BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam tubuh, sebagian besar unsur besi terdapat dalam
hemoglobin, pigmen merah yang terdapat dalam sel darah merah.
Karena itulah masukan besi setiap hari sangat diperlukan untuk
mengganti zat besi yang hilang melalui tinja, air kencing, dan kulit.
Namun masukan zat besi yang dianjurkan juga harus dipenuhi oleh
dua faktor yaitu kebutuhan fisiologis perseorangan dan persediaan zat
besi di dalam makanan yang disantap.
Kesibukan menjadikan orang malas untuk mengonsumsi
makanan-makanan yang mengandung zat besi untuk menunjang
kesehatannya. Sehingga obat adalah alternatif untuk memenuhi
asupan tersebut. Obat seperti sangobion adalah contohnya. Obat ini
banyak beredar dipasaran.
Selagi obat itu beredar bebas, tak jarang pengawasan dilakukan
oleh Balai POM. Terkadang obat yang beredar dipasaran memiliki
kadar tak sesuai kadar pada etiket obat. Jadi, sebagai mahasiswa
farmasi aktif haruslah mecoba untuk mencari tahu kebenaran akan hal
itu dengan melakukan percobaan ini.
Walaupun zat besi yang akan diuji secara kualitatif dan kuantitatif
merupakan unsur logam yang tak mempunyai gugus kromoform atau
ausokrum, hal ini tak menjadi masalah jika digunakan metode
spektrofotometri visible. Ada cara yaitu dengan menggunakan metode
standar adisi sehingga unsur logam dapat terserap di wilayah sinar
tampak pada panjang gelombang tertentu.
Pada praktikum ini untuk menguji kadar besi pada beberapa
sediaan diantaranya pada sediaan sangobion, obimin, hemobion dan
biosanbe
b. Perhitungan
a = 0,2034
b = -0,0185
r = -0.9943
=b
=a
Vx = 5 mL
x Cs
Cx =
x Vx
0,0185 x 11,03
Cx =
0,2034 x 5
0,204
Cx =
1,017
Cx = -0,20 ppm
Cx = 0,2 mg
Cx x Volume
Kadar= x fp x 100
Berat Sampel
0,2mg x 100 mL
x 5 x 100
10 0 mg
100
4.2 Pembahasan
ditimbulkan yaitu merah bata, stabil untuk jangka waktu yang lama,
sehingga serapannya tidak berubah-ubah hingga akhir analisis. Tidak
membentuk warna dengan zat-zat lain yaitu ion H +, Cl- dan NO3- yang
ada dalam larutan.dan dilarutkan dalam HCl pekat untuk memberikan
suasana asam pada larutan dengan pH 1-2 sebagai syarat analisa
dan untuk melarutkan zat yang sukar larut dalam air.
Kemudian, dilakukan pengujian standar adisi dengan disiapkan 5
labu takar 50 mL, diberi penandaan. Selanjutnya dipipet untuk labu
takar pertama 0,00, 1,00, 200, 3,00 dan 4,00 masing-masing
konsentrasi di masukkan dalam labu takar 10 mL. Masing-masing labu
takar ditambahkan HNO3 secukupnya, serta KSCN secukupnya. Dan
dientukan masing-masing absorbansinya pada panjang gelmbang
maksimum. Serta hitung persen kadar dari Fe pada sediaan tablet
tersebut.
Adapun hasil yang diperoleh dari percobaan ini, yaitu nilai persen
kadar Fe dalam sediaan tersebut adalah -33,33 %. Jika hasil ini
dibandingkan dengan literature, kadar ini tidak sesuai dengan
Farmakope Indonesia yang menyatakan bahwa Besi (II) sulfat
mengandung tidak kurang dari 80,0% dan tidak lebih dari 90,0%.
Ketidaksesuain hasil yang diperoleh dengan pustaka terjadi
karena beberapa faktor kesalahan seperti pembuatan larutan standar
yang kurang akurat seperti dalam penimbang, pemipetan larutan
standar maupun sampel yang kurang teliti dan lain sebagainya.
BAB 5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil
kadar Fe dalam sediaan sampel adalah 100 %. Hal ini tidak sesuai
dengan Farmakope Indonesia yang menyatakan bahwa Besi (II) sulfat
mengandung tidak kurang dari 80,0% dan tidak lebih dari 90,0%.
5.2 Saran
Dimohon agar asisten tetap sabar dalam membimbing
praktikan, karena setiap praktikan memiliki daya tangkap ilmu berbeda-
beda.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1. Skema Kerja
a. Pembuatan larutan standar
Ditimbang seksama bahan murni senyawa besi (besi sulfat) yang
sudah dikeringkan pada suhu 105C selama 1 jam lebih kurang 150
mg.
Dipipet dengan konsentrasi 0,00; 1;00 2;00, 3;00 dan 4;00 deret
larutan standar yang mengandung 11,03 ppm kemudian labu takar
yang berisi sampel tadi.
2. Gambar