spesies lainnya. Sehingga alang-alang membentuk koloni
yang baik dan banyak karena memiliki fekunditas yang tinggi dan daya penyebaran yang
sangat baik.
Namun ada pula berbagai jenis tumbuhan lainnya yang ditemukan, misal jenis tumbuhan
seperti gulma tidak dijumpai dalam jumlah yang banyak, sebab lingkungan itu tidak terlalu
mendukung untuk menyediakan zat-zat yang dibutuhkan untuk kehidupan tumbuhan ini
secara sempurna.
E. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum ini yaitu
1. Proses suksesi menyebabkan terbentuknya komunitas baru yang mencapai tingkatan
klimaks yang menandakan adanya homeostasis dalam komunitas yang baru terbentuk itu.
2. Suksesi primer apabila kerusakan secara total terjadi pada suatu vegetasi awal, sehingga
pada tempat itu akan terbentuk suatu vegetasi baru yang berbeda dari vegetasi awal.
3. Suksesi sekunder terjadi apabila ekosistem alami mengalami gangguan, yang tidak
merusak secara total tempat tumbuh organisme yang ada sehingga dalam ekosistem tersebut
substrat lama dan kehidupan lama masih ada.

Anda mungkin juga menyukai