Anda di halaman 1dari 29

UJI THRESHOLD

Oleh :

Nama : Pika Apriyance


NRP : 113020094
No. Meja : 4 (Empat)
Kelompok : E
Tanggal Praktikum : 14 Maret 2014
Asisten : Nur Laila Shaumi

JURUSAN TEKNOLOGI PANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PASUNDAN
BANDUNG
2014
I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai : (1) Latar Belakang, (2) Tujuan Percobaan,

(3) Prinsip Percobaan, dan (4) Aplikasi dalam Bidang Pangan.

1.1. Latar Belakang

Pengujian organoleptik adalah pengujian yang didasarkan pada proses

pengindraan. Pengindraan diartikan sebagai suatu proses fisio-psikologis, yaitu

kesadaran atau pengenalan alat indra akan sifat-sifat benda karena adanya

rangsangan yang diterima alat indra yang berasal dari benda tersebut. Pengindraan

dapat juga berarti reaksi mental (sensation) jika alat indra mendapat rangsangan

(stimulus). Reaksi atau kesan yang ditimbulkan karena adanya rangsangan

dapat berupa sikap untuk mendekati atau menjauhi, menyukai

atau tidak menyukai akan benda penyebab rangsangan. Kesadaran, kesan

dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologis atau reaksi subyektif.

Rangsangan yang diberikan oleh suatu benda tidak selalu dapat

menimbulkan kesan. Rangsangan yang terlalu rendah tidak akan cukup untuk

menimbulkan kesan dan sebaliknya rangsangan yang terlalu tinggi juga akan

memberikan kesan yang berlebihan, sehingga mengganggu kesan konsumen.

Adanya indera yang cacat atau sakit tidak dapat melakukan proses penginderaan

dengan baik dan tidak dapat menghasilkan kesan yang wajar. Intensitas

atau tingkatan rangsangan terkecil yang mulai dapat menghasilkan respon disebut

ambang rangsangan.

Rangsangan penyebab timbulnya kesan dapat dikategorikan

dalam beberapa tingkatan, yang disebut ambang rangsangan (threshold). Dikenal


beberapa ambang rangsangan, yaitu ambang mutlak (absolute threshold), ambang

pengenalan (recognition threshold), ambang pembedaan (difference threshold) dan

ambang batas (terminal threshold). Ambang mutlak adalah jumlah benda rangsang

terkecil yang sudah mulai menimbulkan kesan. Ambang pengenalan sudah mulai

dikenali jenis kesannya, ambang pembedaan perbedaan terkecil

yang sudah dikenali dan ambang batas adalah tingkat rangsangan terbesar

yang masih dapat dibedakan intensitas.

Untuk menetapkan nilai ambang dari suatu rangsangan teredapat

bebeerapa macam analisis diantaranya analisis rata-rata, analisis frekuensi

dan analisis distribusi normal. Cara-cara analisis ini pada umumnya berdasarkan

pada uji rangsangan tunggal, dimana tiap uji menggunakan sejumlah panelis semi

terlatih. Panelis dipilih dari mereka yang dapat mengenali atau mengetahui sifat

indrawi dari contoh atau produk yang diuji.

Dalam uji rangsangan tunggal pada setiap uji, tiap panelis diminta

menyatakan ada atau tidak ada sifat inderawi yang diujikan. Data responnya

berupa data binomial yang kemudian dapat dianalisis secara statistika. Karena

demikian sederhana, maka pada analisis ambang dapat disajikan sejumlah contoh

pada tiap pengujian. Namun untuk mencapai kondisi atau lingkungan uji

yang sesuai diperlukan penyiapan contoh dan penyajian yang cermat.

1.2. Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan dari uji threshold adalah untuk melatih kepekaan indera

pencicip atau penciuman terhadap berbagai rangsangan dan untuk menentukan

ambang mutlak, ambang pengenalan, ambang pembedaan, dan ambang batas.


1.3. Prinsip Percobaan

Prinsip percobaan dari uji threshold adalah berdasarkan sensitivitas

dari panelis dalam mendeteksi adanya rangsangan yang terendah yang mulai

dapat menghasilkan kesan.

1.4. Aplikasi dalam Bidang Pangan

Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah

suatu substansi yang dapat dideteksi absolute threshold atau perubahan

konsentrasi terkecil suatu substansi yang dapat dideteksi perubahannya (difference

threshold). Biasanya substansi yang mau dikaji dilarutkan dalam air murni.

Panelis diminta untuk menilai sampel mana yang berbeda dengan air, dalam hal

ini air murni juga disajikan sebagai pembanding.

Aplikasi Uji Treshold di bidang pangan adalah fortifikasi dan formulasi,

mengetahui efek penambahan suatu tinambah terhadap produk, menentukan umur

simpan suatu produk agar sifatnya dapat tetap diterima secara organoleptis

(Anonim, 2010)
II BAHAN, ALAT, DAN METODE PERCOBAAN

Bab ini membahas mengenai : (1) Bahan-Bahan yang Digunakan,

(2) Alat-Alat yang Dibunakan, dan (3) Metode Percobaan.

2.1. Bahan-Bahan yang Digunakan

Bahan - bahan yang digunakan dalam percobaan uji threshold

adalah larutan garam dengan kosnsentrasi (0), (0,1), (0,2), (0,3), (0,4), (0,5), (0,6),

(0,7), (0,8), (0,9).

2.1. Alat-alat Percobaan

Alat - alat yang digunakan dalam percobaani uji threshold adalah sendok

plastik, gelas, nampan, dan sloki.

2.3. Metode Percobaan

2.3.1. Deskripsi Percobaan

Seri sampel larutan gula disajikan dengan konsentrasi yang berbeda, yaitu

mulai dari konsentrasi 0% sampai dengan konsentrasi 0,9%, kemudian diberi nilai

0 (nol) untuk contoh yang sama dengan kontrol dan nilai 1 (satu) untuk contoh

yang berbeda dengan kontrol.

2.3.2. Analisis Perhitungan

1. Metode Grafi

reaksi positif
100%
panelis
% reaksi positif =
Nilai AT (Absolute Threshold) = 50% panelis dapat mendeteksi dengan benar.

Nilai RT (Recognitation Threshold) = 75% panelis dapat mengenali

rangsangan.

2. Metode Interpolasi

Konsentrasi % Reaksi positif


(d) (a)
(X) (b)
(e) (c)

b a
RT d (e d )
c a
x=

Keterangan : x = % konsentrasi AT dan RT yang dicari

a = nilai batas atas % reaksi positif

b = nilai tengah % reaksi positif

c = nilai batas bawah % reaksi positif

d = nilai batas atas konsentrasi

e = nilai batas bawah konsentrasi


III HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai : Hasil Pengamatan dan Pembahasan.

3.1. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

Tabel 1. Hasil Pengamatan Uji Threshold


No Metode AT RT
1 Metode Interpolasi 0,05 % 0,078 %
2 Metode Grafik 0 0,1 0 0,1
(Sumber : Pika Apriyance, Meja 4, Kelompok E, 2014)

Grafik Hubungan Konsentrasi Garam


dengan % Reaksi Positif
120

100

80

% Reaksi Positif 60

40

20

0
0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 0.5

Gambar 1. Grafik Hubungan Konsentrasi dan % Reaksi Positif

Berdasarkan data tabel diatas kita dapat menentukan nilai absolute

threshold (AT) dan recognition theshold (RT) dari pengujian threshold terhadap

larutan garam ini. Dengan metode grafik, absis (X) adalah konsentrasi dari larutan

garam dan ordinat (Y) adalah persentase reaksi positif dimana akan didapatkan

grafik sebagai berikut. Berdasarkan pengujian menggunakan uji threshold dengan

metode grafik maupun metode interpolasi diketahui bahwa konsentrasi terendah


sampel larutan garam yang dapat dideteksi oleh 50 % panelis adalah pada

konsentrasi 0,05% dan yang dapat dideteksi oleh 75 % panelis adalah pada

konsentrasi 0,078 %.

Metode pengujian threshold merupakan salah satu metode untuk pengujian

panelis dalam penentuan sensitivitas. Metode ini digunakan untuk menentukan

tingkat konsentrasi terendah suatu substansi yang dapat dideteksi atau perubahan

konsentrasi terkecil dari suatu substansi yang dapat dideteksi. Biasanya substansi

yang mau dikaji dilarutkan dalam air murni (Kartika, 1987).

Metode ini digunakan untuk menentukan tingkat konsentrasi terendah

suatu substansi yang dapat dideteksi absolute threshold atau perubahan

konsentrasi terkecil suatu substansi yang dapat dideteksi perubahannya (difference

threshold). Biasanya substansi yang mau dikaji dilarutkan dalam air murni.

Panelis diminta untuk menilai sampel mana yang berbeda dengan air, dalam hal

ini air murni juga disajikan sebagai pembanding.

Kelebihan dari metode ini terkadang digunakan untuk seleksi panelis,

namun ada kelemahanya pada penentuan threshold biasanya yang disajikan

larutan satu macam substansi, tetapi dalam makanan, rasa campuran sebagai rasa.

Analisis data penentuan threshold secara grafik adalah dapat dengan

melihat hubungan pada konsentrasi dengan presentase respon ataupun

penggunaan metode linier regresi dan juga metode interpolasi (Kartika, 1987).

Pengujian threshold ini dapat digunakan sebagai seleksi panelis karena

dipandang bahwa dapat mengetahui tingkat sensitivitas dari setiap masing-masing

calon panelis (Kartika, 1987).


Jenis rangsangan pada umumnya dapat digolongkan dalam kelompok

fisik, mekanik dan kimiawi. Rangsangan tersebut menggertak atau mengenai alat

indera dengan besaran atau intensitas tertentu. Besarnya rangsangan dapat diukur

dengan satuan-satuan fisik yang lazim untuk mengukur fenomena fisik.

Sebaliknya kesan atau tanggapan yang dihasilkan oleh rangsangan mempunyai

dimensi-dimensi. Beberapa dimensi dapat mempunyai satuan fisik tetapi beberap

yang lain tidak dapat diukur dengan satuan fisik dan harus dinyatakan dalam

dimensi psikologik. Beberapa dimensi dari tanggapan atau kesan, yaitu jenis

kesan, intensitas kesan, luas daerah kesan, lama kesan dan kesan hedonik

(Soekarto, 1985).

Jenis kesan yang dihasilkan dari rangsangan garam ialah asin buah pisang

menghasilkan kesan warna kuning. Satu benda perangsang, misalnya buah tomat

dapat menghasilkan beberapa jenis kesan misalnya rasa asam, warna merah halus

pada permukaannnya.

Dalam menambahkan gula dalam suatu produk pangan, kadar gula


yang biasa ditambahkan jumlahnya 10-20 %, dengan kadar gula sekian bahan
pangan yang dibuat memiliki rasa manis yang cukup (Purwantara, B., 2002).
Intensitas kesan mencakup ringan atau beratnya kesan. Mencicip larutan

garam 30% memberi intensitas rasa asin yang lebih tinggi dibandingkan

dengan mencicip larutan garam 0,05%.

Luas daerah kesan yang juga disebut sensation magnitude adalah kesadaran

akan luasnya daerah yang terkena rangsangan. Misalnya menempelkan sebutir

kristal garam diujung lidah akan dirasakan satu daerah sempit di tempat butir
kristal diletakkan. Sebaliknya berkumur dengan larutan garam akan dirasakan asin

ditempat yang lebih luas, meskipun tidak diseluruh permukaan rongga mulut.

Lama kesan berbeda-beda tergantung pada jenis rangasangan dan jenis alat

indera. Kesan dapat tertinggal lama dirasakan oleh indera tetapi dapat juga

sebentar. Rasa pahit dapat lebih lama dirasakan oleh pangkal lidah sebaliknya rasa

manis akan cepat hilang segera setelah benda perangsangnya hilang. Kesan

yang lama tertinggal disebut kesan kemudian (aftertaste).

Kesan hedonik meliputi tanggapan pribadi yang menyangkut kesan senang

atau tidak senang. Lama kesan dapat diukur dengan satuan waktu, sedang dimensi

yang lain hanya dapat diukur secara psikologik. Hubungan antara rangsangan

dan kesan disebut hubungan psiko-fisik (Soekarto, 1985).

Hubungan antara rangsangan fisik dan kesan atau tanggapan psikologis

tidak selalu mudah mengukurnya. Hal ini disebabkan oleh karena besaran

tanggapan psikologis tidak selamanya mudah diukur. Tanggapan psikologis

dihasilkan dari kemampuan fisio-psikologis seorang panelis.

Kemampuan-kemampuan inilah yang menjadi andalan seseorang untuk menjadi

seorang panelis.

Kemampuan untuk mendeteksi (detection) yaitu suatu kemampuan dapat

menyadari adanya rangsangan sebelum mengenal adanya kesan tertentu yang

spesifik. Kemampuan ini antara lain berguna untuk mengetahui ambang mutlak

(AT). Kemampuan mengenal atau recognition (RT) yaitu suatu kemampuan untuk

dapat mengenali suatu jenis kesan atau mengenali dengan sadar adanya kesan

spesifik dan dengan tepat dapat menghubungkan kesan itu dengan adanya jenis
rangsangan tertentu. Kemampuan ini antara lain berguna untuk mengenali suatu

sifat atau untuk mengetahui ambang pengenalan (Soekarto, 1985).

Rangsangan terendah yang mulai dapat menghasilkan kesan disebut

ambang rangsangan (threshold ). Dikenal ada empat macam ambang rangsangan

yaitu: ambang mutlak, ambang pembedaan, ambang pengenalan, dan ambang

batas (Soekarto, 1985).

Ambang mutlak atau Absolute Threshold yaitu jumlah benda perangsang

terkecil yang dapat menghasilkan kesan atau tanggapan. Misalnya konsentrasi

yang terkecil dari larutan daram yang dapat dibedakan rasanya dari cairan

pelarutnya yaitu air murni. Ambang mutlak berbeda menurut jenis benda

perangsang dan jenis penginderaan (Soekarto, 1985).

Ambang pembedaan juga disebut difference threshold , yang berbeda

dengan ambang pengenalan dan ambang mutlak. Ambang pembedaan

menyangkut dua tingkat kesan rangsangan yang sama. Perhatian kita tertuju pada

perbedaan dua rangsangan tersebut. Dua rangsangan yang terlalu kecil bedanya

maka akan menjadi tidak dapat dikenali perbedaannya. Sebaliknya jika dua

tingkat rangsangan itu terlalu besar akan dengan mudah dikenali. Perbedaan

terkecil dari dua rangsangan yang masih dapat dikenali yang disebut juga suatu

ambang pembedaan (Soekarto, 1985).

Kompleksitas suatu cita rasa dihasilkan oleh keragaman persepsi alamiah.

Cita rasa dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu bau, sentuhan dan rangsangan mulut

(panas dan dingin). Dua faktor yang disebutkan terakhir dapat dideteksi oleh sel-

sel sensorik pada lidah dan dikecap sebagai rasa (Anonim, 2011).
Sampai dengan saat ini telah dikenal 4 rasa utama, yaitu asin (salty), asam

(sour), pahit (bitter) dan manis (sweet), ditambah suatu rasa terbaru, yaitu umami,

yang umumnya terdapat pada penyedap rasa makanan-makanan khas Asia.

Mekanisme biokimia dan fisiologis untuk mendeteksi kelima rasa tersebut

ternyata berbeda-beda. Rasa asin, misalnya dihasilkan oleh aliran masuk ion-ion

natrium (Na+) melalui kanal-kanal pada membran terluar sel reseptor rasa

(Anonim, 2013).

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan, antara lain :

1. Motivasi. Untuk memperoleh hasil pengujian yang berguna sangat tergantung

pada terpeliharanya tingkat motivasi secara memuaskan. Motivasi yang jelek

ditandai dengan pengujian yang terburu-buru, melakukan pengujian semaunya,

partisipasinya dalam pengujian tidak sepenuh hati. Dengan tidak adanya

pengalaman serta pengujian yang waktunya tidak tentu, maka minat sebagai

penguji tampil secara spontan, sedangkan bila pengujian dilakukan terus menerus

sering terjadi minat akan menurun karena kebosanan. Satu faktor penting yang

dapat membantu tumbuhnya motivasi yang baik ialah dengan mengusahakan agar

panelis merasa bertanggung jawab dan berkepentingan pada pengujian

yang sedang dilakukan.

2. Sensitivitas Physiologis. Untuk menjaga sensitivitas panelis berada pada suatu

tingkatan yang diharapkan, perlu dilakukan pencegahan terhadap

faktor-faktor yang dapat mencampuri fungsi indera terutama perasa

dan pembauan. Dalam periode waktu satu hari sensitivitas physiologis seseorang

akan berfluktuasi sehinggga setiap pengujian perlu dipikirkan saat yang paling
tepat serta hal-hal yang dapat mencampuri fungsi normal indera perasa

dan pembauan.

3. Kesalahan Psikologis. Pada pengujian yang terutama dilakukan oleh panelis

yang kurang paham dalam tipe pengujian dan bahan yang diuji sering terjadi

kesalahan dalam cara penilaian. Ada beberapa macam kesalahan :

a. Tendensi Sentral. Karakteristik kesalahan ini adalah panelis selalu memberi

nilai tengah pada skala nilai yang ada dan ragu-ragu memberi nilai tertinggi.

b. Contrast Effect. Hal ini sering terjadi akibat posisi sampel yang dinilai, dimana

suatu sampel dinilai lebih tinggi ataupun lebih randah dari kenyataannya dan

umumnya lebih randah. Untuk mencegah maka pengujian sampel dilakukan

secara acak.

c.Adanya informasi yang diterima panelis sebelum pengujian

akan berpengaruh pada hasilnya. Hal ini disebabkan panelis mengetahui

apa yang diharapkan oleh pemberi instruksi. Kesalahan jenis ini disebut

expectation error.

d. Pada sampel-sampel yang tidak seragam sering terjadi panelis dipengaruhi oleh

sifat-sifat yang tidak relevan. Misal ; harus membedakan dua sampel dalam hal

tingkat kemanisannya, panelis terpengaruh pada sifat yang lain seperti bentuk,

ukuran, warna. Kesalahan ini dikenal dengan istilah stimulus error.

e. Pada pengujian yang perintahnya kurang jelas, sering terjadi penilaian terhadap

satu sifat dihubungkan dengan sifat lain yang secara logis selalu berkaitan dengan

sifat yang dinilai. Misal suatu jenis makanan yang berwarna hitam akan selalu

dinilai pahit. Hal ini terkenal dengan istilah logical error.


f. Halo effect. Bila ada lebih dari satu sifat yang dinilai misalnya bau, tekstur,

warna, rasa pada suatu saat hasilnya mungkin berbeda bila dibandingkan

masing-masing sifat tersebut dinilai sendiri-sendiri pada saat yang tidak

bersamaan.

g.Sugesti.Hasil penilaian oleh seorang panelis dapat terpengaruh oleh panelis

yang lain (Kartika, 1987).

Salah satu faktor fisiologis yang mempengaruhi kepekaan panelis yaitu

kondisi kenyang atau lapar. Terlalu kenyang mengurangi kepekaan, sebaliknya

terlalu lapar dapat menyebabkan memberikan penilaian yang berlebihan

(Soekarto, 1985).

Pengukuran ambang mutlak didasarkan pada konvensi bahwa setengah

atau 50% dari jumlah panelis dapat mengenal atau dapat menyebutkan dengan

tepat akan sifat sensoris yang dinilai. Pengukuran ambang pengenalan didasarkan

pada 75% panelis dapat mengenali rangsangan. Jadi ambang pengenalan

dapat diidentifikasikan sebagai konsentrasi atau jumlah perbandingan terendah

yang dapat dikenali dengan betul (natyalaksmiputri, 2009).

Salah satu sebab yang menyebabkan panelis memberikan nilai 1 pada suatu

konsentrasi dan kemudian memberikan nilai 0 pada konsentrasi yang sebenarnya

lebih tinggi adalah sebelum panelis melakukan pengujian, panelis tidak berkumur

pada saat melakukan pengujian berikutnya. Sehingga panelis masih dapat

merasakan sampelnya tersebut adalah sama (Kartika, 1987).


Hal yang mungkin terjadi bagi panelis yang menyatakan pada konsentrasi

0% sudah merasakan rangsangan adalah panelis menguji sampel yang memilki

konsentrasi yang besar terlebih dahulu. Sehingga dalam memorinya tercatat

bahwa kesan sudah dirasakan. Kemudian pada saat dia melakukan pengujian

berikutnya panelis tidak berkumur dahulu sehingga pada saat melakukan

pengujian pada sampel yang sebenarnya dapat memilki konsentrasi gula sebesar

0% panelis mengalami kekeliruan dengan menyebutkan kesan sudah dirasakan

(Kartika, 1987).

Kesalahan physiologis juga sangat mempengaruhi panelis dalam

penyajian, seperti merasa ragu-ragu atau bingung dalam memberikan suatu

penilaian terhadap sampel. Pertimbangan diadakannya seleksi panelis berdasarkan

adanya perbedaan dari masing-masing orang dalam hal ketepatan dan kemampuan

mengadakan pengujian dalam suatu saat, tingkat kemampuan dan kepekaan dalam

penginderaan, dan perhatian terhadap pekerjaan pengujian inderawi dan kesediaan

meluangkan waktu (Kartika, 1987).

Jika pada uji threshold ada 60 panelis positif maka tidak termasuk kedalam

absolute threshold atau recongnition threshold karena letaknya ditengah antara

absolute threshold dan recongnition threshold (ambang pengenalan), apabila

dimasukkan kedalam absolute threshold (ambang mutlak) nilai jumlah panelis

terlalu besar sedangkan jika dimasukkan kedalam recongnition threshold terlalu

kecil.

Penggunaan dua cara yang berbeda dalam penentuan ambang mutlak dan

ambang pengenalan dimaksudkan untuk menghasilkan AT dan RT yang lebih


akurat. Penggunaan kedua metode yaitu metode grafik dan metode interpolasi

pada dasarnya adalah sama yaitu menggunakan % reaksi positif yang dapat

dihasilkan dari pembagian jumlah panelis dan dikalikan 100%. Namun, kemudian

masing-masing metode menggunakan cara yang berbeda yang memungkinkan

ketiga cara ini menghasilkan hasil yang berbeda pula (Soekarto, 1985).

Ambang mutlak yaitu jumlah benda perangsang terkecil yang dapat

menghasilkan kesan atau tanggapan. Misalnya konsentrasi yang terkecil

dari larutan daram yang dapat dibedakan rasanya dari cairan pelarutnya yaitu air

murni. Ambang mutlak berbeda menurut jenis benda perangsang dan jenis

penginderaan. Pada umumnya ambang mutlak untuk menghasilkan bau-bauan

lebih kecil dibandingkan untuk menghasilkan pencicipan. Karena konsentrasinya

yang sangat rendah, untuk pembauan kadang-kadang menggunakan satuan

picogram atau 10-12 gram. Disini ada perbedaan bahan pelarut bagi benda

perangsang untuk pencicipan dan untuk pembaun. (Soekarto, 1985).

Tabel 2. Ambang Mutlak untuk Pencicipan

Rangsangan Kesan Ambang mutlak


Gula Manis 1 bagian / 200 bagian air
Garam Asin 1 bagian / 400 bagian air
HCl Asam 1 bagian / 15.000 bagian air
Strichnin Pahit 1 bagian / 2.106 bagian air

Ambang pengenalan juga disebut Recognition Treshold. Ambang

pengenalan dapat dikacaukan dengan ambang mutlak. Jika pada ambang mutlak

mengenai kesan yang mulai diperoleh atau dirasakan maka pada ambang

pengenalan meliputi pengenalan atau identifikasi jenis kesan. Dalam hal ini jika
kesan itu berupa rasa asin, misalnya rasa asin itu betul-betul mulai dapat

diidentifikasi oleh pencicip. Pada ambang mutlak mungkin rasa asin itu belum

diidentifikasi dengan tepat, baru dapat diketahui adanya rasa yang berbeda dengan

rasa bahan pelarutnya.

Ambang pembedaan juga disebut Difference Treshold, yang berbeda

dengan ambang pengenalan dan ambang mutlak. Ambang pembedaan

menyangkut dua tingkat kesan rangsangan yang sama. Perhatian kita tertuju pada

perbedaan dua rangsangan tersebut. Jika dua rangsangan itu terlalu kecil bedanya

maka akan menjadi tidak dapat dikenali perbedaannya. Sebaliknya jika dua

tingkat rangsangan itu terlalu besar akan dengan mudah dikenali. Perbedaan

terkecil dari dua rangsangan yang masih dapat dikenalai disebut ambang

pembedaan.

Ambang pembedaan berbeda besarnya tergantung dari banyak faktor.

Disamping tergantung pada jenis rangsangan dan jenis penginderaan juga

tergantung pada besarnya rangsangan itu sendiri (Soekarto, 1985).

Ambang batas disebut juga terminal treshold. Jika pada ketiga ambang

tersebut diatas ditetapkan batas terendah maka pada ambang batas ditetapkan

batas atas. Kemampuan manusia memperoleh kesan dari adanya rangsangan

tidak selamanya sebanding dengan besarnya rangsangan yang diterima.

Rangsangan yang terus menerus dinaikan pada suatu saat tidak

akan menghasilkan kenaikan intensitas kesan. Rangsangan terbesar jika kenaikan

tingkat rangsangan menaikkan intensitas kesan disebut ambang batas. Ambang


batas dapat juga ditentukan dengan menetapkan rangsangan terkecil yaitu jika

kenaikkan tingkat rangsangan tidak lagi mempengaruhi tingkat intensitas kesan.

Pada ambang batas dicapai tingkat kesan tertinggi yang berarti diatas

ambang batas tersebut intensitas kesan tetap besarnya. Mengetahui ambang batas

penting misalnya dalam rangka penghematam bahan pemanis atau pemakaian zat

kimia yang dibatasi oleh peraturan atau undang-undang (Soekarto, 1985).


IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini membahas mengenai :(1) Kesimpulan dan (2) Saran.

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan kelompok, dapat disimpulkan bahwa

konsentrasi larutan gula terendah yang mulai dirasakan atau dideteksi oleh 50%

panelis adalah pada konsentrasi 0,05% sedangkan konsentrasi larutan gula

terendah yang mulai dapat dikenal oleh 75% panelis adalah pada konsentrasi

0,078 %.

4.2. Saran

Panelis sebaiknya memperhatikan hal-hal dan langkah-langkah yang harus

dilakukan pada pengujian ini, seperti meminum air putih ketika akan berganti

mencicipi sampel berikutnya. Hal ini dilakukan agar data yang diperoleh valid

dan tidak error.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, (2013). Konsentrasi Larutan,http://www.wikipedia.org//,

Akses : 20 Maret 2014.

Kartika, B. Hastuti, Supartono, W., (1987), Pedoman Uji Inderawi Bahan

Pangan, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Purwantara, B., (2002), Bahan Tambahan Makanan, Penerbit Institut Pertanian

Bogor, Bogor.

Soekarto, S.T., (1985), Penilaian Organoleptik, Bhatara Karya Aksara, Jakarta.


LAMPIRAN
LAMPIRAN PERTANYAAN DISKUSI MODUL

1. Apakah nilai ambang mutlak / pengenalan untuk larutan gula, garam dan asam

berbeda? berikan argumentasinya!

Jawab :

Ambang mutlak untuk larutan gula, garam dan asam masing-masing berbeda

karena jenis penginderaan dan besarnya rangsangan itu sendiri. Ambang

pembedaan menyangkut dua tingkat kesan rangsangan yang sama. Jika dua

rangsangan tersebut terlalu kecil bedanya maka akan menjadi tidak dapat dikenali

perbedaannya. Sebaliknya jika dua tingkat rangsangan itu terlalu besar akan

dengan mudah dikenali. Ambang mutlak untuk gula, yaitu 1 bagian gula/200

bagian air atau 0,005. Ambang mutlak untuk garam, yaitu 1 bagian garam/400

bagian air atau 0,0025. Sedangkan ambang mutlak untuk asam, yaitu 1 bagian

asam/15000 bagian asam atau 0,006667.

2. Jelaskan apa yang dimaksud ambang pembedaan dan ambang batas!

Jawab :

Ambang batas juga disebut terminal threshold yang merupakan rangsangan

terbesar yang jika kenaikan tingkat rangsangan tidak dapat menaikan intensitas

kesan, sedangkan ambang pembedaan yaitu merupakan perbedaan terkecil


dari rangsangan yang masih dapat dikenali. Besarnya ambang pembedaan

tergantung dari jenis rangsangan, jenis penginderaan dan besarnya rangsangan

itu sendiri.Ambang pembedaan menyangkut dua tingkat kesan rangsangan

yang sama. Jika dua rangsangan tersebut terlalu kecil bedanya maka akan menjadi

tidak dapat dikenali perbedaannya. Sebaliknya jika dua tingkat rangsangan

itu terlalu besar akan dengan mudah dikenali.

3. Jelaskan kepentingan ambang pembedaan dan ambang batas di industri pangan!

Jawab :

Kepentingan ambang pembedaan dan ambang batas di industri pangan

yaitu pemeriksaan mutu kualitas, pengendalian proses, dan pengembangan

produk. Sebagai contoh adalah pentingnya threshold populasi untuk menentukan

batas fortifikasi besi pada susu yang akan dipasarkan. Dengan mengetahui

threshold maka besarnya fortifikan dapat ditentukan dibawah nilai thresholdnya

agar cita rasa susu tidak terpengaruh oleh penambahan tersebut, sehingga

konsumen tetap menerimanya.


LAMPIRAN KUIS DAN JAWABAN

1. Sebutkan dan jelaskan macam-macam ambang rangsang!


Jawab:
Ambang Mutlak (Absolute Threshold) adalah jumlah benda perangsang terkecil

yang dapat menghasilkan kesan atau tanggapan


Ambang Pengenal (Recognition Threshold) adalah konsentrasi atau jumlah

perbandingan terendah yang dapat dikenal betulserta dapat mendeteksi kesan

dengan tepat
Ambang Pembeda (Difference Threshold) adalah Perbedaan terkecil dari dua

rangsangan yang masih dapat dikenali


Ambang Batas (Terminal Threshold) adalah jika kenaikkan tingkat rangsangan

tidak lagi mempengaruhi tingkat intensitas kesan


2. Apa yang dimaksud dengan uji threshold?
Jawab:
Uji Threshold adalah pengujian dengan menggunakan rangsangan dimana

rangsangan terkecil sudah dapat menimbulkan kesan


3. Apa saja tahapan seleksi paneli uji inderawi?
Jawab :
Wawancara
Penyaringan
Pemilihan/seleksi
Instruksi
Latihan
Uji kemampuan
4. Apa saja yang termasuk ke dalam kesahalan psikologis?
Jawab:
Contrast Effect
Tendensi Sentral
Halo Effect
Stimulus Error
Expectation Effect
Logical Error
Sugestion
5. Sebutkan tujuan dan prinsip uji threshold!
Jawab :
Tujuan : untuk melatih kepekaan indera peencicip atau penciuman terhadap

berbagai rangsangan. Selain itu untuk menentukan ambang mutlak, ambang

pengenalan, ambang pembedaan dan ambang batas

Prinsip : berdasarkan sensitivitas panelis dalam menentukan rangsangan

terendah yang mulai dapat menghasilkan kesan

FORMULIR UJI THRESHOLD

Nama Panelis : Pika Apriyance

Tanggal Pengujian : 14 Maret 2014

Nama Bahan : Larutan garam

Instruksi : Cicipilah contoh-contoh berikut yang ada dihadapan


saudara secara berurutan (tidak boleh diulang). Berikan tanda (1) untuk contoh
yang berbeda dengan kontrol dan tanda (0) untuk contoh yang sama dengan
kontrol.
Kode Contoh Penilaian
234 1
253 1
102 1
432 1
358 1
705 1
501 1
695 1
896 1
780 0
Komentar : Tidak sulit dalam membedakan larutan garam.

FORMULIR UJI THRESHOLD

Nama Panelis : Pika Apriyance


Kelompok :E
No.Meja : 4 (Empat)
Tanggal Pengujian : 14 Maret 2014
HASIL PENGAMATAN

0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9


Panelis
78 25 10 23 35 43 50 69 70
Kode 896
0 3 2 4 8 2 1 5 9
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
3 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
4 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1
6 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
7 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
8 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
9 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
12 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
13
14 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
15 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
18 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
19
1 16 17 17 17 17 17 17 17 17
(Sumber : Pika Apriyance, Meja 4, Kelompok E, 2014)

Konsentrasi (%) % Reaksi Negatif (%)


Reaksi Positif
X Y
0 1 5,8 %
0,1 16 94,1 %
0,2 17 100 %
0,3 17 100 %
0,4 17 100 %
0,5 17 100 %
0,6 17 100 %
0,7 17 100 %
0,8 17 100 %
0,9 17 100 %

Rumus Perhitungan % Reaksi Positif

tanggapan (reaksi positif)


% Reaksi Positif = X 100 %
panelis

1
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,0) = = 5,8 %
16
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,1) = = 94,1 %
17
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,2) = = 100 %
17
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,3) = = 100 %
17
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,4) = = 100 %
17
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,5) = = 76,19 %
17
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,6) = = 100 %
17
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,7) = = 100 %
17
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,8) = = 100 %
17
x 100%
17
% Reaksi Positif (0,9) = = 100 %
Berdasarkan grafik hasil pengujian daerah di dapat :

a. Hasil Absolute Threshold (AT) = 0,05 %


b. Hasil Recognition Threshold (RT) = 0,078 %

Berdasarkan interpolasi hasil pengujian daerah di dapat :

b a
AT d x e d
c a
50 5,8
0 (0,1 0)
94,1 5,8
AT =
= 0,05 %

ba
RT d x e d
c a
75 5,8
0 (0,1 0)
94,1 5,8
RT =

= 0,078 %

Anda mungkin juga menyukai