PENDAHULUAN
Masochist atau yang dalam bahasa Indonesia disebut masokis berarti orang
yang hanya dapat mengalami kepuasan seksual melalui penyiksaan. Seberapa banyak
orang yang memiliki tipe masokis, tentu membutuhkan penilaian yang cukup lama
dan usaha yang besar. Namun seberapa berbahayanya orang yang memiliki
kecenderungan masokis, tentu menggelitik benak kita.
Menurut pakar sex dan keluarga, setiap orang terutama wanita memiliki
kecenderungan masokis dalam taraf yang berbeda-beda. Namun kalau si penderita
baru melakukannya dalam batas khayalan saja dalam arti belum mempraktikkan
siksaan (atau disiksa) tersebut dalam kehidupan nyata maka dapat dikontrol sehingga
kapasitasnya tidak lebih dari sekadar fantasi.
Artinya, penderita masih mampu menikmati kontak seksual yang biasa, seperti
layaknya wanita-wanita normal lainnya. Jadi, dalam keadaan seperti ini penderita
dianjurkan untuk tidak terlalu khawatir dengan keadaan dirinya. Karena hal seperti ini
masih termasuk normal.
1
mendapatkan tekanan itulah yang membuatnya bergairah saat berfanfasi disiksa atau
dipukul. Dalam keadaan terangsanglah penderita jadi berkhayal kalau dirinyalah yang
sedang memainkan peran sebagai korban penyiksaan itu. Ada banyak kemungkinan
penyebabnya.
Karena itu, penderita sebaiknya jujur menceritakan masalah ini kepada orang
terdekat dan bila perlu, pergilah mengonsultasikan ke dokter dengan didampingi
mereka. Dengan begitu penderita mendapatkan dukungan material dan spiritual emosi
dan dana. Di dalam terapi jiwa dan seksologis, ketiga pihak harus dapat melakukan
kerjasama, yaitu penderita, keluarga mendukung kesembuhan dan dapat memonitor,
dan ahli terapis atau dokter ahli sex yang baik. Dengan begitu maka proses
penyembuhan dipastikan akan berjalan lancar dan cepat.
2
penyimpangan aktivitas seksual yang berupa asfiksiofilia, dimana penderita dicekik
atau dijerat (baik oleh mitra seksualnya maupun oleh dirinya sendiri). Berkurangnya
pasokan oksigen ke otak yang bersifat sementara pada saat mengalami orgasme, dicari
sebagai penambahan kenikmatan seksual; tetapi cara tersebut bisa secara tidak sengaja
menyebabkan kematian
1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari mempelajari Masokis adalah agar kita semua dapat
mengetahui apa itu masokis dan bagaimana cara kita yang baik
menanggapinya,masokis ini merupakan salah satu bentuk kelainan jiwa dimana
masokis sendiri adalah cara yang dilakukan seorang yang ini mendapatkan kepuasan
tertentu dengan cara yang sadis.
Untuk lebih mengetahui apa itu masokis dan lainnya mungkin kita bisa
mengetahuinya pada bab berikutnya.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
Masokisme seksual juga harus dibedakan dari sindrom martir (orang yang
ingin jadi martir, mencari penderitaan atau penganiayaan untuk memenuhi kebutuhan
psikologis) dan gangguan kepribadian mengalahkan diri (meski juga dikenal dengan
gangguan kepribadian masokistik). Gangguan kepribadian mengalahkan diri
merupakan pola perilaku mengalahkan diri, menghindar dari kesenangan dan tertarik
pada penderitaan. Orang dengan gangguan kepribadian ini mencari orang untuk
mengecewakan diri sendiri, menolak pertolongan, hal positif yang dialami direspon
dengan depresi atau menyakiti diri, suka memancing amarah dan penolakan, mencari
pasangan yang mengabaikannya dan sejenisnya. Perilaku tersebut tidak khusus terkait
dengan respon seksual dan tidak hanya terjadi ketika depresi.
Mungkin suatu hal yang paradoksal bahwa seseorang harus menyakiti atau
disakiti agar dapat terangsang secara seksual, tetapi kasus-kasus semacam ini bukan
tidak biasa ditemui. Pada banyak kesempatan, perilaku tersebut mungkin ringan dan
tidak menyakitkan, tetapi pada kesempatan lain bisa menjadi berbahaya dan mahal.
Bukan kasus yang aneh bila seseorang memperlihatkan tiga pola rangsangan yang
menyimpang masokisme seksual, sadisme seksual dan fetisisme transvestik
(Mahendratto, 2007).
5
atau dijerat (baik oleh mitra seksualnya maupun oleh dirinya sendiri) (Anonimus,
2007).
6
Faktor Psikodinamik
7
latar belakang dan umumnya mereka datang dari keluarga broken home. Broken home
di sini bukan berarti keluarga yang tercerai berai karena perceraian saja, tetapi lebih
pada visualisasi yang pernah ia saksikan pada keluarganya. Mungkin dia pernah
melihat ibunya disiksa oleh ayahnya atau sebaliknya. Bisa juga perlakuan kasar yang
diterimanya dari orang tuanya.
Terapi yang diberikan pada seseorang yang mengalami masokis antara lain:
Teknik psikoanalisis
Terapi Psikoanalisis efektif pada beberapa kasus. Sebagai hasil terapi, pasien
menjadi menyadari bahwa kebutuhan menghukum diri sendiri adalah
sekunder akibat perasaan bersalah bawah sadar yang berlebihan dan juga
menjadi mengenali impuls agresif mereka yang terepressi, yang berasal dari
masa anak-anak awal.
Teknik Behavioral
8
terapi lai seperti pelatihan kemampuan sosial, dapat bermanfaat terhadap
paedofilia, transvestisme, eksibisionisme, dan transvestisme (Brownell, Hayes,
& barlow, 1977; Laws & Marshall, 1991; Marks & Gelder, 1967; Marks,
Gelder, & Bancroft, 1970; Marshall & Barbaree, 1990).
Teknik Kognitif
Teknik Biologis
Intervensi biologis yang sempat banyak diberikan dua generasi yang lalu
adalah dengan melakukan kastrasi atau pengangkatan testis. Baru-baru ini,
penanganan biologis yang dilakukan melibatkan obat-obatan. Beberapa obat
yang digunakan adalah medroxyprogesterone acetate (MPA) dan cyptoterone
acetate. Kedua obat tersebut menurunkan tingkat testosteron pada laki-laki,
untuk menghambat rangsangan seksual. Walaupun demikian, terdapat masalah
etis daripenggunaan obat, karena pemakaian waktu yang tidak terbatas serta
efek samping yang mungkin muncul dari pemakaian jangka panjang. Baru-
baru ini, fluoxetine (Prozac) telah digunakan, karena obat tersebut kadang-
kadang efektif untuk mengobati obsesi dan kompulsi. Karena parafilia
terbentuk dari pikiran dan dorongan yang serupa dengan parafilia.
9
Usaha Hukum
BAB III
PENUTUP
10
3.1. Kesimpulan
Masokis juga bisa tumbuh pada seseorang yang memiliki latar belakang
kehidupan yang normal, hal ini disebabkan karena dia memang menikmati setiap rasa
sakit yang diberikan dari luar bukan karena paksaan, atau harus menerima. Penderita
masokis selalu mencoba untuk menghindarkan diri dari kesenangan dan lebih tertarik
pada penderitaan, mereka selalu menolak bantuan dari orang lain bahkan senang
memancing amarah dan penolakan.
Teknik Psikoanalisis
Teknik Behavioral
11
Teknik Kognitif
Teknik Biologi
Usaha Hukum
3.2. Saran
Dalam makalah ini mungkin saja ada kekurangan dan kesalahan, kami selaku
penyusun mengharapkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini dapat
menjadi lebih baik.dan kami ucapkan terima kasih atas kesempatan yang telah anda
berikan.
12