Anda di halaman 1dari 13

PENGAWASAN MUTU PANGAN

(Sistem Manajemen Keamanan Pangan berdasarkan ISO 22000 dan


Komite Akreditasi Rumah Sakit)

Disusun Oleh :

Nurul Maidah P2.31.31.0.14.031


Rahmawati Indriyani P2.31.31.0.14.036

Diploma III - B

Dosen Pembimbing
Dr. Marudut Sitompul, M.P.S.

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA II


Jln. Hang Jebat III/F3 KebayoranBaru Jakarta 12120
Telp. 021.7397641, 7397643 Fax. 021.7397769
Sistem Manajemen Keamanan Pangan :
ISO 22000

Seiring dengan perkembangan kemajuan industri pangan, banyak ditemui masalah yang
berkaitan dengan food borne illness atau penyakit yang disebabkan karena makanan.
Baru-baru ini kita dikejutkan dengan adanya fakta ditemukannya makanan yang mengandung
susu beracun. Sebelum itu, kita juga dikejutkan dengan adanya penolakan China terhadap produk
ikan Indonesia karena dianggap tidak memenuhi standar keamanan pangan. Kejadian-kejadian
itu mengindikasikan butuhnya perusahaan untuk memiliki manajemen keamanan pangan yang
efektif (Anonymousa,2010).

Di negara Eropa dan Amerika, permasalahan ini telah diantisipasi dengan menerbitkan
suatu metode untuk melakukan risk analysis / analisa resiko terhadap bahaya yang disebabkan
oleh makanan dalam proses penyediaannya. Metode tersebut disebut HACCP (Hazard Analysis
& Critical Control Points) dan setiap organisasi yang menjual produknya di Eropa dan Amerika,
mereka wajib memenuhi persysaratan tersebut. Namun pada kenyataannya, metode ini hanya
sekedar berfungsi untuk risk analysis saja. Sedangkan kebutuhan dunia industri pada umumnya
dan industri makanan pada khususnya adalah bagaimana meningkatkan produktivitas dari kinerja
organisasi sehingga dapat meningkatkan profit margin dan efisiensi organisasi (Anonymous b,
2010).

Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) menjamin dari segi keamanannya
sedangkan ISO 9001 lebih fokus dalam menjamin kualitas produk. Dengan mengaplikasikan
HACCP dengan ISO 9001 quality management system menghasilkan sistem yang lebih efektif
daripada hanya menggunakan HACCP atau ISO 9001 secara sendiri-sendiri. Hal ini juga
bertujuan untuk meningkatkan kepuasan konsumen dan memperbaiki keefektifan dalam
pengorganisasiannya (Anonymousb, 2010).

Berdasarkan kebutuhan ini, dunia internasional sepakat untuk menerbitkan satu sistem
baru. ISO 22000 adalah perbaruan dari standar ISO 9000 : 9001 dan mengkombinasikan antara
standar ISO 9000 : 9001 dengan konsep HACCP ke dalam satu standar (Anonymous b, 2010).

A. DEFINISI ISO 22000


ISO 22000 adalah suatu standar internasional yang menggabungkan dan melengkapi
elemen utama ISO 9001 dan HACCP dalam hal penyediaan suatu kerangka kerja yang efektif
untuk pengembangan, penerapan, dan peningkatan berkesinambungan dari Sistem Manajemen
Keamanan Pangan (SMKP).

ISO 22000 menjaga keselarasan dengan sistem manajemen lainnya, misalnya ISO 9001
dan ISO 14001, untuk memastikan keefektifan integrasi sistem-sistem tersebut (Anonymousc,
2010).

ISO 22000 merupakan standar internasional yang menggambarkan kebutuhan dari suatu
sistem manajemen keamanan pangan yang mencakup semua organisasi dalam rantai makanan
dari panen sampai produk. Unsur-unsur kunci yang menentukan keamanan pangan sepanjang
rantai makanan, meliputi : (Anonymousd, 2009)

Komunikasi interaktif.
Sistem manajemen
Pengendalian dari bahaya keamanan pangan ke arah persyaratan penuh dari
program dan perencanaan HACCP.
Peningkatan yang berkelanjutan dan pembaharuan dari sistem manajemen
keamanan pangan.

B. TUJUAN ISO 22000


Tujuannya adalah untuk menyediakan satu standar yang dikenal secara internasional
untuk sistem manajemen keselamatan pangan yang dapat diterapkan dalam produk pangan
(Anonymouse, 2010).

C. PERBEDAAN ISO 22000 DENGAN ISO DAN SISTEM


MANAJEMEN KEAMANAN PANGAN LAIN
Perbedaan yang utama antara ISO 22000 dan ISO 9000 adalah mengenai ruang
lingkupnya. Pertama dengan tujuan keamanan pangan, sedangkan yang lainnya mengarahkan
pada mutu pangan. Standar ISO 22000 dimaksud untuk menjadi bagian yang independen dan
dapat digunakan untuk semua jenis organisasi di dalam penyedia rantai makanan.

ISO 22000 lebih konsentrasi pada keamanan pangan dan prosedur instruksi bagaimana
membangun sistem keamanan pangan tersebut (Anonymousd, 2010).

Perbedaan ISO 9001:2000 HACCP ISO 22000:2005


Model jaminan
Model jaminan proses secara
Model Sistem Analisa risiko proses dan analisa
global
resiko
Mencakup
Mencakup ke sistem Tidak mencakup ke pengendalian
Lingkup manajemen secara global pengendalian sistem terhadap sistem
Pengendalian tidak termasuk persyaratan manajemen tetapi hanya ke manajemen dan
teknis persyaratan teknis saja terhadap
persyaratan teknis
Spesifik.
Spesifik. Hanya diterapkan
Diterapkan di
untuk industri pangan (tidak
semua industri
General. Dapat diterapkan termasuk pengendalian di
Penerapan pangan dan pakan
oleh setiap jenis industri. industri pakan ternak yang
ternak yang
menjadi pendukung bagi
terkait dengan
industri pangan)
industri pangan
Sertifikat ISO
22000:2005
Sertifikasi Sertifikat ISO 9001:2000 Sertifikat HACCP sudah termasuk di
dalamnya ISO
9001 dan HACCP
Lebih murah
Lebih mahal jika diwajibkan Lebih mahal jika diwajibkan karena hanya 1
sertifikasi untuk ISO 9001 sertifikasi untuk ISO 9001 kali sertifikasi
Biaya
dan HACCP (2 kali dan HACCP (2 kali sudah mencakup
sertifikasi) sertifikasi) sistem ISO 9001
dan HACCP
Memakan waktu, tenaga dan Memakan waktu, tenaga dan
biaya lebih besar jika biaya lebih besar jika
Waktu, tenaga
diwajibkan untuk pemisahan diwajibkan untuk pemisahan
dan biaya lebih
sertifikasi antara ISO 9001 sertifikasi antara ISO 9001
murah karena
Pemeliharaan dan HACCP.Catatan :jika dan HACCP.Catatan : jika
sistem ISO 9001
terpisah akan ada 2 kali terpisah akan ada 2 kali
dan HACCP
internal audit, 2 kali internal audit, 2 kali
sudah terintegrasi
surveillance audit dan 2 kali surveillance audit dan 2 kali
Rapat Tinjauan Manajemen Rapat Tinjauan Manajemen
Sumber : SIEN Consultant (Anonymoush, 2008)
D. CARA MENDAPATKAN SERTIFIKASI ISO 22000
Kemudahan penerapan ISO 22000 tergantung pada tiga hal pokok, yiatu kelengkapan
program sistem mutu perusahaan, besar kecilnya skala usaha dan kecanggihan teknologi proses
(Anonymousi, 2010).

Berikut langkah-langkah pentingnya : (Anonymousc, 2010)

a. Aplikasi permohonan pendaftaran dilakukan dengan melengkapi kuestioner SMKP Audit


ISO 22000 dilaksanakan oleh NQA dengan dua tahapan utama, yang dikenal sebagai
Audit Sertifikasi Awal
b. Permohonan pendaftaran disetujui oleh NQA, berikut tahapan selanjutnya harus
dilakukan oleh klien. Pemeliharaan sertifikasi dikonfirmasikan melalui program Audit
pengawasan (surveilans) tahunan dan proses sertifikasi ulang setelah tiga tahun masa
berlakunya sertifikasi tersebut.

E. LEMBAGA YANG MELAKUKAN SERTIFIKASI ISO 22000


Sertifikasi ISO 22000 dilaksanakan oleh National Quality Assurance (NQA). Lembaga
tersebut merupakan lembaga jaminan mutu Amerika Serikat (Anonymousc, 2010).

F. CONTOH PERUSAHAAN YANG TELAH MENERAPKAN ISO


22000
a) Contoh perusahaan yang menerapkan sistem manajemen mutu ISO 22000 adalah Alltech
Cina. Alltech merupakan perusahaan yang memproduksi pakan ternak. Alltech Cina memperoleh
sertifikat ISO 22000 karena perusahaan tersebut sangat menjaga sistem quality control
berdasarkan program HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points) (Anonymousj,
2010).

b) Selama ini PT. CPB telah membina hubungan kemitraan dengan petambak dalam bidang
budidaya maupun penyediaan pakan udang. Dengan demikian, perusahaan dapat mengendalikan
kualitas bahan baku udang. PT. Central Pertiwi Bahari (PT CPB) adalah salah satu anak
perusahaan Charoen Phokphan Grup Indonesia yang berlokasi di Lampung, pulau Sumatera,
Indonesia. Perusahaan ini memproduksi udang mentah dan udang masak beku. Produk akhir
kemudian diekspor ke USA, negara-negara di Eropa dan Jepang (Friana, 2006).

c) PT. Eastern Pearl Flour Mills (EPFM) mendapatkan sertifikat International Organization
for Standardization (ISO) 22000. Perusahaan terigu itu memiliki tingkat keamanan pangan
berkualifikasi internasional (Anonymousk, 2010).
d) GMF AeroAsia, perusahaan penerbangan internasional terbesar di kawasan Asia. Di
Indonesia pusatnya berada di Jakarta (Anonymousl, 2010).

G. MANFAAT PENERAPAN ISO 22000


Kepuasan pelanggan melalui pengiriman produk yang secara konsisten memenuhi
persyaratan pelanggan termasuk kendali mutu, keamanan dan kepatuhan hukum

Mengurangi ongkos-ongkos operasional melalui peningkatan berkesinambungan dari


proses-proses yang dilalui yang berakibat pada efisiensi-efisiensi operasional

Efisiensi-efisiensi operasional dengan mengintegrasikan bagian awal dari


programprogram (PRP & OPRP), HACCP dengan filsafat ISO 9001 berupa Rencana-
Tindakan-Periksa-Lakukan mengenai peningkatan efektifitas dari Sistem

Manajemen Keamanan Pangan

Meningkatkan hubungan dengan pihak-pihak yang berkepentingan termasuk para


karyawan, pelanggan dan rekanan

Persyaratan kepatuhan hukum dengan pemahaman bagaimana persyaratan suatu


peraturan dan perundang-undangan tersebut mempunyai pengaruh penting pada suatu
organisasi dan para pelanggan anda dan kebenaran pengujian produk melalui audit
internal dan tinjauan-tinjauan manajemen

Peningkatan terhadap pengendalian manajemen resiko dengan konsistensi secara


sungguhsungguh dan kemampu-telusuran produk dari yang diproduksi

Tercapainya kepercayaan masyarakat terhadap bisnis yang dijalankan dibuktikan


dengan adanya verifikasi pihak ketiga yang independen pada standar yang diakui

Kemampuan untuk mendapatkan lebih banyak bisnis khususnya spesifikasi pengadaan


yang memerlukan sertifikasi sebagai suatu persyaratan sebagai rekanan

H. KENDALA PENERAPAN ISO 22000


Pada beberapa negara maju dan berkembang termasuk Indonesia dalam menerapkan
sistem HACCP mengalami kendala dalam penerapannya terutama pada usaha kecil. Kendala
yang dihadapi usaha kecil, seperti sumber keuangan, keahlian manajemen dan teknis. Sedangkan
pada usaha katering hambatannya adalah pengetahuan, pelatihan, petinggi staf, variasi produk
yang besar, variasi dalam permintaan dan beban kerja, dan banyaknya pekerja paruh waktu
(Anonymousd, 2010).
Joint Committee International for Accreditation
(JCI) / Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS)

Perubahan paradigma akreditasi mulai dilakukan pada tahun 2012 ini. Standar akreditasi
berubah menjadi berfokus kepada pasien, yang dikembangkan dengan mengacu kepada standar
dari Joint Commission International (JCI) ditambah dengan sasaran program Millenium
Development Goals (MDGs). Penambahan Sasaran Program MDGs merupakan bentuk
komitmen Komisi Akreditasi Rumah Sakit

(KARS) dalam mensukseskan program-program pemerintah. Standar akreditasi baru


tersebut terdiri dari 4 kelompok yaitu : standar pelayanan berfokus pasien, standar manajemen
rumah sakit, sasaran keselamatan pasien, sasaran program MDGs. Perubahan standar perlu pula
diikuti dengan perubahan instrumen akreditasi dan perubahan metode survei. Survei akreditasi
lama lebih folkus ke input atau dokumen-dokumen, sedangkan akreditasi baru selain input juga
proses dan output/outcome yang akan dinilai dan ditelusuri oleh para supervisor.

Karena itu rumah sakit perlu mempersiapkan akreditasi lebih awal karena selain harus
melengkapi dokumen akreditasi, juga harus melaksanakan kegiatan pelayanan yang berfokus ke
pasien. Dalam rangka membantu rumah sakit mempersiapkan akreditasi maka Komisi Akreditasi
Rumah Sakit menyediakan bimbingan akreditasi rumah sakit yang disesuaikan dengan
kebutuhan rumah sakit.
A. DEFINISI KARS
Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) adalah lembaga independen pelaksana
akreditasi rumah sakit yang bersifat fungsional, non struktural dan bertanggung jawab kepada
Menteri Kesehatan. KARS tersebut dibentuk pertama kali pada tahun 1995 dan setiap 3 (tiga)
tahun peraturan diperbarui, yang terakhir diperbarui melalui Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor : 417/Menkes/Per/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit, dengan tugas dan
fungsi melaksanakan akreditasi di Indonesia.

Akreditasi Rumah Sakit pertama kali dilaksanakan pada tahun 1995, dengan 5 pelayanan,
kemudian pada tahun 1998 bertambah menjadi 12 pelayanan dan pada tahun 2001 menjadi 16
pelayanan. Namun sejalan dengan peningkatan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan yang
berfokus kepada pasien. Maka diperlukan perubahan paradigma akreditasi yang berfokus kepada
provider menjadi akreditasi yang berfokus kepada pasien

B. TUJUAN MANFAAT AKREDITASI RUMAH SAKIT

a. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan Rumah Sakit yang


bersangkutan karena berorientasi pada peningkatan mutu dan keselamatan pasien.
b. Proses administrasi, biaya serta penggunaan sumber daya akan menjadi lebih efisien.
c. Menciptakan lingkungan internal RS yang lebih kondusif untuk penyembuhan,
pengobatan dan perawatan pasien.
d. Mendengarkan pasien dan keluarga, serta menghormati hak-hak pasien serta
melibatkan merek adalah proses perawatan.
e. Memberikan jaminan, kepuasan serta perlindungan kepada masyarakat atas
pemberian pelayanan kesehatan

C. DASAR HUKUM AKREDITASI

Dasar Hukum akreditasi sekarang ini bukan UU no. 23 / 1992 tentang Kesehatan,
tetapi lebih tepat UU No. 44/2009 tentang Rumah Sakit Pasal 40. (Diralat oleh bapak
Himawan Loekito) Permenkes no. 159b/88 tentang RS, pasal 26 mengatur tentang
akreditasi RS SK Menkes 436/93 menyatakan berlakunya standar yan RS & standar
yanmed SK Dirjen Yanmed No. YM.02.03.3.5.2626 tentang Komisi Akreditasi RS dan
Sarana Kesehatan Lainnya

D. NILAI

Nilai yang dianut dalam setiap pengadaan akreditasi pada suatu rumah sakit adalah :
1. Integritas
2. Profesionalisme
3. Komitmen
4. teamwork
Dalam menjalankan tugasnya, KARS juga memiliki aturan aturan yang
disatukan menjadi sebuah kode etik survei, untuk tetap bersikap ramah, santun, jujur, dan
terbuka, serta tidak memihak.

E. TUGAS LEMBAGA KARS

1. Merumuskan kebijakan dan tata laksana akreditasi rumah sakit


2. Menyusun rencana strategis akreditasi rumah sakit
3. Menyusun peraturan internak kars
4. Menyusun standar akreditasi
5. Menetapkan status akreditasi rumah sakit
6. Menyelenggarakan pendidikan, pelatihan, dan pembimbingan serta
pengembangan di bidang akreditasi dan mutu layanan rumah sakit
7. Mengangkat dan memberhentikan tenaga surveyor
8. Membina kerja sama dengan institusi di dalam negri maumpun di luar
negri yang berkaitan dengan bidang akreditasi dan peningkatan mutu
layanan rumah sakit
9. Melakukan sosialisasi dan promosi kegiatan akreditasi
10. Melakukan monitoring dan evaluasi dalam bidang akreditasi
rumah sakit
11. Melakukan pencatatan dan pelaporan kegiatan akreditasi rumah
sakit

F. PERAN AHLI GIZI

Permasalahan gizi di Indonesia semakin kompleks seiring terjadinya transisi


epidemiologis. Masalah gizi kurang belum tuntas sepenuhnya dan di lain pihak masalah gizi
lebih dan penyakit degeneratif menunjukkan tren peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk
menanggulangi berbagai permasalahan gizi tersebut dibutuhkan tenaga kesehatan dan ahli gizi
yang dinamis, mandiri dan menjunjung etik profesional sehingga dapat memberikan kontribusi
dalam pengembangan ilmu dan pelayanan dibidang gizi (KepMenkes, 2007).
Ahli gizi adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan akademik
dalam bidang gizi sesuai aturan yang berlaku, mempunyai tugas, tanggung jawab dan wewenang
secara penuh untuk melakukan kegiatan fungsional dalam bidang pelayanan gizi, makanan dan
dietetik baik di masyarakat, individu atau rumah sakit. Sedangkan Registered Dietitian (RD)
adalah sarjana gizi (ahli gizi) yang telah mengikuti pendidikan profesi (internship) dan ujian
profesi serta dinyatakan lulus kemudian diberi hak untuk mengurus ijin, memberikan pelayanan
dan menyelenggarakan praktek gizi (KepMenkes, 2007).

Pelayanan gizi di rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan
gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, dan sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien (Depkes, 2003). Adapun
definisi dari pelayanan gizi dalam KepMenkes (2007) adalah suatu upaya memperbaiki atau
meningkatkan gizi, makanan, dietetik masyarakat, kelompok, individu atau klien yang
merupakan suatu rangkaian kegiatan yang meliputi pengumpulan, pengolahan, analisis,
kesimpulan, anjuran, implementasi dan evaluasi gizi, makanan dan dietetik dalam rangka
mencapai status kesehatan optimal dalam kondisi sehat atau sakit.

Agar ahli gizi dapat memberikan pelayanan gizi yang berkualitas dan optimal diperlukan
adanya standar pelayanan gizi.Standar pelayanan gizi adalah standar yang mengatur penerapan
ilmu gizi dalam memberikan pelayanan dan asuhan gizi dengan pendekatan manajemen kegizian.
Ruang lingkup pelayanan gizi rumah sakit terdiri dari nutrition care (asuhan gizi) dan food
service (penyelenggaraan makanan).

Standar pelayanan asuhan gizi terbagi menjadi 2 kelompok besar yaitu standar praktek
asuhan gizi dan standar professional performance (penampilan profesional). Standar praktek
asuhan gizi terdiri dari :
a. Pengkajian gizi
Pengkajian gizi dilakukan baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan.Pengkajian
dimulai dengan pemeriksaan antropometri untuk mengetahui status gizi pasien dan disesuaikan
dengan kondisi pasien melalui pengukuran tinggi badan, berat badan, panjang lengan, tinggi
lutut, lingkar lengan atas, dan skin fold thickness. Selain itu juga diperlukan data penunjang lain
yang berasal dari hasil pemeriksaan fisik dan laboratorium untuk membantu menegakkan
diagnosa penyakit dan diagnosa gizi pasien. Selain itu juga diperlukan data riwayat gizi untuk
menegakkan masalah gizi pasien.Riwayat gizi pasien didapatkan secara kualitatif dan
kuantitatif.Data kualitatif berfungsi untuk mendapatkan gambaran kebiasaan makan/pola makan
sehari berdasarkan frekuensi penggunaan bahan makanan. Sedangkan untuk data kuantitatif
didapatkan dengan cara recall 24 jam dan diukur dengan menggunakan food model (Depkes,
2003).
b. Diagnosa masalah gizi
Diagnosa masalah gizi ditegakkan berdasarkan data yang didapatkan saat pengkajian gizi.Dalam
prakteknya, masalah gizi pasien dapat dikelompokkan menjadi tiga domain yaitu domain intake,
klinik, dan behaviour (perilaku) (Susilo, 2011).
c. Intervensi gizi (rencana dan implementasi)
Ahli gizi harus mampu membuat rencana intervensi gizi sesuai dengan masalah yang ditemui
pada pasien dan mengimplementasikan rencana tersebut.Intervensi gizi disusun berdasarkan
etiologi (penyebab) masalah gizi yang ada, baik dari domain intake, klinik maupun perilaku
(Susilo, 2011).
d. Monitoring dan evaluasi (monev)
Monev dilakukan oleh ahli gizi untuk mengetahui perkembangan kondisi pasien setelah
dilakukan terapi (intervensi) gizi. Apabila dalam monev pasien tidak menunjukkan
perkembangan, ahli gizi bekerja sama dengan tenaga medis lain (dokter, perawat dan lainnya)
melakukan perencanaan ulang. Monev dilakukan berdasarkan sign/symptom (tanda dan gejala)
dari diagnosa masalah gizi (Susilo, 2011).

Standar profesional performance menurut ADA (American Dietetic Association) adalah


metode problem solving yang sistematis, menggunakan cara berpikir kritis dalam membuat
keputusan menangani berbagai masalah yang berkaitan dengan gizi dan memberikan asuhan gizi
yang aman, efektif dan berkualitas tinggi. Untuk itu ahli gizi harus memenuhi standar unjuk kerja
sebagai berikut:
a. Profesionalisme dalam pelayanan
b. Penerapan riset
c. Komunikasi dan aplikasi pengetahuan baru
d. Memanfaatkan dan mengatur sumber daya
e. Kualitas dalam praktek pelayanan
f. Mengembangkan kompetensi dan akuntabilitas profesional
(Susilo, 2011)

Dalam menjalankan perannya sebagai ahli gizi yang profesional harus mematuhi kode etik
yang telah ditetapkan dalam anggaran dasar/anggaran rumah tangga (AD/ART) PERSAGI
(Persatuan Ahli Gizi Indonesia) dan KepMenkes 374/2007. Dalam kode etik tersebut, ahli gizi
memiliki kewajiban :
1. Terhadap Klien :
a. Berusaha memelihara dan meningkatkan status gizi klien baik dalam lingkup institusi
pelayanan gizi atau masyarakt umum
b. Menjaga rahasia klien atau masyarakat yang dilayani baik pada saat klien masih atau sudah
tidak dalam pelayanan, bahkan juga setelah klien meninggal dunia kecuali bila diperlukan
untuk keperluan kesaksian hukum
c. Tidak melakukan diskriminasi dalam hal suku, agama, ras, status sosial, jenis kelamin, dan
usia.
d. Memberikan pelayanan gizi prima, cepat dan akurat.
e. Memberikan informasi dengan tepat dan jelas
f. Apabila mengalami keraguan dalam memberikan pelayanan wajib berkonsultasi dan
merujuk kepada ahli gizi lain yang mempunyai keahlian.
2. Terhadap masyarakat :
a. Melindungi masyarakat umum tentang penyalahgunaan pelayanan, informasi yang salah dan
praktek yang tidak etis berkaitan dengan gizi, pangan termasuk makanan dan terapi gizi/diet.
b. Melakukan kegiatan pengawasan pangan dan gizi sehingga dapat mencegah masalah gizi di
masyarakat
c. Mencegah terjadinya masalah gizi dan meningkatkan status gizi masyarakat
d. Memberi contoh hidup sehat dengan pola makan dan aktifitas fisik yang seimbang sesuai
dengan nilai praktek gizi individu
e. Memberikan dorongan, dukungan, inisiatif dan bantuan lain demi tercapainya status gizi dan
kesehatan optimal di masyarakat.
f. Dalam mempromosikan atau mengesahkan produk makanan tertentu berkewajiban
senantiasa tidak dengan cara yang salah atau menyebabkan salah interpretasi atau
menyesatkan masyarakat.

Dari uraian diatas, terlihat bahwa ahli gizi memiliki peran yang penting dalam pelayanan
gizi di rumah sakit. Pelayanan gizi menjadi hal yang penting bagi rumah sakit yang akan
mengurus akreditasi. Penilaian pelayanan gizi tersebut mulai aspek visi/misi pelayanan gizi,
kegiatan administrasi, staf dan pimpinan di unit gizi, fasilitas dan peralatan yang dimiliki,
kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan, serta adanya kegiatan
evaluasi dan pengendalian mutu oleh ahli gizi.
KESIMPULAN
1. Sistem-sistem manajemen keamanan pangan berdasarkan ISO 22000 dapat membantu
organisasi untuk mengurangi risiko-risiko yang berkaitan dengan makanan dan minuman.

2. Susunan jaminan mutu paling banyak didasarkan pada prinsip manajemen mutu dari ISO
9000/ISO 22000 dan konsep HACCP.

3. Dalam menerapkan ISO 22000 selain memperoleh keuntungan ternyata para pengusaha
juga menemui kendala.

4. Turunan dari ISO 22000 adalah ISO 22003, 22004 dan 22005. ISO 22000 dapat
diterapkan pada semua bidang.

5. Komite Akreditasi Rumah Sakit adalah lembaga independen pelaksana akreditasi rumah
sakit yang bersifat fungsional, non struktural dan bertanggung jawab kepada Menteri
Kesehatan.

6. KARS mempunyai 11 tugas penting untuk mengakreditasi rumah sakit.

7. Jika pelayanan gizi rumah sakit baik maka akreditasi rumah sakit pun akan menjadi baik.
DAFTAR PUSTAKA
https://lordbroken.wordpress.com/2014/03/22/sistem-manajemen-keamanan-pangan-iso-22000/

https://ilmiard.blogspot.com//Peran-Ahli-Gizi-RS

Anda mungkin juga menyukai