Anda di halaman 1dari 9

Tentir Praktikum Biokimia Part I

Modul Metabolik Endokrin 2011

Special Thanks to :
Ade Ilyas Mukmin
Anggi Puspita Nalia Pohan
Dessy Framita Sari
Sari
Dina Elita
Enninurmita Hazrudia
Fitria Chandra Nugraheni
Nugraheni
Hanifah Rahmani Nu
Nursanti
Irsalina Rahmawati
Kabisat Febiachrulia
Karina Ka
Kalani Firdaus
Randy Satria Nugraha
Rido Prama Eled
Riska Wahyuningtyas
Shabrina CH
Sheli Azalea
Tika Ayu Pratiwi
Venny Christina
Wahyu Permatasari
Tentir Praktikum Biokimia

Temen2, selamat datang di tentir praktikum Biokimia.....


Hehe, sebelumnya minta maaf nih bingung soalnya mau nulis apa di tentir ini, walhasil saya
nge-compile hasil laporan beberapa kelompok deh, semoga bisa membantu meskipun
sedikit....Untuk cara kerjanya sebenarnya ada semua di penuntun praktikum biokim, tp
sengaja saya cantumkan biar yg ilang2 bisa dibaca lagi. Oh ya, jgn lupa juga baca lagi slide
kuliah biokim tentang metabolisme makronutrien kali aja keluar pas ujian.....Semangat ya !!!

Percobaan: Pengaruh Puasa terhadap Kadar Glikogen Hati Tikus

Pendahuluan
Senyawa-senyawa seperti karbohidrat, lipid, dan protein dapat digunakan sebagai
sumber energi untuk metabolisme sel. Senyawa ini di dalam sel akan mengalami perubahan
melalui berbagai reaksi enzimatik atau jalur metabolisme. Jalur metabolisme dapat dibagi3
bagian: Jalur katabolik (jalur metabolisme yang mengkatalisis pemecahan suatu senyawa),
jalur anabolik (jalur untuk proses sintesis suatu senyawa dalam sel), dan jalur amfibolik
(jalur yang digunakan untuk proses pemecahan dan proses sintesis). Sebagian besar jalur
metabolisme dan reaksi-reaksi yang terjadi di dalam jalur metabolisme, baik pada
organisme sederhana seperti bakteri, maupun organisme tertinggi, seperti mamalia, hampir
sama.
Glikolisis merupakan jalur utama dalam metabolisme karbohidrat untuk
menghasilkan energi. Jalur glikolisis ini merupakan jalur yang sangat penting. Pertama
karena tidak hanya berperan pada metabolisme karbohidrat saja, tetapi bersama-sama
dengan siklus asam sitrat dapat berperan sebagai jalur amfibolik. Selain itu, jalur ini juga
harus berfungsi setiap saat dan tersebar dalam seluruh makhluk hidup, mulai dari bakteri
hingga manusia.
Pada eksperimen metabolisme ini akan dilakukan pengamatan pengaruh puasa 48
jam terhadap kadar glikogen hati pada tikus. Pada keadaan puasa, kadar glikogen hati akan
berkurang, karena dipecah untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Kandungan
glikogen hati dinyatakan/ diukur secara tidak langsung dengan menetapkan kadar glukosa
yang berasal dari hasil hidrolisis glikogen hati.

Alat dan Bahan

1. Perangkat bedah tikus


2. Hati tikus yang baru diambil
3. Pelumat jaringan (blender)
4. Alat gelas
5. Mikropipet/pipet volumetrik
6. Spektrofotometer
7. Larutan NaCI 0,9 g/dL dingin (4C)
8. Etanol absolute
9. HCI pekat
10. Larutan NaOH
11. Larutan asam asetat 10%
12. Akuades
13. Larutan natrium tungstat 10%
14. Larutan asam sulfat 2/3 N
15. Larutan tembaga alkalis mengandung natrium karbonat, tembaga sulfat dan asam
tartat
16. Pereaksi asam fosfomolibdat mengandung asam molibdat dan natrium tungstat
17. Larutan heparin dalam spuit
18. Kaserol

Cara Kerja

I. Pengambilan darah
a) Tikus dimatikan dengan menempatkan binatang tersebut dalam bejana kaca yang
telah berisi uap eter jenuh. Segera setelah mati, tikus dikeluarkan dan
ditelentangkan diatas papan gabus atau polistiren. Rentangkan keempat kaki sejauh
mungkin dan fiksasi ke papan operasi dengan menggunakan jarum pentul.
b) Basahi permukaan perut dengan alkohol, kemudian jepitlah dinding perut di daerah
median dengan pinset dan gunting dengan arah melintang. Akan segera tampak
peritoneum. Gunting peritoneum dalam arah yang sama sejauh-jauhnya. Lakukan
pengguntingan kearah tulang dada sampai jantung tampak.
c) Tetesi jantung dengan heparin dan segera gunting bagian apeksnya atau vena cava
inferior. Ambil darah dan rongga dada dengan pipet Pasteur dan tampung dalam
tabung reaksi.
d) Lakukan pengukuran kadar glukosa darah (buat filtrat bebas protein terlebih dahulu)

II. Pengambilan hati


a) Lakukan pengguntingan ke arah bawah sampal diafragma. Gunting diafragma ke
arah belakang sampai hati tampak.
b) Lepaskan hati dan jaringan sekitarnya secara tumpul, sehingga hati dan sebagian
diafragma lepas dan tubuh. Kemudian lepaskan hati dan diafragma. Tempatkan hati
tersebut dalam larutan NaCI 0,9 g/dL, suhu 4C.

III. Pelumatan hati


Keluarkan hati dan (arutan NaCI 0,9 g/dL dingin dan keringkan sebentar diantara dua
kertas saring. Timbang serta catat berat hati tikus, kemudian lakukan pelumatan hati
tikus dengan menambahkan 100 mL akuades.

IV. Ekstraksi glikogen


a) Masukkan lumatan hati dalam kaserol dan panaskan sambil terus diaduk sehingga
mendidih. Setelah mendidih tambahkan 2 mL asam asetat tetes demi tetes sambil
terus diaduk untuk mengendapkan protein. Teruskan mendidihkan campuran
tersebut sambil diaduk sehingga volumenya tinggal separuh dan semula.
b) Saring lumatan hati selagi panas dan tampung ke dalam gelas ukur dan catat
volumenya. Setelah dingin pindahkan ke labu Erlenmeyer dan tambahkan ke dalam
filtrat tersebut alkohol 95%, 4 kali Iebih banyak. Glikogen akan mengendap.
c) Simpan glikogen dalam alkohol ini sampai praktikum berikut.
V. Pengukuran kadar glukosa jaringan hati
(Glikogen jaringan hati diukur sebagai glukosa setelah dilakukan hidrolisis)
a) Pisahkan endapan glikogen dengan menyaring atau dengan pemusingan.
b) Pindahkan endapan ke dalam gelas kimia 50 mL dan tambahkan 10 mL akuades dan
10 tetes HCI pekat, campur dengan baik. Didihkan selama 10 menit untuk
menghidrolisis glikogen, kemudian biarkan sampai dingin. Netralkan larutan dengan
NaOH dengan menggunakan lakmus sebagai indikator. Pindahkan ke dalam tabung
reaksi yang sudah diberi tanda volume 10 mL. Tambahkan akuades sampal volume
menjadi 10 mL.
c) Lakukan penetapan kadar glukosa hasil hidrolisis glikogen hati dengan cara Folin-Wu
(tidak perlu dilakukan pembuatan filtrat bebas protein) dan ukur pada
spektrofotometer

Perhitungan Kadar Glukosa Hasil Hidrolisis Glikogen Hati (mg/g hati) =


1
=

Ket: Au= Absorban uji


As= Absorban standar
Ab= Absorban blanko

Tinjauan Pustaka

A. Metabolisme Makronutrisi selama Keadaan Kenyang (Tidak Puasa)


Selama periode dari permulaan absorpsi sampai absorpsi selesai, kita berada dalam
keadaan kenyang atau keadaan absorptif.1 Selama waktu ini, glukosa berjumlah banyak dan
berfungsi sebagai sumber energi utama. Selama keadaan absorptif, hanya sedikit lemak dan
asam amino yang diserap digunakan sebagai energi karena sebagian besar sel cenderung
menggunakan glukosa apabila zat ini tersedia. Nutrien tambahan yang tidak digunakan
untuk energi atau perbaikan struktural disimpan sebagai glikogen atau trigliserida.2
Karbohidrat dalam makanan dicerna menjadi monosakarida yang kemudian diserap
dan masuk ke dalam aliran darah. Monosakarida utama dalam darah adalah glukosa. Setiap
kali setelah makan, glukosa ini dioksidasi oleh berbagai jaringan untuk membentuk energi
dan disimpan sebagai glikogen, terutama di hati dan otot. Hati juga mengubah glukosa
menjadi triasilgliserol yang kemudian dikemas sebagai lipoprotein densitas sangat rendah
(VLDL) dan dilepaskan ke dalam darah. Asam-asam lemak VLDL sebagian digunakan untuk
memenuhi kebutuhan energi sel, tetapi sebagian besar disimpan sebagai triasilgliserol di
jaringan adiposa.1

1. Nasib Glukosa setelah Makan


Perubahan glukosa dan triasilgliserol dalam hati1
Jaringan pertama yang dilewati oleh glukosa adalah hati. Hati mengekstraksi
sebagian glukosa dari aliran darah. Sebagian glukosa yang masuk ke dalam sel-sel hati
dioksidasi dalam jalur-jalur yang menghasilkan ATP untuk memenuhi kebutuhan energi
segera sel-sel ini, sedangkan sisanya diubah menjadi glikogen dan triasilgliserol. Di dalam
hati, insulin meningkatkan penyerapan glukosa, penggunaannya sebagai bahan bakar,
dan penyimpanannya sebagai glikogen serta triasilgliserol.
Simpanan glikogen dalam hati mencapai maksimum sekitar 200-300 g setelah
kita makan makanan yang mengandung banyak karbohidrat, sedangkan simpanan lemak
tubuh relatif tidak terbatas. Sewaktu simpanan glikogen mulai penuh, hati juga mulai
mengubah sebagian glukosa yang diterimanya menjadi triasilgliserol. Baik gugus gliserol
maupun asam lemak triasilgliserol disintesis dari glukosa. Namun, triasilgliserol tidak
disimpan di dalam hati tetapi dikemas bersama protein, fosfolipid, dan kolesterol dalam
bentuk kompleks lipoprotein yang dikenal sebagai lipoprotein densitas sangat rendah
(very low density lipoprotein, VLDL) yang kemudian disekresikan ke dalam aliran darah.
Sebagian asam lemak dari VLDL diserap oleh sel untuk memenuhi kebutuhan energi
segera, tetapi sebagian besar disimpan di jaringan adiposa sebagai triasilgliserol.

Metabolisme glukosa di jaringan lain1


Glukosa dari usus, yang tidak dimetabolisme oleh hati, akan mengalir di dalam
darah menuju ke jaringan perifer, tempat glukosa tersebut mungkin dioksidasi untuk
menghasilkan energi. Glukosa merupakan bahan bakar yang dapat digunakan oleh
semua jaringan. Banyak jaringan menyimpan glukosa dalam jumlah kecil dalam bentuk
glikogen. Otot relatif memiliki banyak simpanan glikogen.

2. Pengaturan Metabolisme Glikogen di Hati1


Glikogen hati disintesis selama kita makan makanan yang mengandung
karbohidrat saat kadar glukosa darah meningkat dan diuraikan saat kadar glukosa darah
menurun. Sewaktu seseorang makan makanan yang mengandung karbohidrat, kadar
glukosa darah segera meningkat, kadar insulin meningkat, dan kadar glukagon menurun.
Peningkatan kadar glukosa darah dan peningkatan rasio insulin/glukagon menghambat
penguraian glikogen dan merangsang sintesis glikogen. Simpanan segera glukosa darah
sebagai glikogen membantu membawa kadar glukosa darah ke rentang normal, yaitu
sekitar 80-100 mg/dL. Seiring dengan lama waktu setelah makan makanan yang
mengandung karbohidrat, kadar insulin menurun dan kadar glukagon meningkat.
Turunnya rasio insulin/glukagon menimbulkan hambatan pada jalur biosintetik dan
pengaktifan jalur degradatif. Akibatnya, glikogen hati dengan cepat diuraikan menjadi
glukosa yang akan dibebaskan ke dalam darah.
Walaupun glikogenolisis dan glukoneogenesis diaktifkan secara bersama-sama
oleh mekanisme pengatur yang sama, glikogenolisis berespons lebih cepat dengan
glukosa yang lebih berlimpah-limpah. Sebagian glikogen hati diuraikan dalam beberapa
jam pertama setelah makan (Tabel 1). Oleh karena itu, simpanan glikogen hati
merupakan bentuk simpanan glukosa yang mengalami pembentukan dan penguraian
dengan cepat-responsif terhadap perubahan kadar glukosa darah yang kecil dan cepat.

Tabel 1. Efek Puasa pada Kandungan Glikogen Hati Manusia


Lama puasa (jam) mol/g hati)
Kandungan glikogen (
0 300
2 260
4 216
24 42
64 16

B. Metabolisme Saat Keadaan Puasa


Metabolisme saat keadaan puasa bisa juga disebut keadaan postabsortif. Pada
keadaan ini, sintesis dari lemak, glikogen, dan protein berhenti dan mulai dikatabolisme.
Tujuan utama dari keadaan ini adalah mempertahankan kadar gula darah di dalam keadaan
homeostasis (70-110 mg/100 mL) pada saat kadar gula darah menurun. Yang paling penting
untuk diingat adalah glukosa darah penting karena otak hampir selalu menggunakan glukosa
sebagai sumber energi utamanya. Pada Gambar 1, disajikan skema yang menggambarkan
metabolisme saat keadaan puasa dimana intinya adalah antara meningkatkan glukosa di
darah atau menyimpan glukosa untuk organ yang paling membutuhkannya dengan
menggunakan lemak sebagai energi.3
Sumber gula darah berasal dari:3
Glikogenolisis di hati. Simpanan glikogen di hati (sekitar 100 g) adalah simpanan glukosa
utama yang dengan cepat dan efisien dapat mempertahankan kadar gula darah selama 4
jam.
Glikogenolisis otot rangka. Simpanan glikogen otot kurang lebih sama dengan hati.
Sebelum glikogen hati habis, dimulailah glikogenolisis di otot rangka. Akan tetapi,
glukosa yang didapat hanya dioksidasi sebagian menjadi asam piruvat (pada anaerob
laktat) yang akan masuk ke aliran darah dan diubah menjadi glukosa di hati.
Lipolisis jaringan adiposa dan hati. Sel adiposa dan hati memproduksi gliserol dengan
mekanisme lipolisis dan hati mengubahnya menjadi glukosa yang akan dilepaskan ke
darah.
Katabolisme protein seluler. Protein jaringan menjadi sumber utama gula darah saat
puasa dalam jangka waktu lama dimana glikogen dan lemak sudah mulai habis. Asam
amino seluler (sebagian besar otot) mengalami deaminasi dan diubah menjadi glukosa di
hati. Saat puasa bertahan selama beberapa minggu, ginjal juga membantu
glukoneogenesis. Saat puasa lama ini/kelaparan, tubuh kita mengatur prioritas.
Pergerakan dari otot tidak sepenting mempertahankan pemulihan luka, respon imun,
dan produksi ATP. Tentu saja terdapat batas dari protein jaringan yang dapat dipecah
sebelum tubuh berhenti berfungsi.

1. Mekanisme penyimpanan glukosa3


Saat puasa, tubuh akan mempertahankan kadar gula darah supaya cukup untuk
menyediakan kebutuhan energi. Akan tetapi, tubuh dapat beradaptasi untuk membakar
lebih banyak protein dan lemak yang menjadi sumber energi utama pada jaringan lain
dan memberikan glukosa hanya untuk organ yang memerlukan. Saat puasa lama, otak
terus menggunakan glukosa, tetapi hampir semua organ lain menjadikan asam lemak
sebagai sumber energi utamanya. Saat fase ini, lipolisis dimulai di jaringan adiposa dan
asam lemak yang dilepaskan akan diambil untuk dioksidasi menjadi energi. Pada puasa
lebih lama dari 4/5 hari, otak akan mulai menggunakan badan keton dan glukosa sebagai
sumber energinya. Penggunaan bahan bakar alternatif ini terjadi agar protein jaringan
tidak dirombak lebih banyak lagi.

2. Pengaturan hormon dan neural3


Dapat dilihat pada Gambar 2 bahwa pemicu utamanya adalah kadar glukosa
yang turun sehingga menstimulasi sekresi glukagon. Glukagon akan menstimulasi
pemecahan jaringan lemak dan menstimulasi glikogenolisis dan glukoneogenesis. Lemak
yang pecah ini akan meningkatkan kadar asam lemak dalam darah dan digunakan oleh
jaringan. Pada keadaan puasa lama, sebagian besar lemak diubah menjadi badan keton.
Sistem saraf simpatis juga penting dalam
menyediakan bahan bakar saat gula darah turun
mendadak. Jaringan lemak biasanya memiliki jaringan
simpatik yang cukup banyak dan pelepasan epinefrin
oleh medula adrenal bereaksi pada hati, otot rangka,
dan jaringan adiposa. Kedua stimulasi tersebut
memobilisasi lemak dan meningkatkan glikogenolisis.
Cedera, kecemasan, atau rangsangan lain yang
mengaktifkan mekanisme fight or flight juga
menyebabkan efek ini, seperti olahraga. Saat
olahraga, bahan bakar dalam jumlah banyak perlu
disediakan untuk otot dan keadaan metabolik yang
sama seperti orang yang sedang berpuasa, tetapi
difusi glukosa untuk otot juga ditingkatkan.

Gambar 2. Pengaruh dari penurunan kadar glukosa.

Hasil dan Pembahasan

Hasil Tikus Puasa Tikus tidak puasa


Kadar glukosa hati 0,142 0,777
Kadar glukosa hati/berat hati 0,024 0,1295

Pada praktikum ini, didapatkan kadar glikogen hati tikus yang tidak puasa sebesar
0,1295 mg/g hati. Sedangkan dari kelompok lain diperoleh hasil kadar glikogen hati tikus
yang puasa sebesar 0,024 mg/g hati. Diketahui bahwa kadar glikogen hati yang tidak puasa
lebih tinggi daripada yang puasa. Hal ini bersesuaian satu sama lain karena dalam keadaan
normal, kadar glikogen hati dalam keadaan tidak puasa akan lebih tinggi dibandingkan
dengan yang puasa karena saat tidak puasa, glukosa darah cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan sehingga cadangan glikogen di hati tidak diambil. Sedangkan saat puasa,
glukosa darah rendah sehingga terjadi glikogenolisis di hati. Glukosa dari hasil glikogenolisis
tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan jaringan.

Kesimpulan
Dalam percobaan ini terdapat dua perlakuan tikus, yaitu tikus yang puasa dan tidak puasa.
Dapat dilihat tikus yang puasa memiliki kadar glukosa yang sangat sedikit. Hal ini
dikarenakan pada tikus yang puasa kadar cadangan glukosa dalam bentuk glikogen di hati
dipecah untuk mempertahankan kadar glukosa darah yang menurun pada saat puasa.
Daftar Pustaka

1. Marks DB, Marks AD, Smith CM. Biokimia Kedokteran Dasar: Sebuah Pendekatan Klinis.
Jakarta: EGC; 2000. p. 20-3, 405.
2. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC; 2001. p. 665.
3. Marieb EN, Hoehn K. Human Anatomy and Physiology [e-book]. 7th ed. 2007. ch. 24.
4. Penuntun Praktikum Biokimia

By : Riska W

Anda mungkin juga menyukai