Persalinan Preterm
Persalinan Preterm
DEFINISI
Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37
minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir (ACOG 1995).
Drife & Magowan menyatakan bahwa 35% persalinan preterm terjadi tanpa diketahui
penyebab yang jelas, 30% akibat persalinan elektif, 10% pada kehamilan ganda, dan
sebagian lain sebagai akibat kondisi ibu / janinnya. Infeksi korioamnion diyakini
merupakan salah satu sebab terjadinya ketuban pecah dini & persalinan preterm.
Kemungkinan diawali dengan aktivasi fosfolipase A2 yang melepaskan bahan asam
arakhidonat dari selaput amnion janin, sehingga asam arakhidonat bebas meningkat
untuk sintesis prostaglandin. Endotoksin dalam air ketuban akan merangsang sel
desidua untuk menghasilkan sitokin & prostaglandin yang dapat menginisiasi proses
persalinan. Proses persalinan preterm yang dikaitkan dengan infeksi diperkirakan
diawali dengan pegeluaran produk sebagai hasil dari aktivasi monosit. Berbagai sitokin,
termasuk interleukin-1, TNF, dan interleukin-6 adalah produk sekretorik yang dikaitkan
dengan persalinan preterm. Sementara itu, Platelet Activating Factor (PAF) yang
ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik pada aktivasi jalinan sitokin tadi.
PAF diduga dihasilkan dari paru & ginjal janin. Dengan demikian, janin memainkan
peran yang sinergik dalam mengawali proses persalinan preterm yang disebabkan oleh
infeksi. Bakteri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membran lewat pengaruh
langsung dari protease.
DIAGNOSIS
Beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai diagnosis ancaman persalinan preterm,
yaitu:
Kontraksi yang berulang sediktinya setiap 7-8 menit sekali, atau 2-3 kali dalam
waktu 10 menit
Adanya nyeri pada punggung bawah
Perdarahan bercak
Perasaan menekan daerah serviks
Pemeriksaan serviks menunjukkan telah terjadi pembukaan sedikitnya 2 cm dan
penipisan 50-80%
Presentasi janin rendah, sampai mencapai sphina ischiadica
Selaput ketuban pecah
Terjadi pada usia kehamilan 22-37 minggu
Indikator klinik
Timbulnya konraksi dan pemendekan serviks, ketuban pecah dini.
Indikator laboratorik
Jumlah leukosit dalam air ketuban (20 ml/lebih), pemeriksaan CRP (>0,7 mg/ml),
dan pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (>13.000/ml).
Indikator biokimia
Fibronektin janin : peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina,
serviks, dan air ketuban. Pada kehamilan 24 minggu/ lebih, kadar
fibronektin janin 50 ng/ml / lebih mengindikasikan risiko persalinan
preterm.
Peningkatan CRH (Corticotropin Releasing Hormone) dini / pada trimester
2
Penurun kadar isoferitin plasenta dalam serum
Peningkatan kadar feritin
TATA LAKSANA
Beberapa langkah yang dapat dilakukan pada persalinan preterm, terutama mencegah
morbiditas dan mortalitas neonatus preterm adalah:
Tokolisis
Pemberian tokolisis masih perlu dipertimbangkan bila dijumpai kontraksi uterus yang
regular dengan perubahan serviks.
Beberapa macam obat yang dapat digunakan sebagai tokolisis adalah:
Kortikosteroid
Antibiotik
Persalinan
Usia gestasi
Bila didapat KPD/PPROM dengan usia kehamilan < 28 minggu, maka ibu & keluarga
dipersilakan untuk memilih cara pengelolaan setelah diberi konseling dengan baik.
Cara persalinan
Masih sering muncul kontroversi dalam cara persalinan kurang bulan seperti: apakah
sebaiknya persalinan berlangsung pervaginam/seksio sesarea terutama pada berat janin
yang sangat rendah dan preterm sungsang, pemakaian forceps untuk mellindungi kepala
janin, dan apakah ada manfaatnya dilakukan episiotomi profilaksis yang luas untuk
mengurangi trauma kepala.
Bila janin presentasi kepala, maka diperbolehkan partus pervaginam. Seksio sesarea
tidak memberi prognosis yang lebih baik bagi bayi, bahkan merugikan ibu. Prematuritas
janganlah dipakai sebagai indikasi untuk melakukan seksio sesarea. Oleh karena itu,
seksio sesarea hanya dilakukan atas indikasi obstetrik.
Pada kehamilan letak sungsang 30-34 minggu, seksio sesarea dapat diperimbangkan.
Setelah kehamilan > 34 minggu, persalinan dibiarkan terjadi karena morbiditas
dianggap sama dengan kehamilan aterm.